• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Hipotesis

Dalam dokumen komparasi kinerja keuangan pada pt telkom (Halaman 46-72)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis H1 hingga H5 menggunakan 2 cara yaitu apabila data berdistribusi secara normal maka akan digunakan uji statistik parametrik yaitu alat uji beda Paired Sampel T-Test, dan apabila data berdistribusi secara tidak normal maka akan digunakan uji statistik non parametrik yaitu alat uji beda Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan, sebelum pandemi lebih tinggi atau saat pandemi lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan pada PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan rasio CR, DER, ROA, ROE, dan TATO. Adapun penjelasan tentang Paired Sampel T-Test dan Wilcoxon Signed Rank Test sebagai berikut :

a. Paired Sample T-Test

Paired Sample T-Test Uji T atau uji dua sampel yang berpasangan merupakan uji statistik parametik yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan antar dua sampel yang berhubungan.

Data berasal dari dua pengukuran atau periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subyek yang dipasangkan. Pada penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Berikut adalah langkah-langkah untuk membandingkan rata-rata rasio keuangan sebelum dan selama pandemi covid-19 dengan paired sampel t-test:

1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dan selama pandemi covid-19.

 𝐻˳: µ1 = µ2, tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dan selama pandemi covid-19.

 𝐻1: µ1 ≠ µ2, ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dan selama pandemi covid-19

2) Menentukan taraf nyata (α) 3) Melakukan uji statistik

Untuk uji beda rata-rata pada data berpasangan dapat menggunakan rumus berikut:

đ =

√ Dimana:

t = Nilai distribusi t

đ = Beda rata-rata (mean difference) Sd = Deviasi standar (standar deviasi) n = jumlah data berpasangan

d = perbedaan diantara data berpasangan (Cooper & Schindler, 2014:451)

4) Kriteria Pengambilan Keputusan

 Jika -tT≤ th≤ tT atau sig. t-test≥ α ; maka 𝐻˳ diterima, artinya

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan sebelum dan selama pandemi covid-19.

 Jika th>tT ; th<-tT atau sig. t-test< α ; maka 𝐻˳ ditolak dan 𝐻1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan

pada kinerja keuangan sebelum dan selama pandemi covid- 19.

b. Wilcoxon Signed Rank Test

Uji peringkat bertanda wilcoxon atau wilcoxon’s sign rank test merupakan uji statistik non parametrik untuk mengevaluasi perlakuan tertentu (treatment) pada dua pengamatan, antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu (Ghozali, 2006). Jika hasil uji normallitas tidak normal (sig > α 0,05) maka peneliti dapat menggunakan uji Wilcoxon’s Signed Rank Test. Wilcoxon Signed Rank Test akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Santoso (2015:138) menjelaskan langkah-langkah penggunaan alat uji Wilcoxon Signed RankTest menggunakan aplikasi SPSS:

1) Buka file Wilcoxon

2) Pilih menu analyze nonparametric test 2 related sampels tests

3) Lakukan pengisian nama dua variabel yang akan diuji, yakni sebelum dan sesudah.

4) Aktifkan pilihan Wilcoxon pada kolom test type

5) Langkah akhir tekan ok.

Adapun rumus uji Wilcoxon Signed Rank Test menurut Cooper

& Schindler (2014:613) adalah sebagai berikut : Z =

Keterangan :

T : jumlah rank dengan tanda paling kecil =

dan

=

Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis pada uji Wilcoxon Signed Rank Test sebagai berikut :

- Jika probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05 maka Ho ditolak artinya terdapat perbedaan.

- Jika probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak terdapat perbedaan.

Maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1) Untuk hipotesis yang pertama adalah sebagai berikut:

H1 ditolak jika nilai p < 5%, dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Current Ratio selama pandemi Covid-19 lebih besar dari sebelum pandemi Covid-19

H1 diterima jika nilai p > 5% dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Current Ratio selama pandemi Covid-19 lebih kecil dari sebelum pandemi Covid-19

2) Untuk hipotesis yang kedua adalah sebagai berikut

H2 ditolak jika nilai p < 5%, dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Debt to Equity Ratio selama pandemi Covid-19 lebih besar dari sebelum pandemi Covid-19

H1 diterima jika nilai p > 5% dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Debt to Equity Ratio selama pandemi Covid-19 lebih kecil dari sebelum pandemi Covid-19

3) Untuk hipotesis yang ketiga adalah sebagai berikut

H3 ditolak jika nilai p < 5%, dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Return On Equity selama pandemi Covid-19 lebih besar dari sebelum pandemi Covid-19

H3 diterima jika nilai p > 5% dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Return On Equity selama pandemi Covid-19 lebih kecil dari sebelum pandemi Covid-19

4) Untuk hipotesis yang kedua adalah sebagai berikut

H4 ditolak jika nilai p < 5%, dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Return On Asset selama pandemi Covid-19 lebih besar dari sebelum pandemi Covid-19 H4 diterima jika nilai p > 5% dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Return On Asset selama pandemi Covid-19 lebih kecil dari sebelum pandemi Covid-19

5) Untuk hipotesis yang kedua adalah sebagai berikut

H5 ditolak jika nilai p < 5%, dimana terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean mean Total Asset Turnover selama pandemi Covid-19 lebih besar dari sebelum pandemi Covid- 19

H5 diterima jika nilai p > 5% dimana tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dan nilai mean Total Asset Turnover selama pandemi Covid-19 lebih kecil dari sebelum pandemi Covid-19

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek penelitian

Telkom merupakan perusahan milik Badan Usaha Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang informasi dan komunikasi. Sejarah PT. Telkom Indonesia ini bermula pada pendirian badan usaha swasta penyedia layanan poss dan telegraf pada tahun 1882. Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965, PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan perushaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Tahun 1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL). Beberapa kali diubah namanya, hingga kemudian pada tahun 1980 Indonesia mendirikan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional dan seluruh saham PT. Indonesian Satellite Coorporation Tbk. (Indosat) di ambil alih oleh pemerintah RI menjadi BUMN.

Pada tahun 1989, ditetapkan UU Nomor 3 Tahun 1989 tentang telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No 25 Tahun 1991. 1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. Sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock

Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing) di Tokyo Stock Exchange.

Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%, sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik.

Saham Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode

“TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode “TLK”.

Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company, TelkomGroup mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan (customer- oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi TelkomGroup menjadi lebih lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan industri telekomunikasi yang berlangsung sangat cepat.

Organisasi yang baru juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menciptakan customer experience yang berkualitas.

Kegiatan usaha TelkomGroup bertumbuh dan berubah seiring dengan perkembangan teknologi, informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini terlihat dari lini bisnis yang terus berkembang melengkapi legacy yang sudah ada sebelumnya.

Tahun 2001 Telkom membeli saham Telkomsel sebanyak 35% dari PT Indosat sebagai restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia.

Pada tanggal 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan “New Telkom” (“Telkom Baru”) yang ditandai dengan penggantian identitas perusahaan. Sejak 1 Juli 1995 PT. Telkom telah menghapus struktur wilayah usaha telekomunikasi (WTTEL) dan secara de facto meresmikan dimulainya era Divisi Network.

Badan Usaha utama dikelola oleh 7 divisi regional dan 1 divisi network. Divisi

regional menyelenggarakan jasa telekomunikasi di wilayah masing masing dan divisi network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh luar negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional. Daerah regional.

Adapun beberapa divisi yang tersedia di PT. Telkom antara lain:

1) Divisi Regional I, Sumatera.

2) Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya 3) Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya.

4) Divisi Regional III, Jawa Barat.

5) Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

6) Divisi Regional V, Jawa Timur.

7) Divisi Regional VI, Kalimantan.

8) Divisi Regional VII, Kawasan timur Indonesia (Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua).

Telkom saat ini mulai membagi bisnisnya menjadi 3 Digital Business Domain:

1) Digital Connectivity: Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN)/ Network Function Virtualization (NFV)/ Satellite 2) Digital Platform: Data Center, Cloud, Internet of Things (IoT), Big

Data/ Artificial Intelligence (AI), Cybersecurity 3) Digital Services: Enterprise, Consumer

Untuk menjawab tantangan industri digital, mendukung digitisasi nasional dan untuk menginternalisasi agenda transformasi, maka Telkom telah menajamkan kembali Purpose, Visi, dan Misi nya.

