• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

1. Penanaman Nilai Akidah melalui Kegiatan Jumat Berjihat

Akidah seseorang dapat dilihat dari pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam perilaku dan amalan ibadahnya tidak baik, maka dapat dipastikan akidahnya kurang baik. Begitu pula sebaliknya, jika perilaku dan amalan ibadahnya baik, maka hal itu menggambarkan bahwa akidahnya baik. Seperti halnya pengertian akidah

yang dikemukakan oleh Muhammad Yusuf Ahmad bahwa akidah merupakan sesuatu yang diyakini secara kokoh di hati seseorang dan bersifat mengikat.88

Dengan begitu penanaman nilai akidah perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan pengajaran-pengajaran terkait dengan agama islam. Karena akidah merupakan dasar utama dalam menjalankan ibadah hingga terbentuk menjadi pribadi yang berakhlak.

Dari hasil penelitian di SMP Negeri 1 Turi Lamongan dalam proses penanaman nilai aqidah melalui kegiatan Jumat Berjihat dilakukan pada pelaksanaan Ngaji Bersama. Kegiatan Ngaji bersama ini merupakan hal mendasar yang di tanamkan pada peserta didik untuk membentuk karakter religius pada peserta didik. Pada kegiatan ini peserta didik diberikan pengajaran-pengajaran terkait dengan nilai-nilai islam, baik dalam hal akidah, ibadah maupun akhlak. Hal ini sesuai dengan ajaran islam, dalam jurnal yang ditulis bulu‟ dan Nuryani menjelaskan bahwa Islam sebagai agama yang mengantarkan manusia kepada keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat mengajarkan manusia untuk memiliki dasar pengetahuan, pemahaman dan keyakinan akan islam yang benar dan menyeluruh. Kebenaran islam yang dibangun dan diyakini tersebut dibangun di atas pondasi atau asas akidah yang benar.89 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam QS. Luqman ayat 13 yang

88 Muhammad Yusuf Ahmad dan Syahraini Tambak, “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Akidah Melalui Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),” Jurnal Al-Hikmah 15, no. 1 (April 2018): 34.

89 Bulu‟ dan Nuryani, “Penanaman Nilai Akidah Islam di Pesantren Daerah Minoritas Muslim,” Jurnal Aqidah-Ta 5, no. 1 (IAIN Palopo 2019): 106.

mengajarkan untuk senantiasa menumbuhkan akidah anak terhadap Allah swt sejak dini, sebagai berikut:































Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman [31]: 13)90

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan yang diberikan luqman kepada anaknya yang pertama yaitu tentang perlunya menanamkan akidah pada anak. Perintah untuk mengesakan Allah swt dengan melarang mempersekutukan Allah swt. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam mendidik karakter anak sejak dini dengan memberikan pemahaman dasar terkait nilai-nilai akidah islam.

Penanaman Nilai Akidah dalam kegiatan Jumat Berjihat saat Ngaji Bersama di SMP Negeri 1 Turi bertujuan sebagai salah satu bentuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan sebagai bentuk pemuliaan terhadap ilmu pengetahuan. Dalam proses penanaman nilai akidah melalui kegiatan Jumat Berjihat yang dilaksanakan saat Ngaji bersama ini berlangsung di lapangan utama SMP Negeri 1 Turi Lamongan. Seluruh peserta didik dan para pendidik diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut, kecuali non islam mereka diberi pilihan untuk

90 Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemah dan Asbabun Nuzul, (Jakarta: CV. Al- Hanan, 2009), 412.

tetap dikelas atau hadir dilapangan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dari pengamatan peneliti, beberapa siswa yang non islam berada di dalam kelas dan tidak mengikuti kegiatan ngaji bersama. Materi yang diberikan saat kegiatan Ngaji bersama ini yaitu mengacu pada kitab Khulasoh Nurul Yaqin yang disampaikan oleh KH. Sufyan Sauri dan Taisirul Khalaq yang disampaikan oleh KH. Khoiri. Materi yang disampaikan berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah yaitu pada bentuk penguatan pendidikan karakter (PPK) yang diharapkan dapat mengembangkan karakter religius peserta didik.

Karakter tidak dapat dikembangkan secara instan, tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat dan sistematis. Pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak usia dini sampai dewasa. Berdasarkan pemikiran psikolog Kohlberg dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockhed, terdapat empat tahap pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu: a) Tahap “pembiasaan” sebagai awal perkembangan karakter anak, b) Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, prilaku dan karakter siswa, c) Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari, dan d) Tahap pemaknaan yaitu suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka pahami dan lakukan serta bagaimana dampak dan manfaatnya dalam kehidupan

sehari-hari baik bagi dirinya maupun orang lain.91 Jika seluruh tahap ini telah dilalui, maka pengaruh pendidikan terhadap pembentukan karakter peserta didik akan berdampak secara berkelanjutan.

Penanaman nilai-nilai islam di SMP Negeri 1 Turi Lamongan dalam mengembangkan karakter religius tidak hanya dilakukan saat pembelajaran dalam kelas, namun juga diterapkan di luar kelas berupa kegiatan yang ada pada Jumat Berjihat yaitu Ngaji bersama. Hal ini merupakan suatu tahapan dalam memberikan pembiasaan terhadap kegiatan di pagi hari setiap hari Jumat dengan Ngaji kitab bersama dalam menumbuhkan pemahaman peserta didik terkait dengan nilai-nilai akidah, ibadah dan akhlak sehingga tercipta karakter religius peserta didik.

Kegiatan ngaji bersama ini tidak diperuntukkan hanya kepada peserta didik saja, akan tetapi seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, para guru dan staff karyawan. Dengan diadakanya kegiatan ini diharapkan seluruh warga sekolah dapat mengambil sisi positif dan menerapkan apa yang didapat dalam kegiatan sehari-hari. Penyampaian materi dari para pengasuh pondok pesantren ini tidak hanya pada pembahasan yang ada dalam kitab saja, akan tetapi banyak doa-doa dan juga nasihat kehidupan yang disampaikan saat mengaji bersama. Berdasarkan pengamatan peneliti saat dilapangan, KH. Sufyan Sauri tidak hanya menyampaikan apa yang ada di dalam kitab ngaji saja, tetapi juga memberikan nasihat dan doa-doa yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari seperti doa agar

91 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Prespektif Islam, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 108.

dipermudah dalam berlajar dan mendapatkan ilmu yang manfaat serta diberikan berkah hidupnya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa dalam proses penguatan pendidikan karakter, terutama pada karakter religius di SMP Negeri 1 Turi memberikan pemahaman-pemahaman terkait dengan nilai, moral dan spiritual kepada peserta didik melalui kegiatan ngaji bersama yang disampaikan oleh pengasuh pondok pesantren yaitu KH. Sufyan Sauri dan KH. Khoiri.

Kegiatan ngaji bersama ini merupakan kegiatan dalam upaya penguatan pendidikan karakter (PPK) pada peserta didik. Dimana dalam penguatan pendidikan karakter memuat beberapa nilai utama dalam PPK diantaranya yaitu, nilai religius, nilai nasionalis, nilai mandiri, nilai gotong royong dan nilai integritas. Pada kegiatan ngaji bersama ini mengutamakan penguatan pendidikan karakter (PPK) dalam nilai religius peserta didik. Nilai karakter religius mencerminkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut.92 Kegiatan ngaji bersama ini dapat menciptakan keimanan seseorang atau peserta didik terhadap Allah swt, dengan memberikan pengajaran, arahan, nasihat dan teladan secara tidak langsung karakter religius peserta didik akan tumbuh dalam jiwanya yang kemudian menjadikan peserta didik memiliki nilai karakter dan akhlak yang mulia. Hal ini dapat berjalan karena adanya dukungan dari

92 Witarsa dan Rahmat Ruhyana, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Yrama Widya, 2021), 10.

sekolah dengan diberlakukannya program kegiatan sekolah dalam upaya penguatan pendidikan karakter pada peserta didik. Selain itu, semua civitas akademika juga memiliki peran masing-masing dalam menguatkan karakter peserta didik, karena hal ini perlu adanya kerja sama antar warga sekolah agar program kegiatan Jumat Berjihat pada penguatan pendidikan karakter ini dapat diterapkan dengan baik di SMP Negeri 1 Turi Lamongan.

Berdasarkan penjelasan diatas tersebut, program kegiatan Jumat Berjihat dalam penguatan pendidikan karakter sesuai dengan teori Witarsa dan Rahmat Nuryana yang mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter terhadap tiga pendekatan, salah satunya yaitu pendekatan berbasis kelas melalui pembelajaran tematis. Penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran tematis adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan nilai-nilai tertentu. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas ini diharapkan semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan. Satuan pendidikan dapat menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter.93

93 Witarsa dan Rahmat Ruhyana, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Yrama Widya, 2021), 33.

Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti, SMP Negeri 1 Turi merupakan sekolah yang menerapkan penguatan pendidikan karakter dengan pendekatan berbasis kelas melalui pembelajaran tematis. Dimana seluruh kegiatan-kegiatan yang diterapkan mengedepankan nilai-nilai islami yang dapat meningkatkan karakter religius peserta didik, seperti dalam kegiatan program Jumat Berjihat pada pelaksanaan ngaji bersama yang menyediakan guru khusus untuk mengajarkan materi tentang nilai- nilai keislaman yang juga merupakan salah satu nilai utama pendidikan karakter. Meskipun kegiatan dilakukan di luar kelas, akan tetapi materi- materi yang diajarkan ini mengandung nilai-nilai utama dalam pendidikan karakter. Selain itu, kegiatan tersebut merupakan kegiatan dalam membentuk sekolah yang memiliki lingkungan budaya berbasis islami dalam penguatan pendidikan karakter, terutama pada karakter religius yang diintegrasikan dalam kegiatan Jumat Berjihat. Maka dalam hal ini kegiatan Ngaji Bersama merupakan penanaman nilai akidah pada peserta didik sebagai upaya penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan Jumat Berjihat di SMP Negeri 1 Turi Lamongan.

2. Penanaman Nilai Ibadah melalui Kegiatan Jumat Berjihat

Dalam pendidikan nilai-nilai ibadah perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini baik melalui pengajaran di kelas maupun pembiasaan disetiap kegiatan yang dijalankan. Penerapan dalam menanamkan nilai ibadah di SMP Negeri 1 Turi Lamongan, yaitu dengan mengajak dan membimbing peserta didik untuk membaca al-Quran,

menjalankan shalat wajib dan sunnah (shalat dhuha). Hal ini sesuai dengan teori Lutfiyah dan Bambang dalam jurnal yang menejelaskan bahwa nilai- nilai ibadah yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di sekolah adalah nilai keimanan dan ketakwaan kepada tuhan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Bentuk dari ketakwaan terhadap Allah tersebut berupa menjaga ibadah dan pelaksanaan ibadah itu sendiri, menjaga diri dari kemaksiatan, baik maksiat fisik maupun hati. Keimanan dan ketakwaan merupakan buah atau hasil dari segala perbuatan baik yang dilakukan karena Allah swt.94

Penanaman nilai ibadah melalui kegiatan Jumat Berjihat di SMP Negeri 1 Turi Lamongan diterapkan dalam pelaksanaan shalat dhuha berjamaah. Shalat dhuha merupakan salah satu rangkaian dalam kegiatan Jumat Berjihat, shalat dhuha dilaksanakan secara bergilir setiap kelas dihari jumat. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan di mushola “Al-Amin”

SMP Negeri 1 Turi Lamongan sebelum proses pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 sampai 07.40 yang diakhiri dengan kultum agama yang disampaikan oleh guru pendidikan agama islam.

Nilai ibadah yang terkandung dalam kegiatan Jumat Berjihat pada pelaksanaan shalat dhuha adalah nilai keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Dimana peserta didik dibimbing untuk menjalankan ibadah sesuai dengan syariat islam dan menjalankan segala perintah Allah swt serta menjauhi larangan-Nya. Meskipunn shalat dhuha merupakan shalat

94 Lutfiyah Septiani dan Bambang Irawan, “Penanaman Nilai-Nilai Karakter Religius dan Disiplin Melalui Program Tausiyah Akhlak di SMP Al-Furqon Jember,” Jurnal Pendidikan Agama Islam: Al-Adabiyah 2, no. 1 (2021): 381.

sunnah, namun dari pihak sekolah sangat menganjurkan peserta didik untuk menjalankan shalat dhuha berjamaah meskipun paling tidak hanya satu minggu sekali di saat pelaksanaan program kegiatan Jumat Berjihat.

Hal ini merupakan salah satu bentuk pembiasaan yang diterapkan untuk menjadikan peserta didik secara perlahan memiliki sikap dan sifat yang berkarakter serta senantiasa memiliki karakter senang beribadah, terutama dalam peningkatan karakter religius yang menjadi tujuan dari diterapkannya kegiatan Jumat Berjihat.

Nilai ibadah yang ditanamkan pada peserta didik di SMP Negeri 1 Turi Lamongan ini merupakan bentuk dari ketaatan dalam menjalankan suatu perintah dan larangan-Nya sebagai bentuk pengabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan makna islam yang berarti patuh dan tunduk untuk mendapatkan keselamatan dan kedamaian.95 Pihak sekolah menganjurkan peserta didiknya untuk melaksanakan shalat dhuha tidak lain hanya untuk mengajak peserta didik taat dalam beribadah yang bertujuan untuk selain dapat meningkatkan pahala juga agar hidup selamat dunia akhirat. Selain menganjurkan shalat dhuha peserta didik juga dianjurkan untuk shalat dhuhur dan shalat jumat berjamaah di sekolah. Hal ini merupakan proses penanaman nilai-nilai ibadah melalui pembiasan shalat berjamaah yang dilakukan di SMP Negeri 1 Turi Lamongan.

Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang diberikan oleh Allah swt

95 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 144.

harus senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan- pelatihan dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia.96 Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Bertanggung jawablah kamu sekalian terhadap anak-anakmu terhadap shalat dan ajarkanlah kepada mereka kebaikan, karena kebaikan itu menjadi mudah karena sudah dibiasakan.” (HR. Baihaqi)

Pembiasaan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Turi Lamongan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam membentuk karakter islami peserta didik. Dimana dalam proses membentuk karakter peserta didik SMP Negeri 1 Turi Lamongan menerapkan kegiatan-kegiatan yang dapat menjadikan peserta didik terbiasa menjalankan ibadah tanpa adanya paksaan karena sudah menjadi budaya di sekolah.

Selain menerapkan pembiasaan melalui kegiatan Jumat Berjihat, beberapa guru juga memberikan contoh teladan kepada peserta didik. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap guru pendidikan agama islam di SMP Negeri 1 Turi Lamongan. Untuk menanamkan nilai ibadah kepada peserta didik, beliau tidak hanya memberikan nasihat atau bimbingan terhadap peserta didik, akan tetapi juga langsung mengajak peserta didik untuk melaksanakan shalat dhuha sebelum proses

96 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 130.

pembelajaran dimulai. Peserta didik diajak untuk kemasjid terlebih dahulu saat jam mata pelajaran pendidikan agama islam, namun hal ini juga memperhatikan situasi dan kondisi saat itu, jika dirasa situasi dan kondisi kurang mendukung maka tidak perlu melaksanakan shalat dhuha terlebih dahulu. Namun hal ini merupakan salah satu bentuk keteladanan yang diterapkan oleh peserta didik dan juga sebagai motivasi kepada guru-guru yang lain agar tidak hanya berupaya untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya saja akan tetapi juga harus diimbangi dengan mengembangkan kecerdasan spiritual dan emosionalnya. Pada hakikatnya penanaman nilai-nilai tersebut tidak lepas dari peran guru dan lingkungan sekitarnya. Dalam suatu lembaga guru atau pendidik merupakan seseorang yang memiliki peran penting dan utama dalam menanamkan nilai-nilai ibadah kepada peserta didik, baik berupa pemberian pengajaran, pembiasaan maupun keteladan.

Pada pemaparan diatas, pelaksanaan kegiatan Jumat berjihat merupakan salah satu bentuk pendekatan dalam penerapan penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah. Hal ini berdasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Witarsa dan Rahmat Mulyana dalam bukunya yang mengatakan bahwa penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK yang menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di

sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif.97

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dalam penanaman nilai-nilai ibadah di SMP Negeri 1 Turi ini dilakukan dengan menggunakan berbagai metode seperti metode pembiasaan shalat dhuha yang diterapkan setiap hari jumat saat pelaksanaan kegiatan Jumat berjihat, kemudian memberikan nasihat atau ceramah agama berupa kultum yang disampaikan setelah shalat dhuha berjamaah, selain itu juga memberikan keteladanan dimana guru tidak hanya memberikan arahan saja, tetapi juga ikut turut serta melakukan kegiatan tersebut bersama dengan para peserta didik.

3. Penanaman Nilai Akhlak melalui Kegiatan Jumat Berjihat

Akhlak merupakan perilaku yang terlihat dengan jelas, baik dalam perkataan maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah, pedoman akhlak yang baik berasal dari Nabi Muhammad SAW, karena akhlak Nabi Muhammad saw dikatakan sebagai akhlak islam, yaitu akhlak pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak dalam islam merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka, sehingga menjadi indikator seseorang menjadi muslim baik atau buruk.

Rasulullah diutus menyempurnakan akhlak manusia bertujuan untuk memperbaiki hubungan manusia dengan Allah, hubungan baik

97 Witarsa dan Rahmat Ruhyana, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Yrama Widya, 2021), 34.

antara manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam.

Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Qalam:4 sebagai berikut:











Artinya:“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)98

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa Allah swt telah menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki uswatun khasanah (teladan yang baik). Hal ini menjadi syarat pokok bagi siapapun yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain, kecuali dirinya sendiri sudah baik akhlaknya. Orang yang berpegang teguh pada Al-Quran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari, maka sudah termasuk meneladani akhlak rasulullah. Sebagai bentuk dalam meneladani akhlak Rasulullah, SMP Negeri 1 Turi Lamongan menerapkan beberapa kegiatan dalam menumbuhkan nilai-nilai akhlak peserta didik melalui kegiatan Jumat Berjihat.

Pada penanaman nilai-nilai akhlak melalui kegiatan Jumat Berjihat di SMP Negeri 1 Turi Lamongan menerapkan nilai-nilai akhlak berupa akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap lingkungan. Dalam praktiknya, nilai akhlak terhadap diri sendiri diterapkan dalam kegiatan senam sehat dalam rangka menjaga kesehatan dalam diri. Sedangkan nilai akhlak terhadap lingkungan diterapkan dalam kegiatan bersih-bersih atau kerja bakti dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

98 Kementrian Agama RI, Al-Quran Terjemah dan Asbabun Nuzul, (Jakarta: CV. Al- Hanan, 2009), 564.

Akhlak terhadap diri sendiri merupakan sikap seseorang terhadap pribadinya baik itu bersifat jasmani maupun rohani. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri.99 Pada proses penanaman nilai akhlak melalui kegiatan Jumat Berjihat pihak sekolah berupaya untuk menerapkan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas akhlak terhadap diri sendiri. Dalam hal ini berkaitan dengan kesehatan jasmani dan rohani para peserta didik dan juga pendidik. Dengan menerapkan kegiatan senam sehat saat pelaksanaan Jumat Berjihat berarti bahwa sebagai manusia kita telah melaksanakan suatu ibadah sekaligus amanah terhadap diri dalam menjaga segala sesuatu yang telah diberikan Allah swt berupa nikmat kesehatan.

Islam mengajarkan bahwa riyadhah atau olahraga jasmani sangat penting dalam penjagaan kesehatan. Kegiatan tersebut harus terus dilakukan sesuai dengan syariat islam karena Allah swt lebih mencintai orang-orang mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw dalam hadist berikut: 100

ُِفْيِعَّضلاِِنِمْؤُمْلاِمنِمِِللهاِ ملَِاُِّبمحماموٌِرْ يمخُِّيِومقْلاُِنِمِْؤُمْلما

Artinya:“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi oleh Allah ketimbang orang mukmin yang lemah”.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kegiatan senam sehat dalam pelaksanaan Jumat Berjihat ini mengacu pada penanaman nilai-nilai

99 Imam Syafei, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter di Perguruan Tinggi:

Disertai Buku Panduan Praktikum Pengamalan Ibadah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 143.

100 Arifin dan Zainuddin, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2007), 138.

keislaman yang bersandar pada nilai syariat islam. Dalam kegiatan senam sehat, proses penanaman nilai keislaman yang dilakukan berdasarkan pada pengembangan nilai-nilai akhlak, diantaranya yaitu nilai akhlak terhadap diri sendiri. Nilai akhlak yang ditanamkan yaitu berupa penjagaan diri terhadap kesehatan dan kebersihan diri sekaligus bentuk dari rasa syukur terhadap kesehatan yang telah diberikan Allah swt. Penjagaan diri terhadap kesehatan melalui kegiatan senam sehat ini merupakan akhlak terhadap jasmani yang dapat menghindarkan diri dari penyakit dan menjadikan tubuh sehat dan bugar serta kuat dan tidak lemah sesuai dengan apa yang disukai oleh Allah swt.

Pada penjelasan diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Arifin dan Zainudin bahwa dalam suatu pendidikan, kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah satu tujuan pendidikan. Pendidikan mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan jasmani dan rohani agar dalam suatu pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Keterampilan dalam membiasakan peserta didik yang dapat mengembang-tumbuhkan kesehatan pribadi sangat dianjurkan dalam lingkungan sekolah.101 Hal tersebut tidak jauh dari upaya SMP Negeri 1 Turi Lamongan dalam menerapkan kegiatan Jumat Berjihat yang di dalamnya terdapat kegiatan senam sehat. Selain senam sehat, kegiatan lain yang merupakan bentuk dari penjagaan diri dari kesehatan jasmani yaitu bersih-bersih lingkungan

101 Arifin dan Zainuddin, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2007), 139.

Dokumen terkait