• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori-teoriPengembanganSumberDayaManusia

Dalam dokumen KEGIATAN PEMBINAAN BAGI GURU (Halaman 39-44)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Teori-teoriPengembanganSumberDayaManusia

Pengembangan SDM dalam Pendidikan Berbicara persoalan sumber daya manusia (human resources), sesungguhnya mencakup dua bidang kajian, yaitu fisik dan nonfisik; namun yang bersentuhan langsung dengan dunia pendidikan selalu dihubungkan dengan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan yang nonfisik (aspek kecerdasan dan mental), seperti kemampuan berpikir, kemampuan berkreativitas, kemampuan menentukan keputusan, berbuat dan lain sebagainya. Hal ini mengingat aspek yang pertama biasanya diupayakan melalui gerakan program kesehatan, gizi, dan olahraga; kendatipun sesungguhnya upaya memotivasi, latihan dan pembinaan ke arah ini pun tidak dapat dilepaskan begitu saja dari upaya pendidikan.

Kesadaran untuk meningkatkan kualitas fisik pun memiliki korelasi dengan kualitas pendidikan yang diperolehnya. Pendeknya, baik kualitas fisik maupun kualitas nonfisik manusia akan selalu memiliki hubungan yang signifikan dengan berbagai program pengembangan sumber daya manusia melalui upaya-upaya dunia pendidikan.

2. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Aliran-Aliran Filsafat a) Idealisme Plato sebagai bapak idealisme dalam bukunya The Allegory of

the cave menyebutkan, bahwa manusia dalam menghayati makna dunia ini seperti duduk terpaku di dalam gua. Dantidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri, apa lagi ke belakang. Dia hanya bisa melihat ke depan dari belakang diri mereka terpancar cahaya yang akan menimbulkan berbagai bayangan di depannya. Apa yang ia lihat di depannya itulah yang dianggap sebagai dunia. Dunia yang dilihat hanyalah sebatas dunia nyata, pada hal semua itu hanyalah bayangan segala sesutau yang berada di belakang mereka. Sesuatu yang sesungguhnya nyata bukanlah bayangan yang dipancarkan oleh cahaya yang datang dari belakang itu, tetapi sesuatu yang berada di belakang itu sendiri.

b) Rasionalisme Mengingat pengembangan rasionalitas manusia sangat tergantung kepada pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sanagt tergantung kepada proses psikologis yang lebih ditekankan oleh aliran rasionalisme ini dalam pengembangan sumber daya manusia tidak lain adalah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu suatu pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika berpikir seseorang atau sekelompok orang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa, sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data atau fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis menuju pengambilan suatu kesimpulan yang baik pula. Proses semacam ini memerlukan penguatan-penguatan

(reinforcement) melalui pendekatan individualistis yang mengacu pada latihan intelektualitas. Untuk kepentingan ini diperlukan adanya upaya penyadaran akan watak hakiki manusia yang rasional.

c) Realisme Menurut aliran realisme, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara substantif ada. Suatu teori dikatakan benar apabila ada kesesuaian dengan harapan, dapat diamati dan substantif. Aliran ini meyakini, bahwa adanya hubungan interaksi pikiran manusia dan alam semesta tidak akan memengaruhi sifat dasar dunia. Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri, buakn hasil persepsi dan bukan pula hasil olahan akal manusia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menaydari dan ia tetap ada setelah pikiran tidak lagi menyadarinya. Jadi, menurut realisme, ada atau tidak adanya kesadaran akal pikiran manusia, alam tetap riil dan nyata dalam hukum-hukumnya.

d) Eksistensialisme Sartre sebagai eksistensialisme membagi cara berada manusia pada dua bidang fenomena kehidupan, yaitu etre-en-soi (being- in-itself) dan etre-pour-soi (being-for-itself). Yang pertama tampil dalam cara berada yang sama dengan benda-benda yang ada begitu saja tanpa ada kesadaran dan tanpa ada makna kehidupan, seperti pada tanaman dan binatang, sedangkan yang kedua adalah cara berada manusia yang khusus pada manusia. Pola eksistensi manusia seperti ditandai dengan adanya kesadaran yang dapat menjadikan dirinya hidup penuh dengan makna.

Kesadaran tidak akan muncul dalam manusia tanpa adanya kebebasan.

Oleh karenaitu aliran ini sangat menekankan kebebasan dalam

pengembangan sumber daya manusia. Omong kosong kesadaran diri muncul tanpa penyediaan kebebasan pada setiap individu. Ide tentang kebebasan inilah yang menjadi kata kunci bagi eksistensialisme dalam keseluruhan ajaran filsafatnya tentang pengembangan sumber daya manusia.

e) Eksperimentalisme Seperti halnya eksistensialisme, keompok eksperimentalisme juga memandang manusia sebagai mahluk yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia-manusia eksperimentalis adalah manusia-manusia yang optimis bahwa ia dapat membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan berpikir kreatif berdasarkan pengalaman- pengalaman. Aliran ini selalu pula dihubungkan dengan aliran pragmatis, bahkan sering pula dikacaukan antara keduanya. Pragmatisme dikatakan sebagai instrumentalisme karena pemikirannya yang mengandaikan segala sesuatu dengan alat yang mengharuskan seseorang atau sekelompok orang untuk selalu berbuat. Kehidupan tidak memiliki makna finis. Ketika suatu tujuan telah tercapai dan suatu kebutuhan telah dipenuhi, maka hal ini mesti tidak sampai di situ saja, tetapi menjadi instrumen bagi pengujian dan penemuan selanjutnya. Proses kehidupan tanpa akhir, karenaperalihan tujuan pertama adalah untuk diteruskan pada tujuan ke dua, tujuan ke dua untuk tujuan ke tiga dan seterusnya tanpa tanda berhenti. Begitu pula eksperimentalisme dikatakan sebagai pragmatisme karena pandangannya yang mengatakan bahwa realitas yang nyata adalah perubahan dan hanya dapat diketahui melalui

pengalaman praktis. Jadi keduanya sama-sama menekankan bahwa yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dialami oleh panca indra. Realitas adalah interaksi manusia dengan lingkungannya. Sesuatu dikatakan benar apabila dapat dibuktikan secara nyata dalam kehidupan praktis manusia

f) Dialog Antar-Aliran Pada prinsipnya teori-teori pengembangan sumber daya manusia yang ditawarkan oleh berbagai aliran sangat tergantung pada cara pandang aliran-aliran tersebut tentang manusia dan realita.

Idealisme meyakini bahwa manusia lahir telah membawa idea bawaan (innate idea), sehingga mengetahui tentang sesuatu berarti juga memanggil kembali apa-apa yang terdapat di dalam innate idea.

Kebenaran yang sesungguhnya bersifat metafisik bukan yang fisik. Yang memandang realitas sebagai refleksi atas apa yang ada dalam ruang idea manusia. Pengetahuan yang bersumber pada indra bersifat relatif, berubah-ubah, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang riil dan benar. Untuk mengetahui pengetahuan yang sejati tidak mungkin melalui indra, karena sifatnya yang umum, objektif dan tidak bersifat kebendaan. Kebenarannya semata-mata bersumber dari akal pikiran.

Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, menjadikan aliran ini cenderung pada teori mental dicipline.

Dalam dokumen KEGIATAN PEMBINAAN BAGI GURU (Halaman 39-44)

Dokumen terkait