• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam dokumen Untitled - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 38-42)

G. Metode Penelitian

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

4. Sumber Data Dan Teknik Pengumpulan Data

gejala yang tampak pada objek penelitian, dengan cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala- gejala yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.19 Dalam hal ini peneliti melakukan observasi awal mengenai bagaimana proses pemberian pembiayaan berbasis green banking, menghimpun dan meganalisa informasi-informasi dari karyawan Bank Syariah Indonesia cabang kota Bengkulu, di website Bank Syariah Indonsia, media-media berita online lokal dan di laporan tahunan di bank Bank Syariah Indonesia . 2) Wawancara mendalam

Teknik Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara yang dilakukan dalam metode kualitatif cenderung tidak formal sepeti obrolan-obrolan ringan. Bersifat mendalam dan segala sesuatuya dikembangkan sendiri oleh penelitinya.20

Teknik ini digunakan sebagai instrument utuk memeperoleh data secara langsung dari narasumber agar lebih jelas permasalahan yang akan

19 Sugiyono, Metode penelitian Kualitatif, kuantitatif, Dan R&D.., h.

257

20 Mudjaharin Thihir, Memahami Kebudayaan, Teori, Metodologi,dan Aplikasi, (Semarang: Fasindo Press, 2007), h. 58

dibahas, yaitu yang menjadi sumbernya ialah pengelola Bank Syariah Indonesia kota Bengkulu.

5. Teknik Analisisi Data

Setelah data diperoleh di lapangan melalui wawancara selanjutnya pembahasan disimpulkan secara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum menuju pernyataan yang bersifat khusus dengan menggunakan model Miles dan Humberman.21 a. Reduksi data

Merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran-gambaran yan lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakuakan pengumpulan data.

b. Penyajian data

Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data, dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakuakn dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara ketegori, flowchatrt, dan sejenisnya.

c. Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data yang dapat menjawab rumusan masalah. Temuan dapat berupa

21Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif , Kuntitatif, dan R&B..., h.

279

deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya masih belum jelas.

Kemudian dianalisis dengan data yang sudah ada, selanjutnya dengan analisis seperti ini akan diketahui apakah pelaksanaan pembiayaan Bank Syariah Indonesia sudah sesuai dengan prinsip green banking

22

BAB II KAJIAN TEORI A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara.

Semakin berkembang industri perbankan maka semakin baik pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1

Bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengg,acu pada hukum Islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari

1 Kasmir, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah , (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 24

akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank.2

Secara garis besar pengertian bank syariah adalah merupakan sebuah lembaga perbankan yang pada prinsipnya berpegang pada syarikat Islam3

2. Sejarah Bank Syariah

Bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional. Rintisan bank syariah lainya adalah dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Saving Bank pada tahu 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar.

Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat Internasional, muncul dalam konferensi negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 21- 27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. 4

Untuk lebih mempermudah perkembangan bank syariah di negara-negara muslim perlu ada usaha bersama di antara negara-negara muslim. Tonggak sejarah yang sangat penting untuk mencapai cita-cita umat muslim dalam perekonomian Islam adalah dengan dibentuknya Bank Pembangunan Islam/IDB (Islamic Devlomnt Bank), pada

2 Andrianto dan M. Anang Firmansyah. Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan Praktek), (Surabaya: CV. PENERBIT QIARA ME- DIA, 2019), h. 26

3 Fetria Eka Yudiana. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Sala- tiga: STAIN Salatiga Prees, 2014) , h. 2

4 Nonie Afrianty. Desi Isnaini. Amimah Oktarina . Lembaga Keuang- an Syariah, (Bengkulu: Penerbit Cv Zigie Utama, 2020) . h 25

tanggal 20 Oktober 1975, setelah berdirinya IDB juga membantu dalam mendirikan bank-bank Islam diberbagai negara, untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, berdirinya Islamic Develoment Bank (IDB), telah memotivasi banyak negara untuk mendirikan lembaga keuangan syariah kerja keras mereka membuahkan hasil pada akhir periode 1970 dan awal 1980 dan bank syariah bermuculan di Mesir, Sudan negra-negara Teluk, Pakistan, Malaysia, Banglades dan Turki.5

