• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran kepala desa dalam menangani konflik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran kepala desa dalam menangani konflik"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPALA DESA DALAM MENANGANI KONFLIK SOSIAL DI DESA SIE KECAMATAN MONTA KABUPATEN

BIMA

Oleh

CANDRA KIRANA 180602099

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN)

MATARAM 2022

(2)

ii

PERAN KEPALA DESA DALAM MENANGANI KONFLIK SOSIAL DI DESA SIE KECAMATAN MONTA KABUPATEN

BIMA

SKRIPSI

Di ajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai sarjana sosial

Oleh Candra Kirana

180602099

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN)

MATARAM 2022

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Candra kirana, NIM: 18060209 dengan judul “Peran Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal:__________________

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.MURDIANTO,M.SI Nursyamsu,M.Ud

Nip.197612312007011101 Nip.198410041019031007

(4)

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram,07 September 2022 Hal: Uji Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa/i :Candra Kirana NIM :180602099 Jurusan/Prodi :Sosiologi Agama

Judul :Peran Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di- munaqasyahkan.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.MURDIANTO,M.SI Nursyamsu,M.Ud

Nip.197612312007011101 Nip.198410041019031007

(5)

vi

(6)

vii MOTTO







































































Artinya,”Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama)Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Alah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”1(QS.Ali’Imran ayat 103).

1 https://www. merdeka.com/quran/ali-imran/ayat-103

(7)

viii

PERSEMBAHAN

“ Kupersembahkan skripsi ini untuk ibuku Hajna dan bapaku Jainuddin yang senantiasa selalu memberikan dukungan tanpa henti, tanpa mengeluh untuk membesarkanku sehingga saya bisa sampai pada titik ini. Dan saudara saudariku, almamaterku, semua guru dan dosenku”.

(8)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan pentunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta pengikutnya.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN Mataram. Dalam penulisan skripsi penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, keadaan ini semata-mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa peneliti sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan arahan. Bimbingan dan kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimaksih kepada:

1. Dr.MURDIANTO,M.SI selaku dosen pembimbing I dan Nursyamsu,M.Ud dosen pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan yang sangat dipermudah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak DR.Nurudin, S.Ag.,M.Si selaku dosen penguji I dan ibu Zuhrufatul jannah,M.Ag selaku dosen penguji II yang telah sabar memberikan arahan dan sarannya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Zakaria Ansori, S. Ag, M.Hum. selaku Wali Dosen yang selalu membimbing memberi arahan dan momotivasi.

4. Bapak DR.Nurudin, M.Si sebagai ketua jurusan.

5. Bapak Suparman Jayadi S.SoS. Sebagai sekertaris jurusan.

6. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.PD. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram.

(9)

x

7. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. Selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tampa pernah selesai.

8. Bapak Farhan, S.Kep.Ns selaku Kepala Desa Sie yang selama inimemberikan izin dan waktu dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

9. Semua Dosen Jurusan Sosiologi Agama dan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah iklas tanpa batas mengalirkan ilmunya kepada anak didiknya, khususnya kepada penulis.

10. Segenap staf perpustakaan UIN Mataram yang selalu memberikan pelayanan kepada penulis disaat penulis meminjam buku di perpustakaan.

11. Untuk orang tuaku tercinta bapak dan ibu yang selama ini membesarkanku dengan kasih sayang dan senantiasa selalu mendoakanku hingga tahap ini.

12. Untuk para sahabat tercinta yang senantiasa selalu memberikan semangat dan membantu dalam keadaan apapun.

13. Teman-teman Sosiologi Agama kelas D Angkatan 2018, KKP, PKL, terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan kuliahku selama menimba ilmu di UIN Mataram.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Supaya apa yang mereka berikan dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT. Dan mendapatkan balasan kebaikan dari-Nya Amin.

15. Untuk Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri ( UIN) Mataram. Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta alam. Amin.

Mataram,______________ 2022 Penulis,

Candra Kirana

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Tujuan ... 5

2. Manfaat ... 5

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 5

E. Telaah Pustaka ... 5

F. Kerangka Teori ... 8

1. Peran Kepala Desa ... 10

2. Konflik Sosial ... 13

G. Metode Penelitian ... 14

1. Pendekatan Penelitian ... 14

2. Kehadiran Penelitian... 15

3. Lokasi Penelitian ... 15

4. Sumber Data ... 15

5. Teknik Pengumpulan Data ... 16

H. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 24

A. Profil Desa Sie ... 24

1. Deskripsi Umum wilayah Desa Sie ... 24

2. Kondisi Umum Geografis ... 24

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 25

(11)

xii

4. Kondisi Ekonomi ... 26

5. Sosial Agama ... 27

A. Faktor Penyebab Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima ... 27

1. Pemilihan Calon kepala desa (Pilkades) ... 30

2. Faktor Pacaran ... 31

3. Faktor Balas Dendam ... 32

B. Upaya penyelesaian konflik sosial oleh kepala Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima ... 33

BAB III: PEMBAHASAN... 37

A. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial. ... 38

B. Upaya penyelesaian konflik sosial oleh kepala Desa Sie ... 42

BAB IV: PENUTUP ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pemilihan Calon Kepala Desa (Pilkades),30 Gambar 1.2 Faktor Pacaran,31

Gambar 1.3 Perkelahian Antar Remaja,32.

(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Keterangan Wawancara dan Penelitian Lampiran 2 Foto Dokumentasi Wawancara

Lampiran 3 Kartu Konsultasi Pembimbing 1 dan Pembimbing 2

(14)

xv

PERAN KEPALA DESA DALAM MENANGANI KONFLIK SOSIAL DI DESA SIE KECAMATAN MONTA KABUPATEN

BIMA Oleh:

Candra Kirana NIM:180602099

ABSTRAK

Konflik sosial adalah konflik yang selalu melekat dalam kehidupan masyarakat, konflik tidak akan lenyap semasih ada manusia ia hanya akan lenyap dengan lenyapnya manusia itu sendiri. Untuk itulah peneliti tertarik untuk mengangkat judul terkait dengan peran kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Peneliti ingin mengetahui lebih jauh apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima dan bagaimana upaya kepala Desa Sie dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima dan Bagaimana upaya yang dilakukan kepala Desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan pendekatan fenomenalogis dengan memahami segala aspek perilaku, tindakan remaja serta permasalahan yang muncul akibat konflik sosial, dengan penentuan informasi studi lapangan untuk mengumpulkan data dan memaparkan mengenai kasus yang di angkat oleh peneliti. Metode pengumpulan data yakni observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi. Jenis data adalah kualitatif dan bersumber dari data sekunder dan primer dengan teknik analisa data reduksi data (Data Reduction).

