• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

D. Analisis Makna Mitos Ḍayq Al-Ṣadr

Sistem mitos pada teori semiotika Roland Barthes terbentuk atas pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Penanda (signifier) dan petanda (signified) pada tatanan sistem yang pertama, kemudian menghasilkan (sign) yang disebut dengan tanda denotasi. Pada tatanan sistem yang kedua Barthes menyebutnya dengan analisis mistis, tanda denotasi (sign) menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda (signified) baru yang disebut dengan makna konotasi. Sistem konotasi membentuk makna global dan menyeluruh yang sangat dekat dengan budaya, ilmu pengetahuan maupun sejarah. Pada hal inilah Barthes menyebutnya dengan ideologi suatu tanda.88

Sebagai sistem semiologi tingkat kedua, mitos merupakan sistem semiotik yang merupakan seperti hasil kolaborasi antara sistem linguistik dengan sistem semiotik. Barthes menyebutnya dengan sistem ganda. Untuk menemukan mitos pada suatu tanda, Barthes membuat istilah form, concept dan signification. Form merupakan tanda denotasi hasil tatanan sistem pertama, kemudian menjadi petanda (signified) baru atau dapat disebut dengan concept. Pada tatanan sistem kedua merupakan makna konotasi, kemudian makna konotasi ini memiliki makna yang berhubungan dengan

88Barthes, Elemen-Elemen Semiologi, 91.

59

ideologi budaya yang secara alami melekat pada suatu masyarakat tertentu.

Hal ini disebut dengan signification atau dapat disebut dengan makna mitos.

Melihat konsep semiotika Roland Barthes di atas serta telaah penafsiran ayat-ayat d}ayq al-s}adr. Dengan demikian, dapat dianalisis dan ditemukan signification atau makna mitos pada ayat-ayat d}ayq al-s}adr sebagaimana berikut:

1. Q.S. Hud ayat 12

ََِهْيَلَعََلِزْنُاَ َلْوَلَاوُلْوُقَ يَْنَاَََكُرْدَصَِهِبٌَقِئاَضَوََكْيَلِاَىَحْوُ يَاَمََضْعَ بٌَكِراَتََكَلَعَلَ ف

ٌَلْيِكَوٍَئيَشَِّلُكَىَلَعَُللهاَوٌَرْ يِذَنََتْنَاََكَّنِاٌَكَلَمَُهَعَمََءاَجَْوَاٌَزْ نَك

Artinya: “Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit karenanya dadamu, karena khawatir mereka akan mengatakan: “mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?”. Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu.”89

Penanda pada ayat ini adalah Wa d}a>iqun bihi s}adruk yang menghasilkan petanda “dan sempit karenanya dadamu”, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu menjadi sempit dada Nabi Muhammad karena perkataan orang kafir. Setelah ditemukannya tanda denotasi kemudian menganalisis concept atau makna konotasi yang menghasilkan makna bahwa Nabi Muhammad ragu-ragu untuk

89Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 332.

menyampaikan wahyu karena khawatir tanggapan-tanggapan yang tidak masuk akal dari orang kafir.

Keraguan Nabi Muhammad ini didasarkan atas penafsiran kata Wa d}a>iqun bihi s}adruk yang menurut para pakar tafsir adalah akibat dari perbuatan orang-orang kafir yang meremehkan, mencela serta mentertawakan dakwah Nabi. Namun, secara intertekstualitas ayat ini memuat kata la‘alla yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad masih memungkinkan ragu-ragu atau mengalami sempitnya dada atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Hal ini merupakan segala sesuatu yang menjadi tindakan Nabi Muhammad dijaga oleh Allah swt, sehingga keraguan Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu tidak sampai pada akibat berhenti untuk mendakwahkannya lagi.