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah bank Muamalat Indonesia, berdiri tahun 1991, bank ini diperkasai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan bebrapa pengusaha muslim, dengan total saham sebesar Rp. 84 Miliar, dengan terkumpulnya modal awal tersebut pada taggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai beroprasi. 6

Pendirian Bank Muamalat Indonesia ini diikuti oleh bank-bank pembiayaan rakyat syariah, namun demikian hanya dua jenis bank yang belum sangup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, oleh karena itu maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Pada tahun

5 Nonie Afrianty. Desi Isnaini. Amimah Oktarina . Lembaga…, h 26

6 Ardhansyah Putra Hrp Dan Dwi Saraswati, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Surabaya: CV. Jakad Media Publising,2020). h, 93

1998 muncul UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, di mana terdapat perubahan yang dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan bank syariah.7

Perkembangan bank syariah di Indonesia dari tahun 1983 sampai 2009 yang dijelaskan pada tabel berikut:

Table 2.1

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Tahun Keterangan

1983 Diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk nol persen (atau peniadaan bunga sekaligus)

1988 Pemerintah mngeluarkan pakto1988 yang memperkenalkan dirinya bank-bank baru termasuk bank syariah

1991 Berdirinya Bank Muamalat sebagai bank pelopor bank syariah di Indonesia diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia dan Cendikiaan Muslim Indonesia

1998 Lahirnya UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, telah memungkinkan bank syariah beroprasi sepenuhnya sebagai bank umum syariah (BUS) atau dengan membuka unit usaha syariah (UUS)

7 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen…, h 17

16 desember

2003

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang haramnya bunga bank

2008 Adanya UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

Oktober 2009

Telah berdiri 6 BUS dan 25 UUS dengan total aset sebesar Rp. 59,68 triliun

Sumber: Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori Dan Praktek)8

3. Tujuan dan Fungsi Bank Syariah

Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008, perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejateraan rakyat.

Pemerataan kesejateraan rakyat yang dimaksud diwakili oleh indeks gini.9 Sedangkan fungsi bank syariah memiliki tiga fugsi utama yaitu fungsi bank syariah untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, fungsi bank syariah untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dari bank,

8 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen..., h,21

9 Nonie Afrianty. Desi Isnaini. Amimah Oktarina . Lembaga…,. h, 29

dan fungsi bank syariah untuk memberikan pelayanan dalam bentuk jasa perbankan.10

4. Akad –Akad Dalam Bank Syariah a. Akad Tabarru‟

Perjanjian ini berorientasi nonprofit transaction dan hakikatnya bukan tarsaksi bisnis untuk mencari keuntungan.

1) Qardh Meminjamakan harta

a) adalah pinjaman tanpa mensyaratkan sesuatu apapun dalam jangka waktu tertentu dan bank tidak diperkenankan untk meminta imbalan

b) Rahn adalah berutang atau meminjam sesuai yang disertai penyerahan jaminan tertentu.

c) Hawalah pemberian pinjaman yang disertai dengan jaminan objek anjak piutag ( pengalihan hutang)11

2) Meminjamkan Jasa

a) Wakalah melakukan sesuatu untuk mewakili orang lain atau pihak tertentu. fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah dimana pernyataan ijab dan kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak.

10 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen…, h, 28

11 Fetria Eka Yudiana. Manajemen…, h, 11

Wakalah, dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak bleh dibatalkan

b) Wadiah menawarkan jasa untuk melakukan pemeliharaan atau penitipan sesuatu

c) Wakaf memberikan sesuatu pada pihak lain deanggan tujaan untuk kepentinggan umum dan agama.

d) Hibah Sedekah, dan Hadiah, pemberian yag dilakukan secara sukarela kepada pihak lain.12 b. Akad Tijarah

Perjanjian yang berorientasi profit transaction, hakikatnya transaksi bisnis untuk mencari keuntungan.