(15)

xvi

Hasil dari penelitian yang ditemukan oleh peneliti terkait dengan peran kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima yakni: konflik terjadi karena faktor pacaran, balas dendam, pemilihan kepala desa (pilkades).Adapun upaya kepala Desa Sie dalam menyelesaikan konflik sosial yaitu dengan cara mediasi dalam artian mempertemukan kedua pihak yang bertikai guna mencapai kesepakatan untuk berdamai dan peran kepala desa sebagai orang ketiga (mediator).

Kata Kunci: Peran Kepala Desa, Konflik Sosial.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat, kondisi lingkungan yang aman, tentram, dan damai adalah suatu hal yang dicita-citakan. Hidup secara berdampingan dan saling bergantung satu sama lainnya merupakan suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya.2Terlepas dari hal itu dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari adanya konflik sosial. Konflik terjadi dimana saja dan kapan saja dan dapat menimpah siapa saja baik secara individu, kelompok, bahkan organisasi sekalipun bisa mengalami konflik. Konflik selalu melekat dalam kehidupan masyarakat dan konflik tidak akan pernah terlepas dari kehidupan masyarakat.

Konflik merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan orang –orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman kekerasan. Menurut pandangan lawing konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langkah seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana keuntungan tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Kalau konflik dikaitkan dengan istilah sosial, maka konflik sosial bisa diartikan sebagai suatu pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan, dengan kata lain interaksi atau proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau setidaknya membuatnya tidak berdaya.

Selain itu konflik sosial juga bisa dipandang sebagai bentuk pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan,sehingga secara ringkas konflik dimaksudkan sebagai proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.3

2 Abdullah Fidrata,” Peran kepala desa dalam menangani konflik sosial di ohoi garara kecamatan kei kecil timur selatan kabupaten Maluku tenggara”, ( Skripsi fakultas ushuluddin dan dakwah institute agama islam negeri (IAIN), Ambon, 2020), hlm17.

3 Ibid.hlm.10.

(17)

2

Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan di abaikan, tidak dihargai, di tinggalkan, disepelekan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja, perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan.4 Pemerintah desa mempunyai posisi yang sentral dalam kehidupan masyarakat, sebagai unit pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat dan perannya yang hampir menyentuh segala bentuk aktivitas masyarakat, sehingga pemerintah desa akan sangat menentukan citra dari pemerintah daerah.5 Berdasarkan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa telah memberikan kekuasaan kepada kepala desa untuk mengurus, mengatur, dan bertanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat.6 Kepala desa menempati posisi paling penting dalam kehidupan masyarakat yang dimana kepala desa berperan untuk melindungi, memelihara, melayani dan memecahkan permasalahan-permasalahn yang muncul di warga masyarakatnya. 7

Konflik sosial merupakan gambaran tentang percekcokan, perselisihan, atau pertentangan yang di dasari oleh perbedaan- perbedaan di dalam hubungan sosial, baik perbedaan yang bersifat individual maupun perbedaan kelompok. Contohnya seperti perbedaan pendapat, pandangan, penafsiran, pemahaman, kepentingan atau perbedaan lainnya.

Konflik sosial yang pernah terjadi di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. konflik sesama warga Konflik terjadi pada tanggal 23 september 2019 konflik ini disebabkan karena kesalaha pahaman, awal mula terjadinya konflik disebabkan karena ada sekelompok anak muda yang membunuh babi hutan di dekat pondok kecilnya pak Rahmat, dan menyimpan bangkai babi dengan keadaan perut babi hutan tersebut berceceran dimana-mana karena melihat bangkai babi hutan tersebut

4 Siskasari,” Analisis Konflik dan Alat Bantunya di Desa Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima, ( Skripsi, UIN Sumatera Utara, Medan, 2015), hlm.1.

5 Muhammad Okto Adhitama, “ Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam membangun Sumber daya manusia,” Jurnal Ilmu Sosial Dan Politik, Vol.8, Nomor.2, 2019,hlm.278-279

6 Ketty Tri Setyorni,Pedoman standar informasi public untuk pemerintah desa, ( Jawa Timur: Komisi informasi Provinsi,2015),hlm.1.

7 Sutoro Eko, Desa membangun Indonesia, ( Yogyakarta: Forum pengembangan pembaharuan desa ( FPPD), 2014), hlm.158.

(18)

3

akhirnya pak Rahmat menelepon salah satu anggota keluarganya dengan nada panik dan marah beliau berkata kepada keluarganya “ bahwa ada babi yang perutnya berceceran di pondok kecil miliknya”dan ternyata keluarganya salah paham mereka mengira bahwa perut pak Rahmatlah yang berceceran.

