BAB IV HAKIKAT PEMBELAJARAN MEMBACA
D. Tujuan Pembelajaran Membaca
73 model yang sejalan dengan langkah strategi metakognitif PQ4R dengan memaksimalkan interaksi skemata dengan informasi yang akan dibaca.
74
6. Menilai atau mengevaluasi isi wacana atau bacaan (reading to evaluate).
7. Membandingkan atau mempertentangkan isi bacaan dengan kehidupan nyata (reading to compare or contrast).
Berbagai tujuan membaca yang dikemukakan di atas, merupakan tujuan-tujuan yang bersifat khusus. Tujuan membaca secara umum adalah memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Dengan membaca, seseorang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan. Guru perlu memikirkan cara dan upaya agar siswa termotivasi membaca, dan bagaimana guru mampu menjembatani agar para siswa mampu mahir membaca.
Untuk mengetahui hasil pembacaan perlu dirumuskan tujuan pembelajaran membaca yang akan menjadi acuan dalam pembuatan soal membaca. Rumusan tujuan pembelajaran membaca bisa mengacu pada apa yang disampaikan oleh Bloom, atau taksonomi lain sesuai dengan tujuan dan kepentingan. Taksonomi Bloom membagi tujuan pendidikan menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Cognitive Domain (Ranah Kognitif) merupakan salah satunya yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek intelektual,
75 seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Berikut adalah 6 tingkatan dalam Cognitif Domain.
1. Mengingat
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Jenis pertanyaan yang sesuai biasanya dimulai dengan kata-kata mendeskripsikan, mengidentifikasikan, menjodohkan, menyebutkan dan menyatakan, dll. Tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian dan tipe benar salah. Kata-kata kerja operasional:
mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menuliskan, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb.
2. Memahami
Pada jenjang ini siswa diharapkan tidak hanya mengetahui, mengingat tetapi juga harus mengerti.
Memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi dengan kata lain siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan yang lebih rinci dengan menggunakan kata- katanya sendiri. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan urai an.
Kata-kata kerja operasional: menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, dan menjelaskan.
76
3. Menerapkan
Aplikasi adalah pemakaian hal-hal abstrak dalam situasi konkret. Hal-hal abstrak tersebut dapat berupa ide umum, aturan atau prosedur, metode umum dan juga dalam bentuk prinsip, ide dan teori secara teknis yang harus diingat dan diterapkan. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur aspek penerapan adalah pilihan ganda dan uraian. Kata-kata kerja operasional: melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.
4. Menganalisis
Di tingkat analisis, siswa dituntut mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah, membanding- bandingkan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab. Kata-kata operasional yang biasa dipakai:
menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.
5. Mengevaluasi
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan
77 menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Kata- kata kerja operasional: menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
6. Berkreasi
Menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat produk original. Kata kerja operasional yang digunakan yaitu: merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah
dan sebagainya (Anderson, 1921: 97).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut, yang merupakan hirarkis tahapannya (Sudrajat).
Gambar 4.1 Taksonomi Bloom yang Direvisi
78
Taksonomi Bloom dalam versi terbarunya di atas terjadi beberapa perubahan. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada.
Dari penjelasan di atas tentu saja guru dalam proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari pemahaman tentang taksonomi Bloom dalam merancang tujuan pembelajaran, mendesain pembelajaran, dan merancang evaluasi pembelajaran. Ini penting disampaikan untuk memberi bekal pemahaman pada para guru.
Sekaitan dengan pembelajaran membaca, untuk merumuskan tujuan pembelajaran membaca guru perlu memperhatikan kriteria berikut ini: (a) Sesuai ting kat perkembangan berpikir siswa; (b) Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (c) Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills); (d) Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor); (e) Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan; (f)
79 Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati; dan (g) Menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur.
Dalam kegiatan membaca hal yang menjadi tuntutan pembaca diantaranya kemampuan intelektual pembaca dalam menghubungkan fakta-fakta yang ada dalam bacaan, sehingga pembaca dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan isi bacaan dengan tepat. Pengetahuan yang luas diperlukan untuk membantu menafsirkan informasi-informasi yang ada dalam bacaan.
Kemampuan memahami sebuah bacaan bagi setiap orang tentu berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang turut andil dalam mempengaruhi pemahaman bacaan diantara ketidak siapan mental dan fisik untuk membaca, bahkan juga karena ketidaktahuan cara membaca. Seseorang yang membaca tanpa siap mental dan fisik tidak akan mendapatkan hasil dari membacanya.
