• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Metode Penelitian

4. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara yang biasa dilakukan oleh peneliti. Responden dalam wawancara yang peneliti lakukan terdiri dari petani (10 orang), petugas pengairan (3 orang) dan pemerintah Desa Ngeru (1 orang). Misalnya produsen suatu produk kosmetik ingin mengetahui prilaku konsumen terhadap produk tersebut, maka diadakanlah wawancara atau pengisian kuesioner pada konsumennya.20Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari hasil wawanca ra dengan petugas pegairan, petani dan pejabat desa serta observasi terhadap praktik pengairan.

b. Data Sekunder

20 Husein Umar, Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta Utara: PT Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 42

Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, bukan merupakan data hasil riset sendiri untuk tujuan yang lain. Data sekunder penelitian ini yaitu dokumen desa yang berisi tentang data-data Desa Ngeru. Dalam penelitian ini peneliti sekedar mencatat, mengakses, atau meminta data tersebut ke pihak lain yang telah mengumpulkannya di lapangan. Peneliti hanya memanfaatkan data yang sudah ada untuk untuk penelitiannya. 21 5. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan objek penelitian, maka penulis menggunakan motode penelitian lapangan. Dalam pengumpulan data dengan metode penelitian lapangan, penulis mengumpulkan data langsung dari Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa dengan bekerja sama dengan petani dan petugas pengairan yang telah melakukan perjanjian kerja sama.

a.Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada informen dan jawaban-jawaban infirmen dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Teknik wawancara dapat digunakan pada informen yang buta huruf atau tidak terbiasa

21 Istijanto, Aplikasi Praktis Riset Pemasaran cara praktis meneliti konsumen dan peasaing, (Jakarta: Gramedika Pustaka Utama, 2009), hal. 38

membaca dan menulis, termasuk anak-anak. Wawancara juga dapat dilakukan dengan telepon. 22

Dalam pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan peneliti menggunakan jenis wawancara terpimpin, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu sudah menyiapkan daftar-daftar pertanyaaan lengkap dan terperinci yang akan diajuakan kepada informen.23 Dalam melakukan wawancara dengan dengan beberapa pihak yaitu pihak petani, petugas pengairan dan pemerintah Desa Ngeru, peneliti melakukan wawancara langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait permasalahan pengairan yang terjadi di Desa Ngeru(Daftar pertanyaan sebagaimana terlampir).

Alasan peneliti menggunakan jenis wawancara terpimpin yaitu suapaya pertatanyaan yang akan peneliti ajaukan kepada informen terstrukur dan tidak melenceng ke pembahasan lain.

b. Observasi

Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan- pertanyaan.24

22 Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 67-68

23http://m.bola.com/ragam/read/435597/pengertian-dan-jenis-jenis-w, diakses pada tanggal 17 Januari 20121

24 Ibid, hal. 68

Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, Observasi dapat dibedakn menjadi:

a) Observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan- kegiatanyang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. Sementara pengamat terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan subjek penelitian, ia tetap waspada untuk mengamati kemunculan tingkah laku tertentu.25

b) Observasi tak partisipan, pengamat berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian, pengamat akan lebih mudah mengamati kemunculan-kemunculan tingkah laku yang diharapkan.26

Observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi tak partisiaptif dikarenakan peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang diteliti atau yang diamati. Pada penelitian ini peneliti memperoleh data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Observasi tak partisipatif dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam,dengantujuan agarpeneliti mendapatkan data deskriptif yang komprehensif dan lebih spesifik dari informan terkait sistem pengairan di Desa Ngeru.

25Ibid.,

26Ibid.,

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. 27

Dokumen dapat dibedakan menjadi dua yaitu dokumen primer, jika dokumen ini ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa. Dan dokumen sekunder, jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini. Otobiografi adalah contoh dokumen primer dan biografi seseorang adalah contoh dokumen sekunder. 28

Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case record) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa dokumen- dokumen ini ditulis tidak untuk tujuan penelitian sehingga penggunaannya memerlukan kecermatan.29

Dokumentasi yang diperluan peneliti dalam penelitian ini adalah data desa, jumlah penduduk, jumlah lahan pertanian dan profile desa.

I. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

27Ibid, hal. 70

28 Ibid.,

29 Ibid, hal. 70-71

Pada BAB I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup atau setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

2. BAB II

Pada BAB II berisi tentang pemaparan data dari hasil penelit ian lapangan. Pada bab ini terdiri atas gambaran lokasi penelitian, perskektif hukum Islam tentang sistem pengairan yang berkeadilan.

3. BAB III

Pada BAB III berisi tentang pandangan hukum Islam tentang sistem pengairan yang berkeadilan di Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa.

4. BAB IV Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari materi yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Yang di mana kesimpulan merupakan ringkasan dari seluruh materi kajian.

Sedangkan saran merupakan pendapat atau usul dari peneliti yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji atau kemungkinan kajian lanjutan.

46 BAB II

GAMBARAN UMUM DESA NGERU, KECAMATAN MOYO HILIR, KABUPATEN SUMBAWA

A. Gambaran Umum Kondisi Desa Ngeru

Desa Ngeru merupakan salah satu desa dari 10 (sepuluh) desa yang berada di Kecamtan Moyo Hilir. Desa Ngeru memiliki luas 23,14 km yang terdiri dari ahan irigasi dengan luas 262 Ha, lahan tadah langit 250 Ha, dan lahan Tegalan dengan luas 14 Ha.30

Desa Ngeru sudah ada sejek zaman Kerajaan Gunung Galesa jauh sebelum bangsa Belanda masuk ke Indonesia, dengan nama Benteng Ulu yang diambil dari nama perkampungan keturunan Trah KEDATUAN GUNUNG GALESA (Moyo Hilir) yang dulunya menyebar sampai ke Benteng Ulu.31

Desa Ngeru memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar bersuku Sumbawa. Selain Suku asli Sumbawa, penduduk Desa Ngeru sebagian kecil terdiri dari para pendatang seperti suku Sasak dan dan suku Mbojo yang menetap di Desa Ngeru karena menikah dengan warga Desa Ngeru dan juga datang untuk bekerja. Desa Ngeru terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Benteng Ulu, Dusun Kali Jaga dan Dusun Batu Taning. 32

Desa Ngeru memiliki gedung pemerintahan sendiri yaitu kantor Desa Ngeru, di mana di gedung tersebut tempat berlangsungnya kegiatan

30 Dokumen, Desa Ngeru Moyo Hilir, 2020

31 Sejarah Desa Ngeru, diakses di fecebook Sejarah Tau Tana Samawa. Pada hari tanggal 23 Desember 2020, pukul 21.00

32 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru Moyo Hilir, 3 Juli 2020

pemerintahan Desa Ngeru Desa Ngeru memiliki dua gedung sekolah yaitu SDN Ngeru yang di mana di SDN Ngeru terdapat TK satu atap dengan SDN Ngeru dan SMPN 3 Moyo Hilir. Selain gendung pemerintahan dan gedung sekolah di Desa Ngeru juga terdapat satu masjid dan satu mushollah sebagai tempat ibadah di Desa ini. Di desa ini juga terdapat pasar yang hanya ada pagi hari, di pasar ini menjual berbagai macam kebutuhan dapur masayarak Desa Ngeru khusunya ikan laut yang bawa oleh penjual ikan dari Desa Labuhan Ijuk. 33

B. Letak Geografis Desa Ngeru

Kondisi suatu wilayah sangat besar pengaruhnya terhadap berbagai segi, baik dari segi ekonomi, budaya, pendidian maupun dari segi sosial. Maka sama halnya desa Ngeru dengan berbagairagam kehidupan masyarakatnya tentu tida terlepas dari pengaruh wilayah di sekitarnya dan juga mempengaruhi adalah leta geografisnya.

