BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
C. Pembahasan Temuan
Pada pembahasan temuan ini peneliti akan menjabarkan teori dan data yang diperoleh di lapangan berdasarkan dengan gagasan dari peneliti maupun temuan-temuan sebelumnya serta penafsiran yang telah diperoleh. Penjabaran dari hasil temuan yang sesuai dengan fokus penelitian yang telah peneliti tentukan sebelumnya akan diuraikan sebagai berikut:
Menurut John Locke setiap anak yang lahir belum memiliki pengalaman maupun pengetahuan, sehingga orang tua dan sekitarnya yang
90Wawancara Subjek Ibu Nur,diwawancara oleh peneliti pada tanggal 12 Desember 2022
mengisi lembar seorang anak sampai ia mampu menentukan kehidupannya sendiri.91 Berdasarkan pendapat tersebut pada dasarnya tugas membesarkan anak merupakan tugas kedua orang tua akan tetapi dalam praktiknya banyak seorang anak yang diasuh oleh orang tua tunggal akibat dari perceraian orang tua maupun kematian dari salah satu orang tuanya.
Allah SWT berfiman dalam QS. Al-Ashr ayat 3 yang berbunyi :
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr : 3)92
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT memerintahkan untuk saling menasehati dalam mengerjakan amal kebaikan. Pada dasarnya peran orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangatlah penting terutama dalam memperhatikan hal-hal atau permasalahan yang sedang dihadapi. Permasalahan yang seringkali terjadi pada masa pertumbuhan seorang anak dapat diatasi dengan bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Widayati mengemukakan bahwa peran orang tua dalam suatu keluarga adalah sebagai pendidik, sebagai panutan, sebagai pendorong, sebagai pengawas dan sebagai konselor atau pembimbing.93
Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus mengamati point ke enam dimana orang tua memiliki peran sebagai konselor terhadap anak. Proses
91Dewi Adikara, Tips Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak, (Jakarta Selatan:
Rumah Media, 2020), 123.
92 Al Qurán Kemenag, QS Al-Ashr : 3
93Ridha Maulida dan Ansori Hasibuan, Padlet sebagai Solusi Orang Tua dalam Mengawasi Pembelajaran Anak secara Daring selama Pandemi Covid-19, 127
bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dilakukan secara konsisten sehingga secara bertahap remaja yang melakukan kenakalan berubah dari perilaku negatif menjadi perilaku yang positif. Orang tua tunggal yang berperan sebagai konselor melakukan treatment atau tindakan yang kemudian peneliti identifikasi sesuai dengan pendekatan konseling realitas.
Menurut William Glasser konsep inti dari konseling realitas adalah rasa tanggung jawab serta berorientasi pada tingkah laku saat ini dengan proses yang rasional.94 Dalam hal ini individu diarahkan untuk secara mandiri mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
Tujuan konseling realitas adalah membantu individu atau konseli dalam bertanggung jawab atas perilaku atau tingkah lakunya serta mengembangkan tercapainya konsep identitas keberhasilan sesuai dengan kenyataan yang ada saat ini serta mencegah atau mengatasi masalah-masalah dimasa yang akan datang.95 Dengan terpenuhinya konsep identitas keberhasilan ini individu mampu menghadapi realita secara optimis, bertanggung jawab terhadap lingkungannya sesuai dengan standart nilai dan norma yang berlaku.
Bentuk kegagalan identitas (failure identity) salah satunya adalah kenakalan remaja. Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja merupakan suatu proses perkembangan dalam pencarian jati dirinya terutama pada remaja yang mengalami permasalahan dalam pengasuhan keluarga yang tidak utuh. Jensen dalam Sarwono mengklasifikasikan kenakalan remaja menjadi empat kategori yaitu, kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang
94Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, terj. E. Koswara, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), 266
95Ulfiah, Psikologi Konseling, (Jakarta: Kencana, 2020), 74.
lain, kenakalan yang menimbulkan korban materi, kenakalan sosial dan kenakalan yang melawan status.96 Setelah melakukan pengamatan secara mendalam dan menyeluruh bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh remaja dari subjek penelitian adalah kenakalan sosial berupa suka membantah orang tua, dan berpacaran. Kenakalan lain yang dilakukan masuk dalam kategori kenakalan yang melawan status diantaranya suka membolos, tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kewajiban dirumah.