Ayat ini di awali oleh kata istifha>m inkari yang berarti sebuah redaksi pertanyaan namun bertujuan pencegahan. Allah menyerukan kepada Nabi Muhammad saw agar tidak ragu-ragu dalam menyampaikan wahyu walaupun tantangannya adalah sebuah penolakan. Sehingga kata Wa d}a>iqun bihi s}adruk menunjukkan suatu hal yang tidak boleh menghinggapi hati Nabi apalagi hanya sampai menyampaikan wahyu yang dianggap tidak sampai mengakibatkan penolakan dan tidak menyampaikan wahyu yang mengakibatkan penolakan.

Latar belakang ayat ini terjadi ketika Nabi Muhammad sedang berdakwah kepada pembesar kafir Makkah. Namun, para orang kafir tersebut mengejek Nabi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk

61

akal. Seperti, mengubah gunung menjadi emas atau meminta untuk mendatangkan malaikat sebagai bukti kenabian. Hal tersebut tidak menjadikan Nabi gentar untuk tetap menyampaikan wahyu. Pada kejadian ayat ini terdapat sebuah ideologi untuk semangat berdakwah. Allah mengajarkan kepada seluruh umat islam yang berpedoman kepada al- Qur‟an dapat mencontoh Nabi dalam sebuah perjuangannya menyampaikan kebenaran walaupun tantangan selalu datang. Kebenaran harus selalu disampaikan dan tidak ada Tuhan yang sebenar-benarnya hak untuk disembah kecuali Allah swt.

Signifier Signified Wa d}a>iqun

bihi s}adruk

Dan sempit karenanya dadamu Sign

Menjadi sempit dada Nabi Muhammad karena perkataan orang

kafir

Form Concept

Nabi Muhammad ragu-ragu untuk menyampaikan wahyu

karena khawatir tanggapan- tanggapan yang tidak masuk akal

dari orang kafir Signification (Mitos)

Pesan semangat berdakwah

2. Q.S. asy-Syu‟ara‟ ayat 13

ََنوُراَهَ َلَِاَْلِسْرَاَفَ ِناَسِلَُقِلَطْنَ يَ َلَوَيِرْدَصَُقْيِضَيَو

Artinya: “Dan karenanya sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun”90

Penanda (signifier) pada ayat ini adalah dan petandanya (signified) adalah Wa yad}i>qu s}adri dan karenanya sempitlah dadaku, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu Nabi Musa mengalami sempitnya dada. Tanda denotasi ini pada tingkatan kedua menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda baru (signified) atau istilah lain menurut Barthes adalah concept atau makna konotasi yang berupa kisah kesedihan atau kekhawatiran Nabi Musa akan risalahnya yang sudah tidak dipercaya lagi merupakan penghibur hati Nabi Muhammad bahwa Nabi terdahulu pun juga mengalami hal yang sama.

Pakar tafsir berpendapat bahwa ayat ini merupakan penghibur hati Rasulullah, walaupun pada ayat ini mengkisahkan kisah Nabi Musa. Hal ini dikarenakan kisah-kisah dalam al-Qur‟an memiliki tujuan untuk diambil pelajaran baik bagi Rasulullah maupun umat muslim pada umumnya. Dikisahkan bahwa, Nabi terdahulu juga mengalami tantangan yang sama dalam menyampaikan risalah seperti halnya Nabi Musa.

Sebagaimana Nabi Muhammad, Nabi Musa pun juga menjadi sempit dadanya karena ulah para kaumnya, sempit hati ini merupakan kesedihan yang dialami Nabi Musa..

90Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 581.

63

Ayat ini merupakan ayat yang turun di Makkah dan termasuk kategori ayat-ayat Makiyyah, maka sisi historis pada saat itu adalah Nabi Muhammad sedang berinteraksi dengan orang-orang kafir, karena pada masa kategori ayat Makiyyah masih sedikit penganut agama islam. Kisah Nabi Musa pada ayat ini menunjukkan ciri khas kategori Makiyyah. Ciri khas ayat-ayat Makiyyah selain banyak yang menjelaskan kisah-kisah pada zaman dahulu, juga banyak menjelaskan bukti kenabian, undang-undang serta akhlak untuk bermasyarakat dan menjelaskan akibat berani mendustakan Nabi.91

Pada ayat ini juga memiliki pesan yang sama seperti pada ayat sebelumnya. Pesan ideologi yang tersirat dalam ayat ini adalah untuk semangat berdakwah menyebarkan amar makruf nahi munkar serta menebarkan kebaikan apapun respon orang lain kepada kita.