Desa Ngeru merupakan daerah dataran rendah yang dikelilingi oleh pegunungan dan sebagian besar terdiri dari tanah sawah. Desa Ngeru terdiri dari tiga dusun yang jaraknya berdekatan. 34

Desa Ngeru merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Moyo Hilir yang telah memiliki kepala desa dan tiap-tiap dusun memliki kepala dusun. Secara geografis Desa Ngeru memilii wilayah seluas 23,14 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai beriut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Batu Bangka

33 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru Moyo Hilir, 3 Juli 2020

34Ibid.,

2. Sebalah selatan berbatasan dengan : Desa Kakiang 3. Sebalah timur berbatasan dengan : Desa Olat Rawa 4. Sebelah barat berbatasab dengan : Desa Berare35

Desa Ngeru memilii iklim tropis dengan curah hujan yang kurang baik.

Sehingga kebutuhan air petani terkadang tidak terpenuhi secarah penuh.

Pemanfaatan air irigasi merupakan upaya pemerintah dan petugas irigasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya petani.36

C. Keadaan Penduduk Desa Ngeru 1. Jumlah penduduk

Desa Ngeru terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Benteng Ulu, Dusun Kali Jaga, dan Dusun Batu Taning. Adapun jumlah penduduk desa Ngeru yaitu 1.857 jiwa dengan 927 jiwa laki-laki dan 930 jiwa perempuan, dengan jumlah 583 kepala keluarga (KK).37

2. Keadaan Eonomi dan Agama

Mata pencaharian warga Desa Ngeru mayoritas sebagai petani yaitu 89%, dan sebagian terdiri dari pedagang, peternak, dan pengrajin gerabah. Selain dari mata pencaharian di atas penduduk Desa Ngeru juga sebagian kecil bekerja sebagai TKI/TKW. Pengolahan tanah di Desa Ngeru sebagian besar diperuntuhan untuk tanah pertanian sedangan

35 Dokumen, Desa Ngeru Moyo Hilir, 2020

36 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru moyo Hilir, 3 Juli 20

37Ibid.,

sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas- fasilitas lainnya.38

Dari segi keagamaan, masyarakat Desa Ngeru seluruhnya memeluk agama Islam. Di Desa Ngeru memiliki satu masjid dan satu mushola yang digunakan untuk sholat berjamaah, pengajian dan sholat jum’at, acara maulid nabi, isra’ mi’raj, nuzulul quran dan kegiatan keagamaan lainnya.39 3. Swadaya Masyarakat, adat istiadat dan kearifan lokal

Swadaya masyarakat dalam bergotong royong dalam segala hal masih tetap lestari sebagai salah satu kearifan lokal masyaraat Desa Ngeru, hal ini terbukti dari keatifan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan seperti:

a. Gotong royong dalam kegiatann pembangunan masjid b. Renovasi rumah panggung warga

c. Gotong royong membersihkan jalan

d. Gotong menyiapkan kursi untuk masyarakat yang mengadakan hajatan40

D. Praktik Pengairan di Desa Ngeru, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa

1. Sistem Akad Pengairan di Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir

Sistem akad yang digunakan oleh petani dan petugas pengairan Desa Ngeru dalam pengairan sawah di Desa Ngeru Kecamatan Moyo Hilir yaitu akad perjanjian yang dibuat secara lisan dan saling percaya satu sama lain tanpa ada paksaan, karena petani sangat membutuhkan pengairan untuk

38Ibid.,

39Ibid.,

40Ibid.,

kelangsungan hidup tanamannya yang dibantu oleh petugas irigasi.

Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan pihak petani dan perugas irigasi. 41

Proses lahirnya akad atau perjanjian antara petani dan petugas irigasi, yaitu hanya dilakukan satu kali saja diawal sebelum memasuki masa tanam padi yang dimulai dengan pertemuan antara petani, petugas irigasi dan pemerintah desa untuk bersama-sama membahas begaimana bentuk kerjasama antara kedua belah pihak. Untuk petani dikenakan membayar iuran berupa padi kepada petugas irigasi sebesar 1 kaleng/blekbesar ukuran 20 liter yang dibayar setalah selesai panen. 42

Dari data yang peneliti temukan bahwa dalam pertemuan tersebutlah terjadi akad kesepakatan bersama. Di mana dalam pertemuan tersebut dijelaskan hak dan kewajiaban kedua belah pihak. Setelah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak akan menjalankan tugas dan kewajiban berdasarkan apa yang telah disepakati bersama pada awal perjanjian.43

Isi perjanjian yang diucapkan oleh petugas pengairan dan petani dalam pertemuan perjanjian kerja sama dalam bidang pengairan di Desa Ngeru sebagai berikut:

Petuga pengairan mengatakan:

“Dalam pertemuan ta tu bahas mengenai ya sistem ke tugas tu masing-masing dalam kegiatan pengairan uma ta. Kita selaku pertugas pengairan ta berkewajiban tu iring ai sampe tama dalam uma petani ta, trus petani berkewajiban beang iuran lako petugas setiap jura panen na. loe iuran nn sebelek gaba sopo anggota”.

41 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru moyo Hilir, 3 Juli 2020

42 Observasi, masyarakat Desa Ngeru Moyo Hilir, 3 Juli 2020

43Ibid.,

Artinya:

“Dalam pertemuan ini kita membahas mengenai sistem dan tugas yang akan dilakuka oleh masing-masing pihak dalam kegiatan pengeiran air sawah. Kita selaku petugas pengairan berkewajiban mengiring air hingga sampai ke sawah petani, kemudian petani berkewajiban memberikan iutran kepada petugas pengiaran sebesar 1 blek setelah selesai panen”.

Petani mengatakan:

“Kita para petani ta kamo tu rembuk masalah sistem ke tugas nn sesuai ke de ka ya jelaskan leng petugas ita nan. Kita tu setujui si apa de ka ya sampaikan ita nan, apa kita tu merasa terbantu ke ada ai irigasi ta”.

Artinya”

“Kita para petani sudah mendisusikan prihal sistem dan tugas tugas yang telah disampaikan oleh petugas tadi. Kita menyetujui apa yang telah disapaikan tadi, karena kita para petani merasa terbantu dengan adanya air irigasi ini”.

Dari pihak petani peneliti mewancarai bapak Mukhlis, beliau mengatakan:

“Perjanjian de ka tu sepakati ke tau irigasi nn e, perjanjian de ka tu kerante berema, jadi ne perjanjian antara kita petani ke petugas irigasi nn nongka perjanjian tertulis, sebab ne tu saling percaya si, ke ampo ne kam tu kerante apa ya boat masing-masing kita baik kita petani maupun tau irigasi ana. Dalam perjanjian de ka tu sepakati ta nonda de merasa kepaksa sebab kamo tu saling sepakat.”

Artinya:

“Perjajian yang telah kami sepakati dengan petugas irigasi, yaitu perjanjian yang telah dibicarakan bersama, jadi perjanjian antara pihak petani dengan petugas irigasi bukan perjanian tertilis, sebab sudah saling percaya, dan sudah dibicarakan apa saja tugas dari masing-masing pihak, baik pihak petani maupun petugas irgasi.

Dalam perjanjian yang sudah disepakati tersebut tidak ada yang merasa terpaksa sebab sudah disepakati bersama.”44

44 Mukhlis, Petani Desa Ngeru, wawancara, Ngeru Moyo Hilir, 22 Juli 2020

Selanjutnya peneliti mewancarai bapak Agus, beliau mengatakan:

“Dalam perjanjian de ka tu pina ke petugas irigasi nan perjanjian secara lisan bae, karena kao tu saling sadu. Kita sebagai petani tu percaya sepenuhnya ke petugas irigasi untuk senatang ai lako uma kami”.

Artinya:

“Dalam perjanjian yang telah disepakati dengan petugas irigasi adalah perjanjian secara lisan saja, karena sudah saling percaya.