 Purpose

Mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah yang terbaik bagi para pemangku kepentingan.

 Visi

Menjadi digital telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat

 Misi

1. Mempercepat pembangunan infrastruktur dan platform digital cerdas yang berkelanjutan, ekonomis, dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat

2. Mengembangkan talenta digital unggulan yang membantu mendorong kemampuan digital dan tingkat adopsi digital bangsa 3. Mengorkestrasi ekosistem digital untuk memberikan pengalaman

digital pelanggan terbaik

Adapun susunan struktur organisasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk sebagai berikut :

 Komposisi Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk pada tanggal 31 Desember 2020.

Komisaris Utama/

Komisaris Independen : Alex Denni

Komisaris : Rizal Mallarangeng

Komisaris : Ahmad Fikri Assegaf

Komisaris : Ismail

Komisaris : Marcelino Rumambo Pandin

Komisaris : Marsudi Wahyu Kisworo

Komisaris Independen : Rizal Mallarangeng Komisaris Independen : Wawan Iriawan

Komisaris Independen : Chandra Arie Setiawan Direktur utama : Ririek Adriansyah Direktur Keuangan : Heri Supriadi Direktur Network dan IT Solution : Herlan Wijanarko Direktur Consumer Service : FM Venusiana R

Direktur Digital Business : Muhammad Fajrin Rasyid Faizal Direktur Strategi Portofolio : Budi Setyawan Wijaya

Direktur Wholesale and

International Service : Edwin Aristiawan Direktur Human Capital

Management : Afriwandi

Direktur Enterprise and Business

Service : Edi Witjara

Dengan jumlah karyawan perusahaan dan entitas anak (“Grup”) pada tanggal 31 Desember 2020 adalah 25.348 orang.

B. Hasil Penelitian 1. Rasio Keuangan

Berdasarkan data laporan keuangan yang didapatkan di www.idx.co.id , berikut rasio keuangan perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 3

Current Ratio (CR) PT. Telkom Indonesia Persero Tbk

Periode

Asset Lancar

Liabiliti J.

Pendek CR ( Kali)

2019

Q1 53.871 51.57 1.044

Q2 48.748 52.587 0.926

Q3 45.127 53.88 0.837

Q4 41.722 58.369 0.714

Rata- rata CR Periode 2019 = 0.880

2020

Q1 50.946 64.046 0.795

Q2 54.956 84.826 0.647

Q3 40.677 63.486 0.640

Q4 46.503 69.093 0.673

Rata- rata CR Periode 2020 = 0.689 Sumber : Lampiran 1

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebelum pandemi nilai rata-rata Current Ratio (CR) adalah sebesar 0,880 kali, namun selama pandemi nilai rata-rata Current Ratio (CR) turun menjadi 0,689 kali. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan lebih baik sebelum adanya pandemi. Penurunan ini disebabkan oleh jumlah aset lancar yang mengalami penurunan adalah kas dan setara kas dan piutang kepada pihak ketiga. Sedangkan, liabilitas jangka pendek yang mengalami peningkatan adalah utang usaha kepada pihak ketiga, beban akrual, dan utang bank dan lembaga keuangan jangka pendek. Adapun grafik dari Tabel 3 adalah sebagai berikut :

Gambar 2

Current Ratio (CR) PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk

Sumber : Data dari Tabel 3 (Diolah Kembali)

Tabel 4

Debt to Equity Ratio (DER) PT. Telkom Indonesia Persero Tbk

Periode

Total

Liabilitas Total Equitas DER ( Kali)

2019

Q1 93.193 125.918 0.740

Q2 107.354 108.345 0.990

Q3 98.544 116.446 0.846

Q4 103.958 117.25 0.886

Nilai rata-rata DER periode 2019 = 0.865

2020

Q1 115.467 126.547 0.912

Q2 136.066 110.285 1.233

Q3 115.33 117.889 0.978

Q4 126.25 120.889 1.044

Nilai rata-rata DER periode 2020 = 1.042 Sumber : Lampiran 2

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebelum pandemi adalah sebesar 0,865 kali dan mengalami peningkatan selama pandemi menjadi 1,042 kali. Kondisi ini menunjukkan

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

bahwa kinerja keuangan perusahaan lebih baik sebelum adanya pandemi.

