• Tidak ada hasil yang ditemukan

Theory Self efficacy

Dalam dokumen Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan (1) (Halaman 164-169)

BAB 6 TEORI-TEORI PERILAKU KESEHATAN

6.3. Theory Self efficacy

Self efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu tentang kemampuannya untuk mencapai tingkat kinerja dengan menggunakan pengalamannya terhadap peristiwa-peristiwa lampau yang mempengaruhi kehidupannya. Tinggi rendahnya self efficacy seseorang akan menentukan kemampuan seseorang untuk merasakan sesuatu, berpikir, bermotivasi dan berperilaku yang sesuai (Bandura, 1997).

Kepercayaan seseorang tentang kemampuannya dapat dikembangkan melalui empat sumber pengaruh utama.

Keyakinan seseorang tentang efikasi dapat dari empat sumber :

1) cara paling efektif menciptakan self efficacy yang kuat adalah

melalui pengalaman menguasai. Keberhasilan dengan cepat membangun keyakinan seseorang akan kemampuannya, sedangkan kegagalan akan meruntuhkannya, apalagi yang terjadi sebelum keyakinan akan kemampuan itu dipegang kuat. Jika orang hanya mengalami keberhasilan mudah, mereka menjadi gampang mengharapkan hasil yang cepat dan mudah mundur

karena gagal. Self efficacy yang kuat memerlukan pengalaman dalam mengatasi berbagai masalah lewat usaha keras.

2) Menciptakan dan memperkokoh keyakinan akan kemampuan diri adalah melalui refleksi pengalaman dari model sosial.

Melihat orang yang sama dengan dirinya berhasil lewat kerja keras akan membangkitkan keyakinan orang itu bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama untuk berhasil.

Sebaliknya, mengamati kegagalan orang lain meskipun sudah berusaha keras akan menurunkan penilaian seseorang tersebut akan kemampuan diri dan usahanya.

3) Persuasi sosial, memperkuat keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki modal untuk suskes. Orang yang dipersuasi secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menguasai aktivitas yang ada berkemungkinan ada berusaha lebih giat dan mempertahankannya daripada jika mereka memiliki keraguan diri dan tetap menganggap dirinya tidak mampu ketika timbul masalah. Ketika dorongan persuasif dalam persepsi self efficacy mendorongorang mencoba lebih keras agar berhasil, maka ia akan meningkatkan ketrampilannya dan memiliki keyakinan akan kemampuan pribadi. Membangun keyakinan tinggi akan kemampuan pribadi dengan persuasi sosial saja akan lebih sulit daripada meruntuhkannya. Dorongan kemampuan yang tidak realistis dengan cepat akan dilemahkan oleh hasil usaha yang mengecewakan. Seseorang yang dipersuasi bahwa mereka kurang mampu akan cenderung menghindari aktivitas menantang yang memperkuat potensialitas dan mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan, dengan membatasi aktivitas dan meruntuhkan motivasi, ketidakyakinan akan kemampuan seseorang menciptakan validasi perilakunya sendiri.

Pembangunan efikasi yang berhasil tidak sekedar memberikan penilaian positif. Di samping meningkatkan keyakinan seseorang akan kemampuannya, mereka menstruktur situasi dalam cara yang membawa keberhasilan dan menghindari meletakkan seseorang dalam situasi secara prematur yang dapat menyebabkan cepat gagal, keberhasilan diukur berdasarkan

Teori-teori Perilaku Kesehatan 153

adanya perbaikan diri, bukan keunggulan atas orang lain.

Sebagian mengandalkan keadaan somatik dan emosional mereka dalam menilai kemampuannya. Mereka menafsirkan reaksi stres dan ketegangan sebagai tanda kerentanan akan kinerja yang buruk. Dalam aktivitas yang melibatkan kekuatan dan stamina, orang menilai kelelahan, sakit dan nyeri sebagai tanda debilitas fisik. Suasana hati (mood) juga mempengaruhi penilaian seseorang terhadap kemampuan pribadinya. Mood yang positif meningkatkan persepsi self efficacy, sedangkan suasana sedih akan menurunkannya.

4) Mengubah keyakinan diri akan kemampuan adalah dengan mengurangi reaksi stres serta mengubah keenderungan emosi negatif dan misinterpretasi kondisi fisik. Hal yang penting bukanlah intensitas reaksi emosi dan fisik, namun bagaimana hal tersebut dipersepsi dan diinterpretasikan. Orang yang punya rasa kemampuan tinggi cenderung melihat keadaan semangat afektif mereka sebagai fasilitator kinerja, sedangkan mereka yang mudah ragu diri menganggap semangat sebagai penghambat. Indikator fisiologis efikasi berpengaruh pada fungsi kesehatan dan pada aktivitas atletik serta aktivitas fisik lain. (Bandura, 1994 ; Glanz, 2002 ; Pajares, 2002).

