• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Keabsahan Data

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 46-61)

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triagulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987:331).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan trigulasi sumber dengan cara mencari sumber lain sebagai pembanding data yang diperoleh dari narasumber.

Triangulasi sumber didapatkan dari informan utama, informan kunci, informan tambahan dan dokumen-dokumen yang mendukung.

36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian a. Profil SD Inpres Panrenge

Sekolah Dasar atas Inpres Panrenge adalah salah satu SDI yang ada di Kabupaten Barru. Secara geografis SDI Panrenge terletak di bagian barat kabupaten Barru, tepatnya berada di Jl. Andi Asia Panrenge.

Sedangkan kondisi fisik sekolah memiliki luas tanah dan bangunan 2500 m2atau 1/4 ha. SDI Panrenge berdiri tahun 1982, merupakan salah satu sekolah milik pemerintah yang lahir dan berkembang sesuai dengan perkembangan waktu dan zaman.

SDI Panrenge memiliki fasilitas belajar seperti ruang kelas sebanyak 6 ruang yang terdiri dari 1 ruang untuk kelas I, 1 ruang untuk kelas II, 1 ruang untuk kelas III, 1 ruang untuk kelas IV, 1 ruang untuk kelas V dan 1 ruang untuk kelas VI.

SDI Panrenge memiliki prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang operator, kantin, perpustakaan dan lapangan sepak bola. Selain ditunjang dengan fasilitas belajar, SDI Panrenge mempunyai 9 guru dan 2 karyawan. Diantaranya yaitu guru PNS sebanyak 4 orang, dan Non PNS sebanyak 5 orang, karyawan TU 1 orang, karyawan perpustakaan 1 orang dan penjaga sekolah 1 orang.

b. Visi, Misi dan Tujuan SDI Panrenge 1. Visi

Terwujudnya siswa berprestasi, mandiri berasaska iman dan taqwa.

2. Misi

a) Meningkatkan motivasi belajar siswa

b) Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minatnya c) Memantapkan siswa dalam keimanan dan ketaqwaan kepada

Tuhan yang maha Esa 3. Tujuan

a) Meningkatkan kualitas pendidikan di SDI Panrenge

b) Membina dan mengembangkan potensi siswa secara berdaya guna dan berhasil guna

c) Menanamkan sifat berbudi pekerti luhur, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa

c. Gambaran Demografis SDI Panrenge 1. Jumlah Siswa

Berdasarkan data siswa SDI Panrenge 2014-2015 tercatat jumlah siswa 60 orang yang tersebut di kelas l yakni 7 orang, kelas ll sebanyak 14 orang, kelas lll yaitu 7 orang, kelas lv yakni 9 orang, kelas v sebanyak 9 orang dan kelas vl sebanyak 14 orang. Secara keseluruhan jumlah siswa yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki seimbang, perempuan sebanyak 30 orang dan laki-laki sebanyak 30 orang.

2. Mata pencarian orang tua

Mata pencarian orang tua siswa sebagian besar dari buruh tani dan nelayan selebihnya wiraswasta. Kegiatan bertani yang biasa dikerjakan adalah sawah dan berkebun dengan luas lahan yang berbeda-beda. Sedangkan nelayan yang biasa dikerjakan adalah mabelle atau menanam bubu di laut dan memancing ikan dengan menggunakan perahu atau lepa-lepa. Adapun berwiraswasta yang biasa dikerjakan adalah pekerjaan mereka biasa tidak menentu selalu berganti profesi terkadang bekerja sebagai buruh tani, nelayan ataupun bekerja sebagai buruh kuli bangunan .

3. Pendidikan orang tua

Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Pendidikan orang tua anak lebih banyak yang menyelesaikan sekolahnya hanya dibangku Sekolah Dasar (SD) dibandingkan SLTP dan SLTA. Hanya beberapa orang tua anak yang melanjutkan Diploma atau strata satu.

Dalam penelitian ini berfokus kepada orang tua anak di SDI Panrenge Kabupaten Barru. Yang melakukan wawancara langsung kepada orang tua anak, bagaimana bentuk partisipasi mereka dalam meningkatkan prestasi anaknya.

2. Bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam meningkatkan prestasi anak

a. Bimbingan belajar

Dari beberapa wawancara langsung kepada informan yang dilakukan oleh peneliti mengenai partisipasi bimbingan belajar anak, yakni:

Dari hasil wawancara Ibu Sabaria mengatakan bahwa:

“partisipasinya dalam bentuk bimbingan belajar, biasa dilakukan dengan mendampingi anak saat belajar. Tujuannya memberikan bantuan atau petunjuk apabila anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolahnya”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pemaparan Ibu Sabaria, bimbingan belajar biasa dilakukannya dengan mendampingi anaknya saat belajar guna memberikan bantuan dan petunjuk kepada anaknya bila mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas- tugas sekolahnya.

Begitu pula yang dikatakan oleh Ibu Hasni bahwa:

“Bimbingan belajar yang biasa dilakukan kepada anak seperti mengontrol anak saat belajar gunanya mengontrol atau mengawasi supaya sewaktu si anak mengalami kesulitan segara ki saya memberikan arahan atau petunjuk cara mengerjakannya”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Hasni, bimbingan belajar sangat penting bagi anaknya biasa dilakukannya dalam mengontrol anaknya saat belajar tujuannya mengontrol dan mengawasi apabila anak mengalami kesulitan dengan segera memberikan arahan atau petunjuk bagaimana cara mengerjakannya.

Begitu juga yang dikatakan Bapak Mustafa bahwa:

“Mendampingi anak saat belajar dan mengawasinya tujuannya membantu anak apabila anak mengalami kesulitan ataupun kesusahan saya sebagai pembimbing memberikan arahan dan petunjuk cara penyelesaiannya”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pemaparan Bapak Mustafa, bimbingan belajar biasa dilakukannya dengan mendampingi dan mengawasi anaknya saat belajar gunanya membantu anak jika anak sedang mengalami kesulitan ataupun kesusahan di sinilah peran orang tua sebagai pembimbing untuk memberikan arahan dan petunjuk cara penyelesaiannya.

Adapun pula yang dikatakan Ibu Syukria bahwa:

“cukup menemani dan mengawasi anak saat belajar, tujuannya mengajari anak lebih mandiri saat belajar dan apabila anak mengalami kesulitan di sinilah peran saya sebagai pembimbing dengan memberikan petunjuk serta arahan mengerjakan tugas sekolah si anak”.(wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Syukria, bimbingan belajar biasa dilakukannya cukup menemani dan mengawasi anaknya saat belajar gunanya untuk mengajari anaknya lebih mandiri saat belajar dan jika anaknya mengalami kesulitan peran orang tua sebagai pembimbing memberikan petunjuk serta arahan bagaimana cara mengerjakan tugas sekolah anaknya.

Begitu pula yang dikatakan Ibu Nurmi bahwa:

“Bimbingan belajar biasanya mendampingi anak saat belajar, tujuannya memudahkan anak apabila mengalami kesulitan dengan tugasnya dengan adanya dampingan saya dengan cepat memberikan petunjuk kepada si anak”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Nurmi, bimbingan belajar biasa dilakukannya dengan cara mendampingi anaknya saat belajar tujuannya memudahkan anaknya apabila sedang mengalami kesulitan dengan tugasnya dengan adanya dampingan belajar dapat memberikan petunjuk kepada anaknya.

Lain pula yang dikatakan Ibu Nasria bahwa:

“Mendampingi anak belajar setiap hari, gunanya bimbingan belajar setiap malam membantu anak lebih mudah mengingat kembali

pelajaran yang mereka lalui di sekolah”. (wawancara 29 juni 2015) Dari pemaparan Ibu Nasria, bimbingan belajar biasa dilakukannya setiap hari dengan cara mendampingi anaknya saat belajar gunanya melakukan bimbingan belajar setiap malam agar membantu anaknya lebih mudah mengingat kembali pelajaran anaknya yang lalui di sekolah.

