BAB III METODE PENELITIAN
G. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah dengan menggunakan teknik. Hal ini merupakan salah satu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Maleong, 2006:330).
Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus
dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas infomasi yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu para remaja, orangtua, guru, dan teman bergaul tentang bagaimana sosialisasi yang didapatkan para remaja dilingkungan keluarga, sekolah, teman bergauldan media massa.
Membandingkan data hasil wawancara antara sumber yang satu dengan sumber yang lain, apakah hasilnya berbeda atau sama.
2. Tringulasi teknik
Tringulasi teknik adalah untuk menguji kredidibilitas informasi yang diperoleh dari sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu data yang diperoleh dengan wawancara lalu dicek dengan observasi. Bila kedua teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
3. Tringulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpullkn dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid. Selanjutnya dilakukan wawancara pada siang hari dengan narasumber yang sama dan data yang diperoleh berbeda pada saat pagi hari mungkin karena narasumber ada masalah.`pengecekan pada sore hari
apakah data yang diperoleh hasilnya sama pada siang hari atau pagi hari.
Bila hasil uji pada pagi hari, siang hari dan sore hari, menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada Bab IV ini, membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi kondisi obyektif tentang lokasi penelitian, profil keluarga di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar, tentang Sosialisasi Terhadap Remaja Dalam Menimalisasi Tindakan Penyimpangan seks bebas (Aborsi) di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Di Kelurahan Mangasa yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Tamalate Kota Makassar.
Ditinjau dari batas-batasnya:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Gunung Sari b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Gunung Sari c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Manuruki 2. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data pada tahun 2015, penduduk di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar berjumlah 17827 jiwa. Dengan jumlah kartu keluarga ((KK) sebanyak 4407 kartu keluarga. Dimana penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8864 jiwa dan penduduk
36
yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 8963 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1. Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Jumlah Laki-Laki 8864 Orang 49,7
Jumlah Perempuan 8963 Orang 50,3
Jumlah Total 17827 Orang 100%
Sumber : Kantor Lurah Mangasa, 2015
Data diatas menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar pada tahun 2015 berjumlah 17827 jiwa dengan persentase sebanyak 100%. Berdasarkan tabel diatas sangat jelas terlihat bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dengan persentase 50,3% dari jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yang persentasenya 49,7%
Adapun mengenai umur penduduk di Kelurahan Mangasa dari data kantor Lurah Mangasa tahun 2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan kelompok Umur No Golongan Umur
(tahun)
Jenis kelamin Jumlah Persen
Lk Pr
1 0 - 1 tahun 280 365 645 3.6
2 2 - 4 tahun 441 225 666 3.7
3 5–7 tahun 350 375 725 4.1
4 8–15 tahun 1.331 1.440 2771 15.5
5 16–21 tahun 1.421 650 2071 11.6
6 22–60 tahun 3.709 4.552 8261 46.3
7 61 tahun keatas 1.324 1.256 2580 14.5
Jumlah 8864 8963 17827 100
Sumber : Kantor Lurah Mangasa, 2015
Pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur yang paling besar di Keluarahan Mangasa terdapat pada kelompok umur 22-60 tahun yaitu sebesar 8261 jiwa atau 46,3%.
penduduk usia yang masi produktif, kemudian disusul oleh kelompok umur 8-15 tahun yaitu sebesar 2771 jiwa atau sebesar 15,5 %. kelompok umur 61 tahun keatas yaitu 2580 jiwa atau sebanyak 14,5%. kelompok umur 16-21 tahun yaitu 2071 jiwa atau sebanyak 11,6%. kelompok umur 5 – 7 tahun yaitu 725 jiwa atau sebanyak 4,1% dan kelompok umur 2 – 4 tahun yaitu 666 jiwa atau sebanyak 3,7%. Disini terlihat bahwa kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 0 - 1 tahun.
3. Karakteristik Responden
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai karakteristik dari responden, dimana jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 9 orang Responden yaitu 3 orangtua para remaja, 4 remaja, 2 Guru diKelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Oleh karena itu, sebelum memasuki permasalahan yang telah dirumuskan, maka terlebih dahulu akan dikemukakan karakteristik informan itu sendiri
sebagai bahan pertimbangan dalam sosialisasi terhadap remaja dalam meminimalisir tindakan penyimpangan aborsi di Kota makassar.
Karakteristik yang dimaksud antara lain:
a) Kelompok umur
Umur juga merupakan salah satu karakteristik yang akan menjadi responden.
