• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Ganbar 2.33 Pemilihan Metode Kontrasepsi Rasional

2.2 Tinjauna Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney 2007 dan SOAP

2.2.2 Tujuan Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Memahami asuhan manajemen antenatal sebagai upaya preventif untuk optimalisasi pemeriksaan maternal dan neonatal dalam kehamilan.

b. Memahami jalannya persalinan normal, pengenalan komplikasi persalinan serta pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sehingga persalinan menjadi lebih baik dengan tingkat komplikasi yang rendah.

c. Memahami managemen bayi baru lahir sebagai upaya menatalaksana secara tepat dan adekuat, penanganan komplikasi dan prosedur imunisasi.

d. Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode pasca persalinan, mengenali komplikasi pada ibu dan bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi, menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif dan kontrasepsi.

(Sarwono Prawirohardjo, 2016)

2.2.3 Langkah-Langkah Standar Tujuh Langkah Hellen Varney a. Langkah 1: Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien baik di lakukan secara wawancara maupun pemeriksaan langsung secara head to toe. Perlu di perhatikan dalam melakukan pengkajian tidak lupa kita cantumkan tanggal dan waktu pengkajian :

1) Tanggal masuk RS/RB/BPS/PKM 2) Jam masuk

3) Tanggal pengkajian 4) Jam pengkajian

5) Nomor registrasi pasien

Adapun data – data yang dikumpulkan meliputi : 1) Data subjektif, data ini di peroleh melalui wawancara

a) Biodata dan identitas pasien dan suami

Tujuan dilakukan anamnesa ini untuk mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat.

(1) Nama pasien dan suami bertujuan mempermudah komunikasi dan menjalin kedekatan antar ibu dan keluarga.

(2) Umur pasien dan suami bertujuan untuk mengetahui faktor resiko kehamilan di usia dini.

(3) Suku/Bangsa pasien dan suami bertujuan untuk mempermudah dan menyesuaikan komunikasi dengan pasien serta kemungkinan adat istiadat yang berlaku.

(4) Agama pasien dan suami berhubungan dengan kepercayaan

(5) Pendidikan pasien dan suami berhubungan dengan pengetahuan yang ibu dan keluarga miliki sehubungan dengan kesehatan terkhusus selama kehamilan.

(6) Pekerjaan pasien dan suami berhubungan dengan pemasukan pendapatan keluarga.

(7) Penghasilan pasien dan suami berhubungan dengan persiapan biaya selama kehamilan dan persalinan.

(8) Alamat rumah pasien dan suami untuk mengetahui jarak dari rumah ke tempat pemeriksaan dan pengelompokan cakupan wilayah ibu.

b) Keluhan utama

Merupakan alasan utama pasien untuk datang ke tenaga kesehatan dan mengetahui keluhan pasien.

(1) Jenis dan sifat gangguan yang di rasakan ibu (2) Lamanya mengalami gangguan tersebut

c) Riwayat - riwayat kesehatan maupun pola hidup yang di lakukan sehari-hari bertujuan untuk menunjang data kesehatan pasien yang di sesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan.

2) Data objektif

Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan secara langsung baik umum maupun khusus dan di lakukan secara head to toe melalui pemeriksaan inspeksi (melihat dan mengingat), palpasi (meraba dengan ujung jari tangan), auskultasi (mendengarkan) maupun perkusi (pemeriksaan dengan tujuan untuk menggerakan atau membunyikan organ tubuh dengan perantara alat bantu).

b. Langkah II : Analisa Data (Diagnosa)

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosa kebidanan. Standar tata nama diagnosa kebidanan anatara lain :

1) Diagnosis telah disahkan oleh profesi

2) Berhubungan langsung dengan praktisi kebidanan 3) Memiliki ciri khas kebidanan

4) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktek kebidanan 5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Adapun penulisan diagnosanya antara laiin sebagai berikut:

1) Kehamilan

Menurut Yusari Asih, 2016 penulisan diagnosanya yaitu:

Ny... G.. P.. A.. umur.. tahun UK... minggu dengan kehamilan fisiologis/...

2) Persalinan

Menurut Suprapti, 2018 penulisan diagnosanya yaitu:

a) Kala I

Ny... G .. P .. A.. umur ... tahun UK ... minggu, dalam persalinan kala I fase .... janin tunggal hidup intra uteri, presentasi kepala, punggung ... kepala sudah masuk panggul ..../5

b) Kala II

Ny …… G… P…A... dengan persalinan kala II c) Kala III

Ny … P... A... dengan persalinan kala III d) Kala IV

Ny … P... A... dengan persalinan kala IV

3) Bayi baru lahir

Menurut Suprapti, 2018 penulisan diagnosanya yaitu:

Bayi Ny.”…..” usia …… dengan Bayi Baru Lahir fisiologis /...

4) Nifas

Menurut Suprapti, 2018 penulisan diagnosanya yaitu:

Ny... P...A... umur ....tahun post partum .... jam/hari .... dengan nifas fisiologis/....

5) Keluarga Berencana

Menurut Yusari Asih, 2016 penulisan diagnosanya yaitu:

Ny.... P... A ... umur .... tahun dengan akseptor KB..../baru KB..../ganti KB dari... ke ...

c. Langkah III : Masalah Potensial (Diagnosa Poensial)

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, kemungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi.

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose atau masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya baik dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

e. Langkah V : Perencanaan Tindakan (Intervensi)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. Serta pada saat melakukan perencanaan maka perlu di pahami juga rasio atau tujuan dilakukannya tindakan.

f. Langkah VI : Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Pada langkah ke enam, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik.

Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan adalah : 1) Tercapainya seluruh perencanaan tindakan

2) Tercapainya sebagian dari perencanaan tindakan sehingga dibutuhkan revisi.

Hasil evaluasi dari penanganan yang telah dilakukan terhadap kasus ini berupa : ibu dan keluarga paham dengan penjelasan yang diberikan dan mampu untuk mengulangi asuhan yang telah diberikan.

(Sri Rini Handayani, 2017)

2.2.4 Langkah – langkah pengkajian SOAP 1) Data subjektif

Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2) Data objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien secara head to toe, hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan USG. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3) Analisis

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya. Dalam penatalaksanaannya langsung perlu untuk kita jelaskan perencanaan, tujuan, hasil yang akan kita lakukan kepada pasien dan jangan lupa untuk menilai respon pasien terhadap apa yang sudah kita berikan.

(Yusari Asih, 2016)

133

BAB III