• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transaksi Sewa Menyewa

Dalam dokumen tinjauan hukum islam terhadap sewa menyewa (Halaman 47-52)

BAB II SEWA MENYEWA LAHAN PERTANIAN DI DESA

C. Transaksi Sewa Menyewa

Tahap awal dalam proses transaksi sewa-menyewa lahan pertanian dengan pembayaran hasil panen yaitu sebagai berikut:

1. Bentuk akad perjanjian

Perjanjian sewa menyewa lahan pertanian di Desa Wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba pada umumnya hanya dilakukan secara lisan tanpa adanya bukti hitam di atas putih (bukti tertulis) dan tidak adanya saksi- saksi. Akad tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka dan karena sudah saling mengenal satu sama lain serta adanya hubungan kekeluargaan antara pemilik lahan dengan penyewa lahan. Biasanya dilakukan dengan cara penyewa lahan mendatangi rumah si pemilik lahan atau sebaliknya, untuk menyampaikan keinginan untuk melakukaan sewa menyewa lahan tersebut.

Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Amaq Sur36 selaku penyewa lahan, mengatakan bahwa:

34Inak Sabariyah (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Gelem Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 1 April 2020.

35Amaq Ris (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Baret Lokok Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 1 April 2020.

36 Amaq sur (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Baret Lokok Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 5 April 2020.

35

Aku nyewa tanak biasana bajarku sik hasil panen lengan laek, sikna yak ku bedue tanak gin langan ku nggaro terus modal ibodoe cukup kadu biaya ya bangket. Jari na nengka-nengka nene nyewa doang aku. Misalna nyewa tanak bedue da sik Bapa Sapiuddin, demen ita sengak bajar sewa na yakna langsung pas perjanjian, malah ngembeng da ita kelonggaran sampai musin panen, ampok bangketda kelola ku bejulu, bareh wah lamun ku wah panen beruk ku mbeng ida bajar sewa na, sengak modal gin ta kadu garo ya yak na ahkdik, terus mun yak nanggeto sara ta jak yak ta bedue pengahsilan wah malik, soalna pendidikan akhir ta antak tamatan SD. Terus perjanjian ta jari sik raos doang marak biasana”

(saya menyewa lahan biasanya dengan pembayaran hasil penen dari dulu, soalnya saya tidak mempunyai lahan atau sawah sendiri dan modal yang saya miliki hanya cukup untuk mengelola lahan yang saya sewa, sehingga selama ini saya hanya menyewa saja, misalnya menyewa sawah miliknya Bapak Sapiuddin, saya senang karena pembayaran uang sewanya tidak pada waktu akad berlangsung. Akan tetapi diberikan kelonggaran waktu sampai waktu panen tiba. Sehingga sawahnya saya kelola dulu, nanti kalu saya sudah panen baru saya bayar sewanya. Karena modal untuk menggarap lahan juga tidak sedikit, dan jika tidak seperti itu ya saya tidak mempunyai penghasilan lagi, karena pendidikan akhir saya hanya tamatan SD terus masalah perjanjian akadnya cukup dengan lisan seperti biasanya).

Menurut kebiasaan, Perjanjian sewa menyewa lahan pertanian ini tidak dituangkan dalam bentuk tulisan melainkan hanya dengan lisan.

Adapun penjanjian-perjanjian dalam sewa menyewa lahan pertanian.

Dalam hal ini dipaparkan oleh papuk Uci37 yang sering melakukam akad sewa menyewa yaitu sebagai berikut:

a. Pihak yang menyewakan berhak menerima uang sewa terhadap lahan yang disewakan setelah panen sebesar 40% dari hasil panen.

37 Papuk Uci, Wawancara, Dusun Baret Lokok Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 5 April 2020.

36

b. Biaya penggarapan lahan dibebankan kepada pihak penyewa lahan, mulai dari pembelian benih sampai biaya operasionalnya hingga saatnya panen.

c. Pihak penyewa berhak atas lahan yang disewanya,

d. Sesudah terjadinya kesepakatan, maka pemilik tanah tidak berhak menarik kembali lahan yang sudah disewakan.

e. Apabila lahan mengalami kerugian atau gagal panen maka hal tersebut menjadi tanggung jawab dari pihak penyewa.

2. Jangka Waktu sewa menyewa lahan

Sewa menyewa lahan yang dilakukan di Desa Wanasaba Lauk biasa dalam jangka waktu satu kali panen selama kurang lebih 6 bulan ada juga yang dalam jangka waktu 1 tahun, apabila dalam perjanjian sewa menyewa dalam jangka waktu satu tahun, maka penyewa lahan sawah berhak memanfaatkan lahan sawahnya itu dalam 3 (Tiga) kali panen, karena setiap tahun terjadi tiga kali musim panen.

Hal ini sesuai dengan pernyataan mamiq Kushairi38, mengatakan bahwa:

“aku lamun ku nyewa bangket biasa dalam jangka waktu satu kali panen doank juluk, jemak lamun na bagus hasil panen ku i pertama, malik aku yambung ya waktu sewana”

(saya, kalau menyewa lahan biasanya dalam jangka waktu satu kali panen, besok kalau hasil panen saya bagus pada panen pertama baru saya memperpanjang waktu sewanya).

38 Mamiq Kushaeri (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Gelem Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten Lombok Timur, 6 April 2020

37 3. Pembayaran uang sewa

Proses pembayaran yang digunakan dalam sewa menyewa lahan pertanian dengan pembayaran hasil panen di Desa Wanasaba Lauk yaitu dibayarakan pada waktu panen tiba bukan pada waktu berlangsungnya akad. Cara pembayaran seperti ini dikenal juga di kalangan masyarakat Wanasaba lauk dengan sebutan bajar mudi, karena pembayarannya ditangguhkan sampai nunggu hasil panen. Alat pembayarannya menggunakan hasil panen padi yang ditanam di sawah tersebut sebesar 40% untuk pihak yang memberikan sewa dan 60% untuk pihak penyewa, dalam jangka waktu setiap satu kali panen. sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati pada saat terjadinya akad.

Sebagaiman pernyataan dari Amak Ayip39 selaku penyewa sawah mengatakan bahwa:

“Ta nyewa bangket sik bajar mauk ta panen ni semake wah jari kebiasaan ta pin Desa Wansaba Lauk ne. rata-rata petani I tene geto doank pernjanjian na na wah panen doang ampok na bebajar, bajar kadu hasil panen ta, ngembeng ta wah ida 40%. Lengan hasil persentasi mauk ta panen.”

(Sewa menyewa lahan pertanian dengan pemabayaran hasil panen yang dilakukan para petani Desa Wanasaba Lauk sudah menjadi kebiasaan, karena rata-rata perjanjian para petaninya seperti itu.

Jika lahan sudah panen baru dibayarkankan dengan hasil tanaman yang ditanami, saya menyerahkan 40% dari persentasi hasil panen yang saya dapatkan).

Kemudian mamiq Kushaeri40 selaku penyewa lahan juga memparkan proses pembyaran upah sewa, yang mengatakan bahwa:

39 Amaq Ayip,(Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Baret Lokok Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 6 April 2020.

40 Mamiq Kushaeri (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Gelem Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba kabupaten LombokTimur, 6 April 2020

38

“lamun na wah jari perjanjian ta atau kesepakatan ta, sehari setelah no langsung wah aku nggaro ya bangket I sewa ku, terus lamun na wah panen lahan no, I tono wah ku bajar ya sewa na, 40% na wah timpak da I bedue bangket no. luas tanak I sewa ku luasna 35 are. Lamun na bagus hasil panenku jak kadang sampe 3,5 Ton maukku dalam sekali panen no selama kurang lebih 6 bulan, laguk lamun ku gagal panen arak ahton mauk ku, mislana mun ku mauk 3 ton setara sik 30 kwintal, jarina bagianda i 40%x30 kwintal= 12 kwintal, sesuai kesepakatan ta pin awal perjanjian. Terus I 18 kwintal aku wah epena. Lamun ku wah selse panen, tulakang ta wah malik bangket timpat epena”

(jika kita sudah sepakat atau sudah melakukan perjanjian, maka sehari setelah itu saya langsung mengelola atau menggarap sawah tersebut. Kemudian pada saatnya panen tiba, disanalah saya membayar uang sewanya dengan hasil panen yang persentasinya 40% untuk pemilik sawah. Sawah yang saya sewa luasnya kurang lebih 35 are bisa mengahasilkan sampai 3,5 Ton jika panen selama kurang lebih 6 bulan. Jika hasil penen saya bagus maka saya bisa panen sampai 3 ton, namun sebaliknya jika saya mengalami gagal panen, hasil panen yang sya dapatkan kadang hanya 1 ton.

Mislanya hasil panen yang saya dapatkan 3 ton yang setara dengan 30 kwintal, maka bagian pemilik sawah yang 40% yaitu 40%x30 kwintal= 12 kwintal, sesuai kesepakatan kita di awal akad, terus yang 18 kwintal menjadi milik saya, kemudian setelah saya selesai panen maka sawah yang saya sewa saya kembalikan kepada pemilik sawah)

Keterangan tambahan juga datang dari Amaq sup41 terkait untung ruginya, yang mengatakan bahwa:

“Lamun untung rugina jak yak ta tao hindarin ya tergantung hasil panen ta nono doank, aku pas ku gagal panen arak ah ton wah mauk ku atau setara sik 10 kwintal pas harga pade i ahkilo Rp 9000. 10 kwintal setara sik 1000kg terus ta kaliang ya sik harga pade no 1000kg x Rp 9000= Rp 9.000.000. inenepun yak po kadu ngembeng pemilik bangket 40% yakpo kadu biaya perawatan na, mbe harga rabok mahalna. 40%x 9.000.000=Rp 3.600.000, sisa na arak Rp 5.400.000 timpak aku itupun yak po ta kurangin sik harga rabok na berjuta juta sampai dua juta ke atas, angkan cukup rugi ita, yak na bau cukup angkan biaya hidup ta selama 6 ulan. Laguk sepin ate gak na tao ta gwek ya narak pegawean ta selain bertani gin kadu biaya kebutuhan ta sehari-hari”

41 Amaq Sup (Penyewa Lahan Pertanian), Wawancara, Dusun Baret Lokok Desa wanasaba Lauk Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur, 7 April 2020

39

(terkait masalah untung ruginya kita tidak bisa hindari tergantung hasil panen saja. Seperti, pas saya mengalami gagal panen, saya hanya mendapatkan 1 ton yang setara dengan 10 kwintal pas harga 1Kg seharga Rp 9.000, yang 10 kwintal setara dengan 1000Kg, yang kemudian kita kalian degan harga padinya 1000Kg x Rp 9.000= Rp 9.000.000, inipun masih harus di kurangi 40%nya untuk pemilik sawah, Rp. 9.000.000 kemudian bagi hasil 40% dari hasil panen yairu 40% x 9.000.000 = Rp. 3.600.000, sisanya tinggal Rp 5.400.000 belum dikurangi biaya perawatanya, jadi nominal tersebut merugikan dan bisa dikatakan kurang untuk biaya hidup selama ±6 bulan, namun apa boleh buat, tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan selain bertani, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari)

Dalam dokumen tinjauan hukum islam terhadap sewa menyewa (Halaman 47-52)

Dokumen terkait