BAB I: PENDAHULUAN
G. Metode Penelitian
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang peneliti dapat langsung dari informan tampa perantara. 28Data diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan dengan informan. Sumber data pada penelitian ini adalah Kepala Desa,Tokoh masyarakat dan masyarakat.
27 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif,kuantitatif,dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2015),hlm.15.
28 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014),hlm.308.
16 b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data. 29Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari orang lain, majalah, buku, jurnal dan internet.
5. Teknih Pengumpulan Data
Teknih pengumpulan data yaitu langkah-langkah yang digunakan untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat indra untuk mendapatkan data atau informasi yang benar dan lengkap. Menurut Sugiyono Observasi merupakan suatu proses yang kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologi.30Sedangkan menurut Riyanto observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.
Dari beberapa Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan proses mengamati objek penelitian secara langsung tanpa perantara dalam artian seorang peneliti itu sendiri yang akan langsung terjun ke lapangan.
1.) Observasi partisipatif adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan ikut mengambil bagian dari dalam keadaan ilmiah tempat dilakukannya observasi.
Dalam artian peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. 31 Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka peneliti akan memperoleh data lebih lengkap
29 Ibid,hlm.309.
30 Ibid,hlm145.
31 Ibid.,hlm204.
17
lebih tajam, dan mengetahui pada tingkat makna dari setiap yang tampak.32
2.) Observasi Non Partisipan ialah observasi dimana peneliti hanya mengamati informan atau sumber data dalam keadaan ilmiah, tanpa harus ikut langsung ke lapangan.
Dalam artian dimana peneliti hanya mengamati tingkah laku sumber data dalam keadaan alamiah, tetapi penelitian tidak melakukan partisipan terhadap kegiatan orang yang akan diteliti, dalam hal ini peneliti hanya menjadi penonton saja tanpa harus terjun langsung ke lapangan.33
Adapun observasi yang peneliti gunakan yaitu observasi partisipasi, yang dimana peneliti ikut serta di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dalam hal ini observasi hanya bertindak sebagai objek dan subjek. Dengan observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak dari sesuatu yang ingin didapatkan data mengenai peran kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
Adapun yang di observasi adalah kondisi masyarakat yang dimana di masyarakat masih terjadinya konflik sosial.
b. Wawancara
Menurut Moleong Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan terwawancara memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 34 Sedangkan menurut sugiyono wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab.35
32 Ibid.
33 Ibid.,hlm.204.
34 Lexi J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, cet ke 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.186.
35 Ibid,hlm.231.
18
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses Tanya jawab antara dua orang atau lebih dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan terwawancara menjawab pertanyaan tersebut.
1.) Wawancara terstuktur
Wawancara terstuktur, ialah teknik pengumpulan data yang dimana peneliti telah menyiapkan instrument pertanyaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik. Dengan wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatat setiap informasi yang diperoleh.36
2.) Wawancara tidak terstruktur
Merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datannya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 37
3.) Wawancara semi struktur
Merupakan wawancara dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan wawancara terstruktur, tujuan dari wawancara semi struktur adalah menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.38
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara struktur, adapun informan yang akan peneliti wawancara adalah Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan Masyarakat, Karena proses pengumpulan datanya dilakukan secara sistematis dan terarah. Sehingga poin-poin penting dari informan didapatkan secara cepat dan tepat.
36 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif,kuantitatif,dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014),hlm.319.
37 Ibid.hlm.320.
38 Ibid.,hlm.320.
19
Adapun data yang dibutuhkan dari hasil wawancara yaitu informasi mengenai Apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini studi dokumentasi diperlukan dalam proses penelitian dikarnakan dalam teknik pengumpulan data harus adanya dokumen-dokumen yang relevan dengan kasus yang akan diteliti dengan tujuan agar memperkuat penelitian ilmiah. Sehingga data yang dibutuhkan akan mudah diperoleh berupa sumber- sumber tertulis, seperti halnya dengan dokumen resmi, makalah penelitian, dan buku yang relevan dengan hasil yang diteliti.39 Sedangkan menurut Moleong dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau dokumen- dokumen yang setiap bahan tertulis baik internal maupun eksternal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.40
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan alat untuk memperkuat penelitian ilmiah, melalui dokumentasi peneliti dapat dengan mudah mendapatkan apa yang diteliti. Adapun dokumentasi yang akan peneliti cari adalah : Profil lembaga desa ( letak geografis desa, batas desa, wilayah desa, struktur desa, keadaan masyarakat, profesi masyarakat, mata pencaharian dan lain-lain), hasil dokumentasi kegiatan, maupun data-data lainnya yang akan diperlukan dalam proses penelitian.
