• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

B. Kerangka Konsep 1. Public Relations

3. Teori Citra

42

sasaran.14 Sementara Sandra Oliver berpendapat bahwa citra tidak semata-mata terbentuk dari relaitas tunggal, namun dibangun oleh gambaran yang saling terhubung dari banyak unsur, kemudian dijabarkan melalui bahasa.15

Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat atau public relations. Citra sendiri dapat diartikan sebagai abstrak yang tidak dapat diukur dengan angka namun wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk seperti penerimaan dan tanggapan, baik positif maupun negatif yang muncul dari pandangan khalayaknya.

Dalam proses pembentukannya, dibutuhkan faktor yang membuat citra tersebut semakin kuat dan memiliki karakter. Identitas dan reputasi menjadi faktor penting dalam pembentukan citra, yang kelak akan berpengaruh kepada kepribadian. Frank Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra, diantaranya:

1. Citra Bayangan (Mirror Image)

Citra yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan (top management) tanpa melihat pandangan dari luar. Citra ini biasanya hanya sekedar ilusi akibat kurangnya informasi yang

14 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, h. 71

15 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 52

44

dimiliki kalangan dalam perusahaan. Citra ini merupakan gambaran yang dipercaya orang-orang di dalam perusahaan mengenai bagaimana khalayak atau publik memandang organisasi atau lembaganya. Namun citra ini seringkali tidak tepat dan berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kecenderungan untuk berfantasi mengenai pendapat atau pandangan dari luar.

2. Citra yang Berlaku (Current Image)

Citra yang dipercaya oleh pihak-pihak luar mengenai suatu perusahaan. Namun citra ini tidak berlaku selamanya dan jarang sesuai dengan kenyataan karena terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang sifatnya terbatas sehingga cenderung mengarah pada citra yang negatif.

3. Citra Harapan (Wish Image)

Citra yang ingin dicapai oleh pihak manajemen terhadap perusahaannya agar bisa dikenal dan diterima dengan positif oleh publiknya atau masyarakat umum.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

Citra perusahaan atau citra lembaga merupakan gabungan dari keseluruhan citra yang

ada, bukan hanya sekadar produk atau pelayanan jasa. Citra ini terbentuk dari adanya sejarah, riwayat perusahaan, stabilitas ekonomi, hubungan yang baik, dan banyak lagi faktor yang mempengaruhi citra ini. humas akan bertanggung jawab untuk membangun citra perusahaan agar mendapat keuntungan besar dan menjaga eksistensi perusahaan yang diwakilinya.

5. Citra Majemuk (Multiple Image)

Merupakan kumpulan dari berbagai citra yang mewakili citra perusahaan, yakni di mana public relations akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name, seragam para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor, dan penampilan para profesionalnya.16

Citra terbentuk bedasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang, berdasarkan pengetahuan dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. Pada dasarnya terdapat beberapa komponen dalam pembentukan citra antara lain :

16 Frank Jefkins, Public Relations, h. 21-22

46

1. Stimulus atau Rangsangan

Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan aktifnya organisme. Ini berarti segala sesuatu yang mengenai resptor menyebabkan reseptor itu aktif, dan ini menyebabkan organisme itu aktif.

2. Persepsi

Diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang bedasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Perspsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsang dapat memenuhi kognisi.

3. Kognisi

Yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi- informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

4. Motivasi

Motivasi merupakan kedaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong prilaku

ke arah tujuan. Dari pengertian motivasi di atas dapat dikemukakan bahwa motivasi mempunyai tiga aspek pertama kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. Kedua, prilaku yang timbul dan terarah karena kedaan. Ketiga, goal tujuan yang dituju oleh prilaku tersebut.

5. Sikap

Kecendrungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam mengahadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, dharapkan dan diinginkan, sikap mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan atau diubah.

6. Prilaku

Tingkah laku atau aktivitas sebagai jawaban atas stimulus rangsangan yang diberikan.17

17 Firsan Nova, Crisis Public Relations ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2011), H. 304-305

48

Proses menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangasangan yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya jika rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan perhatian organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.

Begitu pula dengan Humas dalam hubungannya dengan publik, haruslah senantiasa mengorganisasi pesan agar stimulus yang ada pada publik akan diterima dengan baik dalam hal ini mencapai citra yang baik. Maka berikut ini terdapat bagan dari orientasi Hubungan Masyarakat, yakni Image Building (membangun citra). Bedasarkan penjelasan diatas penulis memahami bahwa terdapat empat komponen pembentukan citra, yaitu persepsi, kognisi, motivasi dan sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada individu untuk

memunculkan suatu keyakinan. Sehingga keyakinan tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang produk yang positif.

Bedasarkan beberapa penjelasan mengenai citra, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa citra dapat dibentuk karena adanya kesan yang baik terhadap seseorang atau lembaga, sehingga menciptakan sebuah reputasi seseorang atau lembaga dan menghantarkan image positif kepada khalayak.

50 BAB III

GAMBARAN UMUM A. Sejarah PT Amsafe Indonesia

Perusahaan Amsafe Indonesia berdiri sejak tahun 2007. Amsafe Indonesia adalah perusahaan yang khusus ditunjuk untuk memasarkan produk American Safety Razor di Indonesia. Berangkat dari rasa keingintahuannya yang besar tentang dunia bisnis. Frans Chandra selaku Direktur sekaligus Public Relations di perusahan PT Amsafe Indonesia atau seorang yang telah mendirikan Amsafe Indonesia dengan keberanian yang dimilikinya semasa itu.

Awal mula berdirinya Amsafe di Indonesia tentu membutuhkan waktu dan usaha yang tidak mudah. Frans memulai karir dengan bekerja di perusahaan yang serupa dengan perusahaan yang telah ia pimpin sekarang, yaitu perusahaan pisau cukur yang biasa kita dengar dengan merk Gillete. Frans bekerja di perusahaan tersebut cukup lama, berkisar 17 tahun. Kemudian berangkat dari perusahaan tersebut, ia berpindah pekerjaan di PT Beiersdorf Indonesia yang memiliki produk Hansaplast dan Nivea. Sama seperti sebelumnya, Frans bekerja di perusahaan tersebut berkisar 17 tahun.

Tidak hanya itu, Frans Chandra berkata bahwa ia juga pernah memulai bisnisnya dengan cara yang seperti

orang-orang sekarang lakukan dalam menawarkan suatu barang atau produk. Frans menawarkan sebuah barang atau produk secara langsung, dengan kemampuan komunikasi persuasif (ajakan) yang dimilikinya kepada orang lain selaku calon pembeli. Setelah itu terjadilah yang dinamakan proses jaul beli antara penjual dengan pembeli. Jadi, pada saat itu Frans memulai bisnis dengan cara langsung menjual produk pisau cukur kepada calon pembeli atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Reseller.

Jadi, ia sangat banyak memiliki pengalaman pada bidang yang telah digelutinya, hingga sekarang ia berhasil membangun PT Amsafe Indonesia. Setelah puluhan tahun berkarir, ia memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya tersebut, dan mempunyai keinginan membangun perusahaan sendiri karena ia berpikir bahwa bisnis pisau cukur ini menjanjikan.

Dengan usaha yang terus ia kembangkan dan tentunya ia memiliki relasi yang baik dengan supplier pisau cukur di Amerika. Frans mencoba bekerjasama dengan supplier tersebut untuk memasarkan produk di Indonesia. Hingga sekarang, ia telah berhasil mendirikan PT Amsafe Indonesia. Produk PT Amsafe Indonesia telah menyebar luas di bebagai wilayah Indonesia.

52

Dokumen terkait