• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI MAKNA Ḍ AYQ AL- Ṣ ADR DALAM AL-QUR ’A N (ANALISIS TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI MAKNA Ḍ AYQ AL- Ṣ ADR DALAM AL-QUR ’A N (ANALISIS TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Konteks Penelitian

Ḍayq Al-Ṣadr merupakan salah satu di antara kata-kata di dalam al- Qur‟an yang perlu dikaji. 11Imam Musbikin, Istantiq Al-Qur`an Pengenalan Studi Al-Qur’an Intedisipliner (Madiun: . Jaya Star Nine.

Fokus Penelitian

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti sebuah ayat al-Qur‟an dengan teori semiotika Roland Barthes dengan judul “Makna Ḍayq Al-Ṣadr Dalam Al- Qur’an (Analisis Teori Semiotika Roland Barthes)”.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga dapat menjadi bahan bacaan atau referensi mahasiswa dalam mengkaji semiotika, khususnya semiotika Roland Barthes. Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam mengkaji ayat al-Qur‟an dengan pendekatan yang berbeda.

Definisi Istilah

Ḍayq ketika dilihat dalam kamus al-Munawwir yang merupakan kamus bahasa Arab terlengkap yang disusun oleh Ahmad Warson Munawwir memiliki arti sempit dalam asal kata (ًَاقْيَض - ََقاَض) atau bisa juga memiliki arti menjadi sempit dan. Alex Preminger, mendefinisikan semiotika atau semiologi merupakan ilmu tanda serta sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkan tanda tersebut memiliki arti.26.

Sistematika Penulisan

Pada bagian kesimpulan, keseluruhan hasil penelitian akan disederhanakan dalam muatan yang lebih penting, kemudian pada bagian saran akan ditulis masukan-masukan yang berkaitan dengan topik penelitian ini sebagai bahan tinjak lanjut dari hasil temuan ini. Pada akhir penulisan akan dipaparkan sejumlah daftar pustaka yang penulis jadikan referensi dalam penelitian ini dan sejumlah lampiran yang berkaitan.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

30Ulufatul Khoiriyah, “Perempuan Sebagai Harsun Dalam Al-Qur‟an (Kajian Semiotika Roland Barthes)” (skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014). 32Siti Sobariah, “Kisah Nabi Sulaiman Dalam Al-Qur‟an Prespekstif Semiotika Roland Barthes” (skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

Kajian Teori

  • Semiotika Roland Barthes
  • Semiotika Al-Qur`an
  • Langkah Pengaplikasian Dalam Al-Qur`an

Semiotika sebagai diskursus ilmu yang mengkaji tentang kumpulan tanda telah banyak ditemui dalam khazanah Islam, khususnya kajian yang menyatakan ayat-ayat al-Qur‟an adalah sebuah simbolik. Seperti halnya, Imam Al-Ghazali dalam kitab Misykat Al-Anwar, Imam At-Tusturi kitab Tafsir Al-Qur’an Al-. Imam Musbikin secara umum mendefinisikan semiotika al- Qur‟an sebagai sebuah cabang ilmu semiotika yang mengkaji tanda- tanda yang ada dalam al-Qur‟an.

Pada kajian semiotika tingkat kedua ini merupakan pengkajian di atas kesepakatan bahasa, yang mana hubungan asbab al-nuzul dan perangkat ulum al-Qur’an termasuk yang akan dibahas di dalamnya. Dalam hal ini, asbab al- nuzul penting untuk dibahas karena untuk menjelaskan suatu peristiwa yang ada dalam al-Qur‟an sesuai dengan konteks turunnya peristiwa tersebut, sehingga pemaknaan semiotika terhadap peristiwa didalam al-. Pengaplikasian teori semiotika Roland Barthes terhadap konteks ayat dalam al-Qur‟an sebagaimana penjelasan di atas, terdiri dari tiga langkah.

