• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Pecking Order Theory

B. Struktur Modal

1. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan gambaran suatu perusahaan dalam membiayai seluruh kegiatan operasional dan pertumbuhan perusahaan dari berbagai sumber dana perusahaan baik dana yang bersumber dari utang jangka panjang (long termliabilities) dan modal sendiri (shareolders’equity) (Fahmi Irham, 2020:184).

Struktur modal menunjukan perbandingan antara modal asing dan modal milik

13

sendiri.Modal asing yang dimaksud yaitu hutang jangka panjang ataupun jangka pendek.Sedangkan yang dimaksud modal milik sendiri yaitu laba ditahan.

Struktur modal juga bisa di indikasikan sebagai perbandingan antara total hutang dan ekuitas dimana struktur modal menjadi struktur dalam penggunaan dana perusahaan dalam kemampuannya memanfaatkan fungsi pembelajaran dan fungsi keuangan (Khairin,2014).

2. Komponen – Komponen Struktur Modal

Beberapa komponen struktur modal perusahaan menurut (Aisyah,2016) : a. Modal Sendiri

Dana yang dipinjam dalam waktu yang tidak terbatas.orang yang menanamkan modal dalam suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai modal sendiri.Modal sendiri juga berupa orang yang menanamkan modal pada suatu perusahaan.baik untuk perusahaan peorangan, CV, Firma ataupun PT.Dapat disimpulkan dari kedua pengertian diatas bahwa modal yang berasal dari dalam perusahaan dapat digunakan dalam kegiatan operasional usaha serta tidak memiliki batas waktu.

Modal sendiri bisa diperoleh dari sumber pendanaan internal maupun sumber pendanaan eksternal.Dari sumber pendanaan internal yaitu diperoleh dari laba ditahan sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari saham preferen dan saham biasa.

14 b. Hutang

Sumber pendapatan yang diperoleh dari pinjaman dari pihak ketiga atau pihak luar yang mempunyai kepentingan secara langsung dengan perusahaan dengan meminjam dana dari pihak kreditur yaitu perbankan n. Macam – macam hutang antara lain :

a) Hutang Hipotik

Hutang jangka panjang yang menjaminkan aset tetap kepada pihak asing.dengan menggunakan sistem agunan hutang ini bisa diperoleh dari pihak perbankan.

b) Obligasi

Surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada khlayak publik. Dalam melakukan kebijakan hutangnya, perusahaan harus memerhatikan masing – masing fungsi dana hutang tersebut dengan melihat dampaknya seperti apakah hutang tersebut menjamin kesejahteraan perusahaan terutama pemegang saham karena terdapat bunga di setiap hutang yang merupakan suatu kewajiban yang harus dibayarkan oleh pihak yang memperoleh hutang. Saat menggunakan pembiayaan dengan hutang perusahaan harus mempertimbangkan akibat dan hasil yang akan didapatkan dalam keputusan pemilihan hutangnya.

3. Pengukuran Struktur Modal

Pengukuan struktur modal menurut Smith, Skousen, dan Stice dalam Fahmi Irham (2020:187) yaitu :

a. Debt – to Equality Ratio

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠′𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

15

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio DER. Rasio DER dapat membandingkan tingkat hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.Artinya jika semakin tinggi rasio DER maka dalam memakai dananya, modal sendiri lebih sedikit digunakan dibandingkan dengan penggunaan hutang.

Rasio hutang yang tinggi akan mengakibatkan tingkat risiko perusahaan mengalami kebangkrutan semakin besar karena perusahaan harus menanggung tingkat hutang yang besar.

C. Non Debt Tax Shield

1. Pengertian Non Debt Tax Shield

Non debt tax shield merupakan pengurangan dan penghematan pajak yang dalam melakukan perhitungan pajak selain membebankan bunga hutang, (Hary Putu &Bagus , 2015). Dalam hal ini perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan perlindungan pajak melalui fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah.Non debt tax shield diperoleh dalam bentuk berkurangnya pajak karena adanya depresiasi aktiva tetap. Semakin besar penghematan pajak yang didapat dari non debt tax shield berupa depresiasi maka semakin besar laba setelah pajak yang dapat digunakan sebagai sumber dana perusahaan dan menandakan bahwa aset dalam perusahaan meningkat, sehingga dalam menentukan struktur modalnya perusahaan dapat mempertimbangkan non debt tax shield .(Intan Ni Putu & Gede Luh, 2019).