Pemberian bimbingan belajar terhadap anak ada banyak hal bentuk partisipasinya ialah menyuruh anak untuk belajar, mendampinginya saat belajar, membantu anak dalam kesulitan belajar, serta memeriksa dan membimbing tugas/PR yang diberikan gurunya.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa orang tua anak di atas dari Ibu Sabaria sampai dengan Ibu Nasria mengenai partisipasi bimbingan belajar kepada anak menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua anak meningkat kemampuannya dalam membantu anak dalam stress yang berkaitan dengan sekolah, mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar di sekolah.

b. Moril

Berikut hasil wawancara kepada informan yang dilakukan peneliti mengenai partisipasi moril kepada anak, yakni:

Dari hasil wawancara Ibu Sabaria mengatakan bahwa:

“Memberikan nasehat tujuannya memberikan dukungan juga mengingatkan bahwa sekolah itu penting dan untuk meraih cita- citamu harus melalui dengan sekolah”. (wawancara 29 juni 2015) Dari pernyataan Ibu Sabaria, mengenai partisipasi moril yang diberikannya ialah nasehat kepada anaknya tujuannya memberikan dukungan

juga mengingatkan bahwa sekolah itu penting dan untuk meraih cita-cita mereka harus melalui dengan bangku sekolah.

Begitu pula yang dikatakan oleh Ibu Hasni bahwa:

“Memberikan nasehat dan motivasi kepada anak guna selalu rajin belajar bahwa untuk meraih cita-cita perlu kerja keras dan semangat untuk meraihnya dengan rajin ke sekolah”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Hasni, bentuk partisipasi moril yang diberikannya berupa nasehat dan motivasi kepada anaknya guna memberikan dukungan untuk selalu rajin belajar dan untuk meraih cita-cita perlu kerja keras dan semangat untuk meraihnya harus dengan rajin ke sekolah.

Begitu pula yang dikatakan Bapak Mustafa bahwa:

“Memberikan nasehat dan dukungan agar anak selalu giat belajar bahwa untuk meraih cita-cita perlu kerja keras dan semangat untuk meraih cita-citanya”.

Dari pemaparan Bapak Mustafa, bentuk partisipasi moril yang diberikannya biasa berupa memberikan nasehat dan dukungan guna anaknya selalu giat belajar bahwa untuk meraih cita-cita perlu kerja keras dan semangat untuk meraih cita-cita mereka.

Begitu pula yang dikatakan Ibu Syukria bahwa:

“Memberikan nasehat agar selalu rajin belajar tujuannya membentuk karakter anak dan bersaing secara sehat, harus patuh pada yang lebih tua darinya dan saling menghormati”.(wawancara 29 juni 2015) Dari pemaparan Ibu Syukria, bentuk partisipasi moril yang diberikan kepada anaknya ialah memberikan nasehat guna anaknya selalu rajin belajar.

Tujuannya membentuk karakter anaknya agar mampu bersaing secara sehat, harus patuh dan saling menghormati sesamanya.

Begitu juga yang dikatakan Ibu Nurmi bahwa:

“Memberikan nasehat untuk berhati-hati ke sekolah sangat bermanfaat untuk anak selain memberikan kewaspadaan di jalan dan tidak boleh mudah percaya kepada orang lain yang baru mereka kenal”.

(wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Nurmi, bentuk partisipasi moril biasa diberikan kepada anaknya berupa nasehat untuk berhati-hati ke sekolah selain bermanfaat untuk anaknya juga memberikan kewaspadaan untuk berhati-hati di jalan dan tidak boleh mudah percaya kepada orang lain yang baru mereka kenal.

Lain juga yang dikatakan Ibu Nasria bahwa:

“Memberikan saran berupa jangan mudah menyerah belajar dan tetap semangat tujuannya membuat anak agar tidak mudah putus asa dan menyerah bila mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan membangun kepercayaan pada diri anak itu sendiri bahwa si anak mampu menyelesaikan sendiri tugasnya”.

Dari pernyataan Ibu Nasria, bentuk partisipasi moril yang diberikan kepada anaknya ialah memberikan saran berupa jangan mudah menyerah saat belajar dan tetap semangat. Tujuannya memberikan saran membuat anaknya agar tidak mudah putus asa dan menyerah bila mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan membangun kepercayaan diri pada anaknya bahwa anaknya mampu menyelesaikan tugasnya dengan sendirinya dan mandiri.