Menurut Bandura (1977), Sumber-sumber Self Efficacy dan proses pengubahannya dengan menggunakan 4 (empat) faktor utama yang membentuknya yaitu dengan cara:

1)

Performance accomplishment.

a)

Participant Modeling. Hal ini dilakukan dengan

menirukan model yang telah berprestasi atau sukses dalam bidang tertentu

b) Performance desensilization. Menghilangkan pengaruh buruk akibat kegagalan pada masa lalu seperti dengan mencari cara untuk dapat bangkit kembali dari kebangkrutan. Apabila cara yang ditempuh berhasil untuk bangkit dari kebangkrutan terdahulu, maka self efficacy akan meningkat

c) Performance exposure. Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih dibandingkan dengan kegagalan di masa lalu. Contohnya jika seseorang pernah tidak naik kelas, maka hal yang dilakukan adalah dengan mengingatkan kembali prestasi lain pada masa lalu yang pernah dicapai

d)

Self-instructed performance. Melatih diri untuk

melakukan yang terbaik sehingga seseorang mampu untuk mem”push” dirinya sendiri sendiri ke batas maksimalnya. Jika hasil yang didapatkannya maksimal pula maka self efficacy akan meningkat.

2)

Vicarious experience.

a)

Live modelling. Mengamati model yang nyata eksis di

dunia ini seperti mengamati Donal Trump jika ingin sukses dalam berbisnis

b) Symbolic modeling. Mengamati model simbolik, film, komik, cerita seperti mengamati Will Smith dalam film

“Persuit of happiness” jika ingin sukses dalam kariernya

3)

Verbal persuation.

a) Suggestion. Mempengaruhi dengan kata-kata berdasarkan kepercayaan subyek terhadap pemberi persuasi. Contohnya hipnoterapis yang memberikan sugesti kepada seorang siswa yang takut mata pelajaran matematika agar ketakutannya tersebut hilang

b)

Exhortation. Nasihat atau peringatan yang memaksa

seperti yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya ketika masih kecil

c)

Self-instruction. Persuasi dilakukan berkomunikasi

kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu

d)

Interpretive treatment. Menggunakan intepretasi baru

yang berdasarkan fakta lebih meyakinkan daripada memperbaiki interpretasi lama yang salah dan cendrung menurunkan self-efficacy.

Teori-teori Perilaku Kesehatan 155

4)

Emotional arousal

a) Attribution. Mengubah atribusi atau penanggungjawab suatu kejadian emosional. Hal ini berkaitan dengan cara pandang yang biasa digunakan oleh subyek. Contohnya subyek merasa bahwa kemampuan matematikanya rendah adalah dikarenakan pengajarnya di sekolah tidak menyenangkan (eksternal), dapat diubah dengan memberikan gambaran detail tentang teori atribusi.

b)

Relaxation biofeedback. Relaksasi digunakan untuk

menurunkan gelombang otak subyek sehingga lebih mudah untuk menerima sesuatu dibandingkan dengan ketika seseorang berada pada kondisi sadar penuh (gelombang otak beta). Dengan melakukan relaksasi, gelombang otak akan turun sampai ke level alpha.

c)

Symbolic desensilization. Menghilangkan sikap

emosional dengan modeling simbolik

d) seperti benda-benda mati yang memiliki karakteristik sama dengan sikap emosional positif yang diharapkan.

e) Symbolic exposure. Memunculkan emosi secara simbolik yang menguntungkan (meningkatkan self-efficacy) meskipun sedang tidak dalam kondisi yang semestinya.

Contohnya ketika sedang melakukan pekerjaan kantor yang berat, seseorang diminta untuk membayangkan keadaan emosinya ketika sedang libur.

Keyakinan individu untuk mencapai tujuan yang akan

dicapai sebagaimana disampaikan melalui teori

Self efficacy

dapat dijelaskan pada gambar berikut ini;

SOURCE MODE OF INDUCTION

Gambar : Major sources of efficacy information and the principal sources through which different modes of treatment operate. ( Bandura, 1977)

6.4 Teori Dukungan Sosial (Social Support Theory)

Dalam dokumen Irwan-Buku-Etika-dan-Perilaku-Kesehatan (1) (Halaman 164-169)