Signifier Signified Wa yad}i>qu

s}adri

Dan karenanya sempitlah dadaku Sign

Sempitnya dada Nabi Musa karena risalah yang dulu disampaikannya tidak dipercaya lagi oleh kaumnya

Form Concept

Kisah kesedihan atau

91Manna al-Qattan, Maba>his fi ‘ulu>mil Al-Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah), 59.

kekhawatiran Nabi Musa akan risalahnya yang sudah tidak

dipercaya lagi merupakan penghibur hati Nabi Muhammad

bahwa Nabi terdahulu pun juga mengalami hal yang sama Signification (Mitos)

Semangat berdakwah menyebarkan amar makruf nahi munkar serta selalu menebar kebaikan

3. Q.S. al-Naml ayat 70

ََنوُرُكَْيََاَِّمٍََِقْيَضَ ِفَِْنُكَت َلوَْمِهْيَلَعَْنَزَْتََ َلَو

Artinya: “Dan janganlah engkau bersdih hati terhadap mereka, dan jangnlah (dadamu) meras sempit terhadap upaya tipu daya mereka”.92

Pada ayat ini penanda (signifier) pada ayat ini adalah Wa la> takun fi> d}ayqin dan petandanya (signified) adalah dan janganlah dadamu merasa sempit, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu jangan sampai tipu daya orang kafir menjadikan dada Nabi Muhammd sempit. Tanda denotasi ini pada tingkatan kedua menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda baru (signified) atau istilah lain menurut Barthes

92Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 610.

65

adalah concept atau makna konotasi yang berupa kegelisahan Nabi Muhammad menghadapi akan tipu daya orang musyrik.

Jika dilihat dari hubungan antar ayat, Nabi Muhammad merasa gelisah atas makar yang dilakukan orang musyrik. Mereka mengingkari adanya penghidupan kembali dari kubur setelah mati dengan menganggap semua itu hanyalah dongeng serta khurafat, kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad agar memerintah mereka untuk berkelana dan menemukan pelajaran dari perjalanannya itu. Allah pun menghibur Nabi dengan ayat ini agar tidak sedih dan merasa gelisah akibat makar yang dilakukan para penyembah berhala. Maka, pesan yang tersirat dari ayat ini adalah kesabaran dan tabah dalam menghadapi masalah.

Setiap hidup pasti akan menghadapi masalah, sebagai manusia ciptaan Allah harus tetap berusaha mencari jalan keluar masalah dengan tabah dan bersabar. Sesungguhnya Allah meemberikan masalah kepada manusia dalam rangka mengangkat derajatnya jika menjalaninya dengan tabah.

Manusia terbaik Nabi Muhammad SAW juga mengalami banyak masalah. Hal ini di kisahkan dalam ayat ini, bahwa Rasulullah menghadapi kaumnya yang melakukan perbuatan makar dengan tidak mempercayai hari akhir, seperti peristiwa akan dibangkitkannya dari kubur dan hari pembalasan. Peristiwa tersebut, membuat Nabi Muhammad resah dan beliau bersabar serta tabah dalam menghadapi masalah tersebut.