Akad Tijarah dibdakan menjadi dua yaitu:

1) Natural Certainty Contract

Adalah kedua belah pihak saling mepertukarkan aset yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya baik barang maupun jasa harus ditetapkan di awal akad dengan pasti baik jumlahnya (quantitiy), mutunya (quality), harga (price), dan waktu penyerahannya (time of delivery).13 kontrak yang termasuk dalam kategori ini biasanya jual beli, upah mengupah dan sewa menyewa.

12 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen…, h, 43

13 Adiwarman Karim. Bank…, h. 72

a) Akad Jual Beli

(1) al-Bai‟ Naqdan, Jual beli yang bisa dilakukan secara tunai. Penyerahan uang dan barang dilakukan secara bersamaan.

(2) al-Bai‟ Muajjal, jual beli yang barangnya diserahkan di awal, tetapi pembayarannya dilakukan dengan kemudian dilakukan dengan cara mencicil atau sekaligus.

(3) Murabahah, jual beli yang dilakukan secara terbuka sehingga pembeli mengetahui keutungan yang didapat penjual.

(4) Salam, jual beli yang dilakukan dengan cara pembayaran sekaligus diawal transaksi, namun barangnya diserahkan pada akhir periode yang diperjanjikan.

(5) Istishna, penjualanya yang dilakukan secara bertahap (mencicil) dan barang diserahkan pada akhir periode yang diperjanjikan.14

b) Akad Sewa-Menyewa

1) Ijarah, sewa-menyewa untuk mendapatkan manfaat atau upah-mengupah tenaga kerja tanpa ada perubahan kepemilikan terhadap objek yang diperjanjikan.

14 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen …, h, 50

2) Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT), Sewa- menyewa untuk mendapkan manfaat barang barang dan diikuti dengan perubahan kepemilikan terhadap objek yang diperjanjikan.15

2) Natural Uncertainty Contract

Adalah kontrak para pihak yang mencampur adukkan asetnya (real asset atau financial asset)menjadi satu kesatuan dan sanggup menanggung resiko secara bersama tanpa menawarkan keuntungan yang pasti.16

a) Musyarakah atau Syirkah

(1) Syirkah Mufawadhah, porsi modal pihak-pihak yang beserikat besarnya sama, besarnya jumlah keuntungan maupun kerugian yang diterima bagi masing-masing pihak jumlahnya sama.

(2) Syirkah „inan, karena jumlah porsi modal yang dicampurkan oleh masing-masing pihak berbeda jumlahnya, maka jumlah keuntungan yang diterima berdasarkan kesepakatan nisbah, sedangkan bila rugi maka masing-masing pihak menangung kerugian sebesar proporsi modal yang ditanamkan.

15 Andrianto dan M. Anang Firmansyah, Manajemen…, h, 55

16 Adiwarman Karim. Bank …, h. 75

(3) Syirkah wujuh, bila terjadi laba keuntungan pun dibagi berdasarkan kesepakatan nisbah antara masing-masing pihak. Sedangkan bila rugi hanya pemilik modal saja yang akan menangung kerugian finansial yang terjadi.

Pihak yang menyumbang nama baik tidak perlu menangung kerugian finansial karena tidak menyumbangkan modal.

(4) Syirkah „abdan, bila mendapatkan laba, laba itu akan dibagi menurut nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat. Sedangkan bila terjadi kerugian, maka kedua belah pihak akan sama-sama menangungnya.17

b) Mudharabah, adalah percampuran modal dengan jasa (keterampilan atau keahlian) keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati, kerugian ditangung oleh penyandang modal sedangkan yang mengkontribusikan jasanya kehilangan waktu dan peluang finansial.

c) Muzara‟ah, merupakan kontrak kerja sama dalam sektor pertanian dengan mengarap tanah orang lain, seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya sesuai dengan kesepakatan.

17 Fetria Eka Yudiana. Manajemen…, h, 19

Biaya pengerjaan dan benihnya ditangung pemilik tanah.18

d) Mukhabarah, merupakan kerja sama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan pengarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada pengarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil panen yang benihnya berasal dari pengarap.19

B. Jenis – Jenis Pembiayaan Bank Syariah

1. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Tujuan Pengunaan

Berdasarkan tujuan penggunaan, pembiayaan dapat dibedakan menjadi:

a) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang dipergunakan untuk membiayai barang-barang konsumtif. Pembiayaan ini umumnya untuk perorangan, seperti untuk pembelian rumah tinggal, pembelian mobil untuk keperluan pribadi.

