BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6. Tinjauan Umum tentang Lembaga Pemasyarakatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian lembaga pemasyarakatan adalah sebagai berikut.
1. Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu penyelidikan atau usaha.
2. Pemasyarakatan adalah nama yang mencakup semua kegiatan yang keseluruhan dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen Hukum dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau tuntutan kepada hukuman/bekas tahanan, termasuk bekas terdakwa atau yang dalam tindak pidana diajukan kedepan pengadilan dan dinyatakan ikut terlibat, untuk kembali kemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan disingkat (lapas) adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Sebelum dikenal istilah Lapas tempat tersebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (dahulu departemen kehakiman).
Lembaga Pemasyarakatan atau yang disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap warga binaan dan Anak Didik Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan
34
tempat bagi orang yang dihukum untuk dibina dan dididik selama masa hukumannya.
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo pemasyarakatan berarti kebijakan dalam perlakukan terhadap warga binaan yang berisfat mengayomi masyarakat dari gangguan kejahatan sekaligus mengayomi para warga binaan yang tersesat jalan dan memberi bekal hidup untuk kembali ke dalam masyarakat.
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan narapidana atau warga binaan pemasyarakatan juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau tidak oleh hakim. Pegawai Negeri Sipil yang menangani pembinaan narapidana dan tahanan di Lembaga Pemsyarakatan disebut Petugas Pemsyarakatan, atau dahulu lebih dikenal dengan istilah sipir penjara.
Lembaga pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan dan pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut diatas mulai pendidikan, rehabilitas, reintregasi. Sejalan dengan tujuan dan peran tersebut, maka tepatlah apabila petugas pemasyarakatan yang melaksanakan pembinaan dan bimbingan serta pengamanan warga binaan pemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2022 tentang Pemasyarakatan ditetapkan sebagai pejabat fungsional penegak hukum.
Dalam sistem pemasyarakatan Narapidana dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, i‟tikad dan potensi yang dapat digali dan dikembangkan dalam rangkan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Prinsip-prinsip pembinaan dengan pendekatan tersebut tercermin dalam usaha-usaha pembinaan terhadap Narapidana berdasarkan sistem pemasyarakatan yang berupaya mewujudkan reintegrasi sosial, yang terdiri dari:
a. Pengayoman;
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan;
c. Pendidikan;
d. Pembimbingan;
e. Penghormatan harkat dan martabat manusia;
f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan;
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.41
Sistem Lembaga Pemasyarakatan mengenal tahapan-tahapan sebagai pembinaan terhadap Narapidana. Proses pembinaan Narapidana dilakukan dengan melalui empat (4) tahapan, yaitu:
a. Tahap Pertama, yang dilaksanakan sampai dengan 1/3 masa pidananya;
b. Tahap lanjutan, yang dilaksanakan antara 1/3 sampai dengan ½ masa pidananya;
c. Tahap lanjutan, yang dilaksanakan antara ½ sampai dengan 2/3 masa pidananya;
d. Tahap akhir, yang dilaksanakan antara 2/3 masa pidananya sampai narapidana yang bersangkutan bebas.
41Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.
36
Sistem pemasyarakatan memandang Narapidana bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek pembinaan yang pada hakikatnya melakukan perbuatan hukum karena adanya kerusakan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan.
Peran Lembaga Pemasyarakatan memudahkan pengintegrasian dan penyesuaian diri dengan kehidupan masyarakat, tujuan agar mereka dapat merasakan bahwa sebagai pribadi dan Warga Binaan Indonesia yang mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dan Negara seperti pribadi dan Warga Negara Indonesia lainnya serta mereka mampu menciptakan opini dan citra masyarakat yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pemasyarakatan adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah untuk menampung kegiatan pembinaan bagi para narapidana, baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohaniah agar dapat hidup normal kembali dan dapat diterima di tengah-tengan masyarakat.
b. Landasan Hukum Lembaga Pemasyarakatan
Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai landasan hukum untuk melakukan pembinaan narapidana adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, dari peraturan-peraturan tersebut lebih banyak mengatur mengenai perlindungan hukum narapidana secara keseluruhan secara umum, sedangkan ketentuan yang mengatur
perlindungan hukum terhadap narapidana perempuan secara khusus tersebut hanya beberapa pasal saja.
c. Tujuan Terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan
Kedudukan, tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:
1) Lembaga Pemasyarakatan untuk selanjutnya disebut, Lapas adalah unit pelaksanaan teknis dibidang Pemasyarakatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor Wilayah Departemen Kehakiman.
