• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Tentang Moral

Dalam dokumen analisis nilai-nilai moral dalam cerpen dan (Halaman 32-37)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

2. Tinjauan Tentang Moral

Istilah moral berasal dari kata latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.18

Kenny mengemukakan bahwa moral dalam karya sastra biasaya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran nilai moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan

17 Surastina. Pengantar Teori Sastra, (Yogyakarta:ELMATERA, 2018), hlm 30

18 Muhammad Ali dkk, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2015), hlm 136.

“petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokonya.19

Adapun arti moral dalam pendidikan adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan atau menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan.20

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa moral merupakan kaidah norma yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.

Sebagai standar baik dan buruknya yang ditentukan bagi individu dari nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Maka dari itu tatanan kehidupan dapat berupa peraturan maupun larangan tertentu yang telah disepakati bersama. Agar tatanan itu dapat hidup dan berkesinambungan dari generasi ke generasi, maka setiap individu harus melaksanakan dan melestarikannya sesuai dengan dinamika kehidupan di masyarakat.

Oleh karena itu, perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, keterkaitan, dan keharmonisan.

19 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yokyakarta, Gadjah Mada University Press, 2017), hlm 430.

20 Nurul Zuriah, Pendidikan..., hlm 22.

b. Nilai-Nilai Moral

Nilai adalah konsepsi abstrak tentang sesuatu yang berharga dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang di anggap buruk. Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari kelahirannya, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar.21 Sebagaimana aspek-aspek kepribadian yang diperlihatkan seseorang sebagian adalah hasil pengaruh-pengaruh dan rangsang- rangsangan dari luar, demikian pula halnya dengan tingkah laku yang bermoral.

Adapun nilai-nilai moral sebagai berikut:

1) Teori Darmadi berpendapat bahwa nilai moral mencakup bagaimana sikap, pengetahuan dan keterampilan individu untuk mengatasi masalah terkait dengan perilaku dan bertindak jujur.22

2) Teori Shannon membahas tentang nilai yang bersumber pada moral, dari tingkahlaku baik buruknya manusia. Ini berarti nilai moral berhubungan dengan tanggung jawab, sebab ia mengemban sebuah tanggung jawab terkait segala yang dilakukannya.23

21 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (PT BPK GUNUNG MULIA, 2010), hlm 38.

22 Faizah, dkk, Psikologi Pendidikan, (Malang: Penerbit Universitas Brawijaya Pres, 2017), hlm 68.

23 Atok Miftachul Hudha dkk, Etika Lingkungan Teori dan Praktik Pembelajarannya, (Malang, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, 2019), hlm 59.

3) Teori Giligan mengemukakan bahwa keadilan prinsip semua orang harus diperlakukan sama, sedangkan kepedulian bahwa tidak ada seorang pun yang tersakiti. Yang dapat dikategorikan sebagai perilaku moral yang menjujung prinsip keadilan maupun toleransi.24

4) Teori Rokhmansyah menjelaskan bahwa fungsi karya sastra mengandung nilai-nilai moral, maka karya tersebut dapat berfungsi kegiatan untuk mengembangkan nilai-nilai kebiasaan bertingkah laku baik seperti, tumbuhnya disiplin diri, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki kebersamaan dan gotong royong.25

5) Teori Matriks menyatakan bahwa peserta didik lebih memantangkan dirinya dan memungkinkan perperilaku lebih terarah, konsisten dan percaya diri dalam bentuk tindakan.26 6) Teori Clarke dan Batson mengungkapkan bahwa perilaku

menolong sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain atau masyarakat secara umum.27

7) Teori Lickona menyatakan bahwa untuk mendidik nilai moral anak di perlukan potensi secara optimal, baik pada aspek kecerdasan sosial yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi, senang menolong, sedangkan kecerdasan spiritual yaitu

24 Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 185.

25 Eko Putra Setiawan dan Andayani, Strategi ampuh Memahami Makna Puisi, (Indonesia: Penerbit Eduvision, 2019), hlm 37.

26 Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (CV. Grasindo, 2010), hlm 433.

27 Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 220.

memiliki kemampuan iman yang anggun seperti disiplin beribadah, jujur dan sabar.28

c. Tahap-tahap perkembangan moral 1) Usia 0-2 tahun

Pada tahap ini, seorang anak sepenuhnya bergantung pada ibu atau figur ibu.ketika si ibu memenuhi kebutuhan si anak, fisik maupun mental, tumbuhlah kepercayaan anak pada si ibu.

Kepercayaan ini kemudian berkembang tidak saja pada ibunya, tapi meluas pada lingkungannya.

2) Usia 2-4 tahun

Pada tahap ini, anak sudah meyakini adanya hubungan erat dengan ibu atau figur pengganti ibu. Maka mulailah anak ingin mengebangkan dirinya sendiri. Mulai belajar untuk mandiri dan batasan tertentu. Namun mungkin timbul konflik antara ingin menjadi dirinya sendiri dan kebergantungan pada orangtua.

3) Usia 4-6 taahun

Pada tahap ini anak sudah mempunyai kepercayaan diri dan sadar dengan eksistensi dirinya. Anak akan mulai berinisiatif untuk mengatasi konflik. Hal ini didukung dengan kemauan fisik anak yang sudah berkembang lebih baik.

4) Usian 6-8 tahun

28 Sukiyat, Teori & Praktik, (CV. Jakad Media Publishing, 2020), hlm 148.

Pada tahap ini, anak mulai belajar banyak hal di sekolah (juga merupakan usia awal sekolah). Dari hasil pembelajarannya ini, anak mulai menyadari kesamaan atau perbedaan dirinya dengan teman-temannya.

5) Tahap konvesional

Pada tahap ini anak mengidentifikasi diri dengan orangtua, keluarga, dan lingkungan sosialnya. Anak “menyusaikan” diri, menerima “meyakini”, mendukung dalam nilai-nilai keluarga dan lingkungan sosialnya, baik tata tertib ataupun norma lainnya, karena ingin diterima lingkungannya (keluarga atau lingkungan sosial).29

3. Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam dokumen analisis nilai-nilai moral dalam cerpen dan (Halaman 32-37)

Dokumen terkait