Karena tidak menerima apa yang dilakukan remaja terhadap pak Rahmat tersebut akhirnya anggota keluarga pak Rahmat mengajak beberapa keluarganya untuk melihat pak Rahmat dengan sikap marah dan emosi dan membawa beberapa benda tajam seperti parang dan pisau, setelah sampainya di pondok kecilnya pak rahmat mereka belum sempat melihat pak Rahmat, keluarga pak Rahmat melihat ada anak muda yang bernama jafar ini sedang duduk dan mereka mengirah itu adalah salah satu pelakunya dan mereka langsung menusuk warga tersebut di bagian perutnya dengan menggunakan pisau. Dari konflik ini mereka menjadikan kepala desa dalam menyelesaikan konflik alasan mereka menjadikan kepala desa dalam menyelesaikan konflik karena mereka menggangap bahwa kepala Desa sangat bijak dalam menyelesaikan konflik, dan juga suara kepala desa lebih di dengarkan oleh masyarakat dibandingkan dengan aparatur desa lainnya.8

Konflik yang kedua yaitu konflik Antar Remaja, konflik terjadi pada tanggal 3 januari 2021, konflik disebabkan faktor balas dendam, awal munculnya konflik ini berawal dari sekelompok anak muda yang sedang nongkrong di jalan raya tiba-tiba mereka melihat Hamid yang sedang duduk, karena menyimpan rasa balas dendam akhirnya sekelompok anak muda ini langsung menghampiri dan memukul Hamid sampai babak belur, dari perkelahian itu membuat orang tua korban dan pelaku saling berkelahi, keluargannya Hamid tidak terima atas perlakuan sekelompok remaja terhadap anaknya dan akhirnya ia melaporkan kejadian tersebut ke Kantor Desa dan meminta kepala desa untuk menanganinya.9

8 Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Pada Tanggal 2 April 2022.

9 Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Pada Tanggal 2 April 2022.

(19)

4

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti yang dimana di Desa Sie sampai sekarang masih terjadinya konflik sosial, konflik sosial yang pernah terjadi yaitu konflik antar warga dan konflik antar remaja. Dalam masalah atau konflik sosial yang terjadi di masyarakat kepala Desa Sie berperan untuk menangani masalah tersebut agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. 10 Berdasarkan uraian di atas atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karya ilmiah dengan judul “Peran Kepala Desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi para akademisi dan dapat menambah wawasan dan khazanah keilmuan di bidang sosiologi agama,

10 Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima, pada tanggal 1 April 2022.

(20)

5

khususnya yang berkaitan dengan Peran Kepala Dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

a. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan informasi tentang Peran Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Ruang lingkup penelitian, dalam penelitian ini terdapat ruang lingkup atau memiliki batasan-batasan terhadap suatu penelitian yang akan diteliti, agar penelitian yang dilakukan tidak melampui masalah yang akan diteliti. Dimana peneliti hanya memfokuskan pada Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial.

Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima merupakan salah satu lokasi yang paling strategis, alasan peneliti memilih lokasi tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut: Lingkungan Desa Sie merupakan salah satu lingkungan yang menganut ajaran Islam, namun di samping itu dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan Desa Sie bahwa banyak terjadi konflik sosial diantaranya perkelahian antar remaja, perkelahian antar warga desa, sehingga peneliti tertarik ingin mengetahui apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial, bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik, yang ada di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

E. Telaah Pustaka

Untuk mendukung penelitian ini maka dilakukan telaah pustaka pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti yaitu:

1. Skripsi oleh Imroaturrosidah, 2015” Konflik Sosial Dalam Masyarakat Desa di Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali” penelitian ini bertjuan untuk mengetahui faktor penyebab konflik sosial

(21)

6

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.11

Adapun yang menjadi perbedaan penelitian saya dengan penelitian yang dilakukan Imroaturrosidah terletak pada lokasi penelitian, tahun penelitian dan tempat penelitian.

Sedangkan peneliti melakukan penelitian di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Yang menjadi persamaan dalam penelitian sekarang dengan Imroaturrosidah dari konetks permasalahan yang dikaji dan teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Fidratan 2020 tentang “ Peran Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial di Ohoi Garara Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan Kabupaten Maluku Tenggara”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebab konflik sosial, untuk mengetahui bagaimana dampak dari konflik, bagaimana peran kepala desa dalam menangani konflik.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.12

Adapun yang menjadi perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian Abdullah Firdaratan terletak pada lokasi penelitian, tahun penelitian dan konteks permasalahan yang dikaji, dalam rumusan masalah yaitu membahas tentang apakah penyebab konflik, bagaimana dampak konflik, bagaimana peran kepala desa dalam menangani konflik di Ohoi Garara Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan Kabupaten Maluku Tenggara

Sedangkan peneliti ini membahas tentang apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial, bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial. Dalam pembahasan di atas peneliti melakukan penelitian di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

11 Imroaturrosidah,”Konflik Sosial Dalam Masyarakat Desa di Desa Pulutan Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali,(Skripsi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,2015),hlm.13.

12 Ibid,.hlm.17.

(22)

7

Yang menjadi persamaan dalam penelitian sekarang dengan Abdullah Firdaratan dari teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Serta persamaan lain yaitu terletak pada sama-sama membahas tentang konflik sosial.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah G.T. 2016”Konflik Sosial Antar Masyarakat ( Studi kasus di Kumala II Selatan Kecamatan Tamalate)KotaMakassar”penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang melatar belakangi terjadinya konflik sosial ( perkelahian antar warga), bagaimana pengaruh konflik sosial (perkelahian antar warga) terhadap kehidupan masyarakat dan upaya-upaya apa saja dilakukan agar bisa menyelesaikan konflik sosial (perkelahian antar warga) di jalan Kumala II Selatan Kecamatan Tamalate.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.13

Adapun yang menjadi perbedaan penelitian saya dengan penelitian Abdullah G.T. terletak pada lokasi penelitian, tahun penelitian dan konteks permasalahan yang dikaji, dalam rumusan masalahnya yaitu membahas tentang apa yang melatar belakangi terjadinya konflik sosial ( perkelahian antar warga), bagaimana pengaruh konflik sosial ( perkelahian antar warga) terhadap kehidupan masyarakat dan upaya-upaya apa saja dilakukan agar bisa menyelesaikan konflik sosial ( perkelahian antar warga) di jalan Kumala II Selatan Kecamatan Tamalate

Sedangkan peneliti ini membahas tentang apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial, bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial. Dalam pembahasan di atas peneliti melakukan penelitian di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

13Abdullah G.T.,”Konflik Sosial Antar Masyarakat di DesaKumala II Selatan Kecamatan Tamalate Kota Makassar,(Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,2016).hlm.30.