Pembayaran kembali pembiayaan, berupa angsuran, berasal dari gaji atau pendapatan lainnya, bukan dari objek yang dibiayainya.

Jenis pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif, antara lain:20

18 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama,2014), h.40

19 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, (Jakarta : LPFE Usakti, 2009), h. 296

20 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami..., h.208

(1) Pembiayaan perumahan, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian, pembangunan, dan renovasi rumah tinggal, rumah susun, ruko, rukan, apartemen, dan lain-lain, dengan objek yang mereka biayai.

(2) Pembiayaan mobil, yaitu fasilitas pembiayaan untuk pembelian pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda dua atau roda empat dengan jaminan berupa kendaraan yang dibiayai tersebut.

(3) Pembiayaan multiguna, yaitu fasilitas pembiayaan untuk segala keperluan yang bersifat konsumtif, dengan jaminan penghasilan sebagai pegawai atau profesional, dan/atau tanah berikut bangunan tempat tinggal.21

b) Pembiayaan komersil, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perseoranggan atau badan usaha yang dipergunakan untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu. Pembayaran kembali pembiayaan komersil berasal dari hasil usaha yang dibiayai.

Pembiayaan yang termasuk dalam pembiayaan komersil:

(1) Pembiayaan mikro, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha mikro.

(2) Pembiayaan usaha kecil, yaitu fasilitas pembiayaan yang berkaitan untuk membiayai kegiatan usaha kecil.

21 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami…, h. 208

(3) Pembiayaan usaha menengah, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha menengah.

(4) Pembiayaan korporasi, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan untuk membiayai kegiatan usaha prusahaan/korporasi.22

2. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Keperluan

Jenis pembiayaan berdasrkan keperluan dapat di kelompokan menjadi:

a) Pembiayaan modal kerja, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk menambah modal kerja suatu perusahaan. Pembiayaan modal kerja dipakai untuk pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, pemasaran, dan modal kerja untuk oprasional lainnya.

b) Pembiayaan investasi, yaitu fasilitas yang digunakan untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, moderenisasi, maupun ekspansi. Pembiayaan investasi biasanya bersifat jangka panjang atau menengah.

c) Pembiayaan proyek, yaitu fasilitas pembiayaan yang digunakan untuk pembiayaan investasi maupun modal kerja jenis baru.23

22 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami…, h. 208

23 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami…, h. 208

3. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Metode Pembiayaan

Jenis pembiayaan berdasarkan metode pembiayaan dibedakan menjadi:

a) Pembiayaan bilateral, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah oleh hanya satu bank.

b) Pembiayaan sindikasi, yaitu fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh dua atau lebih lembaga keuangan untuk membiayai suatu objek/usaha tertentu. Pembiayaan sindikasi diberikan dengan syarat-syarat dan ketentuan yang sama, mengunakan dokumen yang sama dan diatministrsikan oleh agen yang sama, pembiayaan sindikasi umumnya menerapkan dengan ciri-ciri tertentu, seperti:

(1)Jumlah pembiayaan biasanya meliputi jumlah yang besar.

(2)Jangka waktu pemberian biasanya menengah atau panjang.

(3)Tanggung jawab sindikasi tidak bersifat tangang renteng, masig-masing peserta sindiksi bertangung jawab hanya untuk jumlah pembiyaan yang menjadi komitmennya.24

24 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami …, h. 209

4. Jenis Pembiayaan Berdasarkan Perjanjian Atau Akad Pembiayaan

Pada bank syariah, pembiayaan diberikan berdasarkan perjajian atau akad. Akad pembiayaan adalah suatu kesepakatan atau perjanjian antara bank dengan nasabah dengan menjadi dasar pemberian fasilitas pembiayaan.

