• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KajianPustaka

5. Tujuan Belajar

6. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku murid, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.

b. Pengamatan

Cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan segenap panca indra. Jadi dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca indranyaharus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.

c. Tanggapan

Gambaran atau bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar setiap murid.

d. Fantasi

Sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini, maka dengan belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain.

e. Ingatan

Secara teoritis ingatan akan berfungsi: (1) mencamkan atau menerima kesan-kesan dari luar; (2) menyimpan kesan; (3) memproduksi kesan. Oleh karena itu, ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari keluapan lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.

f. Berfikir

Aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.

g. Bakat

Salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.

h. Motivasi

Arden N.Frandsen (Sardiman, 2014: 46) menyatakan ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2) Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju;

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang-tua, guru dan teman-temannya;

4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi;

5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar

Menurut Maslow (Sardiman, 2014: 47) dorongan-dorongan untuk belajar itu adalah:

1. Adanya kebutuhan fisik;

2. Adanya kebutuhan akan rasa aman, bebas dari ketakutan;

3. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain;

4. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat;

5. Sesuai dengan sifat seseorang untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.

Adapun menurut Erwin Widiasworo (2015) hal-hal yang dapat mematikan motivasi belajar murid antara lain sebagai berikut:

a. Kehilangan harga diri b. Ketidak nyamanan fisik c. Frustasi

d. Teguran yang tidak dimengerti e. Menguji yang belum diajarkan f. Anggapan materi terlalu sulit/mudah g. Persaingan yang tidak sehat

h. Pembelajaran yang membosankan

i. Guru tidak antusias dalam menyajikan pembelajaran j. Tidak mendapat umpan balik

k. Keharusan belajar dengan kecepatan yang sama

l. Berada pada satu kelompok dengan semua anggotanya mempunyai kemampuan rendah

m. Terkekang dengan situasi dan kondisi yang selalu dipaksakan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka ada beberapa persoalan yang biasa dihadapi dalam proses belajar, antara lain: tujuan yang akan dicapai, materi pelajaran yang diperlukan, metode dan alat yang digunakan, dan prosedur yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi. Selain itu, perlu memahami dengan segenap aspek pribadi murid, seperti:latar belakang keluarga, terutama kebiasaan dan motivasi, kecerdasan dan bakat.

7. Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh murid dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah.

Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi dalam konteks ini dimaknai sebagai penilaian program, proses, dan hasil pembelajaran.

Jika evaluasi ditinjau dari proses pembelajaran yang merupakan kegiatan bertahap dan berkesinambungan, maka evaluasi merupakan titik puncak dari proses kegiatan keseluruhan. Akan tetapi, bukan berarti pelaksanaan evaluasi hanya dilakukan pada akhir proses tersebut.

Evaluasi bisa dilakukan terus-menerus untuk mengecek keberlangsungan proses pembelajaran, khususnya terkait dengan pemahaman murid. Sementara itu, sebagai titik puncak, evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran.

Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut di kemukakan definisi hasil belajar menurut para ahli:

1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh murid menjadi

acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh murid setelah dilakukan aktifitas belajar.

3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukut bentuk, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

4. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar murid secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai murid perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar murid yang mengacu pada pengalaman langsung.

5. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

6. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki murid setelah menerima pengalaman belajar.

7. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

8. Hamalik (Asep J dan Abdul H, 2013:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap- sikap, serta apersepsi dan abilitas.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah merupakan istilah suatu keberhasilan murid selama dan setelah proses belajar yang diukur melalui suatu alat tertentu. Dalam hal ini alat tersebut adalah berupa tes, baik tes tertulis maupun tes lisan.

Sehingga dalam tulisan ini, hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid setelah melalui proses belajar mengajar yang diukur dengan menggunakan alat ukur keberhasilan belajar yang disebut dengan tes hasil belajar.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai murid, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar dimiliki murid. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan murid dalam proses pembelajaran.

Semakain baik proses pembelajaran dan keaktifan murid dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh murid akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

B. Kerangka Pikir

Tanggung-jawab pendidikan dijalankan oleh tiga komponen utama pendidikan, yakni: orang-tua, sekolah dan masyarakat. Salah satu komponen yang memegang peranan utama dalam keseluruhan tanggung jawab pendidikan anak adalah orang-tua. Oleh karena itu, orang-tua memegang peranan kunci dalam meningkatkan hasil belajar anak dalam bentuk pola asuh orang-tua di lingkungan keluarga.

Orang-tua dan pola asuh memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian anak setelah dewasa kelak. Orang-tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.