(23)

8

Yang menjadi persamaan dalam penelitian sekarang dengan Nopi Minisari dari teknik pengumpulan data digunakan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

F. Kerangka Teori 1. Peran Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan yang tertinggi di desa, kepala desa mempunyai peran penting dalam masyarakat yaitu melindungi, melayani, menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di masyarakat selain itu berdasarkan peraturan parundang-undangan Nomor 32 Tahun 2004 yang dimana kepala desa memiliki peran, yakni untuk menyelenggarakan pemerintah Desa, melaksakan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yakni peran didefinisikan sebagai seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.

Kepala Desa adalah seorang pemimpin dalam masyarakat dan untuk menjadi seorang pemimpin harus menjadi orang yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang sehingga dia mampu mempegaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi percapaian satu atau beberapa tujuan. Selain itu juga seorang pemimpin harus memiliki kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempegaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.

2. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan yang didasari oleh adanya perbedaan di dalam hubungan sosial.

Konflik dapat terjadi pada semua orang yang saling melakukan interaksi disebabkan karena konflik muncul melalui proses interaksi

(24)

9

yang mengarah kepada perpecahan yaitu interaksi disosiatif.14 Adapun penyebab terjadinya konflik sosial salah satunya Perbedaan Individu Perbedaan Individu dapat memicu terjadinya konflik sosial dikarenakan dimana setiap individu memiliki perbedaan dengan individu lainnya baik dari segi fisik maupun segi sosial, perbedaanya yaitu seperti perbedaan ras, budaya, hingga sifat.

3. Teori Konflik Oleh Ralf Dahrendorf

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik oleh Ralf Dahrendorf. Dalam kehidupan sosial manusia tidak bisa terlepas dari konflik sebagaimana dinyatakan oleh Ralf Dahrendorf, merupakan fenomena yang selalu hadir dalam kehidupan masyarakat.

Dahrendorf membedakan golongan yang terlibat konflik itu ada dua tipe Kelompok semu (quasi groub) dan kelompok kepentingan (interest groub), kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan kelompok yang kedua yaitu kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas, kelompok kepentingan ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan serta anggota yang jelas, kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. 15

Teori konfliknya Ralf Dahrendorf digunakan untuk menganalisis upaya penyelesaian konflik.

Ada tiga cara untuk menyelesaikan konflik menurut Ralf Dahrendorf yaitu:

a. Konsiliasi

Konsiliasi adalah dilaksanakan melalui parlemen atau kursi parlemen dimana semua pihak berdiskusi dan berdebat secara terbuka untuk mencapai kesepakatan. Lembaga tersebut harus

14 Grace Eirin,”Pengertian Konflik Sosial:Penyebab,Akibat,dan cara menangani”,dalam bobo-grid-id.cdn.ampproject.org,diakses tanggal 21 April 2022, pukul 15.17.

15 Allyn dan Bacon, Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda, terj.

Alimandan,

( Jakarta:penerbit PT Raja Grafindo persada, 2010),cet.ke-8,hlm.27.

(25)

10

bersifat otonomi dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari badan-badan lain yang ada di luar.

b. Mediasi

Mediasi adalah dimana kedua pihak sepakat mencari nasihat dari pihak ketiga. Dan pihak ketika berperan sebagai perantara dalam menyelesaikan konflik.

c. Arbitran

arbitrasi merupakan dimana kedua pihak sepakat untuk mendapatkan keputusan yang bersifat legal sebagai jalan bagi konflik. Di sini pihak ketiga bertindak sebagai arbitrator, tetapi para pihak mempunyai hak untuk menerima atau menolak keputusan yang diambil oleh wasit. 16

A. Kepala Desa

Kepala desa merupakan pimpinan menyelenggrakan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama badan permusyawaratan desa (BPD). Kepala desa memiliki wewenang menetapkan peraturan desa yang telah dapat persetuan bersama BPD.17 Pemerintah desa berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah desa dimaknai sebagai masyarakat hukum yang memiliki batasan wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur menangani dan mengurus, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada dikabupaten atau kota, sebagai maksud dalam undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945.18

16 Versatile Holiday Lado,”Macam -macam resolusi konflik menurut para ahli dan bentuknya” ,http://tirto.id/macam-macam-resolusi-konflik-menurut-para-ahli-dan- bentuknya-gbn1, di akses tanggal 03 Agustus 2022.

17 Suriati” Tipe kepemimpinan kepala desa dalam pelaksanaan pemerintah desa solok masango kecamatan bintang bayu kabupaten serdang bedagai”, (skripsi,Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, medan, 2016),hlm.27-28.

18 Ibid,hlm.34.

(26)

11 1. Peran Kepemimpinan

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan, seseorang akan melakukan hak dan kewajibanya dengan kedudukanya, maka dia menjalankan suatu peran. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat karena seorang individu akan terlihat kedudukanya hanya dari peran yang dijalankanya.19

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian peran sebagai berikut:

a. Peran kepala desa dimaksud adalah bahwa kepala desa menjalankan peranya berdasarkan peraturan yang di tetapkan di perundang- undangan.

b. Peran merupakan bagian yang dimainkan seorang pemain dalam sandiwara ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang dibebankan kepadanya.

c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seorang pemimpin. Yang dimana seorang pemimpin mampu melakukan tugas-tugas yang sudah ditetapkan bersama.20

Menurut Oemar Hamalik ada 5 (lima) hal yang perlu diperhatikan agar pemimpin dapat berperan baik di dalam organisasi yang dipimpinnya, meliputi:

1) Peran sebagai katalisator

Seorang pemimpin harus menumbuhkan pemahaman dan kesadaran orang-orang yang dipimpinnya, agar tindakan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk kepentingan semua anggota organisasi. Para anggota merasa bahwa hasil kerja pimpinannya tidak semata-mata menguntungkan dirinya, tetapi menguntungkan semua anggota organisasi secara keseluruhan. Maka pemimpin harus melaksanakan tugas:

a) Melakukan indentifikasi masalah yang dihadapi oleh kelompok, baik masalah internal maupun masalah eksternal.

19 Sumarjono,selo. Setankai Bungan sosial. ( Jakarta: Yayasan Badan penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia,1974), hlm.43.