2) Lembaga Pemasyarakatan mempunyai tugas melaksanakan Pemasyarakatan.
3) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Lapas mempunyai fungsi sebagai berikut : melakukan pembinaan narapidana/anak didik, melakukan bimbingan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan. Dalam pasal 4 tersebut, lembaga Pemasyarakatan diklarifikasikan dalam 4 (empat) kelas yaitu:
1) Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Eselonisasi Lapas Kelas I terdiri atas:
a. Kepala Lapas adalah Jabatan struktural eselon II B;
b. Kepalas Bagian dan Kepala Bidang adalah jabatan struktural eselon III B;
c. Kepalas Satuan Pengamanan adalah jabatan struktural eselin III B.
38
2) Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Eselonisasi Lapas Kelas II A terdiri atas:
a. Kepala Lapas adalah Jabatan struktural eselon III A;
b. Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon IV A;
c. Kepalas Satuan Pengamanan adalah jabatan struktural eselon IV A.
3) Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B, dan Eselonisasi Lapas Kelas II B terdiri atas:
a. Kepala Lapas adalah Jabatan struktural eselon III B;
b. Kepala Subbagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural eselon IV B;
c. Kepalas Satuan Pengamanan adalah jabatan struktural eselon IV B.
4) Lembaga Pemasyarakatan Kelas III.
Eselonisasi Lapas Kelas III terdiri atas:
a. Kepala Lapas adalah Jabatan struktural eselon IV A;
b. Kepala Urusan dan Kepala Subseksi adalah jabatan struktural eselon V A;42
Klarifikasi tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH 05.OT.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01 PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.
Sistem pemasyarakatan dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan diselenggarakan untuk tujuan:
a. Memberikan jaminana perlindungan terhadap hak Tahanan dan Anak;
b. Meningkatkan kulaitas kepribadian dan kemandirian Warga Binaan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dapat hidup secara wajar sebagai
42 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH 05.OT.01.01 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01 PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan
warga yang baik, taat hukum, bertanggung jawab, dan dapat aktif berperan dalam pembangunan; dan
c. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari pengilangan tindak pidana.
Fungsi pemasyarakatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan adalah untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi:
a. Pelayanan;
b. Pembinaan;
c. Pembimbingan Kemasyarakatan;
d. Perawatan;
e. Pengamanan; dan f. Pengamatan.43
Dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang terdapat dalam Pasal 55, tujuan pemasyarakatan dalah sebagai berikut:
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi perlindungan dan pengayoman masyarakat;
b. Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan pembimbing agar menjadi orang yang baik dan berguna;
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa aman dan damai dalam masyarakat;
d. Menumbuhkan rasa penyesalan dan membebaskan rasa bersalah pada terpidana;
e. Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat manusia.
Pengertian pembinaan secara umum adalah suatu proses penggunaan mansuia, peralatan, uang, waktu, metode, dan sistem yang didasarkan pada prinsip tertentu untuk usaha mencapai tujuan yang
43 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.
40
telah ditentukan dengan daya guna dan hasil guna yang sebesar- besarnya.
Menurut Sudarto konsep Pemasyarakatan pada prinsipnya menyatakan, Pemasyarakatan ialah: ”suatu proses pembinaan untuk mengembalikan kesatuan hidup dari terpidana”.44
Pembinaan narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan menurut Tim Peneliti Puslitbang Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia 2003 dilaksanakan dengan metode atau cara sebagai berikut45:
a. Pembinaan interaksi langsung yang bersifat kekeluargaan antara petugas Pembina dan narapidana;
b. Pembinaan yang bersifat persuasif yang ditujukan untuk memperbaiki pola tingkah laku melalui contoh-contoh dan keteladanan.
c. Menempatkan narapidana sebagai manusia yang memiliki potensi dan harga diri dengan hak dan kewajiban yang sama dengan manusia lainnya.
Pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan menyebutkan bahwa penggolongan pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan atas dasar :
a. Umur;
b. Jenis kelamin;
44Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pembinaan. https://kbbi.web.id. Diakses pada 30 Agustus 2022.
45Budiyono.Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Narapidana. https://media.neliti.com. Diakses pada 30 Agustus 2022.
c. Lama pidana yang dijatuhkan;
d. Jenis kejahatan;
e. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
Dengan adanya penggolongan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, maka pembinaan yang dilakukan harus melihat dari segi lamanya pidana, sehingga pantas pembinaan yang diberikan bisa disesuaikan dengan lamanya agar tahapan-tahapan pembinaan selama di Lembaga Pemasyarakatan dapat terpenuhi. Selain itu jenis kejahatan juga merupakan salah satu karakteristik ide individualism dalam pembinaan narapidana. Hal ini dimaksudkan agar narapidana yang sudah melakukan satu tindak pidana lantas bertemu dengan narapidana lain dalam tindak pidana berbeda lalu setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan malah akan bertambah keahliannya dalam tindak pidana yang lain.
Jadi, penggolongan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah individualisasi narapidana yang bertujuan untuk membina narapidana sesuai dengan karakteristik narapidana sehingga tujuan pembinaan dapat tercapai. Berdasarkan penggolongan pidana, narapidana wanita hamil berada di Lembaga Pemasyarakatan. Selama melaksanakan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan bagi narapidana wanita yang mengandung selama masa pidananya tetap akan di tempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan sampai anak yang dikandungnya dilahirkan dan berusia dua tahun (2 Tahun).
42
Petugas pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan yang bertugas membina dan mengimbangi Warga Binaan Pemasyarakatan merupakan jabatan Fungsional Penegak Hukum yang melaksanakan tugas di bidang pembinaan, pengamanan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Petugas pemasyarakatan sering dikenal dengan istilah sipir.
Lembaga Pemasyarakatan itu bukan hanya tempat untuk semata-mata memidana orang melainkan juga sebagai tempat untuk membina atau mendidik orang-orang terpidana agar mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan diluar lembaga pemasyarakatan sebagai warga negara yang baik dan taat pada hukum yang berlaku.46
d. Defenisi Pemasyarakatan
Pidana Penjara dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan kini dikenal dengan Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, sedangkan Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
Sistem pembinaan narapidana yang dikenal dengan nama pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembang, tanggal 27 April 1964,
46 Romli Atmasasmita, 1982, Kepenjaraan Dalam Suatu Bunga Rampai, (Bandung:
Armico, 1982), h. 12
Sahardjo melontarkan gagasan perubahan tujuan pembinaan narapidana dari sistem kepenjaraan ke sistem pemasyarakatan.47
Menurut Sahardjo diperlukan sistem baru dalam sistem pemenjaraan di Indonesia yaitu sistem pemasyarakatan yang dimaksud bahwa tidak saja masyarakat diayomi terhadap diulangi perbuatan jahat oleh terpidana, melainkan juga orang yang telah tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna di dalam masyarakat. Dari pengayoman itu nyata bahwa menjatuhkan pidana bukanlah tindakan balas dendam dari negara, tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan, melainkan dengan bimbingan.Terpidana juga tidak dijatuhi pidana siksaan, melainkan pidana kehilangan kemerdekaan. Negara telah mengambil kemerdekaan seseorang dan yang pada waktunya akan mengembalikan orang itu ke masyarakat lagi, mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu dan masyarakat”.48
Lembaga pemasyarakatan yang disingkat dengan LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.49 Pemasyarakatan menurut Romli Atmasasmita adalah memasyarakatkan kembali terpidana, sehingga menjadi warga
47Harsono Hs, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 1
48Sahardjo, Pohon Beringin Pengayoman Hukum Pancasila, Pidato Pengukuhan, pada tanggal 3 Juli 1963 di Istana Negara, Universitas Indonesia, h. 8
49Yunasril Ali, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 67
44
yang baik dan berguna (healthy reentry into the community) pada hakikatnya adalah resosialisasi.50