Pola asuh orang-tua adalah cara orang-tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orang- tua (orang-tua sendiri atau orang yang mengasuhnya).

Stewart dan Koch (Al. Tridhonanto, 2014:12) bahwa ada tiga kecenderungan dari pola asuh orang-tua, yaitu:

“(1) Pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang lebih mengutamakan membentuk kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman- ancaman; (2) Pola asuh permisif yaitu pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya; (3) Pola asuh demokratis yaitu pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk

kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka skema kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Pengamatan Murid Kelas V Pembelajaran Murid Kelas V

SD Inpres Andi Tonro Kec.

Tamalate Kota Makassar

Pola Asuh Orang-Tua

Hasil Belajar Murid

Temuan

Pengaruh Pola Asuh Orang-Tua Terhadap Hasil Belajar Pada

Murid

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis, yaitu:

 : Ada pengaruh pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

 Ho : Tidak ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian ex-postfacto.Kerlinger (1986) dalam Sukardi (2003:165) mengemukakan bahwa penelitian ex-postfacto merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, keterikatan antarvariabel bebas dengan variabel bebas, maupun antarvariabel bebas dengan variabel terikat, sudah terjadi secara alami, dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang menjadi

faktor penyebabnya, yakni:

Pola asuh orang-tua terhadap anak, yang mempengaruhi hasil belajar pada murid.

Dengan demikian penelitian ini menjelaskan pengaruh pola asuh orang- tua terhadap hasil belajar murid.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Makassar tepatnya pada SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar, pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Perlunya ditingkatkan hasil belajar pada murid kelas V

32

b. Penulis lebih mudah dalam pengumpulan data penelitian, dalam melakukan observasi dan pembagian angket.

C. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan murid di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun ajaran 2016/2017. Adapun Jumlah keseluruhan murid SD Inpres Andi Tonro yaitu 443 murid.

No. Kelas

Rombel

Jumlah

A B

1. I 33 31 64

2. II 40 37 77

3. III 40 41 81

4. IV 38 37 75

5. V 37 37 74

6. VI 36 36 72

Jumlah 224 219 443

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan

metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2004), purposive sampling adalah pemilihan sampel bersifat tidak acak, karena sampel dipilih berdasar pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu orang tua murid kelas VB SD Inpres Andi Tonro. Purposive sampling dalam penelitian ini yaitu, sebanyak 37 orang dengan pertimbangan mereka mampu memberikan penilaian secara umum dan objektif terhadap pola asuh orang-tua terhadap hasil belajar anaknya pada SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Jadi, sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau secara sengaja karena dianggap mampu mewakili populasi yang ada ditentukan sebanyak 37 orang responden.

Kelas Jenis Kelamin Anak

Jumlah

L P

VB 20 17 37

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya.

Untuk menyamakan persepsi dalam penelitian ini, maka ditetapkan definisi operasional dengan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y):

Hasil belajar adalah istilah suatu keberhasilan murid selama dan setelah proses belajar yang diukur melalui suatu alat tertentu meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk mengukur variabel Y menggunakan alat bantu

berupa tes, baik tes tertulis maupun tes lisan pada murid kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar tahun ajaran 2016/2017.

2. Variabel bebas (X):

Pola asuh adalah cara yang digunakan orang-tua dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti. Kecendrungan pola asuh orang tua terdiri dari tiga, yaitu:

a. Pola asuh otoriter adalah cara mendidik anak dengan peraturan-peraturan yang ketat dan harus dipatuhi anak dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Jika anak tidak menurut pada aturan yang dibuat orang tua akan menghukumnya.

2. Orang tua melarang anak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

3. Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua.

4. Anak harus bergaul dan memilih-milih orang yang menjadi teman atas aturan orang tua.

5. Orang tua sangat jarang dalam memberikan pujian.

6. Orang tua membatasi yang akan dilakukan

7. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti aturan-aturan.

8. Orang tua memberikan hukuman apabila berbuat kesalahan tanpa menanyakan penyebabnya.

b. Pola asuh permisif adalah cara mendidik anak dengan memberikan kebebasan kepada anak tanpa pengawasannya dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Kurang memperhatikan kedisiplinannya.

2. Orang tua tidak memberikan hukuman apabila berbuat salah 3. Orang tua tidak memberikan perhatian mengerjakan tugas anak.