Begitu juga ketidaktahuan cara membaca, akan mengakibatkan kesulitan bahkan kurang memahami isi bacaan. Untuk itu berbagai teori tentang membaca dan pemahamannya perlu dikemukakan sebagai upaya memberikan bekal pemahaman agar berhasil dalam memahami bahan bacaan ketika membaca berlangsung.
Memahami bacaan tak lepas dari memahami ide-ide yang
80
diungkapkan oleh penulis yang disampaikan melalui lambang-lambang tulis.
Turner dalam Estil mengemukakan bahwa memahami bacaan sebagai tujuan hakiki dari proses membaca memiliki tiga jenjang, yaitu pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluatif (Estil, 1988: 170-171).
Lebih lanjut Turner, membagi jenjang-jenjang tersebut menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. pemahaman literal terdiri atas: identifikasi, menyebutkan kembali, analisis, dan reorganisasi.
b. pemahaman inferensial terdiri atas: interpretasi, kesimpulan umum, dan prediksi.
c. pemahaman evaluatif terdiri atas: pertimbanga, apresiasi, dan kritik.
Sedangkan Barret dalam Carter (1991: 36) membagi jenjang pemahaman bacaan ini atas empat taksonomi.
Keempat taksonomi tersebut adalah:
a. Pemahaman literal,
b. Pemahaman inferensial atau menyimpulkan, c. Pemahaman mengevaluasi,
d. Pemahaman mengapresiasi.
Lebih lanjut Barret menjabarkan jenjang-jenjang pemahaman tersebut ke dalam kemampuan-kemampuan bawahan yang lebih spesifik.
81 Pertama, pemahaman literal merupakan kemampuan yang paling sederhana. Kemampuan tersebut hanya berpusat pada kemampuan untuk memahami ide-ide atau informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, yang meliputi kemampuan mengenal dan mengungkapkan kembali. Kegiatan yang dilakukan pembaca adalah mengingat dan mengemukakan kambali hal-hal yang tadi dibaca. Dengan demikian jenjang pemahaman ini hanya menuntut pembaca untuk memahami informasi langsung yang secara eksplisit tersedia dalam teks. Pemahaman literal ini meliputi: (1) rincian, (2) ide pokok, (3) urutan, (4) perbandingan, (5) hubungan sebab akibat, dan (6) watak pelaku.
Kedua, pemahaman inferensial merupakan kemampuan untuk menyimpulkan atau menyintesis hal-hal yang tertuang secara eksplisit dalam teks. Kemampuan menyimpulkan ini diperlukan karena tidak semua ide atau informasi yang bersifat kesimpulan dinyatakan secara eksplisit. Jenjang pemahaman ini meminta pembaca untuk dapat menarik kesimpulan dari keseluruhan isi teks berdasarkan informasi yang dinyatakan secara eksplisit maupun implisit. Pemahaman inferensial meliputi: (1) kemampuan menyampaikan ide pendukung, (2) kemampuan menyimpulkan ide pokok, (3) kemampuan menyimpulkan urutan, (4) kemampuan menyimpulkan perbandingan, (5) kemampuan menyimpulkan hubungan
82
sebab akibat, (6) kemampuan menyimpulkan watak pelaku, (7) kemampuan menyimpulkan hasil-hasil, dan (8) kemampuan menyimpulkan maksud bahasa figuratif.
Ketiga, jenjang pemahaman evaluasi melibatkan kemampuan untuk membuat suatu penilaian berkenaan dengan teks yang dibacanya. Pemahaman evaluatif meliputi kemampuan mempertimbangkan: (1) realitas atau fantasi, (2) fakta atau opini, (3) keakuratan atau kesahihan, (4) kesesuaian, dan (5) manfaat, keinginan, dan keberterimaan.
Keempat, jenjang pemahaman apresiasi. Jenjang pemahaman ini merupakan respon personal dan lebih bersifat terbuka atau pribadi. Adapun kemampuan mengapresiasi meliputi kemampuan: (1) memberikan respon emosional terhadap plot atau tema, (2) mengidentifikasi karakter, (3) mereaksi bahasa yang digunakan penulis, dan (4) membayangkan apa yang dibaca (imagery).
Dalam penulisan ini jenjang pemahaman yang digunakan dalam pembahasan mengacu pada taksonomi yang dikemukakan oleh Barret, yaitu pemahaman literal, pemahaman inferensial (menyimpulkan), pemahaman evaluatif, dan pemahaman apresiatif. Semua perilaku yang ditunjukkan pembaca berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh Barret merupakan indikator keberhasilan pembaca dalam memahami teks.
83