Jenis pembiayaan berdasarkan perjanjian atau akad dikelompokkan:

a) Pembiayaan berdasarkan perjanjian transaksi jual beli, yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad jual beli antara bank dan nasabah, pembiayaan dengan akad ini meliputi pembiayaan murabahah, istishna, dan salam.

b) Pembiayaan berdasarkan perjanjiaan teransaksi penanaman modal, yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad penanaman modal bank kepada nasabah dengan nisbah bagi hasil yang disepakati bersama. Pembiayaan dengan akad ini meliputi pembiayaan mudharrabah dan musyarakah.

c) Pembiayaan berdasarkan perjanjian teransaksi sewa- menyewa dan sewa beli, yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad sewa menyewa atau sewa-beli, antara bank dengan nasabah. Pembiayaan

dengan akad ini meliputi pembiayaan ijarah (sewa- menyewa) dan ijarah muntahiya bittamlik (sewa-beli) d) Pembiayaan berdasarkan perjanjian teransaksi pinjam-

meminjam, yaitu fasilitas pembiayaan yang berlandaskan perjanjian atau akad pinjam-meminjam antara bank dengan nasabah. Pembiayaan dengan akad ini disebut qard.25

C. Green Banking

1. Pengertian Green Banking

Terminologi green banking cukup mudah untuk didefinisikan green banking berarti mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan (environmental-friendly) dan mengurangi tingkat emisi karbon dalam aktifitas perbankan yang dilakukan. Misalnya lebih prefer untuk menggunakan sistem online banking untuk mengurangi pengunaan kertas (peperless) daripada pengunaan cabang secra fisik. Penggunaan sistem online untuk berbagai layanan seperti payingbills, opening up CDs dan money market accounts.26

Green banking diterjemahkan sebagai upaya perbankan untuk mengutamakan pemenuhan berkelanjutan dalam penyaluran pembiayaan atau kegiatan operasionalnya. Bank secara langsung tidak tergolong

25 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami…, h. 211

26 Departemen Perbankan Syariah, Model Bisnis Perbankan Syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 2012), h. 38

sebagai penyumbang pencemaran lingkungan yang tinggi.

Penggunaan energi, air dan sumber daya alam lainnya.

Namun demikian, perbankan tidak lantas dapat dilepaskan dari persoalan lingkungan meningkatnya degradasi lingkungan hidup, dengan memberikan pinjaman atau pembiayaan nasabahnya bank dapat menjadi pemicu bagi kegiatan-kegiatan yang berdampak pada lingkungan.27

Green banking atau perbankan ramah lingkungan adalah suatu konsep pembiayaan atau produk jasa-jasa perbankan yang yang mengutamakan aspek-aspek berkelanjutan baik ekonomi, lingkungan, sosial budaya, dan teknologi secara bersamaan. Green banking bermakna bahwa korporasi perbankan tidak lagi hanya berfokus pada tanggung jawab keuangan yaitu mengelola bisnisnya sebaik mungkin untuk menghasilkan laba (profit) sebesar-besarnya bagi para pemegang saham, tetapi juga harus memfokuskan tanggung jawabnya pada upaya-upaya untuk memelihara kelestarian lingkungan dan alam semesta (planet), serta meningkatkan kesejahtraan sosial kepada masyarakat (people). integrasi tiga pilar itu disebut triplebottom- line of banking accountability.28

27 Setyo Budiantoro, Mengawal Green Banking Indonesia Dalam Kerangka Pemba-ngunan Berkelanjutan, (Jakarta:Prakarsa, 2014), h. v

28 Ratna Ayu Widiya Ningrum, Analisis Penerapan Green Banking Pada BRI Syariah Kantor Cabang (KC) Madiun. Dikutip di : http://etheses.iainponorogo.ac.id /9050/1/21816-010RATNA%20AYU%20- WIDIYANINGRUM%20A4.pdf pada hari Kamis 23 Juli 2020, Pukul 14.13 WIB, h. 26

2. Prinsip Green Banking

Prinsip dasar green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen resiko bank khususya terkait dengan lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energi terbarukan, efisiensi energi, pertaniaan organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan, dan berbagai produk eco-label.”29