4. Orang tua tidak melatih kemandirian anak

5. Orang tua memberikan kepercayaan diri pada anak.

6. Orang tua membebaskan anak untuk menyatakan dorongan atau keinginan

7. Anak bisa bergaul dan bersahabat dengan teman tanpa sepengetahuan orang tua

8. Orang tua tidak menentukan aturan atau norma-norma terhadap pergaulan anak

c. Pola asuh demokratis adalah cara mendidik orang tua terhadap anak ditandai dengan adanya perhatian, memberikankebebasan yang bertanggung jawab, musyawarah, adanya komunikasi dua arah,dan saling menghormati antar anggota keluarga dengan indikator-indikator sebagai berikut:

1. Orang tua menghargai pendapat anak.

2. Orang tua mendorong untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas sendiri.

3. Orang tua berwenang untuk mengambil keputusan akhir.

4. Dapat penjelasan dari orang tua tentang dampak perbuatan yang baik dan yang buruk.

5. Turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga 6. Orang tua bersikap akrab pada anak

7. Orang tua senantiasa membuka diri untuk mendengarkan pendapat anak

8. Orang tua member pujian pada anak apabila berbuat baik atau benar

Untuk mengukur variabel X ini, penulis menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada orang tua murid yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen kuesioner terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu:

Kriteria Pola Asuh

No Nilai Kriteria

1 5 Selalu (Sl)

2 4 Sering Sekali (SS)

3 3 Sering (Sr)

4 2 Pernah (P)

5 1 Tidak Pernah (TP)

E. Intrumen Penelitian

1. Pedoman Kuesioner, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan pola asuh orang-tua terhadap anak, yang mempengaruhi hasil belajar pada murid.

2. Pedoman Observasi, yaitu alat bantu yang digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui observasi (pengamatan) dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner (Questioner)

Kuesioner adalah salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial. Kuesioner ini juga sering disebut sebagai angket di mana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah peneliti yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Penelitian melakukan pengumpulan data melalui angket sebanyak kurang lebih 37 orang, mengenai pola asuh orang tua murid untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Observasi (Observation)

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi.

Observasi sebagai alat pengumpul data hasil belajar murid ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam situasi buatan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip angket, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan agar dapat dipresentasikan semua pada orang lain. “Analisa data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Analisis diamati dengan mempelajari seluruh data dari berbagai sumber setelah itu mengadakan reduksi data dengan membuat rangkuman inti, langkah selanjutnya menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan dalam satu kelompok yang sama, kemudian pemeriksaan keabsahan data dan tahap yang terakhir disimpulkan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggambarkan data-data. Yaitu penggambaran dengan kata-kata keadaan dengan agar mudah dipahami dan untuk penarikan suatu kesimpulan

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument.Suatu instrumentyang sahih atau valid mempunyai validitas tinggi.Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Ujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagaimana dikemukakan Arikunto (2006: 213) sebagai berikut:

Dimana:

r = nilai koefisien x = butir x

y = butir y

∑ x = jumlah skor butir x

∑ y = jumlah skor butir y

∑ x = jumlah kuadrat butir x

∑ y = jumlah kuadrat butir y n = responden uji coba

untuk menentukan valid atau tidaknya suatu butir pernyataan digunakan tabel interprestasi nilai r dengan N= 37 pada taraf kepercayaan 95% yaitu r tabel sebesar 0,325. Kriterianya adalah apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka butiran pernyataan dikatakan valid.

rxy= (∑ )(∑ )

{ ∑ ∑ ( ∑ ∑ )}

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian

1. Deskripsi PolaAsuh Orang pada Murid Kelas VSD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Pada bagian proses pelaksanaan penelitian akan membahas mengenai keadaan kelas sampel yang akan diteliti yaitu kelas VB dengan menggunakan angket berdasarkan indikator pola asuh orang tua berjumlah 24 item pertanyaan ataupun pernyataan. Tujuan dari pengunaan angket berdasarkan indikator tersebut sebagai salah satu strategi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid. Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan terhadap satu kelas yang menjadi sampel dengan mengedarkan angket tersebut. Selain itu, diawal pertemuan peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dari pelaksanaan pembelajaran sebelum membagikan angket dan menyampaikan bahwa proses pengisianangketuntuk orang tua yang diberikan pada tanggal 18 juli 2016 dan pengembaliannya pada tanggal 19 juli 2016, diharapkan mampu menyelesaikan pengisian angket dengan benar yaitu orang tuamurid memilih satu option saja dari lima option yang telah disediakan oleh peniliti dalam angket serta menyampaikan bahwa hasil dari angket berindikator pola asuh orang tua terhadap hasil belajar anaknya.

