BAB II LANDASAN TEORI
C. Guru Mata Pelajar IPA
2. Tugas Guru Mata Pelajaran IPA
a. Tugas profesional, yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya.
Tugas ini mencakup tugas mendidik (mengembangkan pribadi siswa), mengajar (mengembangkan intelektual siswa), melatih (mengembangkan keterampilan siswa) dan mengelola ketertiban sebagai penunjang ketahanan sekolah.
b. Tugas manusiawi (human responsibility), yaitu tugas sebagai manusia. Dalam hal ini guru bertugas mewujudkan dirinya untuk ditempatkan dalam kegiatan kemanusiaan dan sesuai dengan martabat manusia.
c. Tugas kemasyarakatan (civic mission), yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Dalam hal ini, guru bertugas membimbing siswa menjadi warga negara yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945 serta GBHN.
41 Prayitno, dkk, Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Buku II Pelayanan Bimbimbingan dan Konseling Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), (Jakarta:
PT Bima Sumber Daya MIPA, 1997), h. 182
Dalam kegiatan proses belajar mengajar, ketiga tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu persatu melainkan menjadi sebuah sistem yang saling berhubungan. Dengan demikian, sekali lagi guru tidak hanya memberi materi belakang, menerapkan metode yang cocok, mengevaluasi pekerjaan siswa dan tugas lainnya yang tidak tercermin seperti tugas di atas, melaikan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan serta perwujudannya dengan siswa.42
3. Karakteristis Pembelajaran IPA
a. Preses pembelajaran IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses pemikiran, dan berbagai macam gerakan otot.
b. Pembelajaran IPA dilakukan dengan mengunakan berbagai macam cara (tekni). Misalnya , observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Pembelajaran IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan. Pengamatan hanya mengunakan alat indera, akan memberikan hasil yang kurang objektif, sementara itu IPA mengutamakan objektif.
d. Pembelajaran IPA sering kali melibatkan kegiatan temu ilmiah (misal seminar, konferensi atau symposium, studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek, penyusunan hipotesis dan yang lainnya.
e. Pembelajaran IPA merupakan proses aktif.43
42 Sutirna, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2013) h. 60-61
43 Lucia Maharani, Pengembangan Mata Kuliah Pendidikan IPA, tersedia https://www agathaluciamaharani.blogspot.com 4 Maret 2019 16:32
4. Macam-macam Pelajaran IPA
a. Fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak hidup dari aspek wujud dengan perubahan yang bersifat sementara.
b. Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat tetap.
c. Biologi (biological science), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya.44
5. Tujuan Pembelajaran IPA
Ada beberapa tujuan dilaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu (Depdiknas, 2006:7), antara lain:
a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Banyak ahli menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi nak usia 7-14 tahun, karena pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berfikir operasional konkret ke berfikir abstrak. Selain itu, siswa melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial.
Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran lebih efisien dan efektif.
44 Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT Raja Granfindo Persada, 2013) Edisi Revisi -20 h.36-37
b. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran IPA terpadu di SMP Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru serta kebutuhan dan kesiapan siswa. Pelajaran IPA terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami, keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut.
D. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan belajar dan rumusan tujuan intstruksional yang direncanakan sebelumnya. Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Secara psikologis belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.45
45 Nana Sudjan, Penelitian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) hlm. 22.
Hasil belajar juga merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar dan tidak mengajar. Lebih lanjut, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar sehingga seorang siswa dapat mengetahui hasil belajarnya setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya
Dengan demikian, setelah siswa menerima pengalaman belajar maka akan terjadi perubahan pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan seperti dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
2. Klasifikasi Hasil Belajar a. Ranah Kognitif
1) Tipe hasil belajar: pengetahuan
Tipe belajar ini termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi misal hafalan bahasa latin hewan atau tumbuhan.
2) Tipe hasil belajar: pemahaman
Pemahaman ini dapat dibedakan menjadi 3 kategori
a) tingkat pertama adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan arti yang sebenarnya misalnya dari bahasa latin ke bahasa indonesia
b) tingkat kedua pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.
c) tingkat ketiga adalah pemahaman eksrapolasi dengan ini diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
3) Tipe hasil belajar: aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknik. Penerapan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
4) Tipe belajar: analisi
Analisis adalah usaha memilah suatu integritasi menjasi unsur-unsur atau bagian sehingga jelas susunannya. Bila kecakapan analisis dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
5) Tipe hasil belajar: sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen dalam pemikiran ini pemecahan atau jawaban belum
dapat dipastikan. Berfikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif.
6) Tipe hasil belajar: evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu yang mungkin dilihat dari tujuan gagasan, cara bekerja, pemecahan dan motode. Hasil belajar sebagai objektif evaluasi tidak hanya dibidang kognitif, tetapi hasil belajar dibidang afektif.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belaja
1) Reciving/attending yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi dan gejala.