Peningkatan ini disebabkan oleh total liabilitas yang peningkatan yang cukup signifikan, namun ekuitas mengalami peningkatan yang tidak signifikan.

Adapun grafik dari Tabel 4 adalah sebagai berikut : Gambar 3

Debt to Equity Ratio (DER) PT Telkom Indonesia (Persero) TBK

Sumber : Data Tabel 5 (Diolah Kembali)

Tabel 5

Return On Asset Ratio (ROA) PT. Telkom Indonesia Persero Tbk

Periode Laba Total Asset ROA ( Kali)

2019

Q1 8.504 291.111 0.029

Q2 15.449 215.699 0.071

Q3 23.182 214.99 0.107

Q4 27.592 221.208 0.124

Nilai rata-rata ROA periode 2019 = 0.083

2020

Q1 8.301 241.914 0.034

Q2 15.433 246.351 0.062

Q3 22.951 233.219 0.098

Q4 29.563 246.943 0.119

Nilai rata-rata ROA periode 2020 = 0.078 Sumber : Lampiran

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Return on Asset (ROA) sebelum pandemi adalah sebesar 0,083 kali dan mengalami penurunan menjadi 0,078 kali. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan lebih baik sebelum adanya pandemi. Penurunan ini disebabkan oleh kerugian yang dialami perusahaan. Beban layanan dan beban keuangan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun pendapatan perusahaan mengalami peningkatan yang tidak signifikan.

Investasi pada entitas asosiasi, aset tak berwujud, dan aset pajak tangguhan mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama pandemi.

Adapun grafik dari Tabel 5 adalah sebagai berikut : Gambar 4

Return On Asset Ratio (ROA) PT Telkom Indonesia (Persero) TBK

Sumber : Data Tabel 5 (Diolah Kembali) 0

0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

Tabel 6

Return On Equity Ratio (ROE) PT. Telkom Indonesia Persero Tbk Periode Laba Total Ekuitas ROE ( Kali)

2019

Q1 8.504 125.918 0.067

Q2 15.449 108.345 0.142

Q3 23.182 116.446 0.1990

Q4 27.592 117.25 0.2353

Nilai rata-rata ROA periode 2019 = 0.1611

2020

Q1 8.301 126.547 0.0655

Q2 15.433 110.285 0.1399

Q3 22.951 117.889 0.1947

Q4 29.563 120.889 0.2445

Nilai rata-rata ROE periode 2020 = 0.1612 Sumber : Lampiran 4

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Return on Equity (ROE) sebelum pandemi adalah sebesar 0.16113311 kali dan mengalami peningkatan menjadi 0.16119085 kali. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai ekuitas perusahaan. dan Beban layanan dan beban keuangan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Gambar 5

Return On Equity (ROE) PT Telkom Indonesia ( Persero) Tbk

Sumber : Data Tabel 6 (Diolah Kembali) 0

0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

Tabel 7

Total Asset Turnover (TATO) PT. Telkom Indonesia Persero Tbk Periode Pendapatan Total Asset TATO ( Kali)

2019

Q1 34.84 291.111 0.119679435

Q2 69.345 215.699 0.321489668

Q3 102.631 214.99 0.477375692

Q4 135.567 221.208 0.612848541

0.382848334

2020

Q1 34.194 241.914 0.141347752

Q2 66.856 246.351 0.271385137

Q3 99.941 233.219 0.42852855

Q4 136.462 246.943 0.552605257

0.348466674 Sumber : Lampiran 5

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Total Assets Turn Over (TATO) sebelum pandemi adalah sebesar 0,382 kali turun menjadi 0,348 kali.

Hal ini disebabkan karena investasi pada entitas asosiasi, aset tak berwujud, dan aset pajak tangguhan mengalami kenaikan yang cukup signifikan selama pandemi sedangkan pendapatan mengalami peningkatan yang tidak signifikan.

Gambar 6

Total Asset Turnover (TATO) PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk

Sumber : Data Tabel 7 (Diolah Kembali) 0

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

2 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan memberikan deskripsi atau gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis ataupun membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Analisis deskriptif pada penelitian ini memberikan informasi mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari data yang digunakan.