Signifier Signified Wa la> takun fi>

d}ayqin

Dan janganlah dadamu merasa

sempit Sign

Jangan sampai tipu daya orang kafir menjadikan dada Nabi Muhammd

sempit

Form Concept

Kegelisahan Nabi Muhammad menghadapi akan tipu daya orang

musyrik Signification (Mitos)

Kesabaran dan tabah dalam menghadapi masalah

4. Q.S. at-Taubah ayat 25 (Madaniyyah)

َِنْغُ تَْمَلَ فَْمُكُتَرْ ثَكَْمُكْتَبَجْعَاَْذِاٍَْيَْ نُحََمْوَ يَوٍَةَرْ يِثَكََنِطاَوَمَ ِفَُِللهاَُمُكَرَصَنَْدَقَل

ََنْيِرِبْدُمَْمُتْيَّلَوََُّثَُْتَبُحَرَاَِبَُِضْرَْلاَُمُكْيَلَعََْتَقاَضَوََائْيَشَْمُكْنَع

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan perang yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai”.93

93Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 284.

67

Pada ayat ini penanda (signifier) pada ayat ini adalah Wa d}a>qat

‘alaikum dan petandanya (signified) adalah dan telah terasa sempit olehmu, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu beberapa kaum muslimin merasa sempit dada karena telah meremehkan musuh. Tanda denotasi ini pada tingkatan kedua menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda baru (signified) atau istilah lain menurut Barthes adalah concept atau makna konotasi yang berupa kecemasan kaum muslimin atas ancaman yang diberikan Allah dan Rasulnya akibat dari sikap sombongnya.

Ayat ini merupakan ayat Madani yaitu ayat yang turun setelah hijrahnya Nabi. Historis turunya ayat ini bermula ketika sebelum terjadinya perang Hunain, ada seseorang dari kalangan kaum muslimin yang menyeletuk, “kemenangan pasti didapatkan kaum muslimin karena jumlah pasukan muslim lebih banyak”. Memang jumlah tentara kaum muslimin yang turun mengikuti peperangan lebih banyak dengan dua belas ribu jumlah tentara dibandingkan dengan jumlah orang kafir hanya empat ribu orang yang turun berperang. Namun kenyataannya, Rasulullah SAW mendengar ucapan itu merasa berada dalam kegelisahan, sehingga turunlah ayat ini sebagai ancaman terhadap seseorang yang telah mengeluarkan kata-kata tersebut agar tidak bangga dengan jumlah tentara kaum muslimin yang lebih banyak dan mengingatkan kaum muslimin

bahwa semua kemenangan yang telah diperoleh merupakan berkat pertolongan Allah bukan karena jumlah mereka yang lebih banyak.94

Kejadian ini membuat dada mereka merasa sempit, bahkan bumi yang luas pun menjadi sempit akibat ancaman yang diberikan Allah atas sikap sombongnya. Rasa sombong itu pernah di alami kaum muslimin ketika dalam keadaan berperang dan menjadikan orang-orang muslim lari terbirit-birit dengan jumlah musuh yang lebih besar. Hal ini dapat memuat pesan ideologi tentang kemurnian tauhid yang harus dimiliki oleh semua orang islam, karena hakikatnya hanya Allah yang maha penolong dan maha segala-galanya bukan karena banyak harta, banyak pengikut dan lain-lain.

Signifier Signified Wa d}a>qat

‘alaikum

Dan telah terasa sempit olehmu Sign

Beberapa kaum muslimin merasa sempit dada karena telah

meremehkan musuh

Form Concept

Kecemasan kaum muslimin atas ancaman yang diberikan Allah dan Rasulnya akibat dari sikap

94As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, 304.

69

sombongnya Signification (Mitos)

Kemurnian tauhid yang harus dimiliki oleh semua orang islam, karena hakikatnya hanya Allah yang maha penolong dan maha segala-galanya

5. Q.S. at-Taubah ayat 118

َ ْتَبُحَرَاَِبَُِضْرَْلاَُمِهْيَلَعَْتَقاَضَاَذِاَ َّتََّحَاوُفِّلُحََنْيِذَّلاَِةَث َلََّثلاَىَلَعَو

َ ْتَقاَضَو

َاوُّنَظَوَْمُهُسُفْ نَاََْمِهْيَلَع ََّنِاَاْوُ بْوُ تَيِلَْمِهْيَلَعََباَتََُّثَُِهْيَلِاَ َّلاَِللهاََنِمََائَجْلَمَ َلَْنَا اَُباَّوَّ تلاََوُهََللها

َُمْيِحَّرل

Artinya: “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi menjadi sempit bagi mereka. Padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadanya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.