1) Teknik Analisis Data.
Teknik Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga data
39 Ibid.,hlm.329.
40 Lexi J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) ,hlm.216.
20
yang terkumpul mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain.41 Terdapat dua cara analisis data pada saat melakukan penelitian lapangan yaitu: Analisis sebelum di lapangan dan Analisis selama di lapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data dan informasi melalui aktivitas analisis dari miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga proses yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, yang memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya, dan membuang hal-hal yang tidak dibutuhkan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang diperlukan. Sehingga dengan mereduksi data dengan cara merangkum, mengambil, mengambil data yang pokok dan penting, dan membuat kategorisasi, maka peneliti tetap berada dalam data.42
Tahap reduksi data ini ialah tahap awal dalam analisis data yang di laksanakan peneliti dengan tujua untuk memper mudah peneliti dalam memahami data yang telah diperoleh. Reduksi data dilakukan dengan memilih dan menyeleksi setiap data yang masuk dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian mengolah dan memfokuskan semua data mentah agar lebih bermakna.
b. Penyajian Data
Sesudah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan dan mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini yang paling sering digunakan untuk penyajian data
41 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2014), hlm.336.
42 Ibid.,338.
21
dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. 43 Melalui penyajian data tersebut, maka artinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan / Verication
Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan untuk proses pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.44
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan menyimpulkan temuan-temuan atau data-data yang berkaitan dengan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
7. Uji Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data. peneliti akan berusaha memaparkan usaha-usaha yang dilakukan agar sesuai antara keabsahan data dengan temuan. Uji keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, Meningkatkan dalam melakukan peningkatan penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member chek.45
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan menggunakan teknik keabsahan data dengan teknik trianggulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan bermacam-macam cara serta memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk memperluas pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh.
Dengan demikian bertujuan untuk mengecek kebenaran dari hasil
43 Ibid.,hlm.341.
44Ibid.,hlm.345.
45 Ibid.,hlm.368.
22
penelitian. Dengan cara membandingkan serta memanfaatkan sesuatu yang lebih baik atau sumber kunci informan. Dalam pengecekan data ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Trigulasi Tekhnik, dilakukan dengan cara bertanya mengenai hal yang sama namun dengan tekhnik yang berbeda. Peneliti mencari data yang sama dengan menggunakan tekhnik wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi, penerapanya yaitu dengan mengecek hasil wawancara dari berbagai informasi yang berkaitan dengan Apa Saja Faktor-Faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Selain itu data yang didapat lewat hasil wawancara juga dicek dengan data yang di dapat dari observasi dan dokumentasi.
b. Trigulasi Sumber data, dilakukan dengan cara mengkaji keabsahan data yaitu dengan cara membandingkan data yang diperoleh oleh peneliti dari dimensi waktu maupun sumber lain, misalnya dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat. Tringulasi Sumber data digunakan untuk mengecek data tentang Apa Saja Faktor-Faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Trigulasi sumber data juga digunakan untuk menyikapi keterbatasan ruang dan waktu serta membatasi orang sebagai sumber.
Dalam pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan trigulasi sumber dengan cara membandingkan data yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara dengan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat.
23 H. Sistematikan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang deskriptif, yang akan digunakan dalam mendeskripsikan secara rasional dari masing-masing bab yakni:
BAB I: pada bab I ini peneliti akan membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan .
BAB II: bab II ini akan berisi tentang paparan data dan temuan yang mengambarkan seluruh data temuan,yaitu data yang membahas Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial dan Bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
BAB III: pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang bab pembahasan, maka dari itu peneliti tidak akan menulis ulang-ulang data yang telah peneliti ungkap pada bab II, penelitian pada bab ini akan mengungkapkan hasil analisis terhadap proses temuan peneliti, sesuai dengan paparan pada Bab II yaitu kerangka teori yang telah dibuat pada Bab I pendahuluan.
BAB IV: Bab ini adalah Bab terdiri dari kesimpulan dan saran.
Yang sesuai dengan masalah yang telah peneliti rumuskan pada Bab I sebagai rumusan masalah, sebisa mungkin peneliti tidak akan menyimpulkan suatu yang menjadi fokus dalam penelitian.