Sebagian besar orang tua anak berusaha untuk dapat memberikan partisipasi aktif dalam meningkatkan prestasi belajar anak dengan memberikan nasehat, perhatian terhadap belajar anak seperti mengontrol belajar anak, menanyakan di mana letak kesulitan anak untuk belajar.

Berdasarkan pemaparan beberapa informan di atas mulai dari Ibu Sabaria sampai dengan Ibu Nasria, dapat ditarik kesimpulan bahwa memberikan nasehat kepada anak berarti memberi saran-saran untuk mmecahkan suatu masalah berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat serta mendorong anak untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik.

c. Sarana/prasarana

Dari hasil wawancara Ibu Sabaria mengatakan bahwa:

“Menyediakan ruang belajar tujuannya membantu anak agar lebih nyaman dan tenang dalam mengerjakan tugas sekolahnya”.

(wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Sabaria, menyediakan sarana berupa ruang belajar bagi anaknya itu penting tujuannnya membantu anak agar lebih nyaman dan tenang dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

Lain pula yang dikatakan oleh Ibu Hasni bahwa:

“Menyediakan media seperti sempoa untuk berhitung dan memfasilitasi buku-buku bacaan tujuannya sempoa melatih anak untuk mahir berhitung dan buku-buku bacaaan guna membuat si anak lebih gemar belajarnya”. (wawancara 29 juni2015)

Dari pernyataan Ibu Hasni, bentuk sarana yang diberikan kepada anaknya berupa media seperti sempoa untuk berlatih berhitung apalagi anaknya lemah dalam pelajaran matematika yaitu berhitung dan memfasilitasi buku-buku bacaan gunanya agar membuat anaknya lebih gemar belajar.

Begitu pula yang dikatakan Bapak Mustafa bahwa:

“Memfasilitasi anak dengan buku-buku bacaan yang mereka perlukan guna melatih perkembangan anak dalam memahami apa yang terkandung dalam buku bacaan tersebut dan membuat anak lebih bersemangat lagi belajar”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari penyataan Bapak Mustafa, bentuk sarana yang diberikan kepada anaknya berupa memfasilitasi buku-buku bacaan yang mereka perlukan guna melatih perkembangan anaknya dalam memahami apa yang terkandung atau tersirat dalam buku bacaan tersebut dan membuat anaknya lebih bersemangat lagi untuk belajar.

Begitu juga yang dikatakan Ibu Syukria bahwa:

“Menyediakan ruang belajar tersendiri tujuannya membantu anak agar fokus dan nyaman dalam mengerjakan tugas sekolahnya tanpa adanya gangguan atau keributan dari adiknya”. (wawancara 29 juni 2015) Dari pernyataan Ibu Syukria, bentuk sarana yang diberikan kepada anaknya ialah menyediakan ruang belajar tersendiri tujuannya membantu anak agar fokus dan nyaman dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya tanpa adanya gangguan atau keributan dari adik-adiknya.

Begitu pula yang dikatakan Ibu Nurmi bahwa:

“Menyediakan ruang belajar dan sepeda tujuannya membantu anak agar lebih nyaman dan tenang belajarnya serta sepeda agar anak tidak terlambat ke sekolah”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Nurmi, bentuk sarana/prasarana yang diberikan kepada anaknya berupa menyediakan ruang belajar tersendiri dan memberikan sepeda guna membantu anaknya agar lebih nyaman dan tenang saat belajar serta sepeda berguna agar anaknya tidak terlambat ke sekolah karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah lumayan jauh.

Begitu pula yang dikatakan Ibu Nasria bahwa:

“Menyediakan ruang belajar tujuannya membantu anak agar lebih kosentrasi dalam belajar dan lebih tenang”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pemaparan Ibu Nasria, bentuk partisipasi sarana berupa menyediakan ruang belajar kepada anaknya sudah termasuk yang tepat tujuannya membantu anaknya agar lebih kosentrasi pada saat belajar dan lebih tenang.