Sesungguhnya Allah lah maha penerima taubat lagi maha penyayang”.95

Penanda (signifier) pada ayat ini adalah Wa d}a>qat ‘alaihim anfusuhum dan petandanya (signified) adalah dan jiwa merekapun telah sempit pula terasa oleh mereka, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu sempitnya dada tiga orang kaum muslimin sebab telah melakukan kesalahan. Tanda denotasi ini pada tingkatan kedua menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda baru (signified) atau istilah lain menurut Barthes adalah concept atau makna konotasi yang berupa sahabat

95Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 304.

yang merasa cemas dan gelisah akibat hukuman sosial dari Nabi Muhammad serta kaum muslimin dan ditangguhkan taubatnya.

Jika dianalisis dari segi historis turunnya ayat ini, ketika Rasulullah Saw berada dalam rumah Ummu Salamah, kemudian Rasulullah keluar dari kamarnya seraya bersabda: “Allah Mahabesar, sungguh Allah telah memaafkan sahabat-sahabat kita” dengan rasa yang begitu gembira, kemudian Nabi pun menceritakan kabar gembira ini kepada para sahabat setelah melakukan sholat subuh.

Ayat ini merupakan bentuk maha memaafkannya Allah kepada makhluknya. Kesalahan yang berhujung penyesalan yang sangat berat pernah dialami oleh sahabat Ka‟ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Robi‟ karena tidak mengikuti peperangan, sehingga kaum muslimin yang terdiri dari golongan muhajirin dan Anshar kembali bersosial baik dengan ketiga orang tersebut serta istri-istrinya yang semula dijauhi akibat ulah dari suami mereka.96 Maka dapat ditemukan pesan ideologinya adalah bentuk kehambaan yang totalitas seorang makhluk kepada penciptanya dan bentuk cintanya Allah kepada makhluknya yang diwujudkan dengan ampunannya yang begitu besar.

Manusia diciptakan tidak akan pernah terlepas dari kesalahan.

Kesalahan dapat menjadikan orang yang berbuat salah semakin dewasa dan berhati-hati serta dapat mengambil pelajaran atas kesalahanya, jika orang tersebut merasa bersalah. Namun berbeda ketika tidak merasa

96M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah vol 5, 279.

71

bersalah, maka yang harus dilakukan adalah memberinya hukuman agar jera dan tidak mengulangi kesalahannya lagi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu adalah hak preogratif Allah untuk menghukumnya di dunia atau memaafkan kesalahannya.

Signifier Signified Wa d}a>qat

‘alaihim anfusuhum

Dan jiwa merekapun telah sempit pula terasa

oleh mereka Sign

Sempitnya dada tiga orang kaum muslimin sebab telah melakukan

kesalahan

Form Concept

Sahabat yang merasa cemas dan gelisah akibat hukuman sosial dari Nabi Muhammad serta kaum

muslimin dan ditangguhkan taubatnya.

Signification (Mitos)

Bentuk kehambaan yang totalitas seorang makhluk kepada penciptanya dan bentuk cintanya Allah kepada makhluknya yang diwujudkan dengan

ampunannya yang begitu besar

6. Q.S. at-Thalaq ayat 6

ََّنُكَْنِاَوََّنِهْيَلَعَاْوُقِّ يَضُتِلََّنُهْوُّراَضُت َلَوَْمُكِدْجُوَْنِمَْمُتْنَكَسَُثْيَحَْنِمََّنُهْوُ نِكْسَا

ََّنُهُوُ تَاَفَْمُكَلََنْعَضْرَاَْنِاَفََّنُهَلَْحَََنْعَضَيَ َّتََّحََّنِهْيَلَعَاْوُقِفْنَاَفٍَلَْحََ ِت َلْوًا

َْ يَ بَاوُرَِتَْأَوََّنُهَرْوُجُا ىَرْخُاَُهَلَُعِضْرُ تَسَفَُْتُْرَساَعُ تَْنِاَوَ ٍفْوُرْعَِبَِْمُكَن

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka melahirkan kandungannya, kemudian jika mereka menyusukan (anak- anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada mereka, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusui (anak itu) untuknya.”97

Pada ayat ini penanda (signifier) pada ayat ini adalah Litud}ayiqu>

‘alaihinna dan petandanya (signified) adalah untuk menyempitkan (hati) mereka, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu larangan untuk membuat sempit dada mantan istri dalam menjalani masa iddah. Tanda denotasi ini pada tingkatan kedua menjadi penanda (signifier) dan menghasilkan petanda baru (signified) atau istilah lain menurut Barthes adalah concept atau makna konotasi yang berupa mempersulit proses iddah mantan istri dengan tidak menafkahi dan memberikanya tempat tinggal.

97Kemenag RI, Terjemah Al-Qur’an, 941.

73

Hukum kewajiban menafkahi istri yang telah diceraikan terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama` madzhab. Menurut madzhab Imam Malik dan Imam Syafi`i, bahwa mengenai wanita-wanita yang ditalak ba`in wajib diberi tempat tinggal dan tidak wajib memberi nafkah kecuali dalam keadaan hamil. Berbeda menurut pandangan madzhab Hanafi, bahwa setiap wanita yang diceraikan memiliki hak untuk mendapatkan nafkah dan tempat tinggal. Adapun jika wanita itu hanya ditalak raj‟i maka wanita tersebut berhak mendapat nafkah sekalipun tidak dalam kondisi hamil.

Ayat ini juga mengandung dalil yang menunjukkan bahwa hak persusuan dan nafkah anak-anaknya dibebankan kepada suami, sedangkan hak mendidik dan merawat dibebankan pada pihak istri. Madzhab Imam Abu Hanifah berpendapat tidak diperbolehkan seorang laki-laki menyewa mantan istrinya untuk menyusui anak hasil hubungan mereka berdua selama tidak dalam keadaan tertalak ba`in. Sebaliknya Imam Syafi‟i berpendapat diperbolehkan secara mutlak untuk mendapat hak susuan kepada mantan istrinya. Namun, jika pihak suami menolak memberikan upah penyusuan anaknya kepada mantan istrinya, dan pihak istri atau ibu tidak berkenan menyusui anaknya secara cuma-cuma, maka pada ayat ini diperbolehkan perempuan lain yang menyusui anak itu setelah melakukan musyawarah dan mencapai kesepakatan di antara keduanya.98

98Nawawi, Tafsir Al-Munir Marah Labib Jilid 6, 432.

Ayat ini turun di kota Madinah yang menunjukkan bahwa ayat ini termasuk kategori ayat Madaniyah. Sangat relevan sekali ayat ini termasuk Madaniyah, karena ciri khas ayat Madaniyah adalah banyak menjelaskan tentang hukum-hukum islam baik berupa muamalah maupun ubudiyyah.

Dengan demikian, ayat ini memuat pesan ideologi islam adalah agama yang kompleks dalam mengurusi penganut agamanya mulai segala hal yang kecil hingga sesuatu yang rumit.

Signifier Signified Litud}ayiqu>

‘alaihinna

Untuk menyempitkan

(hati) mereka Sign

Larangan untuk membuat sempit dada mantan istri dalam menjalani

masa iddah

Form Concept

Mempersulit proses iddah mantan istri dengan tidak menafkahi dan memberikanya

tempat tinggal Signification (Mitos)

Islam adalah agama yang kompleks dalam mengurusi penganut agamanya mulai segala hal yang kecil hingga sesuatu yang rumit

75

Dokumen terkait