Bukan hanya pada penelitian namun pada Bab ini peneliti juga akan menulis saran-saran untuk penelitian yang akan dilakukan dikemudian hari.
24 BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
1. Deskripsi umum wilayah Desa Sie
Mengingat Desa yang merupakan satu kesatuan hukum masyarakat dan bersifat keanekaragaman yang dijamin oleh Undang- undang, maka gambaran umum tiap Desa memiliki karakteristik masing masing diantaranya. pemerintahan Desa Sie memiliki struktur pemerintah yang legal dan dijamin oleh undang-undang serta diakui oleh masyarakat secara legitimasi berdasarkan hasil pemilihan kepala desa yang dilaksanakan pada Tahun 2016 dengan masa bakti kepala desa 2016-2022 Karena desa merupakan satu kesatuan hukum maka desa memiliki batas wilayah yang telah diakui oleh Pemerintah dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Tangga Kecamatan Monta
- Sebelah selatan : Desa Simpasai Kecamatan Monta
- Sebelah Barat : Kecamatan Woha - Sebelah Timur : Kecamatan Langgudu Dengan Luas Wilayah Desa : 3.405,63 Ha
2. Kondisi umum Geografis
Desa Sie merupakan salah satu dari Empat Belas (14) Desa yang berada di pusat Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki penduduk sejumlah:
Jumlah penduduk :4313 Jiwa
Laki-laki :2202 Jiwa
Perempuan :2111 Jiwa
Jumlah KK :1193
25
Berdasarkan data wilayah Desa Sie terbagi atas 4 Dusun, 7 RW dan 18 RT, dengan batasan wilayah Desa Sie adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Desa Sakuru Kecamatan Monta - Sebelah selatan : Desa Sie Kecamatan Monta - Sebelah Barat : Kecamatan Woha
- Sebelah Timur : Kecamatan Langgudu Tabel 1.1
Jumlah RT, RW dan Dusun Desa Sie:
Desa Sie RT RW
Dusun I Waworada Dusun II Sie
Dusun III Diha
4 4 2
2 2 1
Jumlah 18 5
3. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Penduduk di Desa Sie dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan baik yang disebabkan oleh kelahiran, kematian, kedatangan dan perpindahan. Kesadaran orang tua terhadap pentingnya arti dan makna pendidikan dalam mendewasakan anak-anak baik jasmani maupun rohani sangat tinggi. Namun karena faktor ekonomi menyebabkan banyaknya anak-anak yang tidak tamat SD dan melanjutkan pendidikannya di tingkat yang lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya tentang keadaan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.2
Jumlah pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak tamat SD/Sederajat 250
2 Buta huruf 195
3 Tamat SD 125
26
4 Tamat SMP 155
5 Tamat SMA 105
6 D1 -
7 D2 -
8 D3 1
9 S1 55
10 S2 5
4. Kondisi Ekonomi
Kehidupan ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena masalah ekonomi tidak lain dari pada penjelmaan dari keinginan (naluri) ingin mempertahankan hidup dengan jalan bekerja dan berusaha dalam bentuk bahan dan material untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Sebagian besar masyarakat Desa Sie adalah petani, peternakan, perdagangan dan sebagainya agar lebih jelasnya dapat dilihat pada table sebagai berikut:
Table 1.3
Penduduk Desa Sie berdasarkan mata pencaharian
NO Jenis pekerjaan Jumlah
1 Kuli bangunan 100
2 Petani 205
3 Peternakan 160
4 Perdagangan 122
5 Pengangguran 220
6 Jasa angkutan 65
7 Wiraswasta 77
8 Montir / otomotif 40
27
5. Sosial Agama dan Budaya Masyarakat Desa Sie
Kehidupan sosial agama merupakan aktivitas dan kepercayaan setiap manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, dan mayoritas masyarakat Desa Sie beragama islam.
Perkembangan agama di Desa Sie dapat dikatakan aktif baik dalam ibadah maupun kegiatan-kegiatan sosial keagamaan seperti gotong royong, pengajian, yasinan, akan tetapi belum disiplin dalam mengikuti aktivitas sosial keagamaan, karena terkendala oleh faktor kesadaran dan lemahnya pemahaman masyarakat terhadap agama.46
A. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.