Table 7. Distribusi responden menurut kelompok umur di Kelurahan Mangasa
No Tingkat Umur (Tahun) Frekuensi Persen (%)
1 11–20 4 44,4
2 21–30 2 22,2
3 31–40 -
4 41–50 3 33,3
5 51 ke atas
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015
b). Tingkat Pendidikan
Pendidikan biasanya dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang digelutinya, pendidikan juga seangat berpengaruh terhadap cara pandang dan tingkah laku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Seseorang yang pernah mengecap tingkat pendidikan tertentu akan sangat berbeda cara berpikirnya dengan orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan,
baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tabel dibawah ini akan diuraikan jumlah responden menurut tingkat pendidikan.
Tabel 8. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Mangasa
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen (%)
1 Tidak tamat SD - -
2 SD - -
3 SMP 4 44,4
4 SMA 2 22,2
5 Perguruan Tinggi 3 33,3
Jumlah 9 100
Sumber : Data Primer diolah, 2015 4. Sumber Informasi
a. Ibu DM adalah salah satu informan di Kelurahan Mangasa. Ibu DM lahir pada tanggal 15 Februari 1967, menempuh pendidikan terakhir di sekolah menengah atas, Ibu DM bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, berumur 47 tahun dan mempunyai enam orang anak. Salah satu anak perempuannya bernama Fitria, anak ke enam dari enam bersaudara dan lahir pada tanggal 27 Februari 2000 yang berumur 15 tahun, sedang menempuh pendidikan di sekolah SMP Gunung Sari 1.
“…Saya selalu mengajarkan dan menasehati anak saya supaya kalau bergaul dengan teman-temanya jangan terlalu mengikuti apa yang mereka katakan karena jangan sampe kamu terjerumus dalam pergaulan bebas dan saya harus tahu sama siapa saja anak saya berteman, jangan menerima telpon sembarang kalau tidak dikenal dan saya memberi kebebasan pada anak saya selama itu wajar….”
(Wawancara tanggal 25 Mei 2015).
b. Ibu NH juga merupakan salah satu informan di Kelurahan mangasa.
Usia dari Ibu NH 49 tahun, lahir pada tanggal 20 Maret 1965 yang menempuh penndidikan terakhir S2, Ibu NH bekerja sebagai Guru SMA dan mempunyai 2 orang anak. Salah satu dari anaknya tumbuh menjadi remaja yang bernama Fatwa, berumurr 14 tahun, anak ke-2 dari 2 bersaudara dan sekolah di SMP Negeri 26 Makassar.
“….Kalau saya dek sebagai orangtua memberi kebebasan pada anak saya karena anak saya pasti bisa membedakan mana yang baik mana buruk. saya tidak mau menekan anak saya karena sekalipun saya bilang jangan begitu tapi anak saya tetap melakukannya jadi tergantung dari dirinya. Saya tidak bisa mengawasi anak saya dalam 24 jam hanya memberi masukan jangan sembarang bergaul sama orang yang tidak kamu ketahui baik atau tidak jangan sampai kamu terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik kalau kamu bergaul sama orang yang tidak baik…”(Wawancara pada tanggal 25 Mei 2015).
c. Ibu Aa 41 tahun yang merupakan Ibu Rumah tangga dan menempuh pendidikan terakhir SMA. Ibu Aa mempunyai 3 orang anak yang salah satu anaknya bernama Melani, berumur 14 tahun, anak pertama dari 3 bersaudara dan sekolah di SMP Gunung Sari 1.
“…Anak saya di antar pergi sekolah dan di jemput sama bapaknya, masukpi dikelas baru pulang bapaknya. Saya melarang anak saya keluar kalau tidak penting, saya juga bilang sama anak saya jangan bergaul sama teman yang tidak kamu kenal baik, jangan sampai kamu ikut-ikutan dan terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik dan merusak masa depanmu. Jika anak saya melanggar aturan yang ada, saya marah’I dan di nasihati juga. Kalau masalah Hp saya tidak memberikan anak saya Hp yang bangus hanya bisa menelpon dan sms saja…”(Wawancara pada tanggal 26 Mei 2015
d. Fitria seorang remaja yang berumur 15 tahun yang ada dikelurahan Mangasa. Fitria adalah seorang pelajar yang duduk dibangku Sekolah
menengah pertama (SMP Gunung Sari 1) kelas VIII, anak ke-6 dari enam bersaudara, lahir pada tanggal 27 Februari 2000.