Non debt tax shield yaitu perlindungan pajak yang memberikan pengaruh yang kuat terhadap utang, terutama bagi perusahaan yang memiliki pendapatan

16

kena pajak yang besar. (Suripto. 2015:8).Dalam Undang – undang Pajak Penghasilan No 36 tahun 2008 pasal 6 ayat 1 yaitu sebagai berikut :

“Besarnnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk : biaya penyusutan atas pengeluaran untukmemperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dan pasal 11A.”

2. Pengukuran Non Debt Tax Shield

Non debt tax shieldstruktur modal yangdiperoleh dalam bentuk berkurangnya pajak karena adanya depresiasi aktiva tetap, dengan begitu biaya depresiasi semakin besar dan pembayaran pajak semakin kecil,hal ini akan mengurangi beban perusahaan. Semakin besar penghematan pajak yang didapat dari non debt tax shield berupa depresiasi maka semakin besar laba setelah pajak yang dapat digunakan sebagai sumber dana perusahaan dan menandakan bahwa aset dalam perusahaan meningkat, dalam hal ini rasio hutang (DER) akan rendah sehingga dalam menentukan struktur modalnya perusahaan dapat mempertimbangkan non debt tax shield(Ni Putu Intan & Luh Gede).

Perhitungan non debt tax shield menurut Suripto (2015:8) yaitu : 𝑁𝐷𝑇𝑆 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

17 D. Ukuran Perusahaan

1. Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan terlihat dari besar atau kecilnya suatu perusahaan yang bisa dilihat dari bagaimana perusahaan tersebut dapat meningkatkan total asetnya (Wigawati, 2014). Aset perusahaan yang semakin meningkat akan membuat ukuran perusahaan tersebut juga semakin besar. Hal ini akanmempengaruhi perusahaan dalam memakai sumber dananya.

Perusahaan besar mempunyai kemampuan financial yang baik serta diyakini dapat memenuhi segala kewajiban dan tingkat pengembalian yang lebih memadai.Oleh karena itu ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total aset. Ketika size dari total aset meningkat maka perusahaan lebih mudah mendapatkan sumber pendanaan baik internal maupun eksternal (Anita Desi

& Asona Gio, 2016).

2. Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No 20 Tahun 20018.Peraturan ini menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat ukuran tersebut yaitu :

a. Usaha Mikro

a) Memiliki kekayaan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 300.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

b. Usaha kecil

18

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (du milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima rratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk ttanhha dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

d. Usaha besar

Jumlah kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar) termasuk tanah dan bangunan. Usaha besar memiliki penjualan lebih dari Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar)

3. Indikator Ukuran Perusahaan

Besar atau kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat berdasarkan indikator yang mempengaruhinya. Indikator pada ukuran perusahaan menurut Hartono (2013:422) adalah sebagai berikut :

𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡)

Perusahaan besar mempunyai kemampuan financial yang baik serta diyakini dapat memenuhi kewajban dan tingkat pengembalian yang lebih memadai.Oleh karena itu ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total aset. Ketika size dari total aset meningkat maka perusahaan lebih

19

mudah mendapatkan sumber pendanaan baik internal maupun eksternal (Anita Desi

& Asona Gio, 2016). Ukuran perusahaan yang besar cenderung memakai dana internalnya yang menunjukkan semakin besar rasio SIZE maka aset perusahaan semakin meningkat sehingga perusahaan mampu memaksimalkan asetnya untuk sumber utama operasional perusahaan. Hal ini akan membuat struktur modal (DER) perusahaan menurun (Cahyo, 2014).

Dokumen terkait