Kita sebagai petani telah percaya sepenuhnya kepada petugas irigasi untuk mendatangkan air ke lahan sawah kami”.

Selanjutnya dari pihak petugas irigasi peneliti mewancarai yaitu bapak Ahmad, beliau mengatakan:

“Perjanjian de ka tu sepakati berema ke pihak petani nn perjanjian de ka tu kerante berema, nonda perjanjian tertulis singin nn. Sebab kamo tu saling percaya ke ketentuan-ketentuan kerja de kan tu sepakati berema.”

Artinya:

“Perjanjian yang telah disepakati dengan pihak petani merupakan perjanjian yang telah dibicarakan bersama, tidak ada perjanjian tertulis. Sebab sudah saling percaya dengan ketentuan-ketentuan kerja yang telah disepakati bersama.”

Dalam perjanjian kerja yang dikakan oleh petugas irigasi dan para petani di Desa Ngeru sudah jelas yaitu perjanjian secara lisan yang dilakukan di awal adannya saluran irigasi masuk ke Desa Ngeru. Yang di mana perjanjian tersebut telah disepakati oleh masing-masing pihak yang terlibat di dalam kerjasama pengairan.

Sighat atau ijab abul merupakan kalimat-kalimat penjelasan yang keluar dari salah satu pihak yang melakukan akad atau perjanjian sebagai gambaran tujuan dari akad yang yang dilakukan, sedangkan kabul adalah

perkataan yang keluar dari pihak yang berakad setelah mengucapkan ijab.

Ijab kabul ini merupakan indiasi adanya sua sama suka tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

2. Latar Belakang terjadinya praktik pengairan sawah menggunaan air irgasi di Desa Ngeru

Seperti yang telah dietahui bahwa dengan semakin berkembangnya zaman, segala kebutuhan hidup semakin banyak sehingga keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin tinggi, seperti halnya masyarakat Desa Ngeru yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Hasil pertanian utama di Desa Ngeru yaitu padi, jagung, dan kacang hijau.

Pekerjaan sebagai petani tentunya tidak lepas dari sumber air yang cukup dan baik untuk mengairi lahan sawahnya khususnya pada tanaman padi sehingga menghasilkan hasil panen yang baik pula. Berbicara masalah air di sini penulis membahas tentang sistem pengairan yang petani gunakan untuk mengairi lahan sawahnya.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh bahwa wilayah Desa Ngeru memiliki lahan pertanian yang menggunakan air irigasi seluas 262 Ha.

Dilihat secara garis besar tujuan irigasi yaitu untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga tercapainya suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut.45

45 Dokumen, Desa NgeruMoyo Hilir, 2020

Berdasaran pemaparan petani pada awalnya masyaraat Desa Ngeru hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi lahannya. Seiring perkembangan zaman dan curah hujan yang tidak menentu dan cenderung kurang meski udah memasuki musim penghujan sehinnga sebagian besar petani memanfaatkan air irigasi untuk mengairi air ke lahannya. masyarakat Desa Ngeru mulai menggunakan air irigasi untuk mengairi lahan sawahnya dimulai sejak tahun 1992 sampai sekarang dan telah melakukan penggantian petugas irigasi beberapa kali. 46

Praktik pengairan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngeru yaitu pengairan air sawah dengan menggunakan air dari saluran irigasi yang bersumber dari bendungan utama yaitu Bendungan Mamak yang kemudian dialikan ke saluran irigasi utama yang disebut dengan Lapan Rea dan selanjutnya dialirkan ke saluran irigasi yang mejuru ke sawah petani. Akad perjanjian yang dibuat oleh petani dan petugas irigasi yaitu akad perjanjian secara lisan atas dasar saling percaya, yang di mana dalam perjanjian tersebut telah disebutkan tugas dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan pengairan sawah. Pihak-pihak yang disebutkan di sini yaitu petani dan petugas irigasi, petugas irigasi memliki tugas untuk mengaliri air dari saluran utama sehingga sampai ke lahan sawah petani, dan petani juga memiliki kewajiban untuk membayar iuran kepada petugas irigasi sebagai upah yang diberikan petani kepada petugas irigasi atas jasanya mengelola