“….Saya memilih teman harus tau bagaimana orangnya, dari keluarga baik-baik atau tidak,kenal berbulan, dilarang keluar malam dan tidak terlalu bergaul supaya tidak terjerumus pergaulan salah.
Kalau melanggar dapat marah dari ibu sama bapak, mda boleh pacar- pacaran dulu. Kalau disekolah kak mda pernapi terlambat karena dekat jee sekolahku….”(Wawancara pada tanggal 28 Mei 2015).
e. Fatwa 14 tahun merupakan pelajar sekolah menengah pertama (SMP Negeri 26 Makassar) kelas VIII, anak ke-2 dari dua orang bersaudara.
“….Ibu’ku bilang jangan bergaul sama teman yang tidak saya kenal baik, Ibu’ku tidak terlalu mengatur, ibu percaya kalau saya pasti bisa membentengi diri. Kalau pulang sekolah saya bantu Ibu dirumah menjual. Terus disekolah pernah terlambat tapi jarang, disuruh membersihkan atau dilarang masuk belajar….” (Wawancara pada tanggal 28 Mei 2015)
f. Melani yang berumur 14 tahun, sekolah di SMP Gunung Sari 1 kelas satu, anak pertama dari 3 bersaudara.
“….Saya ka’ mda boleh terlalu bergaul, mda boleh keluar, dsni saja duduk sama teman-teman disini. Memilih teman yang baik-baik.
jangan ikut-ikutan. Mama’ku ka mda nakasika Hp yang bagus, temanku jee juga biasa kutelpon. Kalau melanggar dimarah-marahiki itu kak, dinasihatiki juga bilang mau jako mendengar atau tidak, sudah mako ditanya. Masalah pacaran mda boleh ka’. Kalau masalah disekolah pasti pernah melanggar ia, terlambat. Disuruh maki itu pungut sampah. Guru bilang lain kali janganko begiu lagi nak….”
(Wawancara pada tanggal 28 Mei 2015).
g. Rara merupakan salah satu teman bergaul dari para remaja (Fitria, Fatwa, Melani). Rara berumur 14 tahun, lahir pada tanggal 11 November 2000 dan mempunyai enam saudara. Rara adalah anak 2 dari enam bersaudara, Rara sekolah di SMP Negeri 26 Makassar.
“….Kalau saya kak dalam memilih teman dilihat dari bobot bebetnya, teman yang akan ditemani bergaul, dilihat dari mental dan cara kedua
orangtua mendidiknya, dilarang keluar malam bagi cewe, dilarang pacar-pacaran, kalau sering-sering memegang Hp dimarahi. Kalau melakukan pelanggaran seperti itu dimarah-marahi dan dinasehati menjauhi pergaulan bebas, saya kak selalu ingat nasihat orangtua menjauhi laki-laki yang mau merusak. Terus kalau disekolah saya pernah terlambat, dimarah-dimarahi sama guru dan dijemur. Sudah dijemur dan dibilangi jangan terlambat lagi, masuk mako dikelasmu….”(Wawancara pada tanggal 28 Mei 2015).
h. MH. Seorang guru SMP dan SMA, umur 24 tahun, lahir pada tanggal 19 januari 1991 anak pertama dari 3 bersaudara dan pendidikan terakhir S1.
“…..Dalam mendidik siswa saya, perlunya kerapian, kesopanan, dan santun namun sebelum siswa diharapkan mengaplikasikan hal tersebut seorang guru juga harus melakukannya agar anak didiknya mengikuti, siswa setiap hari diberikan nasihat. Ketika seorang siswa melakukan pelanggaran diberikan pengaraha dan jika seorang siswa sering melanggar dihukum sesuai dengan kemanpuannya. Supaya siswa terhindar dari pergaulan bebas memberikan sosialisasi dengan mengikutkan seminar tentang pergaulan bebas. Dalam sekolah siswa tidak diberikan batasan dalam bergaul, dan ketika seorang siswa berada dluar sekolah itu tanggungjawab orangtua. Sosialisasi yang baik dan benar tanpa paksaan terhadap siswa dengan terlebih dahulu guru harus memberikan contoh kepada siswa. Misalnya merokok dan jangan buang sampah sembarangan jadi seorang guru juga jangan merokok dan buangsampah sembarangan. Mengei Hp mda batasan karena biar kita sementara menjelaskan tetep saja siswa mngapload fhoto di FB (sulit mengontrol) …” ( Wawancara pada tanggal 30 Mei 2015)
i. NHF Seorang guru yang berumur 24 tahun, NHF mengajar disekolah menengah pertama dan lahir pada tanggal 10 Mei 1991 anak pertama dari empat bersaudara, pendidikan terakhir S1.