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang telah peneliti lakukan terhadap ketiga subjek yang mana dalam hal ini adalah orang tua tunggal yang berperan sebagai konselor dalam proses bimbingan pengarahan yang dilakukan untuk menangani kenakalan remaja diperoleh data bahwa proses tersebut cukup efektif. Orang tua tunggal lebih dulu melakukan pendekatan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi seorang remaja sehingga membentuk perilaku kenakalan. Kemudian orang tua tunggal menerapkan tindakan atau treatment yang mana peneliti identifikasi sesuai dengan pendekatan konseling realitas menggunkan system WDEP, yaitu Want (keinginan), Doing (melakukan), Evaluation (evaluasi), dan Planing (perencanaan). Orang tua tunggal juga tidak memberikan hukuman guna mengubah tingkah laku karena dirasa tidak efektif dan semakin memperkuat identitas kegagalan yang ditunjukkan. Hal ini sebagaimana pendapat Glasser
96Kasmanto, dkk, Dinamika Kejahatan dan Pencegahannya: Potret Beberapa Kasus Kejahatan di Provinsi Riau, (Riau: Ahli Media Book, 2022), 267
untuk membebaskan konseli mengalami konsekuensi yang wajar terhadap perilaku atau tindakan yang dilakukannya.97
Peneliti memperoleh data dari hasil wawancara bahwa subjek menanyakan keinginan dari remaja yang kemudian peneliti identifikasi kedalam tahap Want atau keinginan, selanjutannya subjek juga secara konsisten menanyakan apa yang telah remaja lakukan dalam pemenuhan dari keinginan tersebut dan pada tahap ini peneliti mengidentifikasi sebagai tahap Doing atau melakukan. Tahap selanjutnya adalah Evaluation atau evaluasi dari subjek terhadap apa yang dilakukan remaja dalam memenuhi keinginannya dimana pada tahap evaluasi ini remaja memiliki pandangan mengenai dirinya disertai dengan komitmen didalamnya. Kemudian remaja atau konseli menyusun perencanaan bersama dengan subjek untuk memudahkan remaja dalam mencapai keinginan tersebut yang selanjutnya peneliti identifikasi sebagai tahap Planning atau perencanaan.
Keberhasilan dari bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dalam menangani kenakalan remaja juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari dalam diri konseli, faktor keluarga dan juga faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri remaja atau konseli merupakan faktor utama yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dimana ketika perubahan yang terjadi bukan dari inisiatif dan keinginan dari diri sendiri maka perubahan yang terjadi hanya bersifat sementara dan kenakalan
97Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, terj. E. Koswara, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), 268.
yang terjadi akan terus berulang. Faktor keluarga juga berpengaruh karena keluarga dapat menjadi penguat terhadap konseli dalam mewujudkan keinginannya serta perubahan yang dilakukan, selain itu faktor lingkungan juga memiliki pengaruh yang besar dimana lingkungan memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Berdasarkan dari hasil pengamatan terhadap perubahan yang dilakukan remaja serta hasil wawancara terhadap subjek penelitian yang mana dalam hal ini berperan sebagai konselor peneliti menemukan bahwa proses bimbingan pengarahan yang dilakukan untuk menangani kenakalan remaja yang kemudian dalam tindakan atau treatment yang digunakan peneliti identifikasi sesuai dengan pendekatan konseling realitas dengan system WDEP bisa dikatakan berhasil. Pelaksanaan bimbingan dapat dikatakan berhasil setelah melihat observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap perubahan positif yang ditunjukkan oleh ketiga remaja Dusun Kertonegoro Tengah Desa Kertonegoro Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang didapatkan oleh peneliti, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Penerapan bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dengan pendekatan konseling realitas sesuai dengan teori, langkah, dan tahap-tahap dari terapi realitas. Dimana tahap-tahap dari konseling realitas terdiri dari dua komponen utama yaitu hubungan konseling dan menerapkan prosedur khusus yang mendorong perubahan. Konselor menggunakan prosedur atau tindakan sesuai dengan system WDEP yaitu Want (keinginan), Doing (melakukan), Evaluation (evaluasi), dan Planning (perencanaan).
2. Manfaat dari penerapan bimbingan pengarahan menggunakan pendekatan realitas terhadap ketiga remaja atau konseli memberi perubahan yang positif. Ketiga konseli bisa dikatakan sudah mampu berkomitmen dan membuat rencana perubahan perilaku meskipun perubahan tersebut dilakukan secara bertahap. Berdasarkan pengamatan dari peneliti beberapa usaha dan rencana yang dilakukan konseli menunjukkan perubahan perilaku menjadi lebih baik.
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari penerapan bimbingan pengarahan yang dilakukan oleh orang tua tunggal dalam menangani kenakalan remaja diantaranya adalah faktor dari diri sendiri,
faktor keluarga dan juga faktor lingkungan. Keberhasilan remaja dalam beberapa faktor diatas menjadikannya memiliki perubahan positif serta meningkatkan keberhasilan identitas.
B. Saran
1. Bagi orang tua dan keluarga
Diharapkan apabila menemukan permasalahan terhadap anak terutama remaja dapat saling bekerja sama antara orang tua dan anggota keluarga lainnya agar kenakalan atau perilaku negatif dari remaja dapat diatasi dengan baik, remaja tidak sampai lari kepada hal-hal negatif lain karena mendapatkan penguatan dari orang tua dan keluarganya.
2. Bagi konseli remaja
Diharapkan konseli remaja bisa terus melaksanakan rencana- rencana perubahannya dengan baik dan konsisten agar perilaku positif terus dilaksanakan serta bergaul dengan hal-hal baik, dan lingkungan yang baik agar keberhasilan identitas dapat terbentuk.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menciptakan karya tulisan dengan berbagai kemajuan dari sebelumnya sehingga dapat melengkapi kekurangan-kekurangan hasil penelitian ini.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abidarda, Yulizar, dkk. 2019.PEER COUNSELING: Pendekatan Alternatif dalam Menangani Masalah Remaja. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Adikara, Dewi. 2020. Tips Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak. Jakarta Selatan: Rumah Media.
Afriani, Dini. 2022. Pendidikan Seks bagi Remaja. Pontianak: Penerbit NEM.
Afsari, Yuri. 2017. Penerapan Layanan Konseling Individual dengan Terapi Realitas untuk Meningkatkan Kestabilan Emosi Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 01 Meda. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Agustinofa, Danu Eka. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Capulis.
Ali, Mohammad Ali, dkk. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Al Qur’án Kemenag.
Ambarita, Jenri. 2021. Pendidikan Karakter Kolaboratif. Palembang: Penerbit Inteligi.
Anggito, Albi Anggito, dkk. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
Jejak.
Ayu Harisdiane, Ade, dkk. 2020. Treatment Resiliensi Berbasis Formulasi Gambar Penanganan kepada Remaja dengan Orang Tua Bercerai.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.2016.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V. Jakarta Balai Pustaka.
Basri, Hasan. 2016. Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya.
Bandung: Alfabeta.
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.terj. E.
Koswara. Bandung: PT Refika Aditama.
Dahlan, Syarifuddin, dkk. 2019. Teori dan Teknik Konseling. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Harahap, Nursapia. 2020. Penelitian Kualitatif. Medan: Wal ashri Publishing.
Jamaluddin, dkk. 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan.Lhokseumawe: Unimal Press.
Jannah, Siti Raudatul, dkk. 2018. Perjuangan. Jawa Barat: CV Jejak.
Jones, Richard Nelson. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi edisi keempat. terj. Helly Prajitno Soetjipto, Sri Mulyantini Soetjipto.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kasmanto, dkk. 2022. Dinamika Kejahatan dan Pencegahannya: Potret Beberapa Kasus Kejahatan di Provinsi Riau. Riau: Ahli Media Book.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores:
Nusa Indah.
Laela, Faizah Noer. 2017. Bimbingan Konseling Keluarga dan Remaja. Surabaya:
UIN Sunan Ampel Press.
Layliyah, Zahrotul. Perjuangan Hidup Single Parent. Sosiologi Islam. IAIN Sunan Ampel Surabaya. Vol. 3, No. 1 (2013).
Lesmana, Gusman. 2020. Teori dan Pendekatan Konseling.Medan: UMSU Press.
Lestari, Indah Puji, dkk.2021. Model Pencegahan Kenakalan Remaja dengan Pendidikan Agama Islam.Jawa Barat: Penerbit Adab.
Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Maimun, dkk. 2018. Perceraian dalam Bingkai Relasi Suami Istri. Pamekasan:
Duta Media Publishing.
Maulida, Ridha dan Ansori Hasibuan.Padlet sebagai Solusi Orang Tua dalam Mengawasi Pembelajaran Anak secara Daring selama Pandemi Covid-19 (2021).
Maurice, Balcon. 1996. Menjadi Orang Tua yang Baik.Jakarta: Bumi Aksara.