Berdasarkan pernyataan informan di atas ditarik kesimpulan bahwa pemenuhan kebutuhan belajar anak segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak seperti tersedianya fasilitas belajar dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif bagi anak untuk belajar dengan baik.

Terpenuhinya fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak akan dapat mendorongnya untuk rajin dan mudah dalam belajar, sebab salah satu cara meningkatkan prestasi anak ialah terpenuhinya fasilitas belajar tersebut.

d. Finansial

Setelah melakukan wawancara kepada informan yang dilakukan oleh peneliti mengenai partisipasi finansial/uang, yakni:

Dari hasil wawancara Ibu Sabaria mengatakan bahwa bahwa:

“Memberikan uang jajan/saku ke sekolah, tujuannya agar anak mengatur keuangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya”.

Lebih lanjut Ibu Sabaria katakan, “alenami bawangNak, elo na agai do’i na. Elona ellianggi anre kandre ga, melli polpeng sibawa elona tabungi do’i na”.(wawancara 29 juni 2015)

Artinya: Dari dia mi saja Nak, mau na apakan uangnya mau ki beli makanan kah, beli polpen dan mauki tabung uangnya”.

Dari pernyataan Ibu Sabaria, memberikan uang jajan/saku ke sekolah sudah cukup guna memberikan kesempatan kepada anaknya mengatur

keuangannya sendiri dalam memenuhi kebutuhan sekolahnya sendiri.

Tergantung dari anaknya uang yang diberikan kepada anak mau digunakan untuk apa, apakah membeli peralatan sekolah seperti polpen atau uangnya untuk ditabung sendiri.

Begitu pula yang dikatakan oleh Ibu Hasni bahwa:

“Di kasih uang saku ke sekolah, terserah mi mau na belanja ki uangnya mau ditabungnya. Kan ada ji ibu/bapak guru awasi ki di sekolah”.

Lebih lanjut Ibu Hasni katakan, “Dikasih ki uang saku supaya bisa juga kontrol uangnya sendiri guna untuk belanja dan ditabung”.

(wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Ibu Hasni, bentuk partisipasi finansial yang diberikan kepada anaknya biasa berupa uang saku ke sekolah mau digunakan untuk belanja dan ditanbung. Ada Ibu/Bapak guru yang senantiasa mengawasi anaknya di sekolah. Diberikan uang saku kepada anaknya agar biasa melatih dan mengontrol uangnya sendiri apakah digunakan untuk belanja dan ditabungnya.

Begitu pula yang dikatakan oleh Bapak Mustafa bahwa:

“Setiap hari ke sekolah selalu diberi uang saku, mau ki digunakan belanja dan menabung tujuannya diberikan uang saku agar membantu anak dalam hal membeli perlengkapan alat tulisnya apabila habis dan melatih anak untuk menabung uangnya sendiri”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pernyataan Bapak Mustafa, bentuk partisipasi finansial yang diberikan kepada anaknya ialah memberikan uang saku setiap hari ke sekolah gunanya untuk belanja dan ditabungnya. Tujuan diberikan uang saku agar membantu anaknya dalam hal membeli perlengkapan alat tulisnya apabila

sewaktu-waktu habis dan melatih anaknya untuk menabung uangnya sendiri.

Lain pula yang dikatakan Ibu Syukria bahwa:

“Setiap hari dikasi uang saku baik digunakanuntuk jajan dan lain-lain, selain membantu anak dalam membeli keperluan sekolahnya sendiri dan untuk membeli makan dan minuman”. (wawancara 29 juni2015) Dari pemaparan Ibu Syukria, bentuk partisipasi finansial yang diberikan kepada anaknya berupa uang saku setiap hari ke sekolah baik digunakan untuk jajanan dan lain-lainnya, selain membantu anaknya dalam membeli keperluan sekolahnya sendiri dan untuk membeli makanan dan minuman yang anaknya inginkan.

Begitu pula yang dikatakan Ibu Nurmi bahwa:

“Memberikan uang saku ke sekolah kepada anak manfaatnya membuat anak lebih terampil dalam mengelola uangnya sendiri untuk menabung dan membeli peralatan tulisnya sendiri”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pemaparan Ibu Nurmi, bentuk partisipasi finansial yang diberikan kepada anaknya berupa memberikan uang saku ke sekolah manfaatnya membuat anaknya terampil dan mengatur keuangannya sendiri dalam memabung dan membeli peralatan tulisnya sendiri.