Dalam kajian historis kebudayaan orang Arab ini, kita bisa melihatnya dalam konteks makkiyah dan madaniyah, serta dapat melihat perangkat studi ulum al-Qur’an yang lain.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Peneliti

Sumber Data

Data sekunder yang dipakai oleh penulis untuk menunjangpelitian ini adalah buku-buku tentang semiotika Roland Barthes seperti: Elemen- Elemen Semiologi, Filsafat Semiotika, Semiotika Untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an, Istantiq Al-Qur’an Pengenalan Studi Al-Qur’an Pendekatan Interdisipliner. Serta buku yang lain seperti, Kamus Al-Munawwir dan juga jurnal, skripsi, dan penelitian yang sesuai dengan ḍayq al-ṣadr dan semiotika Roland Barthes.

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

Pada tahap ini, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif analitis. Teknik deskriptif analisis ini akan digunakan untuk menjelaskan apa itu makna denotasi, konotasi, dan mitologi pada setiap kata ḍayq al-ṣadr dalam al-Qur‟an serta menganalisis pengaruh ayat-ayat makiyyah dan madaniyah.

Keabsahan Data

Tahap-Tahap Penelitian

Jalaluddin As-Suyuthi juga menambahkan makna ḍayq al-ṣadr pada ayat ini yang berupa fi‟il madhi. Makna konotasi pada ayat ini, yang terkesan Nabi Muhammad bakal meninggalkan perintahnya untuk menyampaikan wahyu, padahal ayat ini merupakan sebuah peringatan untuk menegur orang kafir yang menyekutukan Allah. Menurut Thabathaba‟i, disinilah letak keindahan bahasa al-Qur‟an, dalam ayat ini dengan tidak memperlihatkan sisi ketidak masuk akalnya.

Ayat ini sekaligus sebagai peringatan untuk mengabaikan cemoohan orang kafir, karena tugas Nabi Muhammad hanyalah menyampaikan. Ayat ini juga menunjukkan sikap permohonan Nabi Musa agar diperlancar lisan beliau melalui bahasa agar sahabatnya Harun. Penanda pada ayat ini adalah Wa d}a>iqun bihi s}adruk yang menghasilkan petanda “dan sempit karenanya dadamu”, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu menjadi sempit dada Nabi Muhammad karena perkataan orang kafir.

Pakar tafsir berpendapat bahwa ayat ini merupakan penghibur hati Rasulullah, walaupun pada ayat ini mengkisahkan kisah Nabi Musa. Pada ayat ini penanda (signifier) pada ayat ini adalah Wa la> takun fi> d}ayqin dan petandanya (signified) adalah dan janganlah dadamu merasa sempit, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu jangan sampai tipu daya orang kafir menjadikan dada Nabi Muhammd sempit. Penanda (signifier) pada ayat ini adalah Wa d}a>qat ‘alaihim anfusuhum dan petandanya (signified) adalah dan jiwa merekapun telah sempit pula terasa oleh mereka, kemudian ditemukan tanda denotasi (sign) yaitu sempitnya dada tiga orang kaum muslimin sebab telah melakukan kesalahan.

Maksud ayat ini bukanlah penyakit ḍayq al-ṣadr yang menghinggapi Nabi Muhammad, melainkan sikap yang akan terjadi kepada Nabi Muhammad sebagai utusan untuk menyampaikan wahyu namun wahyu itu tidak dipercaya. Dampak ḍayq al-ṣadr pada ayat ini adalah sifat sombong yang melekat pada hati manusia karena merasa lebih besar kekuatannya dari pada musuh.

PEMBAHASAN

Ayat-Ayat yang Membahas Ḍayq Al-Ṣadr

Makna Denotasi Ḍayq Al-Ṣadr

Redaksi ayat ini seakan-akan menunjukkan kesan bahwa Nabi Muhammad ragu-ragu dalam hatinya, untuk tidak menyampaikan wahyu kepada kaum kafir Mekkah atau merasa kesal terhadap kaum kafir. Sebagaimana Al-Maraghi menjelaskan ayat ini merupakan ayat untuk menghibur Rasulullah, setelah perbuatan makar yang dilakukan oleh kaum musyrikin. Pada ayat ini Allah SWT menghibur Rasulullah, bahwa apa yang dilakukan oleh umatnya bukan suatu hal yang baru, melainkan telah ada sejak zaman terdahulu.