20Ibid.hlm.7.

(27)

12

b) Merumuskan masalah yang paling penting dan masalah yang sangat sering terjadi dan dihadapi oleh anggota kelompok.

c) Merumuskan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dan mencari berbagai alternative pemecahannya.21 2) Peran sebagai fasilitator

Seorang pemimpin harus dapat mendorong dan menumbuhkan kesadaran para kelompok di suatu organisasi yang dipimpinnya supaya melakukan perubahan yang diharapkan untuk meningkatkan perkembangan suatu organisasinnya, pemimpin harus dapat memberikan berbagai kemudahan bagi para kelompoknya dengan cara:

a) Mengorganisasikan kegiatan para kelompok untuk memudahkan organisasi mencapai tujuannya.

b) Membuat keputusan yang mengacu kepada penyusunan skala prioritas tugas-tugas yang hendak dikerjakan oleh organisasi dan para kelompoknya.

3) Peran sebagai pemecah masalah

Seorang pemimpin harus mampu bertindak cepat, tepat, dan tanggap permasalahan yang dihadapi oleh organisasi, dan berusaha memecahkan masalah tersebut dengan secepat-cepatnya, Pemimpin harus mampu menentukan saat dan bentuk pemberian bantuan kepada anggota atau kelompok sehingga dapat menyesuaikan diri dengan setiap gerak langkah yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada.

4) Peran sebagai penghubung sumber

Seorang pemimpin harus dapat mencari sumber-sumber yang berkenaan dengan kondisi dan kebutuhan organisasi, dengan sumber-sumber tersebut, pemimpin dan membantu organisasi atau kelompok untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dalam rangka memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

5) Peran sebagai komunikator

Seorang pemimpin harus dapat mengkomunikasikan gagasannnya kepada orang lain, yang kemudian disampaikan

21 Pauzi Akhmad, Ahmad dan Cathas, Peran kepala desa dalam mengatasi kenakalan remaja Jurnal Administrasi Negara, Vol.6 Nomor 3,2018,hlm 4.

(28)

13

kepada orang lain secara berlanjut. Bentuk komunikasi harus dilakukan secara dua arah supaya gagasan yang disampaikan dapat dibahas secara luas, yang mencakup para pelaksana dan khalayak sasaran perlu menguasai teknik berkomunikasi secara efektif. 22 B. Konflik Sosial

Istilah “ konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”

yang berarti bersama dan “figere” yang berarti benturan dan tabrakan.23Secara umum konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial dimana terjadinya pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu kelompok dengan individu dan kelompok dengan kelompok. Konflik biasanya timbul karena perbedaan-perbedaan pendapat, pengetahuan, keyakinan, adat istiadat dan lain sebagainya.

1. Kemajemukan horizontal

merupakan struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan majemuk sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh, pedagang, pengusaha dan lain sebagainya. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik budaya tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya seperti ini, jika belum ada konsensus nilai yang mejadi pegangan bersama, konflik yang terjadi dapat menimbulkan perang saudara. 24Indonesia sebagai Negara yang majemuk baik secara kultural, agama, ras, etnis, suku dan lain sebagainya hal ini tentu sangat membuka peluang terjadinya konflik yang disebabkan oleh penyimpangan- penyimpangan nilai-nilai budaya.

22 Ibid,hlm 5

23 Habib Alwi, pengantar studi konflik sosial,( Mataram,: Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2016,),hlm,9.

24 Ibid.,hlm.17.

(29)

14 2. Kemajemukan Vertikal

Adalah struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Penyebab konflik sosial dalam struktur masyarakat ini disebabkan karena ada sekelompok masyarakat kecil yang mempunyai kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan kewenangan yang besar. Sementara sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan yang rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan. Pembagian masyarakat seperti ini merupakan benih subur bagi timbulnya konflik sosial. Dan fenomena ini kerapkali ditemukan di daerah-daerah pinggiran, pedesaan, atau jauh dari lingkungan perkotaan.25

G.Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrument kunci. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menggambarkan atau memaparkan hasil dari penelitian lalu kemudian disusun dan di tuangkan dalam bentuk tulisan naratif dan dianalisis.26

Lexi J.Moleong mendefinisikan pendekatan kualitatif ini sebagai penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada, suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

25 Ibid. hlm.18.

26 Lexi J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, cet ke 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.6.

(30)

15

Dalam proses penelitian kualitatif peneliti akan menggumpulkan data dari berbagai informan penelitian, kemudian peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan dituangkan dalam bentuk tulisan.

2. Kehadiran Penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument kunci dan sekaligus sebagai pengumpulan data sehingga kehadirannya di lokasi tempat penelitian mutlak diperlukan.27 Kehadiran peneliti perlu digambarkan secara jelas dalam laporan penelitian. Perlu juga dijelaskan apakah kehadiran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat penuh, atau pengamat partisipan. Demikian juga perlu dijelaskan apakah subjek atau informan mengetahui kehadiran penelitian dalam statusnya sebagai peneliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini berada di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Alasan peneliti memilih lokasi di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima adalah karena peneliti ingin melakukan penelitian lebih mendalam lagi terkait Apa Saja Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial Dan Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Desa Dalam Menangani Konflik Sosial.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang peneliti dapat langsung dari informan tampa perantara. 28Data diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan dengan informan. Sumber data pada penelitian ini adalah Kepala Desa,Tokoh masyarakat dan masyarakat.

27 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif,kuantitatif,dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2015),hlm.15.

28 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014),hlm.308.

(31)

16 b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data. 29Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari orang lain, majalah, buku, jurnal dan internet.

5. Teknih Pengumpulan Data

Teknih pengumpulan data yaitu langkah-langkah yang digunakan untuk mendapatkan data dalam sebuah penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan secara sistematis terhadap objek penelitian dengan menggunakan seluruh alat indra untuk mendapatkan data atau informasi yang benar dan lengkap. Menurut Sugiyono Observasi merupakan suatu proses yang kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologi.30Sedangkan menurut Riyanto observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung.

Dari beberapa Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan proses mengamati objek penelitian secara langsung tanpa perantara dalam artian seorang peneliti itu sendiri yang akan langsung terjun ke lapangan.

1.) Observasi partisipatif adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan ikut mengambil bagian dari dalam keadaan ilmiah tempat dilakukannya observasi.

Dalam artian peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. 31 Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka peneliti akan memperoleh data lebih lengkap

29 Ibid,hlm.309.

30 Ibid,hlm145.

31 Ibid.,hlm204.

(32)

17

lebih tajam, dan mengetahui pada tingkat makna dari setiap yang tampak.32

2.) Observasi Non Partisipan ialah observasi dimana peneliti hanya mengamati informan atau sumber data dalam keadaan ilmiah, tanpa harus ikut langsung ke lapangan.

Dalam artian dimana peneliti hanya mengamati tingkah laku sumber data dalam keadaan alamiah, tetapi penelitian tidak melakukan partisipan terhadap kegiatan orang yang akan diteliti, dalam hal ini peneliti hanya menjadi penonton saja tanpa harus terjun langsung ke lapangan.33

Adapun observasi yang peneliti gunakan yaitu observasi partisipasi, yang dimana peneliti ikut serta di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dalam hal ini observasi hanya bertindak sebagai objek dan subjek. Dengan observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang Nampak dari sesuatu yang ingin didapatkan data mengenai peran kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Adapun yang di observasi adalah kondisi masyarakat yang dimana di masyarakat masih terjadinya konflik sosial.

b. Wawancara

Menurut Moleong Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan terwawancara memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 34 Sedangkan menurut sugiyono wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab.35

32 Ibid.

33 Ibid.,hlm.204.

34 Lexi J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, cet ke 1 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.186.

35 Ibid,hlm.231.

(33)

18

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses Tanya jawab antara dua orang atau lebih dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan terwawancara menjawab pertanyaan tersebut.

1.) Wawancara terstuktur

Wawancara terstuktur, ialah teknik pengumpulan data yang dimana peneliti telah menyiapkan instrument pertanyaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik. Dengan wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan sama, dan pengumpul data mencatat setiap informasi yang diperoleh.36

2.) Wawancara tidak terstruktur

Merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datannya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 37

3.) Wawancara semi struktur

Merupakan wawancara dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan wawancara terstruktur, tujuan dari wawancara semi struktur adalah menemukan permasalahan yang lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.38

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara struktur, adapun informan yang akan peneliti wawancara adalah Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan Masyarakat, Karena proses pengumpulan datanya dilakukan secara sistematis dan terarah. Sehingga poin-poin penting dari informan didapatkan secara cepat dan tepat.

36 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif,kuantitatif,dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2014),hlm.319.

37 Ibid.hlm.320.

38 Ibid.,hlm.320.

(34)

19

Adapun data yang dibutuhkan dari hasil wawancara yaitu informasi mengenai Apa saja faktor- faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini studi dokumentasi diperlukan dalam proses penelitian dikarnakan dalam teknik pengumpulan data harus adanya dokumen-dokumen yang relevan dengan kasus yang akan diteliti dengan tujuan agar memperkuat penelitian ilmiah. Sehingga data yang dibutuhkan akan mudah diperoleh berupa sumber- sumber tertulis, seperti halnya dengan dokumen resmi, makalah penelitian, dan buku yang relevan dengan hasil yang diteliti.39 Sedangkan menurut Moleong dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau dokumen- dokumen yang setiap bahan tertulis baik internal maupun eksternal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.40

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan alat untuk memperkuat penelitian ilmiah, melalui dokumentasi peneliti dapat dengan mudah mendapatkan apa yang diteliti. Adapun dokumentasi yang akan peneliti cari adalah : Profil lembaga desa ( letak geografis desa, batas desa, wilayah desa, struktur desa, keadaan masyarakat, profesi masyarakat, mata pencaharian dan lain-lain), hasil dokumentasi kegiatan, maupun data-data lainnya yang akan diperlukan dalam proses penelitian.

1) Teknik Analisis Data.

Teknik Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga data

39 Ibid.,hlm.329.

40 Lexi J.Moleong, Metode penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) ,hlm.216.

(35)

20

yang terkumpul mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain.41 Terdapat dua cara analisis data pada saat melakukan penelitian lapangan yaitu: Analisis sebelum di lapangan dan Analisis selama di lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data dan informasi melalui aktivitas analisis dari miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga proses yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, yang memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya, dan membuang hal-hal yang tidak dibutuhkan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang diperlukan. Sehingga dengan mereduksi data dengan cara merangkum, mengambil, mengambil data yang pokok dan penting, dan membuat kategorisasi, maka peneliti tetap berada dalam data.42

Tahap reduksi data ini ialah tahap awal dalam analisis data yang di laksanakan peneliti dengan tujua untuk memper mudah peneliti dalam memahami data yang telah diperoleh. Reduksi data dilakukan dengan memilih dan menyeleksi setiap data yang masuk dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian mengolah dan memfokuskan semua data mentah agar lebih bermakna.

b. Penyajian Data

Sesudah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan dan mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini yang paling sering digunakan untuk penyajian data

41 Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2014), hlm.336.

42 Ibid.,338.

(36)

21

dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. 43 Melalui penyajian data tersebut, maka artinya data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan / Verication

Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan untuk proses pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.44

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti akan menyimpulkan temuan-temuan atau data-data yang berkaitan dengan apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam menangani konflik sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

7. Uji Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data. peneliti akan berusaha memaparkan usaha-usaha yang dilakukan agar sesuai antara keabsahan data dengan temuan. Uji keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, Meningkatkan dalam melakukan peningkatan penelitian, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member chek.45

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan menggunakan teknik keabsahan data dengan teknik trianggulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data dengan bermacam-macam cara serta memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk memperluas pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh.

Dengan demikian bertujuan untuk mengecek kebenaran dari hasil

43 Ibid.,hlm.341.

44Ibid.,hlm.345.

45 Ibid.,hlm.368.

(37)

22

penelitian. Dengan cara membandingkan serta memanfaatkan sesuatu yang lebih baik atau sumber kunci informan. Dalam pengecekan data ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Trigulasi Tekhnik, dilakukan dengan cara bertanya mengenai hal yang sama namun dengan tekhnik yang berbeda. Peneliti mencari data yang sama dengan menggunakan tekhnik wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi, penerapanya yaitu dengan mengecek hasil wawancara dari berbagai informasi yang berkaitan dengan Apa Saja Faktor-Faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Selain itu data yang didapat lewat hasil wawancara juga dicek dengan data yang di dapat dari observasi dan dokumentasi.

b. Trigulasi Sumber data, dilakukan dengan cara mengkaji keabsahan data yaitu dengan cara membandingkan data yang diperoleh oleh peneliti dari dimensi waktu maupun sumber lain, misalnya dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat. Tringulasi Sumber data digunakan untuk mengecek data tentang Apa Saja Faktor-Faktor penyebab terjadinya konflik sosial dan Bagaimana Upaya yang dilakukan Kepala Desa dalam Menangani Konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Trigulasi sumber data juga digunakan untuk menyikapi keterbatasan ruang dan waktu serta membatasi orang sebagai sumber.

Dalam pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan trigulasi sumber dengan cara membandingkan data yang diperoleh oleh peneliti melalui wawancara dengan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan Masyarakat.

(38)

23 H. Sistematikan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang deskriptif, yang akan digunakan dalam mendeskripsikan secara rasional dari masing-masing bab yakni:

BAB I: pada bab I ini peneliti akan membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan .

BAB II: bab II ini akan berisi tentang paparan data dan temuan yang mengambarkan seluruh data temuan,yaitu data yang membahas Apa Saja Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial dan Bagaimana upaya yang dilakukan kepala desa dalam menangani konflik Sosial di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

BAB III: pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang bab pembahasan, maka dari itu peneliti tidak akan menulis ulang-ulang data yang telah peneliti ungkap pada bab II, penelitian pada bab ini akan mengungkapkan hasil analisis terhadap proses temuan peneliti, sesuai dengan paparan pada Bab II yaitu kerangka teori yang telah dibuat pada Bab I pendahuluan.

BAB IV: Bab ini adalah Bab terdiri dari kesimpulan dan saran.

Yang sesuai dengan masalah yang telah peneliti rumuskan pada Bab I sebagai rumusan masalah, sebisa mungkin peneliti tidak akan menyimpulkan suatu yang menjadi fokus dalam penelitian.

Bukan hanya pada penelitian namun pada Bab ini peneliti juga akan menulis saran-saran untuk penelitian yang akan dilakukan dikemudian hari.

(39)

24 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

1. Deskripsi umum wilayah Desa Sie

Mengingat Desa yang merupakan satu kesatuan hukum masyarakat dan bersifat keanekaragaman yang dijamin oleh Undang- undang, maka gambaran umum tiap Desa memiliki karakteristik masing masing diantaranya. pemerintahan Desa Sie memiliki struktur pemerintah yang legal dan dijamin oleh undang-undang serta diakui oleh masyarakat secara legitimasi berdasarkan hasil pemilihan kepala desa yang dilaksanakan pada Tahun 2016 dengan masa bakti kepala desa 2016-2022 Karena desa merupakan satu kesatuan hukum maka desa memiliki batas wilayah yang telah diakui oleh Pemerintah dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Tangga Kecamatan Monta

- Sebelah selatan : Desa Simpasai Kecamatan Monta

- Sebelah Barat : Kecamatan Woha - Sebelah Timur : Kecamatan Langgudu Dengan Luas Wilayah Desa : 3.405,63 Ha

2. Kondisi umum Geografis

Desa Sie merupakan salah satu dari Empat Belas (14) Desa yang berada di pusat Kecamatan Monta Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki penduduk sejumlah:

 Jumlah penduduk :4313 Jiwa

Laki-laki :2202 Jiwa

Perempuan :2111 Jiwa

 Jumlah KK :1193

(40)

25

Berdasarkan data wilayah Desa Sie terbagi atas 4 Dusun, 7 RW dan 18 RT, dengan batasan wilayah Desa Sie adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Sakuru Kecamatan Monta - Sebelah selatan : Desa Sie Kecamatan Monta - Sebelah Barat : Kecamatan Woha

- Sebelah Timur : Kecamatan Langgudu Tabel 1.1

Jumlah RT, RW dan Dusun Desa Sie:

Desa Sie RT RW

Dusun I Waworada Dusun II Sie

Dusun III Diha

4 4 2

2 2 1

Jumlah 18 5

3. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Penduduk di Desa Sie dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan baik yang disebabkan oleh kelahiran, kematian, kedatangan dan perpindahan. Kesadaran orang tua terhadap pentingnya arti dan makna pendidikan dalam mendewasakan anak-anak baik jasmani maupun rohani sangat tinggi. Namun karena faktor ekonomi menyebabkan banyaknya anak-anak yang tidak tamat SD dan melanjutkan pendidikannya di tingkat yang lebih tinggi.

Untuk lebih jelasnya tentang keadaan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.2

Jumlah pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak tamat SD/Sederajat 250

2 Buta huruf 195

3 Tamat SD 125

(41)

26

4 Tamat SMP 155

5 Tamat SMA 105

6 D1 -

7 D2 -

8 D3 1

9 S1 55

10 S2 5

4. Kondisi Ekonomi

Kehidupan ekonomi merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena masalah ekonomi tidak lain dari pada penjelmaan dari keinginan (naluri) ingin mempertahankan hidup dengan jalan bekerja dan berusaha dalam bentuk bahan dan material untuk memenuhi segala kebutuhan hidup. Sebagian besar masyarakat Desa Sie adalah petani, peternakan, perdagangan dan sebagainya agar lebih jelasnya dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Table 1.3

Penduduk Desa Sie berdasarkan mata pencaharian

NO Jenis pekerjaan Jumlah

1 Kuli bangunan 100

2 Petani 205

3 Peternakan 160

4 Perdagangan 122

5 Pengangguran 220

6 Jasa angkutan 65

7 Wiraswasta 77

8 Montir / otomotif 40

(42)

27

5. Sosial Agama dan Budaya Masyarakat Desa Sie

Kehidupan sosial agama merupakan aktivitas dan kepercayaan setiap manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, dan mayoritas masyarakat Desa Sie beragama islam.

Perkembangan agama di Desa Sie dapat dikatakan aktif baik dalam ibadah maupun kegiatan-kegiatan sosial keagamaan seperti gotong royong, pengajian, yasinan, akan tetapi belum disiplin dalam mengikuti aktivitas sosial keagamaan, karena terkendala oleh faktor kesadaran dan lemahnya pemahaman masyarakat terhadap agama.46

A. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial Di Desa Sie Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung.

Wirawan mengatakan bahwa konflik terjadi secara alami karena adanya kondisi objek yang dapat menimbulkan terjadinya konflik. kondisi objek itu antara lain adalah:

1. Keterbatasan sumber

Manusia selalu mengalami keterbatasan sumber-sumber daya yang diperlukannya untuk mendukung kehidupannya keterbatasan itu dapat menimbulkan kompetisi satu sama lain untuk mendapatkan sumber yang diperlukan sehingga sering kali menimbulkan konflik.

2. Komunikasi yang kurang baik.

Komunikasi yang kurang baik sering kali menimbulkan konflik dalam organisasi, misalnya distorsi. Informasi yang tidak tersedia dengan bebas dan penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

46 Profil Desa Sie, 17 juni 2022.

(43)

28

3. Kebutuhan manusia memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain atau mempunyai kebutuhan yang sama mengenai sesuatu yang terbatas jumlahnya, sehingga kebutuhan merupakan pendorong terjadinya perilaku manusia apabila kebutuhan manusia diabaikan atau terhambat, maka hal ini bisa memicu terjadinya konflik.

4. Sistem imbalan yang tidak layak

Konflik terjadi karena sistem imbalan yang dianggap tidak adil atau layak oleh karyawan dalam perusahaan.

5. Tujuan yang berbeda

Konflik terjadi karena pihak-pihak yang terlibat konflik mempunyai tujuan yang berbeda-beda.47

Konflik secara sederhana dapat diartinya sebagai percekcokan, perselisihan dan pertentangan, sedangkan konflik sosial adalah pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menteluruh dikehidupan. 48 Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.

Soejono soekanto mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat, yakni perbedaan antar individu, perbedaan kepentingan dan perbedaan kebudayaan:

1. Perbedaan antar individu

Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan dapat menyebabkan terjadi konflik antar individu, dalam konflik- konflik seperti ini terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing- masing pihakpun berusaha membinasakan fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk permusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Dalam kehidupan sosial tidak ada satupun individu yang memiliki karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan tersebutlah yang mempegaruhi timbulnya konflik sosial. Misalnya masjid, gereja, pura (bali), dan symbol-simbol lainnya dan konflik ini terjadi atas perbedaan keyakinan, yang menunjukkan adanya

47 Ibid.hlm.20.

48 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2005),hlm.587.

(44)

29

penyimpangan nilai-nilai agama.49Perlu diketahui bahwa salah satu penyebab terjadinya konflik sosial tersebut dikarenakan perbedaan antar individu, setiap manusia pasti memiliki perbedaan pendirian atapun perasaan satu dengan yang lainnya.50

Seperti konflik yang terjadi di Desa Sie yaitu konflik antara calon kepala Desa Sie dan Panitia pemilihan kepala desa (Pilkades) konflik bermula ketika calon kepala desa tidak terima atas keputusan panitia pemilihan kepala desa Karena tidak terima atas keputusan itu akhirnya calon kepala desa melakukan pemberontakan dan memukul panitia pemilihan kepala desa. Tidak hanya konflik antara calon kepala desa ada juga konflik yang lain yang terjadi di Desa Sie yaitu konflik antar remaja faktor penyebabnya karena menyimpan rasa balas dendam, awal munculnya konflik ini berawal dari sekelompok anak muda yang sedang nongkrong di jalan raya tiba-tiba mereka melihat Ruslan yang sedang duduk, karena menyimpan rasa balas dendam akhirnya sekelompok anak muda ini langsung menghampiri dan memukul Ruslan sampai babak belur.51

2. Perbedaan kepentingan.

Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang berbeda- beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan sarana.

3. Perbedaan kebudayaan

Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok.

Gambar

Gambar 1.1 Pemilihan Calon Kepala Desa (Pilkades),30  Gambar 1.2 Faktor Pacaran,31
Gambar 1.1  Pemilihan Kepala Desa
Gambar 1.2  Faktor Pacaran

Referensi

Dokumen terkait

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL "PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM LEMBAGA FORMAL DESA TERHADAP PERAN ANGGOTA LEMBAGA FORMAL DESA

Metode pengurangan konflik menekakan terjadinya antagonism yang ditimbulkan oleh konflik.. konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani

Peran Kepala Desa sebagai Fasilitator cukup membantu masyarakat Desa Bumi Rapak, hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama menjadi Kepala Desa hal

Terlepas dari keseluruhan keajaiban yang digambarkan di atas, secara eksplisit tugas pemerintah desa, khususnya Kepala desa Kole, Wilayah Ambalawi, Peraturan Bima belum

Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait sistem dan mekanisme pemilihan kepala desa ditenggarai menjadi penyebab utama konflik pada pilkades Era Baru, hal ini harus menjadi

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi terkait dengan Peran Kepala Dusun sebagai Unsur satuan tugas kewilayahan dalam membantu

Alasan Pemilihan Gaya Komunikasi dalam Manajemen Konflik di Lingkungan Pemerintahan Desa Dari wawancara yang peneliti lakukan, subjek Ibu Linda Gunawan selaku Kepala Desa Ranca Kalapa

Peran dan tanggung jawab seorang kepala desa sangat penting dalam menjaga kesejahteraan dan kemajuan