“…... Dalam mendidik siswa diperlukan pendekan karena karakter siswa berbeda-beda setelah dipahami baru diterapkan apa diinginkan siswa. Ketika seorang siswa melanggar aturan diberikan motivasi sebelum jam pelajaran, penanaman karakter. Mendekati siswa jika melakukan pelanggaran apa alsannya dan mencari solusi, sanksi.
Supaya siswa tidak terjerumus dalam pergaulan bebas diadakan seminan tentang anti seks bebas. Selanjutnya pintar-pintar menasehati
siswa bahwa jangan mengikuti cara bergaul temannya yang salah.
Guru jangan sekedar teori tapi memperlihatkan temannya yang prestasinya bagus dan patut untuk di contoh dan dalam penggunaan hp wali kelas mengambil Hp pada saat jam pelajaran dikembalikan setelah jam pelajaran selesai jadi tidak ada pelanggaran….”
(Wawancara pada tanggal 30 Mei 2015).
5. Sosialisasi Terhadap Remaja
Sosialisasi lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang utama dan utama dibandingkan dengan lembaga pendidikan manapun. Dalam keluarga, orangtua mencurahkan perhatian untuk mendidik anak agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin sehingga membentuk kepribadian yang baik bagi si anak.
Oleh karena itu, orangtua sangat berperan untuk memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya, memberikan bimbingan dan pengarahan yang mendorong agar anak dapat membedakan antara perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, dan sebagainya, memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
Sosialisasi lingkungan sekolah adalah tempat belajar seorang anak secara formal, diajarkan nilai-nilai yang baik. Menjalankan norma-norma yang ada disekolah, harus datang tepat waktu, waktu pulang, dan ketertiban berpakaian seperti kerapian, bersikap sopan santun terhadap guru, masuk dikelas tepat waktu pada saat jam pelajaran dimulai. Selain mengenal peraturan sekolah, anak juga dibimbing untuk mengenal aturan- aturan dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi sebelum anak mematuhi
aturan-aturan dalam sekolah terlebih dahulu juga gurunya harus mengaplikasikannya. Mengenai Hp tidak ada batasan karena biasa kita sementara menjelaskan diatas siswa biasa juga siswa main Fb
Sosialisasi kelompok bermain/teman bergaul, selain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah seorang anak mendapatkan proses belajar dalam hidupnya dengan sebayanya. Disitulah remaja akan menjalin persahabatan, persahabatan mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa. Akan tetapi ketika salah bergaul maka akan berakibat patal dalam hal ini remaja akan terjerumus dalam perilaku menyimpang seperti merokok, minum- minuman keras, tawuran, sabu-sabu dan terakhir pergaulan bebas yang bisa berakibat patal karena seks bebas menyebabkan hamil di luar nikah dan salah satu solusinya adalah aborsi. Tidak ingin diketahui oleh orangtua, masyarakat banyak, dan pacar tidak mau bertanggungjawab.
Pergaulan bebas juga disebabkan karena sosialisasi yang salah pada media massa, misalnya internet, membuka situs-situs porno dan di peraktekkan para remaja karena pikiran masih labil belum mampu mempilter mana yang baik, mana yang buruk.
6. Implikasi yang Timbulkan dari Sosialisasi Terhadap Remaja
Karakter positif tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan pada suatu upaya tertentu dari orang-orang disekitarnya (keluarga, guru, teman bergaul) untuk dapat tumbuh berkembang seperti yang diharapkan, sosialisasi yang sangat berpengaruh adalah lingkungan keluarga. Orangtua
membimbing anaknya dalam penanaman nilai-nilai yang baik, dapat menjaga nama baik keluarganya. Sebagai orangtua perluh mengarahkan anak kemana dia harus pergi, dengan siapa diaharus bergaul, bagaimana dia harus bertindak,hidup seperti apa yang baik. Orangtua harus menjadi tempat curhat dan penuh kasih sayang terhadap anaknya.