Setelah angket itu diisi selanjutnya peneliti mentabulasi dari angket tersebut sesuai dengan isinya. Hasil angket ditabulasikan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

41

Tabel 1. Hasil Angket Pola Asuh Orang Tua

Sampel

Aspek Penilaian Pertanyaan Selalu

(Sl)

Sering Sekali (SS)

Sering (Sr)

Pernah (P)

Tidak Pernah

(TP)

Skor (X)

001 10 4 2 3 5 83

002 8 7 3 1 5 84

003 8 7 3 1 5 84

004 6 7 3 5 2 79

005 8 7 3 1 5 84

006 8 5 1 5 4 82

007 8 7 3 1 5 84

008 7 5 5 3 4 80

009 10 4 2 3 5 83

010 8 7 3 1 5 84

011 3 10 5 2 4 78

012 6 7 3 5 2 79

013 7 5 5 3 4 80

014 7 6 3 5 3 81

015 3 7 6 4 3 75

016 6 7 3 5 2 79

017 3 7 6 4 3 75

018 8 7 3 1 5 84

019 8 7 3 1 5 84

020 10 4 2 3 5 83

021 8 7 3 1 5 84

022 8 7 3 1 5 84

023 6 7 3 5 2 79

024 3 7 6 4 3 75

025 3 7 6 3 5 72

026 3 7 6 4 3 75

027 3 7 6 3 5 72

028 3 7 6 4 3 75

029 3 7 6 3 5 72

030 2 7 8 4 3 73

031 3 7 6 3 5 72

032 3 7 6 4 3 75

033 2 8 7 5 2 75

034 8 5 1 5 4 82

035 8 5 1 5 4 82

036 8 5 1 5 4 82

037 8 5 1 5 4 82

∑= 224 ∑= 239 ∑= 143 ∑= 121 ∑=146 ∑X= 2936 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa variable pola asuh orang tua terhadap hasil belajar pada murid kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Deskripsi Hasil Belajar pada Murid Kelas VSD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaituhasil belajar. Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang menyatakan sejauh mana tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh murid melalui pengalaman yang telah diberikan oleh guru.

Proses pelaksanaan terhadap hasil belajar ini dilakukan dengan menggunakan tes tertulis pada setiap mata pelajaran yang dilaksanakan pada tanggal 20 juli 2016 sampai 23 juli 2016 oleh guru kelas VB kepada murid.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 murid yang telah dilakukan di SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang diperoleh

dengan teknik observasi yang berupa tes tertulis. Berikut skor hasil belajar murid kelas V yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Skor Hasil Belajar pada Murid Kelas V SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar

N A M A S K O R

(Y) 1.Ahmad Tri Faldi

8.5 2. Algowie Syahputra

8.5 3. Andi Muh. Asrul

8.6 4.Ariel Saputra

8.1 5.Arifin

8.9 6.Arman

8.3 7.A. Haris

8.6 8.Baso Saenal

7.9 9.Chairul Anwar

8.3 10.Dimas

8.5 11.Erlang Agung Tri

7.7 12.Faisal

7.8 13.Haikal Anugrah

7.9 14.I Gustin Ngurah P

8 15.Muhammad Agung

7.9 16.Muh. Akbar Aditya

7.7 17.Muh. Riswandi

7.1 18.Muh. Sultan Rafli

7.4 19.Nabil

7.7 20.Syahril Radiansyah

7.7 21.Asrianti

7.1 22.Aulia Ramadani

7 23.Fadilah Irwan

7.8

24.Fitrah

7 25.Fitri Asriani

7.2 26.Kartika Sari

7.8 27.Mawar

7 28.Mirnawati

7.7 29.Noni Amelia

7 30.Nur Aisyah

7.4 31.Nur Angraeni

7.1 32.Nurbianti

7.6 33.Nurul Fadillah

7.6 34.Putri Nabila

7 35.Selvi

7.1 36.Siti Adya Salsa

7 37.Shafa Aliyah Sita

7.1

J U M LA H ∑Y = 284,6

Sumber Data: Dokumen SD Inpres Andi Tonro Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2016/2017

Untuk menghitung korelasi dengan product moment dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual dan di bantu dengan program SPSS 22.0 for Windows. Adapun dengan cara manual, peneliti membuat tabel-tabel penolong

untuk memudahkan dalam menghitung nilai rhitungyang telah diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel product moment. Apabila rhitung yang diperoleh lebih besar atau sama dengan rtabel maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan atau pengaruh yang positif. Begitu pula sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka tidak terdapat hubungan atau pengaruh positif.

Berdasarkan hasil penelitian maka selanjutnya hasil tersebut dimasukkan ke dalam korelasi product moment dengan rumus angka kasar berikut ini :

Dokumen terkait