Wirawan mengatakan bahwa konflik terjadi secara alami karena adanya kondisi objek yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. kondisi objek itu antara lain adalah:
1. Keterbatasan sumber
Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber daya yang diperlukannya untuk mendukung kehidupannya keterbatasan itu dapat menimbulkan kompetisi satu sama lain untuk mendapatkan sumber yang diperlukan sehingga sering kali menimbulkan konflik.
2. Komunikasi yang kurang baik.
Komunikasi yang kurang baik sering kali menimbulkan konflik dalam organisasi, misalnya distorsi. Informasi yang tidak tersedia dengan bebas dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
46 Profil Desa Sie, 17 juni 2022.
28
3. Kebutuhan manusia memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain atau mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas jumlahnya, sehingga kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia apabila kebutuhan manusia diabaikan atau terhambat, maka hal ini bisa memicu terjadinya konflik.
4. Sistem imbalan yang tidak layak
Konflik terjadi karena sistem imbalan yang dianggap tidak adil atau layak oleh karyawan dalam perusahaan.
5. Tujuan yang berbeda
Konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda-beda.47
Konflik secara sederhana dapat diartinya sebagai percekcokan, perselisihan dan pertentangan, sedangkan konflik sosial adalah pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menteluruh dikehidupan. 48 Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.
Soejono soekanto mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat, yakni perbedaan antar individu, perbedaan kepentingan dan perbedaan kebudayaan:
1. Perbedaan antar individu
Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan dapat menyebabkan terjadi konflik antar individu, dalam konflik- konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing- masing pihakpun berusaha membinasakan fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk permusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Dalam kehidupan sosial tidak ada satupun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang mempegaruhi timbulnya konflik sosial. Misalnya masjid, gereja, pura (bali), dan symbol-simbol lainnya dan konflik ini terjadi atas perbedaan keyakinan, yang menunjukkan adanya
47 Ibid.hlm.20.
48 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2005),hlm.587.
29
penyimpangan nilai-nilai agama.49Perlu diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya konflik sosial tersebut dikarenakan perbedaan antar individu, setiap manusia pasti memiliki perbedaan pendirian atapun perasaan satu dengan yang lainnya.50
Seperti konflik yang terjadi di Desa Sie yaitu konflik antara calon kepala Desa Sie dan Panitia pemilihan kepala desa (Pilkades) konflik bermula ketika calon kepala desa tidak terima atas keputusan panitia pemilihan kepala desa Karena tidak terima atas keputusan itu akhirnya calon kepala desa melakukan pemberontakan dan memukul panitia pemilihan kepala desa. Tidak hanya konflik antara calon kepala desa ada juga konflik yang lain yang terjadi di Desa Sie yaitu konflik antar remaja faktor penyebabnya karena menyimpan rasa balas dendam, awal munculnya konflik ini berawal dari sekelompok anak muda yang sedang nongkrong di jalan raya tiba-tiba mereka melihat Ruslan yang sedang duduk, karena menyimpan rasa balas dendam akhirnya sekelompok anak muda ini langsung menghampiri dan memukul Ruslan sampai babak belur.51
2. Perbedaan kepentingan.
Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda- beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.
3. Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok. Pola- pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah orang yang paling baik. Jika masing-masing kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap demikian, maka
49 Ibid. hlm.19.
50 Ibid.hlm.77.
51 Ibid.
30
sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut kebudayaan.
Contohnya seperti salah satu konflik yang terjadi karena faktor pacaran, konflik berawal ketika remaja di Desa Sie yang tidak terima atas perlakuan remaja dari Desa Tente, mungkin bagi remaja di Desa Tente perlakuanya itu adalah hal yang lumrah di lakukan, tapi tidak dengan remaja Desa Sie baginya perlakuanya itu adalah hal yang tidak senonor apa lagi itu dilakukan di pacarnya. Dari perlakuannya inilah sehingga menimbulkan konflik atau pertengkaran di antara mereka.
Hal ini dipastikan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber sebagai berikut:
a. Pemilihan Calon Kepala Desa (Pilkades).
Gambar 1.1 Pemilihan Kepala Desa
Pemilihan kepala desa adalah sebagai proses peralihan pemerintah desa dan sebagai ajang pesta demokrasi masyarakat desa, tidak jarang diwarnai oleh konflik dan pertentangan diantara masyarakat desa. Tidak lain halnya dengan pemilihan calon kepala desa di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima yang tidak luput dari adanya konflik dan pertentangan di antara masyarakat.