Melihat kondisi sikap dan perilaku remaja masa kini sangat memperihatinkan seperti tawuran, merokok, gaya hidup kebarat-baratan dalam hal ini pergaulan bebas. oleh karena itu penanaman nilai moral terhadap anak sangatlah penting dalam lingkungan keluaraga karena tempat yang pertama seorang anak memperoleh pendidikan adalah orang tua atau lingkungan keluarga. Mendidik anak dengan cara ditekan akan mengakibatkan anak itu jadi nakal, mungkin saja dalam lingkungan keluarga anak tidak menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak baik tapi dilingkungan luar bisa jadi anak melakukan hal-hal yang melanggar aturan yang ada, begitupun dengan anak yang berasal dari keluarga yang broken home. Jika seorang anak dalam lingkungan keluarga merasa tidak nyaman kemunkinan besar akan terjerumus dalam pergaulan bebas karena lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, ketika bergaul sama orang salah dan ikut-ikutan maka hancur pulalah anak tersebut, bergitupunn dengan sekolahnya menurunnya prestasi, masa depan anak akan hancur.
Pergaulan bebas juga disebabkan juga sosialisasi media massa yang salah karena masa remaja adalah masa peralihan masa kanak-kanak
ke masa dewasa, anak remaja masih labil belum mampu mempilter mana yang baik mana yang buruk. Media massa jika di manfaatkan dengan baik maka akan baik juga hasilnya tetapi jika disalahgunakan maka akan patal jadinya. karena seks bebas menyebabkan hamil di luar nikah dan salah satu solusinya adalah aborsi. Tidak ingin diketahui oleh orangtua, masyarakat banyak, dan pacar tidak mau bertanggungjawab. Sebagai jalan pintas melakukan tindakan penyimpangan aborsi.
Dalam lingkungan sekolah seorang anak diajarkan tentang jangan merokok, jangan buang sampah sembarangan, kedisiplinan, kesopanan,dan santun. Guru memberikan pengarang ketika seorang siswa dan sering melanggar dihukum sesuai dengan kemanpuannya namun sebelum seorang siswa melakukan aturan-aturan dalan sekolah terlebih dahulu guru harus mengaplikasikannya agar siswa merasa terpaksa dalam mematuhi aturan- aturan dalam sekolah. Dalam sekolah sulit mengontol siswa dalam penggunaan Hp karena biar kita menjelaskan diatas, siswa biasa main Hp mengapload fhoto ke fb.
7. Sosialisasi Terhadap Remaja Dalam Upaya Meminimalisasi Tindakan Penyimpangan Seks Bebas (Aborsi)
Untuk meminimalisasi atau mencegah kenakalan remaja, yaitu:
a. Memberikan bimbingan dan arahan terhadap anak agar anaak berperilaku baik dan benar sesuai norma dan nilai-nilai yang ada dalam hal ini orangtua melarang keluar malam, memilih teman yang
baik dilihat dari latar belakangnya, memarahi anak ketika melakukan pelanggaran dan memberikan nasihat
b. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll,
c. Perlu adanya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah, selain itu perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya, Kita perlu mendukung apa yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan membatainya karena itu akan mengganggu jiwanya ketika ada sesuatu mengganggu pikirannya.
d. sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah. Lebih banyak berkomunikasi terhadap anak ketika ada masalah.
e. Dalam mendidik anak seharusnya jangan menekan yang dapat membuat anak tambah nakal dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, yang bisa terjerumus kedalam pergaulan bebas jika salah memilih teman. Jika sorang anak memilih teman yang salah kemungkinan besar juga anak akan mengikuti pergaulan temanya karena masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dari anak-anak menuju dewasa, remaja masih labil belum mampu mempilter mana yang baik, mana yang buruk.
B. Pembahasan
Proses sosialisasi diawali dari lingkungan keluarga, sekolah, teman bergaul dan media massa yang ada di sekitar kehidupan individu. Proses sosialisasi menjadikan seseorang tahu dan memahami bagaimana seseorang menjalankan hak-hak dan kewajiban berdasarkan peranan-peranan yang dimilikinya.
Sosialisasi merupakan proses belajar seorang individu untuk mengenal dan menghayati norma dan nilai yang berlaku sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan tuntutan prilaku dalam masyarakatnya.
Proses sosialisasi berlangsung secara bertahap dimulai sejak lahir sampai dewasa/tua. Sosialisasi terbagi menjadi empat yaitu : sosialisasi lingkungan keluarga, sosialisasi lingkungan sekolah, sosialisasi kelompok bermain/teman bergaul.
Khairuddin (2002), mengemukakan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup.
Markum (1983) juga mengungkapkan bahwa proses sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang (anak) dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan norma atau adat istiadat yang berlaku di lingkungan sosialnya.