Berikut akan ditampilkan deskriptif variabel yang ditinjau dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum untuk periode sebelum dan selama pandemi Covid-19. Dimana jika standar deviasi lebih besar dari pada nilai rata-rata maka berarti data yang ada miliki variasi yang besar, begitu juga sebaliknya jika standar deviasi lebih kecil dari nilai rata-rata maka berarti data yang ada memiliki variasi yang rendah. Nilai maksimal menunjukkan nilai terbesar pada data, sedangkan nilai minimum menunjukkan nilai terkecil pada data. Berikut Tabel 8 yang menunjukkan statistik deskriptif data pada periode sebelum dan selama pandemi covid- 19 yang diolah dengan bantuan software SPSS Versi 25.

Tabel 8

Uji Statistik Deskriptif Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19

Rasio Keuangan N

Minimum Maximum Mean

Standar Deviasi

CR Sebelum 4 0.714 1.044 0.88025 0.139543

Selama 4 0.640 0.795 0.68875 0.072242

DER Sebelum 4 0.740 0.990 0.86550 0.103362

Selama 4 0.912 1.233 1.04175 0.138421

ROA Sebelum 4 0.029 0.124 0.08275 0.042098

Selama 4 0.034 0.119 0.07825 0.037739

ROE Sebelum 4 0.067 0.235 0.16085 0.73420

Selama 4 0.066 0.245 0.16119 0.076725

TATO Sebelum 4 0.120 0.613 0.38285 0.212021

Selama 4 0.141 0.553 0.34847 0.179743

Sumber : Lampiran 9

Hasil analisis statistik deskriptif sebelum dan selama pandemi covid- 19 yang disajikan pada Tabel 8 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Current Ratio (CR) sebelum dan selama pandemi covid-19 menunjukkan nilai rata-rata yang menurun, yaitu dari 0.88025 turun menjadi menjadi 0.68875 dengan standar deviasi dari 0,139543 menjadi 0,072242 dan nilai minimum dari 0,714 menjadi 0,640 serta nilai maksimum menurun dari 1,044 menjadi 0,795 Dan nilai rata-rata CR untuk satu tahun sebelum Pandemi sebesar 0.88025 dengan standar deviasi 0,139543, Sedangkan nilai rata-rata CR untuk satu tahun selama Pandemi sebesar 0.68875 dengan standar deviasi 0,072242 Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan ada variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata CR sebelum pandemi sebesar 0.88025 dan Nilai rata-rata selama pandemi sebesar 0.68875 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek sebelum dan selama pandemi covid-19 adalah sebesar 88% dan 68%.

2) Debt to Equity Ratio (DER) sebelum dan selama pandemi covid-19 menunjukkan nilai rata-rata yang meningkat, yaitu dari 0.86550 naik menjadi 1.04175 dengan standar deviasi dari 0.103362 menjadi 0.138421 dan nilai minimum dari 0.740 menjadi 0.912 serta nilai maksimum naik dari 0.990 menjadi 1.233. Nilai rata-rata DER untuk satu tahun sebelum Pandemi sebesar 0.86550 dengan standar deviasi 0.103362. Sedangkan nilai rata-rata DER untuk satu tahun selama Pandemi sebesar 1.04175 dengan standar deviasi 0.138421. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan adanya variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata DER sebelum pandemi sebesar 0.86550 dan Nilai rata-rata selama pandemi sebesar 1.04175 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat utang terhadap ekuitas perusahaan adalah sebesar 0.86550 dan 1.04175.

3) Return on Asset Ratio (ROA) sebelum dan selama pandemi covid-19 menunjukkan nilai rata-rata yang menurun, yaitu dari 0.08275 turun menjadi 0.07825 dengan standar deviasi dari 0.042098 menjadi 0.037739 dan nilai minimum dari 0.029 menjadi 0.034 serta nilai maksimum turun dari 0.124 menjadi 0.119. Nilai rata-rata ROA untuk satu tahun sebelum Pandemi sebesar 0.08275 dengan standar deviasi 0.042098 sedangkan nilai rata-rata ROA untuk satu tahun selama Pandemi sebesar 0.07825 dengan standar deviasi 0.037739. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan adanya variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata

ROA sebelum pandemi sebesar 0.08275 dan nilai rata-rata ROA sebelum pandemi 0.07825 menunjukkan bahwa rata-rata efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki adalah sebesar 8% dan 7%.

4) Return on Equity Ratio (ROE) sebelum dan selama pandemi covid-19 menunjukkan nilai rata-rata yang meningkat, yaitu dari 0.16085 naik menjadi 0.16119 dengan standar deviasi dari 0.73420 menjadi 0.076725 dan nilai minimum dari 0.067 menjadi 0.066 serta nilai maksimum naik dari 0.235 menjadi 0.245. Nilai rata-rata ROE untuk satu tahun sebelum Pandemi sebesar 0.16085 dengan standar deviasi 0.73420 sedangkan nilai rata-rata ROE untuk satu tahun selama Pandemi sebesar 0.16119 dengan standar deviasi 0.076725. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan adanya variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata ROE sebelum pandemi sebesar 0.16085 dan nilai rata-rata ROE selama pandemi sebesar 0.16119 menunjukkan bahwa rata-rata untuk mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa sebesar sebesar 16%.

5) Total Asset Turnover (TATO) sebelum dan selama pandemi covid-19 menunjukkan nilai rata-rata yang menurun, yaitu dari 0.38285 turun menjadi 0.34847 dengan standar deviasi yaitu 0.212021 menjadi 0.179743 dan nilai minimum yaitu 0.120 dan 0.141 serta nilai maksimum turun dari 0.613 menjadi 0.553. Nilai rata-rata TATO untuk satu tahun sebelum Pandemi sebesar 0.38285 dengan standar deviasi 0.212021 sedangkan nilai rata-rata TATO untuk satu tahun selama

Pandemi sebesar 0.34847 dengan standar deviasi 0.179743. Nilai standar deviasi yang lebih rendah dari rata-rata menunjukkan adanya variasi yang rendah antara nilai maksimum dan minimum. Nilai rata-rata TATO sebelum pandemi sebesar 0.38285 dan nilai rata-rata ROE selama pandemi sebesar 0.34847 menunjukan bahwa rata-rata kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan revenue adalah sebesar 0,3825dan 0,3050 kali.

3. Uji Normalitas

Pada uji normalitas data ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov Test. Pemilihan metode ini didasarkan bahwa Kolmogorov- Smirnov Test merupakan metode yang umum digunakan untuk menguji normalitas data (Hair et al, 1998). Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal jika nilai probabilitas > taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0,05). Jika hasil uji menunjukkan sampel berdistribusi dengan normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik, tetapi apabila sampel tidak berdistribusi dengan normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametrik. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat dari Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas data Periode Variabel Sig. Taraf

Signifikan

Kesimpulan

Sebelum Pandemi

CR 0.998 0,05 Normal

DER 0.976 0,05 Normal

ROA 0.751 0,05 Normal

ROE 0.835 0,05 Normal

TATO 0.943 0,05 Normal

Selama Pandemi

CR 0.078 0,05 Normal

DER 0.613 0,05 Normal

ROA 0.847 0,05 Normal

ROE 0.947 0,05 Normal

TATO 0.924 0,05 Normal

Sumber : Lampiran 10

Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas, terliahat bahwa rata- rata data nilai probabilitas > taraf signifikansi (α=0.05), dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa data-data rasio keuangan berdistribusi normal.

Sehingga untuk menguji data rasio keuangan dalam penelitian ini akan digunakan uji paired sample t test untuk uji hipotesis secara parsial.

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan uji paired sample t Test karena melalui uji normalitas pada tabel 9. telah terbukti bahwa data terdistribusi normal. Uji paired sample t-test merupakan uji statistik parametik yang digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan antar dua sampel yang berhubungan. Pada penelitian ini pengujian hipotesis paired sample t-test dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Kriteria pengambilan keputusan pengujian hipotesis adalah jika probabilitas atau sig. > α maka hipotesis ditolak dan jika probabilitas atau

Dalam dokumen komparasi kinerja keuangan pada pt telkom (Halaman 46-72)

Dokumen terkait