• Tidak ada hasil yang ditemukan

Timbang Terima (Handover) a. Pengertian Timbang Terima

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN KEPERAWATAN (Halaman 142-146)

MANAJEMEN KEPERAWATAN SEBAGAI ANGGOTA TIM KESEHATAN

2. Timbang Terima (Handover) a. Pengertian Timbang Terima

Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.

Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Menurut Wallis et.al (2010), tujuan komunikasi selama operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliable, tentang tugas- tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif berikutnya agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan efektif, menjaga keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi kesenjangan dan ketidak akuratan perawatan, serga memberi kesempatan perawat meninggalkan pelayanan langsung (Tuasikal et al., 2020).

Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Menurut Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen (Kamil, 2011).

Menurut Wradhani (2017), handover atau timbang terima merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeluruh dilakukan oleh tenaga kesehatan atau tim kesehatan yang sedang berjaga seperti penyerahan pasien dari perawat yang berjaga sebelum timbang terima (handover) kepada perawat yang berjaga setelah timbang terima (handover) dilakukan. Penyerahan pasien disertai dengan pemberitahuan informasi terkini pasien, keadaan pasien, kebutuhan

137

pasien dan tindakan medis ataupun asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien (Ulfa et al., 2022).

b. Tujuan Timbang Terima

Menurut Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (2019), bedside handover yaitu metode transfer informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk berbagi informasi antara pasien dan petugas untuk memastikan kesinambungan perawatan dan merupakan proses interaktif, memberikan kesempatan pasien untuk memberikan masukan dan menyampaikann masalahnya (Riyanto, 2022). Pelaksanaan bedside handover yang berkualitas akan mampu menggali data tentang pasien dengan tujuan sebagai berikut:

1) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.

Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

2) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim perawat

3) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan dan pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya

c. Proses Timbang Terima Persiapan:

1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian sif/operan

2) Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut

3) PA/PP menyampaikan timbang terima kepada PP (yang menerima pendelagasian) berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima:

a) Aspek umum b) Jumlah pasien

138

c) Identitas pasien dan diagnosis medis d) Data (keluhan/subjektif dan objektif) e) Masalah keperawatan yang masih muncul

f) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum)

g) Intervensi kolaboratif dan dependen

h) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dan program lainnya).

Pelaksanaan:

Ruang Perawat:

1) Kedua kelompok dinas sudah siap (sif jaga)

2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

3) Kepala ruang membuka acara timbang terima

4) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat jaga (NIC).

5) Perawat jaga sif selanjutnya dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal- hal yang telah ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.

Ruangan Pasien:

1) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan kebutuhan dasar pasien.

2) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.

3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya

Penutup:

1) Diskusi

2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruang.

3) Ditutup oleh KARU.

d. Komunikasi SBAR

139

Penyampaian informasi pada saat handover dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode komunikasi SBAR. Metode komunikasi SBAR merupakan suatu teknik komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu perawat agar dapat menyampaikan informasi lebih terstruktur dan jelas pada saat handover maupun transfer pasien. Penerapan metode komunikasi SBAR dapat membantu dalam proses komunikasi yang baik antar individu maupun tim. Komunikasi SBAR juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga keselamatan pasien dan dapat meminimalkan insiden keselamatan pasien. Metode handover menggunakan SBAR dapat meningkatkan budaya sasaran keselamatan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit (Rahmatulloh et al., 2022).

Menurut Astuti et al (2019), komunikasi SBAR memiliki empat komponen didalamnya yaitu situation, background, assessment and recommendation. Hilda et al., (2018) menyatakan bahwa metode komunikasi SBAR dapat meningkatkan budaya keselamatan pasien, sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan dan keamanan terhadap pasien. Penyampaian metode komunikasi SBAR yang dilakukan dengan tepat dapat mempermudah komunikasi antar tenaga kesehatan dan sebagai bentuk profesionalisme dalam bekerja di Rumah Sakit (Rahmatulloh et al., 2022).

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation) merupakan metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien.

SBAR adalah metode komunikasi yang terstruktur untuk melaporkan kondisi pasien yang dapat meningkatkan keselamatan pasien.

Menurut beberapa teori menyebutkan bahwa dengan penerapan komunikasi SBAR antar tenaga medis dapat meningkatkan keselamatan pasien. Penerapan komunikasi menjadi metode komunikasi yang sangat efektif apabila digunakan antar tenaga medis saat melaporkan kondisi pasien (Damanik & Hastuti, 2022).

Muhdar dkk (2011) menyatakan bahwa komunikasi SBAR efektif dalam meningkatkan pelaksanaan serah terima antar shift, yang melibatkan bukan hanya salah satu namun semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien.

140

SBAR memberikan kesempatan bagi anggota tim kesehatan untuk dapat berdiskusi (Tatiwakeng et al., 2021).

Dalam dokumen BUKU AJAR MANAJEMEN KEPERAWATAN (Halaman 142-146)