Namun, secara intertekstualitas ayat ini memuat kata la‘alla yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad masih memungkinkan ragu-ragu atau mengalami sempitnya dada atau bahkan tidak terjadi sama sekali. Ayat ini turun di kota Madinah yang menunjukkan bahwa ayat ini termasuk kategori ayat Madaniyah. Penafsiran ayat ini menunjukkan sikap Nabi Muhammad yang sedih dan kecewa akibat perbuatan kaumnya yang tidak ingin mempercayai wahyu yang disampaikan Rasulullah.

Ayat ini sekaligus sebagai peringatan agar mengabaikan perkataan orang yang tidak menyukai kita, agar tidak berdampak kesedihan pada diri kita. Hamka menggambarkan ayat ini sebagai beratnya seorang pendakwah dalam menghadapi kaum yang tidak mengenal Allah. Al-Sya‟rawi menafsirkan ayat ini sebagai kesalahan yang dilakukan tiga orang islam yang tidak mengikuti perang karena bermalas-malasan.

Makna Konotasi Ḍayq Al-Ṣadr

Analisis Makna Mitos Ḍayq Al-Ṣadr

Ayat ini di awali oleh kata istifha>m inkari yang berarti sebuah redaksi pertanyaan namun bertujuan pencegahan. Ayat ini merupakan ayat yang turun di Makkah dan termasuk kategori ayat-ayat Makiyyah, maka sisi historis pada saat itu adalah Nabi Muhammad sedang berinteraksi dengan orang-orang kafir, karena pada masa kategori ayat Makiyyah masih sedikit penganut agama islam. Pesan ideologi yang tersirat dalam ayat ini adalah untuk semangat berdakwah menyebarkan amar makruf nahi munkar serta menebarkan kebaikan apapun respon orang lain kepada kita.

Allah pun menghibur Nabi dengan ayat ini agar tidak sedih dan merasa gelisah akibat makar yang dilakukan para penyembah berhala. Historis turunya ayat ini bermula ketika sebelum terjadinya perang Hunain, ada seseorang dari kalangan kaum muslimin yang menyeletuk, “kemenangan pasti didapatkan kaum muslimin karena jumlah pasukan muslim lebih banyak”. Namun kenyataannya, Rasulullah SAW mendengar ucapan itu merasa berada dalam kegelisahan, sehingga turunlah ayat ini sebagai ancaman terhadap seseorang yang telah mengeluarkan kata-kata tersebut agar tidak bangga dengan jumlah tentara kaum muslimin yang lebih banyak dan mengingatkan kaum muslimin.

Dengan demikian, ayat ini memuat pesan ideologi islam adalah agama yang kompleks dalam mengurusi penganut agamanya mulai segala hal yang kecil hingga sesuatu yang rumit.

Implikasi Makna Tanda Ḍayq Al-Ṣadr Terhadap Masyarakat

Penelitian tentang ayat-ayat ḍayq al-ṣadr dengan memakai teori semiotika Roland Barthes yang sudah dilakukan. Pertama, pemaknaan kata ḍayq al-ṣadr dalam al-Qur‟an secara teori denotasi dan konotasi Roland Barthes menghasilkan, 1) Surah Hud ayat 12, makna denotasinya adalah menjadi sempit dada Nabi Muhammad karena perkataan orang kafir dan menghasilkan makna konotasi, Nabi Muhammad ragu-ragu untuk menyampaikan wahyu karena khawatir tanggapan-tanggapan yang tidak masuk akal dari orang kafir. Harus penulis akui bahwa objek kajian dalam penelitian skripsi ini kurang mendalam, penulis menyarankan kepada para peneliti (terutama mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir) yang hendak melakukan penelitian dengan tema yang relevan.