46 Agus, Petani Desa Ngeru, Wawancara, Ngeru Moyo Hilir, 5 Juli 2020

air irigasi yang diberikan setelah panen berdasarkan jumlah yang telah disepakati pada awal perjanjian.47

Sistem irigasi yang digunakan oleh masyarakat Desa Ngeru yaitu menggunakan sistem pengupahan setelah panen yang di mana petani mengeluarkan iuran wajib kepada petugas irigasi. Besaran iuran yang dikeluarkan oleh petani untuk diberikan kepada petugas pengairan berdasrkan kesepakatan yang telah di buat pada awal perjanjian antara petani dengan petugas irigasi (malar). Dalam perjanjian yang telah dibuat antara kedua belah pihak yaitu petugas pengairan akan mendapatkan sebagian hasil kerjasama dalam proses pengairan berdasrkan jumlah yang telah disepakati bersama di awal perjanjian. Dalam perjanjian kerja sama antara petani dengan petugas pengairan sebelumnya telah disepakati mengenai bagaimana kerja sama dan apa saja hak dan kewajiban dari kedua belah pihak serta jumlah bagi hasil yang akan didapatkan oleh petugas irigasi (malar). Dalam perjanjian tersebut petugas irigasi (malar) bertugas untuk menyediakan air ke saluran irigasi dari saluran utama sehingga petani dengan mudah mendapatkan air untuk mengairi lahan sawahnya.

Dalam perjanjian tersebut tidak hanya petugas pengairan yang memiliki kewajiaban, petani juga memiliki kewajiaban untuk membanyar iuran kepada petugas irigasi setelah lahannya sudah dialiri air secara merata oleh petugas irigasi pada saat setelah panen. 48

47 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru moyo Hilir, 3 Juli 2020

48Ibid.,

Dalam perjanjian yang melibatkan petani dan petugas irigasi ini tentunya kedua belah pihak telah siap menerima untung dan ruginya karena dalam setiap pekerjaan apa pun pasti akan ada untung dan ruginya.

Tentunya hal ini sudah dibicarakan pada awal perjanjian prihal adanya hal- hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Petani duharapkan segera melapor ke putugas irigasi jika ada hal-hal yang tidak semestinya terjadi dan petugas irigasi akan selalu siap menerima keluhan dari para petani mengenai pelayanan jasa maupun jalannya air yang tidak sesuai dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh petani mengenai air irigasi.49

Berdasarkan penuturan ibu Wahida selaku petani Desa Ngeru yang menggunaan air irigasi untuk mengairi lahannya, beliau mengatakan:

“Loe iuran de ya seles leng petani lako petugas irigasi nan e gaba sopo belik rea ukuran 20 liter de biasa roa isi minyak lagi nn, iuran nan tu beang lako petugas irigasi ne jura begaba.”

Artinya:

“Jumlah iuran yang dikeluarkan oleh petani yang diberikan ke petugas pengairan yaitu berupa padi satu blek/kaleng besar ukuran 20 liter yang biasa gunakan untuk minyak goreng, iuran tersebut diberikan ke petugas irigasi setalah panen.”50

Menurut data yang diperoleh dari lapangan atau dilansir dari data desa bahwa jumlah keseluruhan pemilik lahan sawah yang menggunakan air irigasi untuk mengairi lahan sawahnya yaitu 223 orang yang terbagi ke dalam tiga wilayah P3A yaitu P3A Sabalong dengan jumlah anggota 50

49 Observasi, Masyarakat Desa Ngeru moyo Hilir, 3 Juli 2020

50 Wahida, Petani Desa Ngeru, Wawancara, Ngeru Moyo Hilir, 5 Juli 2020

Dokumen terkait