Narullita, Nina Narullita. 2020. Terapi Realitas dalam Membentuk Aktualisasi Diri Gepeng di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras BRSBKL.Skripsi.UIN Kalijaga Yogyakarta.
Persada, Ella Dita. 2018. Efektivitas Konseling Kelompok dengan Teknik Konseling Realitas untuk Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.Skripsi.UIN Raden Intan Lampung.
Potabunga, Yodi Fitradi. Pendekatan Realitas dan Soution Focused Brief Therapy dalam Bimbingan Konseling Islam. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Vol 9, No 1 (2020)
Putri, Ade Ayu Harisdiane, dkk. 2020. Treatment Resiliensi Berbasis Formulasi Gambar Penanganan kepada Remaja dengan Orang Tua Bercerai. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sahputri, Nurlela.2020. Meningkatkan Kemandirian Siswa Melalui Konseling Realitas untuk Mengatasi Rasa Kurang Percaya Diri Kelas VIII SMP Muhammadiyah 05 Medan.Skripsi.UMSU.
Salahuddin, Anas. 2016. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia. Samsu. 2017. Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research dan Development. Jambi:
PUSAKA Jambi.
Sudirman. 2018. Pisah demi Sakinah: Kajian Kasus Mediasi Perceraian di Pengadilan Agama. Jember: Pustaka Radja.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhariyanto. 2020. Statistik Kriminal 2020. Badan Pusat Statistik.
Sulaiman, Umar Sulaiman. 2020. Perilaku Menyimpang Remaja dalam Perspektif Sosiologi. Gowa: Alauddin University Press.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Suriani, Irma. 2018. Pengaruh Konseling Realitas untuk Mengatasi Masalah Hubungan Sosial Siswa pada Siswa Kelas VII SMPN SAKRA.
Skripsi.Universitas Hamzanwadi.
Suyahman. 2021. Perkembangan Peserta Didik. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Tanzeh, Ahmad. 2018. Metode Penelitian Kualitatif: Konsep, Prinsip dan Operasionalnya. Tulungagung: Akademia Pustaka.
Tim Penyusun Tafsir Al-Qur’an Tematik. 2018. Tafsir Al-Qur’an Tematik:Membangun Keluarga Harmonis.Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an.
Ulfiah. 2020. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana.
Wahyuni, Sri. 2021. Psikologi Remaja: Penanggulangan Kenakalan Remaja.
Banggai: Pustaka Star’s Lub.
Wawancara orang tua Ibu Sinin, diwawancara peneliti pada 22 Desember 2022 Wawancara remaja Aisyah, diwawancara peneliti pada 15 Desember 2022 Wawancara remaja Roni, diwawancara peneliti pada 19 Desember 2022 Wawancara subjek Ibu Erna, diwawancara peneliti pada 11 Desember 2022 Wawancara subjek Ibu Nur, diwawancara peneliti pada 13 Desember 2022 Wawancara subjek Ibu Sinin, diwawancara peneliti pada 14 Desember 2022 Willis, S. Sofyan. 2012. Remaja dan Maslahnya: Mengupas Berbagai Bentuk
Kenakalan Remaja, Narkoba, Freesex, dan Pemecahannya. Bandung:
Alfabet.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Irma Rahmawati
NIM : D20183051
Tempat/Tanggal Lahir: Jember, 08 Februari 1999
Fakultas : Dakwah
Jurusan/Prodi : Bimbingan dan Konseling Islam
Universitas :Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan.
Apabila dikemudian hari terbukti merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian besar, maka saya bersedia untuk diproses sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku.
Jember, 18 Februari 2023 Saya yang Menyatakan
Irma Rahmawati NIM. D20183051
Strategi Orang Tua Tunggal dalam Menangani
Kenakalan Remaja dengan Pendekatan Konseling Realitas (Studi Kasus di Dusun Kertonegoro Tengah Desa Kertonegoro)
Konseling Realitas
Pengertian konseling realitas
Teknik konseling realitas
Konseling realitas merupakansuatu bentuk hubungan pertolongan langsung yang sistemnya berfokus pada tingkah laku individu saat ini.
(William Glasser) Beberapa teknik dalam konseling realitas
diantaranya:
a. Terlibat dengan permainan peran dengan konseli b. Menggunakan
humor
c. Mengkonfronta sikan konseli dan menolak alasan apapun dari konseli d. Membantu
konseli merumuskan rencana
a. Informan - Orang tua
tunggal di Dusun Kertonegoro Tengah - Remaja Dusun Kertonegoro Tengah - Tetangga
sekitar - Kepala Desa
Kertonegoro b. Hasil observasi dan wawancara c. Dokumentasi d. Kepustakaan
a. Jenis Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif menggunakan studi kasus (case study) di Dusun
Kertonegoro Tengah Desa Kertonegoro b. Teknik
Pengumpulan Data:
- Observasi - Wawancara - Dokumentasi
1. Bagaimana penerapan konseling realitas oleh orang tua tunggal dalam menangani kenakalan remaja di Dusun Kertonegoro Tengah Desa Kertonegoro?
2. Bagaimana dampak konseling realitas oleh orang tua tunggal dalam menangani kenakalan remaja di Dusun Kertonegoro Tengah Desa Keronegoro?
3. Apa faktor yang
mempengaruhi
dan model f. Memasang
batasan-batasan dalam terapi konseling g. Menggunkan
terapi kejutan verbal
h. Melibatkan diri dengan konseli
tunggal dalam menangani kenakalan remaja?
2. Orang tua tunggal
Pengertian orang tua tunggal
Penyebab terjadinya orang tua tunggal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata orang tua tunggal memiliki arti seorang ayah atau ibu yang membesarkan anak seorang diri tanpa pasangan.
Beberapa faktor terjadinya orang tua tunggal:
a. Orang tua tunggal yang disebabkan oleh perceraian b. Orang tua
tunggal yang
Kenakalan Remaja
Pengertian
Kenakalan Remaja
Macam-macam kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan
perilaku atau suatu tindakan yang dapat merusak dan menggangu baik terhadap diri spendiri maupun orang lain.
Beberapa
kenakalan remaja diantaranya:
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain b. Kenakalan yang
menimbulkan korban berupa materi
c. Kenakalan sosial
d. Kenakalan yang melawan status
PANDUAN KONSELING REALITAS
Konsep utama dari teori realitas adalah individu merupakan makhluk rasional yang mampu menilai tingkah lakunya serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap kehidupannya. Menurut William Glasser konseling realitas sendiri lebih menekankan kepada pengembangan dan pembinaan kepribadian seseorang agar mampu bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya serta realitas yang ada pada masa sekarang. Dalam praktiknya konseling realitas cenderung menggunakan metode pertanyaan dibandingkan menggunakan pendekatan yang lain.
Wubbolding mengembangkan system kerja WDEP dengan kerangka pertanyaan yang diajukan secara luwes serta tidak dianggap hanya sebagai langkah sederhana.
System WDEP tersebut sebagai berikut :
1. W (Want) = ingin (menjelajahi keinginan, kebutuhan dan persepsi)
“Apa yang anda inginkan?” merupakan pertanyaan utama yang ditanyakan konselor. Teknik ini digunakan untuk menguraikan keinginan dari konseli sehingga mengarah kepada penanganan atau tindakan yang tepat.
2. D (Doing) = petunjuk arah dan tindakan, konseling realitas menekankan pada perilaku individu saat ini sehingga pertanyaan mengenai tindakan dirasa sangat penting. “Adakah upaya yang sudah anda lakukan?” “Apakah tindakan itu membuat anda merasa lebih baik?”. Teknik ini digunakan untuk menyadarkan konseli apakah tindakan yang telah dilakukannya dapat memenuhi keinginannya atau sebaliknya.
3. E (Evaluation) = evaluasi diri. Langkah ini dilakukan agar konseli mampu menilai perilakunya sendiri. “Apakah perilaku yang anda tunjukkan memberi kesempatan yang layak untuk mendapatkan apa yang anda inginkan saat ini?”. Proses evaluasi diri dianggap sangat penting karena dengan mengevaluasi diri diharapkan konseli mampu merunah mindset, berfikir rasional dan menerima kondisi yang ada saat ini.
4. P (Planning) = perencanaan dan komitmen
Teknik ini dilakukan agar konseli mampu membuat rencana serta berkomitmen untuk melaksanakan rencana yang dibuatnya dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Perencanaan yang dibuat harus sederhana, terukur, dapat dicapai, dan terkendalikan oleh konseli agar rencana tersebut efektif yang lebih dikenal dengan system SAMI2C3.
No Tahap Konseling Spesifikasi Konseling Kegiatan Konseling 1 Tahap Pertama
(pendahuluan)
Perkenalan dan membangun hubungan antara konselor dan konseli
- Konselor
mengidentifikasi identitas konseli
- Penjelasan aturan pelaksanaan konseling - Menjelaskan tujuan
diadakannya konseling 2 Tahap kedua
(peralihan)
Eksplorasi masalah yang dihadai atau dialami konseli
- Menstimulasi konseli untuk dapat terbuka terhadap
permasalahannya
- Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi
3 Tahap ketiga (kegiatan)
Melaksanakan kerangka kerja Want
- Mengidentifikasi apa keinginan dari konseli
- Mengidentifikasi konflik antara keinginan dan kenyataan yang ada Melaksanakan kerangka kerja
Doing
- Mengidentifikasi
perilaku sukses dan perilaku gagal serta menjelaskan hubungan antara keduanya
- Menstimulasi untuk
mengontrol dan
menangani masalah yang dihadapi
Melaksanakan kerangka kerja Evaluation
- Mengidentifiksi perilaku baru
- Mengevaluasi strategi intuk mencapai perilaku tersebut
Melaksanakan kerangka kerja Planning
- Membuat rencana untuk mencapai perilaku yang diinginkan
- Mengevaluasi rencana yang telah dibuat
4 Tahap keempat (pengakhiran)
Terminasi - Melakukan diskusi
capaian perilaku
- Memberi penguatan kepada konseli untuk lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya - Mengakhiri sesi
konseling
5 Follow up - Hasil dari tindakan
PEDOMAN PENELITIAN A. Pedoman Observasi
No Pernyataan Ya Tidak
1 Kenakalan remaja merupakan gangguan tingkah laku bukan penyakit mental
2 Menekankan perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku 3 Menilai tingkah laku individu berdasarkan masa sekarang dan tidak
memberatkan pada masa lalu
4 Mendampingi individu dalam menilai perilaku diri sendiri 5 Membangun hubungan baik dalam pemecahan masalah oleh individu
6 Menekankan aspek kesadaran individu
7 Tidak memberikan hukuman saat individu melakukan kesalahan
8 Menekankan rasa tanggung jawab
No Indikator Kegiatan Konseling Ya Tidak
1 Tahap Pertama (pendahuluan)
- Konselor mengidentifikasi identitas konseli
- Penjelasan aturan pelaksanaan
konseling
- Menjelaskan tujuan diadakannya
konseling
2 Tahap Kedua (peralihan) - Menstimulasi konseli untuk dapat
terbuka terhadap permasalahannya - Mempersilahkan konseli untuk
mengemukakan permasalahan yang sedang dihadapi
3 Tahap Ketiga
(melaksanakan kerangka kerja WDEP)
W (Want)
- Mengidentifikasi apa keinginan dari konseli
- Mengidentifikasi konflik antara keinginan dan kenyataan yang ada
D (Doing)
- Mengidentifikasi perilaku sukses dan perilaku gagal serta menjelaskan hubungan antara keduanya
- Menstimulasi untuk mengontrol dan menangani masalah yang dihadapi
E (Evaluation)
- Mengidentifiksi perilaku baru
- Mengevaluasi strategi intuk mencapai perilaku tersebut
P (Planning)
- Membuat rencana untuk mencapai perilaku yang diinginkan
- Mengevaluasi rencana yang telah dibuat
4 Tahap Keempat (pengakhiran)
- Melakukan diskusi capaian perilaku - Memberi penguatan kepada konseli
untuk lebih bertanggung jawab terhadap perilakunya
- Mengakhiri sesi konseling
5 Follow up Hasil dari tindakan
B. Pedoman Wawancara
1. Pertanyaan untuk subjek penelitian (berperan sebagai konselor) a. Bagaimana proses dalam melaksanakan bimbingan pengarahan ? b. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari bimbingan yang
dilakukan ?
c. Apa yang anda lakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi?
d. Apa bentuk kenakalan yang anda ketahui ?
e. Apa penyebab remaja tersebut melakukan kenakalan ?
f. Apa saja tantangan yang anda hadapi dalam melakukan bimbingan ? g. Apa dampak yang terlihat setelah dilakukannya bimbingan ?
h. Apa tujuan utama dari proses bimbingan yang telah dilakukan ? 2. Pertanyaan untuk remaja (konseli)
a. Apa yang anda inginkan ?
b. Bagaimana upaya yang telah anda lakukan untuk mewujudkan keinginan anda?
c. Apa yang konselor tanyakan setiap melakukan bimbingan ?
d. Bagaimana jawaban anda ketika konselor menanyakan hal tersebut ?