Perlunya untuk mengkaji lebih luas terkait ilmu semiotika dan terutama untuk mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan menggunakan metode semiotika. Agar mudah memahami cara mengaplikasikan ayat-ayat Al- Qur‟an dengan metode semiotika, penulis hanya fokus menggunakan dengan metode semiotika Roland Barthes. Azkiya, Khikmatiar.“Konsep poligami Dalam Al-Qur'an (Aplikasi Semiotika Roland Barthes Terhadap Q.S An-Nisa [4]:3),”dalam jurnal Qof studi ilmu al-qur`an dan tafsir vol 3 no.

Dayq dalam Prespektif Al-Qur`an (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Sya`rawi Tentang Ayat-Ayat Dayq).

PENUTUP

Kesimpulan

Konotasinya adalah kisah kesedihan atau kekhawatiran Nabi Musa akan risalahnya yang sudah tidak dipercaya lagi merupakan penghibur hati Nabi Muhammad bahwa Nabi terdahulu pun juga mengalami hal yang sama. Konotasinya, kecemasan kaum muslimin atas ancaman yang diberikan Allah dan Rasulnya akibat dari sikap sombongnya.. at-Taubah ayat 118, denotasinya adalah sempitnya dada tiga orang kaum muslimin sebab telah melakukan kesalahan. Konotasinya, sahabat yang merasa cemas dan gelisah akibat hukuman sosial dari Nabi Muhammad serta kaum muslimin dan ditangguhkan taubatnya.

Kedua, mitos yang dihasilkan pada ayat-ayat tersebut adalah pesan semangat berdakwah, semangat berdakwah menyebarkan amar makruf nahi munkar serta selalu menebar kebaikan, kesabaran dan tabah dalam menghadapi masalah, kemurnian tauhid yang harus dimiliki oleh semua orang islam, karena hakikatnya hanya Allah yang maha penolong dan maha segala- galanya, bentuk kehambaan yang totalitas seorang makhluk kepada penciptanya dan bentuk cintanya Allah kepada makhluknya yang diwujudkan dengan ampunannya yang begitu besar, Islam adalah agama yang kompleks dalam mengurusi penganut agamanya mulai segala hal yang kecil hingga sesuatu yang rumit. Pertama, ḍayq al-ṣadr pada konteks ayat 12 surah Hud, ayat 13 surah asy-Syu‟ara dan ayat ke 70 surah an-Naml tentang kesedihan atau kemurungan akibat orang lain. Kedua, pada surah at- Taubah ayat 25 tentang kosombongan akibat memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Saran-saran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan analisis semiotika, yaitu dengan semiotika Roland Barthes yang mengacu terhadap dua tanda (konotasi dan denotasi) untuk memahami makna yang

Berdasarkan dari deskripsi data yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dianalisis secara keseluruhan makna denotasi, makna konotasi dan juga mitos yang terdapat pada

Abstrak: Tulisan ini membahas tentang pendekatan semiotika Roland Barthes terhadap karya sastra al-barzanji. Jenis penelitian ini adalah penelitian library research dengan

Dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk mengurai makna dan realitas dari subjek penelitian yaitu gejala- gejala Islamophobia yang

Menurut Roland Barthes denotasi ialah tataran tingkat pertama yang mempunyai arti pasti dan nyata. Denotasi ini adalah arti yg sebenarnya atas disepakatkan secara

Dari hasil analisis tanda visual, verbal, serta audio dengan menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes, di mana dari ketiga tanda tersebut menghasilkan makna

Peneliti mencoba untuk menjelaskan dalam hal ini makna denotasi serta makna konotasi dari film pendek Har yang tertera pada situs web Viddsee dan juga youtube di kanal Viddsee menurut

Proses analisis dilakukan secara deskriptif dan menggunakan metode analisis teori semiotika Roland Barthes dengan signifikasi makna denotasi dan konotasi yang sekaliguas menghasilkan