Bagitu pula yang dikatakan Ibu Nasria bahwa:

“Memberikan uang saku tujuannya melatih anak untuk mengelola keuangannya sendiri dan mandiri”. (wawancara 29 juni 2015)

Dari pemaparan Ibu Nasria, bentuk partisipasi finansial yang diberikan kepada anaknya berupa memberikan uang saku tujuannya melatih anaknya dalam mengelolah uangnya sendiri dan melatihnya mandiri.

Berdasarkan hasil pernyataan-pernyataan informan di atas ditarik kesimpulan bahwa memberikan uang saku/jajan kepada anak sudah termasuk

efektif selain membuat anak memiliki kesempatan untuk mengelola keuangannya sendiri dan melatih anak untuk belajar menabung dan mandiri.

Jika diperhatikan melalui wawancara terhadap informan di atas, banyak sekali bentuk/cara partisipasi mereka untuk meningkatkan prestasi belajar anaknya. Bagaimana cara mereka menangani, mengatasi masalah- masalah belajar, dengan melakukan bimbingan belajar terhadap anaknya, memberikan nasehat, motivasi serta dorongan sampai dengan memperhatikan kebutuahan sarana/prasarana anaknya.

Hasil wawancara kepada salah satu guru di SDI Panrenge Bapak Supardi mengatakan bahwa:

“Dalam upaya saling membantu antar orang tua dan guru dalam belajar anak di sekolah yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menemani anak, memberi pujian, anak, memenuhi kebutuhan anak, bimbingan terus-menerus dan membangun kepercayaan diri anak”.

(wawancara 30 juni 2015)

Pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab para orang tua. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua dalam mendukung sukses anak menuntut ilmu merupakan kewajiban. Peran penting orang tua adalah membangun dan menyempurnakan kepribadian dan akhlak mulia pada anak.

Untuk itu perlu sikap-sikap pendidik seperti sabar, lembut, dan kasih sayang.

Berhasil baik atau tidaknya pendidikan anak bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dari orang tua menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat (Siahaan, 1991: 47).

Pandangan tersebut menunjukkan betapa perlunya orang tua senantiasa memperhatikan perkembangan dan kemajuan pendidikan anak-anaknya, sebab perhatian dan bimbingan yang cukup dari orang tua sangat menunjang bagi

keberhasilan pendidikan anak. Salah satu wujud nyata dari perhatian dan tanggung jawab yang dimaksud adalah memperhatikan kebutuhan dalam pendidikan anak-anak mereka, menyediakan sarana dan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak. Semua dilakukan atas dasar kerjasama kedua orang tua (ayah dan ibu)

Partisipasi orang tua dalam membimbing anaknya berpengaruh pada latar belakang pendidikan orang tua, bagaimana cara mereka membimbing anaknya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka dalam mendidik anaknya.

Ataupun dengan cara resep turun-temurun dari keluarga Ibu/Ayah orang tua mereka dan melanjutkan kepada anak-anaknya bagaimana cara mendidik anak dengan baik. Sesuai dengan kajian teori/teori-teori pendukung pada bab II peneliti sudah melakukan penelitian pada beberapa orang tua anak hasil penelitian tersebut menunjukkan pada kajian teori tersebut seperti bimbingan yang bersifat otoriter ada beberapa orang tua anak yang menggunakan cara bimbingan tersebut dan berhasil dilihat dari peningkatan dari rapor anak- anaknya.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dengan melakukan wawancara beberapa orang tua anak mengenai partisipasi mereka dalam meningkatkan prestasi anak yang sesuai dengan rumusan masalah untuk mengetahui Bagaimanakah partisipasi orang tua dalam meningkatkan prestasi anak di SD Inpres Panrenge Kabupaten Barru. Yaitu adanya partisipasi orang tua dalam meningkatkan prestasi anak dilihat dari tingkat prestasi anak di sekolah dan

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 46-61)

Dokumen terkait