Upaya tersebut merupakan wujud kesadaran bank terhadap risiko kemungkinan terjadinya masalah lingkungan pada proyek yang dibiayai yang sangat mungkin berdampak negatif berupa penurunan kualitas pembiayaan dan reputasi bank yang bersangkutan.30

Menurut World bank geen banking adalah suatau institusi keuangan yang memberikan prioritas pada sustainability dalam praktek bisnisnya. Pada pemahaman ini green banking bersendikan empat unsur kehidupan yakni nature, well being, economy dan society. Bank hijau

29 Tria Annur Diniyah, “Pemaknaan Green Banking Oleh Penyalur Dana (Studi Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Fungsional Oprasional Mikro Cabang Gemolong)”. Dikutip di: http://eprints.iain-surakarta- .ac.id/2373/1/skripsi%20full.pdf pada hari Rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB

30 Fatulah Iqbal, Analisis Pengaruh Green Banking Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesian (Periode 2015-2018), Dikutip://repository.radenintan.ac.id/9237 /1/pusat%201-2.pdf pada hari rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB. h.35

memadukan empat unsur tersebut dalam prinsip bisnis yang peduli pada ekosistem dan kualitas hidup manusia.31

3. Tujuan Green Banking

Dalam rangka medukung ekonomi berkelanjutan (sustainable financing), tahun 1992 UNEP mengeluarkan sustaiment of commitment by financial institusions on sustainable devloment hal ini ditindaklanjuti dengan pembentukan UNEP-FI juga bertujuan untuk memberikan saran kebijakan serta komitmen yang disepakati dengan menyatakan dukungan terhadap konsep pembiayaan dan insvestasi untuk mendukung pembangunan berkelajutan yang diimplementasikan dalam sebuah bisnis/usaha yang menganut prinsip triple bottom line (planet, people, and profit).32

Secara khusus green banking bermakna korporasi perbankan tidak hanya berfokus pada tanggung jawab secara keuangan yaitu mengelola bisnisnya sebaik mungkin untuk menghasilkan laba (profit) sebesar besarnya bagi pemegang saham tetapi juga harus memfokuskan tanggung jawab pada upaya-upaya untuk memelihara kelestarisan

31 Fatulah Iqbal, Analisis…, Dikutip://repository.radenintan.ac.id- /9237 /1/pusat%201-2.pdf pada hari rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB.

h.35

32 Fatulah Iqbal, Analisis …, Dikutip://repository.radenintan.ac.id- /9237 /1/pusat%201-2.pdf pada hari rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB.

h.37

lingkungan dan alam semesta (planet) serta meningkatkan kesejahteraan sosial pada masyarakat (people).33

4. Perlunya Bank Nasional Dalam Mengaplikasikan Green Banking

Terdapat beberapa alasan menurut Lako (2015) mengenai perlunya korporasi perbankan nasional untuk segera merespon dan mengaplikasikan konsep green banking.

a) Korporasi perbankan memiliki peran strategis dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat untuk mendukung terwujudnya visi dan tujuan pembangunan nasional. Sebagai lembaga intermediasi yang memiliki peran strategis, perbankan memiliki peran kursial untuk turut mendorong atau bahkan memaksa para debitor yang mengajukan pembiayaan agar lebih peduli pada isu-isu tangung jawab sosial serta lingkungan, atau lebih ramah terhadap isu-isu green economy dan green business dalam pengelolaan bisnis atau usahannya.34 b) Sebagai entitas ekonomi dan sosial, korporasi perbankan

juga harus berperan aktif membantu pemerintah dan masyarakat dalam upaya mewujudkan gerakan green

33 Fatulah Iqbal, Analisis …, Dikutip://repository.radenintan.ac.id- /9237 /1/pusat%201-2.pdf pada hari rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB.

h.37

34 Tria Annur Diniyah, “Pemaknaan…, Dikutip di: http://eprints.iain- surakarta.ac.id/2373/1/-Tria%20Annur%20Diniyah.pdf pada hari Rabu 5 Agustus 2020, pukul 22.40 WIB. h.34

Dalam dokumen Untitled - Repository IAIN Bengkulu (Halaman 38-42)

Dokumen terkait