2) Responding (jawaban) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketetapan reaksi, perasaan, kepuasa, dalam menjawab stimulus dari luar yang datang yang datang kepada dirinya
3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
4) Organisasi yaitu pengembangan dari nilaikedalm satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang
c. Ranah psikomotoris (keterampilan) Ada 3 keterampilan yaitu,
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan dasar
3) Kemampuan prseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif dan motoris.
4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan
5) Gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan eksprensif dan interprensif. 46
3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Yang meliputi dua aspek, yaitu:
46 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999) cet ke-6 h.23-31
1) Aspek Fisiologis ( yang bersifat jasmani) a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpegaruh terhadap belajarnya.
b) Cacat tubuh
Adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, dan lumpuh.47
2) Aspek psikologis ( yang bersifat rohaniah) a) Tingkat kecerdasan / inteligensi siswa
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan secara tepat. Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ tubuh lainnya. Tetapi, memang harus diakui peran otak dalam inteligensi manusia sangat menonjol dari peran organ lain karena otak merupakan
“menara mengontrol” hampir seluruh kegiatan manusia.
47 Slameto, Belajar dan Foktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1995) cet ke-3 h.54-55
Jika tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini maknanya, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka makin besar peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluang untuk memperoleh sukses.
Anak yang sangat cerdas atau berbakat (IQ 140 ke atas) anak yang di bawah rata- rata (IQ 70 ke bawah).
b) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang tepat terhadap orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif ataupun negatif.
c) Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang.
Sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tinggi, tetapi kapasitas masing- masing tergantung kepada cara individu tersebut mengembangkan bakatnya.
d) Minat siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e) Motivasi siswa
Motivasi adalah mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik (keadaan yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mendorong keinginan untuk belajar). Contohnya adanya perasaan menyukai mata pelajaran tersebut untuk masa depan siswa yang bersangkutan.
Motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar diri individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar). Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan seterusnya merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.48
f) Perhatian
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, siswa harus memberi perhatian penuh pada bahan yang dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa, akan menimbulkan kebosanan, sehingga yang bersangkutan tidak suka lagi belajar.
48 Muhibbin Syam, spikologi belajar, (Jakarta: PT Longos Wacana Ilmu, 1999) cet ke-1 h. 130-137
Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian yang timbul dari keinginan (Volitional) yaitu memerlukan usaha sadar dari individu untuk menangkap suatu gagasan atau objek. Dan perhatian yang timbul bukan dari keinginan (nonvolitional attention) yaitu timbul tanpa kesadaran kehendak.
g) Kematangan dan kesiapan
Kematangan merupakan suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana seluruh organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru. Dengan perkataan lain, anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapan sebelum belajar. Belajar akan berhasil apabila anak atau siswa sudah siap (matang) untuk belajar
Kesiapan atau Readiness merupakan kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu datang dari dalam diri siswa dan juga berhubungan dengan kematangan.
Kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.49
49 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) Edisi Revisi h.135-136
b. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri individu. Yang terdiri dari dua macam, yaitu;
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sebaya yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap, prilaku, dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orangtua, karakter pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semua dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan nonsosial
Seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.50 Faktor lain yang
50 Muhibbin Syam, spikologi belajar, (Jakarta: PT longos wacana ilmu, 1999) cet ke-1 h.
138-139
juga mempengaruhi pelajar siswa dari lingkungan nonsosial yaitu suasana lingkungan dan budaya belajar.51
c. Faktor pendekatan belajar
Dapat dipahami sebagai segala cara atau srategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran meteri tertentu. Pendekatan belajar juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pendekatan belajar ada tiga yaitu: pendekatan tinggi ( speculative dan acbieving), pendekatan menengah (analytical dan deep), dan pendekatan rendah (reproductive dan surface).
4. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar
Setiap prilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karekteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
a. Perubahan intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu, dan keterampilan.
