• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Dan Sistematika Penulisan

ةَثيِبَخ ُ

F. Teknik Dan Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Penulisan IIQ Jakarta Press Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

Secara keseluruhan, skripsi ini memuat lima bab yang saling berkaitan dengan perincian dan sistematika sebagai berikut:

Pada bab pertama penulis memuat pendahuluan. Pendahuluan tersebut berisi latar belakang yang membahas tentang pengertian persahabatan, juga persahabatan yang baik dalam pandangan islam dan cara bergaul dengan sahabat yang baik dan benar menurut Al-Qur‘an dan Hadits. Setelah latar belakang diuraikan, penulis menjelaskan identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah agar penelitian tidak melebar kemana-mana.

Kemudian dipaparkan juga tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, sumber penelitian,

30 Bagong Suyanto, dkk, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2005), h.126

31 Sumarsih Anwar, Sikap Profesional Peneliti Agama, (Jakarta Timur: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008), h.76

metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Dan poin terakhir bab ini dipaparkan teknik penulisan dan sistematikanya.

Bab kedua dikemukakan beberapa poin penting yang akan menunjang penulis dalam menyelesaikan bab selanjutnya yaitu tinjauan umum tentang persahabatan dan bagaimana pengertian sahabat dan kata-kata sahabat yang bermakna dalam Al-Qur‘an dan Hadits, klasifikasi sahabat atau macam- macam sahabat.

Pembahasan di bab ketiga menjelaskan mengenai gambaran umum Biografi Kitab Jami Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur‟an Karya Imam Ibnu Jarir Ath-thabari , riwayat hidup, karya-karya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari, guru dan murid , pandangan Ulama tentang Ibnu Jarir Ath-Thabari. Juga mengenai Kitab Tafsir Ibnu Jarir Ath-thabari, tentang Tafsir, metodologi penafsiran, sistematika penafsiran dan Referensi penafsiran. Tujuan dari penulisan beberapa bahasan tersebut adalah untuk membatasi agar kitab tafsir yang dibahas lebih spesifik dan untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan bab keempat.

Pembahasan di bab keempat menjelaskan penafsiran ayat-ayat al- Qur‘an mengenai arti sahabat, analisa pandangan Ibnu Jarir Ath-Thabari tentang persahabatan. Pada bab ini juga penulis menganalisa penafsiran ayat- ayat al-Qur‘an yang dibahas dalam tafsir tersebut.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.

Kesimpulan tersebut merupakan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang telah diuraikan di bab sebelumnya. Selain itu, ditulis juga saran-saran sebagai pijakan sementara untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terkait objek masalah yang dikaji. Di akhir penulisan, dicantumkan pula daftar pustaka yang memuat referensi- referensi yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian sebagai bukti kevalidan pembahasan yang dikaji.

23

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAHABATAN A. Pengertian Sahabat

Al-ashhâb, ash-shahâbah, shahâba, yashhubu, shuhbatan, shahâbatan, shâhibun menurut bahasa artinya: teman bergaul, sahabat, teman duduk, penolong, pengikut, Ashahib artinya kawan bergaul, pemberi kritik, teman duduk, pengikut, teman atau orang yang melakukan dan menjaga sesuatu.

Kata ini juga bisa diartikan sebagai orang yang mengikuti suatu paham atau mazhab tertentu. Dalam penerapannya, misalnya, kita bisa mengatakan:

pengikut Imam Ja‟far, pengikut Abu Hanifah, pengikut Imam Syafi‟i dan lain-lain. Dapat pula kita menyatakannya seperti dalam frasa isthahâba al- qaum, yang artinya, mereka saling bersahabat satu sama lain, atau isthahâba al-bair, artinya, menyelamatkan unta.1

Dalam Kitab Mu‟jam Al-Fadz Al-Qur‟an, kata sahabat dan turunannya penulis telusuri ada 49 kata, tetapi penulis hanya memfokuskan 5 kata, yaitu yushhabuna, tushâhibnî, shâhibhumâ, ashhâbun jama‟ shâhaba artinya bersahabat dan berteman dengan yang lainnya.2 Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an, QS. Al-An‟am [6] : 71. Sebagaimana yang akan penulis bahas dalam penelitian ini.



















































1 Ahmad Husain Ya‟kub, Keadilan Sahabat Sketsa Politik Islam Awal, (Anshariyan Publication: Jakarta, 1996) cet.1 hlm.9

2Fuad Abdul Baqi, Mu’jam Al-fadz Al-Qur’an, ( Juz.2, 1990 ) hlm.664-668































Artinya : Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan;

dalam Keadaan bingung, Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang Lurus (dengan mengatakan): "Marilah ikuti kami".

Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, (QS. Al-An’am [6] : 71)

Kata ash-shuhbah, diantaranya mempunyai beberapa makna, dan bentuknya bisa memiliki arti positif atau negatif.

Kata ash-shuhbah (persahabatan) dapat diterapkan pada hubungan:

antara seorang mukmin dengan mukmin yang lain, antara seorang anak dengan kedua orang tuanya yang berbeda keyakinan, antara dua orang yang bersama-sama melakukan perjalanan, antara tabi’ (pengikut) dengan matbu’(orang yang diikuti), antara seorang mukmin dengan orang kafir, antara orang kafir dengan orang kafir lainnya, antara seorang Nabi dengan kaumnya yang kafir yang berusaha yang menghalangi dari kebaikan dan mengembalikannya pada kesesatan.

Ash-shuhbah (persahabatan) kadang kala juga terjadi karena unsur keterpaksaan. Persahabatan juga bermakna mempunyai pengaruh, misalnya seseorang dapat terpengaruh perangainya setelah berteman dengan orang yang berprilaku buruk. Persahabatan juga berarti ketundukan pada akidah ilahi, atau kesetiaan mutlak kepada pemimpin politik, seperti: ketundukan keluarga suci Rasulullah saw pada akidah ilahi, atau pengorbanan mereka serta kesetiaan para sahabat pada kepemimpinan Rasulullah saw. Dalam

artian seperti ini, pembahasan tentang persahabatan akan bersifat universal dengan bertumpu pada akidah, kepemimpinan, dan maksud-maksud yang khas. Seperti membahas bagaimana Ali bin Abi Thalib yang berusaha menjadi pemimpin, atau para sahabat Nabi saw yang lain yang berupaya untuk menjadi penguasa atas masyarakat muslim.3

Dokumen terkait