51 Dwi Prasetia Danarjati, Adi Murtiadi, dan Ari Ratna Ekawati, Psikologi pendidikan, (Yogyakarta : 2014)cet ke-1 h.45
b. Perubahan positif aktif
Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapa seperti pemahaman dan keterampilan baru yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti kerena proses kematangan misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah ia duduk karena usaha dari si bayi itu sendiri.
c. Perubahan efektif fungsional
Perubahan yang timbul karena proses belajar yang bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan belajar yang bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian IPA dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.52
5. Fungsi Hasil Belajar
Hasil belajar dapat digunakan sebagai pemenuhan akan kebutuhan sebagai berikut :
52 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) Edisi Revisi-11 h.117-119
a. Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik.
b. Hasil belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu
c. Hasil belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan asumsinya bahwa hasil belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik meningkatkan mutu pengetahuan dan teknologi dan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan
d. Hasil belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari suatu institusi pendidikan. Indikator internal berarti hasil belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu pendidikan.
e. Hasil belajar dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.53
53 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional, Pripsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.3.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian tergolong pada penelitian lapangan (field research) yang mengumpulkan data langsung dari lokasi penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif metode dengan deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksud untuk mengeksplorasi dan memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruah, luas, dan mendalam54. Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SMPN 2 Palupuh.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palupuh. Adapun yang menjadi alasan penulis mengambil lokasi penelitian di sekolah ini dikarenakan penulis dulu bersekolah disana dan penulis memang melihat permasalahan terjadi pada sekolah tersebut yang perlu untuk dibahas dan perlu menyelesaikan secara ilmiah. Penulis juga tinggal di daerah yang sama yaitu di Palupuh. Jarak rumah penulis dari sekolah tersebut hanya bekisar 4 km, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMPN 2 Palupuh tersebut.
54 Sugiyono, metodologi penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif , R&D ( Bandung : Alfabeta 2015) h. 289.
C. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang bertindak sebagai sumber pemberi informasi yang penulis wawancarai tapi berasal dari orang atau kelompok yang diteliti. Dalam penelitian ini, pemilihan informasi dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.55 Maka sampel yang penulis ambil adalah Guru BK dan Guru Mata Pelajaran IPA. Adapun yang menjadi informan kuncinya adalah satu orang guru BK dan tiga orang guru mata pelajaran IPA, sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini adalah enam orang siswa-siswi dengan kreteria dilihat dari nilai IPA nya dan rekomedasi dari guru mata pelajaran IPA di SMPN 2 Palupuh.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data yang akurat untuk menggungkapkan permasalahan di atas, maka penulis menggunakan instrumen diantaranya:
1. Observasi
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik pengumpulan data sangat banyak ditentukan pengamatan sendiri, sebab pengamatan melihat, mendengar, mencium, atau mendengarkan suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa yang diamati itu. Pengamatan adalah kunci keberhasilan dan ketepatan hasil penelitian. Ialah yang
55 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) cet ke-1 h.155
memberikan makna tentang apa yang diamati dalam realitas dan dalam konteks yang alami (natural setting) dialah yang bertanya, dan dia pulalah yang melihat bagaimana hubungan antara satu aspek dengan aspek yang lain pada objek yang diamatinya.56 Alasan penting melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistik prilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti prilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.57 Observasi yang akan dilakukan penulis yaitu penulis akan melakukan pengamatan langsung agar mendapatkan gambaran tentang kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SMPN 2 Palupuh .
2. Wawancara
Wawancara adalah merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to face) antara pewawancara dan sumber informasi, dimana pewawancara
56 Muri Yusuf, Metologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2014) cet ke-1 h.384
57 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011) cet ke-1 h.140
bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah direncanakan sebelumnya.58
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara untuk mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung dengan menggunakan penduan wawancara, yaitu guru BK, guru mata pelajaran IPA yang berguna untuk mengetahui bagaiman kerjasama guru BK dengan guru mata pelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA di SMPN 2 Palupuh
3. Dokumentasi
Sejumlash besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada penulis untuk mengetahui hal- hal yang pernah terjadi diwaktu silam.59
E. Analisis Data
Setelah dilakukan observasi, wawancara dan data yang didapatkan dari dokumentasi maka penulis membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan melalui perorangan dengan data yang diperoleh dari orang lain. Data yang dikumpulkan selanjutnya, dianalisis dengan analisis kualitatif. Sedangkan untuk mengolah data dilakukan
58 Muri Yusuf, Metologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2014) cet ke-1 h.372
59 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (jakarta: Prenadamedia Group, 2011) cet ke-1 h.141
dengan cara menguraikan dan menghubungkannya dengan aspek-aspek yang lain lalu memberikan makna. Selanjutnya, setelah pengelolahan data dilakukan dan ternyata terjadi kekurangan data atau kesalahan sehingga kesimpulan yang diambil kurang sesuai, penulis melakukan proses ulang dengan melalui tahap yang sama.
Prosedur pengolahan data yang akan penulis lakukan adalah reduksi data, display data, dan verifikasi data
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Terakhir yaitu, pengorganisasian data lebih sistematis, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang bermaka.
2. Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data yaitu menyajikan data dengan kegiatan menampilkan informasi yang didapat melalui kegiatan reduksi, kemudian informasi yang diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dihimpun dan diorganisasikan berdasarkan fokus masalah penulis.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami