• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Uji Keabsahan Data

demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.17

subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Tentu masing- masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data dengan metode lain. Sebagaimana diketahui, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan dari metode-metode tersebut. Peneliti dapat menggabungkan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Peneliti dapat juga menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

3. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada nara sumber masih

segar, belum banyak masalah, akan memberi data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.20

Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara triangulasi sumber yang mana penulis akan mengambil dua narasumber yang dianggap paling mengetahui atau mengerti mengenai rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu Para Guru dan Peserta didik di Sekolah Mahad misbahuddin, Nakhonsithammarat, Thailand.

Selain itu, penulis juga menggunakan cara triangulasi metode yang mana penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data. Adapun teknik yang dipakai yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi dan yang terakhir penulis akan mengguna triangulasi waktu pada penelitian ini, penulis melakukan pengumpulan data pada dua waktu yang berbeda pada masing-masing subjek penelitian secara umum dilakukan pada saat pagi hari dan sore hari.

20 Sugiyono, Metode Penelitian..., hal 273-274

69 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan kurikulum studi agama Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Wawancara penulis dengan Kepala Sekolah mengenai Implementasi Kurikulum Studi Agama Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin adalah:

Sekolah Mahad misbahuddin telah mengadopsi kurikulum studi Islam di semua mata pelajaran, termasuk pelajaran pendidikan agama Islam telah diimplementasikan dengan cukup baik dalam kurikulum studi Islam.

Meskipun guru yang mengajar mata pelajaran agama Islam masih dijumpai hadir di kelas tanpa pengaturan yang lengkap seperti tidak menyusun RPP, Tidak membawa buku daftar hadir ke kelas, Kurangnya penggunaan berbagai bahan pembelajaran hanya menggunakan buku teks untuk mengajar. Namun setelah diingatkan dan dievaluasi para guru setiap bulan ada sedikit peningkatan.1

Menunut Presiden Yayasan Pengembangan Pendidikan Sekolah Mahad Misbahuddin mengenai Implementasi Kurikulum Studi Agama Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin adalah sebagai berikut:

Saya menghimbau kepada para guru Sekolah Mahad Misbahuddin menyediakan perangkat pembelajaran untuk belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah ini, yaitu Kurikulum Studi Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555). Dalam proses implementasi kurikulum itu, pertama-tama kita akan fokus pada manual kegiatan belajar mengajar dari pusat, artinya kita sudah mengikuti tujuan kurikulum. Dan yang kedua kami akan memperbarui kurikulum agar sesuai dengan karakteristik siswa dan situasi saat ini.2

1 Wawancara dengan Bapak Haji Niran Tebpalak , Kepala Sekolah, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Kepala Sekolah

2 Wawancara dengan Bapak Haji Asst. Prof. Dr. Wuttisak Pitsuwan, Presiden Yayasan Pengembangan Pendidikan Sekolah M, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Rapat

Guru adalah jantung dari penyelenggaraan proses pembelajaran dari dulu sampai sekarang. Guru tidak pernah berkurang arti pentingnya meskipun kemajuan teknologi berperan besar namun proses pembelajaran tetap tidak bisa tanpa guru. Hanya guru sebagai fasilitator pembelajaran, harus mengubah perannya dari guru yang memberikan ilmu pengetahuan menjadi guru yang menyelenggarakan proses pembelajaran. Pentingnya guru terletak pada berperan dalam mendidik siswa dan memiliki peran lain dengan berperan sebagai teladan yang baik bagi siswa.

Pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum studi Islam dilaksanakan di Sekolah Mahad Misbahuddin berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

Dalam melakukan pengajaran di kelas, kami menggunakan pendekatan saintifik karena pendekatan ini merupakan proses pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi yang diajarkan dengan keadaan atau situasi nyata siswa dan memungkinkan siswa untuk membuat koneksi dengan pengetahuan yang telah mereka miliki dan mampu menerapkan ilmu tersebut pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Dengan adanya konsep ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk rajin belajar karena ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dalam praktek.3

Data ini di dukung dengan hasil wawancara dengan bapak Aseed yang mengungkapkan bahwa:

3 Wawancara dengan Bapak Afnan Rakniyom, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

Dalam mengajar siswa di kelas, kami menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan dalam kurikulum studi Islam.4

Namun, hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap peserta didik menunjukkan hasil yang berbeda dengan pernyataan yang telah di sampaikan guru seperti hasil wawancara dengan suatu siswa yang mengungkapkan bahwa:

Pembelajaran di kelas ini sangat membosankan karena guru menggunakan cara yang sama dalam mengajar.5

Dalam proses belajar mengajar di Sekolah Mahad Misbahuddin dapat menyimpulkan bahwa dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru masih kurang mampu dalam melaksanakan manajemen pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa. Karena siswa masih merasa belum ada perubahan gaya mengajar sehingga menyebabkan siswa merasa bosan.

Teknik evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang digunakan Sekolah Mhad Misbahuddin adalah dengan menggunakan teknik tes dan non tes yang mencangkup efektif dan kognitif. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Aseed Pesaleh bahwa:

Untuk menilai pembelajaran, Pendidikan Agama Islam menggunakan tes dan penilaian kognitif. Tes dibagi menjadi 5 model 1) Pretes ini secara acak bertanya kepada siswa tentang materi yang mereka pelajari minggu lalu. Tes ini untuk melihat apakah siswa masih mengingat materi yang telah dipelajarinya 2) Tes selama mengajar ini secara acak bertanya siswa tentang materi yang mereka

4 Wawancara dengan Bapak Aseed Pesaleh, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

5 Wawancara dengan Natthapon Sumali, Siswa kelas X, pada tanggal 23 Desember 2022, di Masjid

pelajari 3) Post-test merupakan tes setelah selesai proses belajar mengajar 4)Pekerjaan rumah ini memberi siswa latihan tentang materi yang telah mereka pelajari 5)Tes ulangan ringkasan semester. Sedangkan untuk penilaian kognitif akan dilihat dari perilaku siswa di dalam kelas.6

Dari keterangan di atas dapat dianalisiskan bahwa pelaksanaan kurikulum Studi Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin dengan menggunakan metode saintifik dapat dilakukan dengan cukup baik dan dapat diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun beberapa kendala muncul, misalnya guru menggunakan media pembelajaran yang tidak konsisten dan metode pengajaran yang membosankan. Menurut wawancara Bapak Haji Niran Tebpalak di awal penelitian. Para guru pendidikan agama Islam telah mengadaptasi kurikulum studi agama Islam B.E.2546 (B.E.2555) dengan menggunakan metode saintifik dan termasuk melakukan hal-hal berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran di kelas metode ceramah tetap penting dan pengaruhnya kecil terhadap kurikulum pembelajaran sehingga pembelajaran tetap berpusat pada guru. Namun dengan metode seperti itu dapat menyebabkan siswa menjadi bosan. Sebelum mata pelajaran berakhir, siswa diberikan tugas dan penilaian terhadap materi yang diajarkan oleh dosen.

2. Penilaian pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Tes dan Non-Tes.

Ujiannya adalah: a) Pretes b) Tes selama kegiatan pembelajaran c) Post-tes d)

6 Ibid,

Ulangan harian atau pekerjaan rumah e) Ujian semester. Meskipun Non-Tes, ini adalah pengamatan perilaku siswa di kelas dan ujian praktik.

B. Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin dapat dilihat dari beberapa indikator seperti unsur proses pembelajaran meliputi perencanaan, proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Sebagaimana hasil penelitian penulis sebagai berikut:

1. Komponen perencanaan

Dalam perencanaan pembelajaran ada beberapa yang harus dapat disiapkan oleh guru yaitu menyiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.7

Menurut wawancara yang dilakukan peneliti di Sekolah Mahad Misbahuddin, pihak sekolah selalu menyusun RPP yang telah dipersiapkan dengan baik. Seperti yang diungkapkan saat wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin.

7 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo, 2012), h.5

Tentunya para guru di Sekolah Mahad Misbahuddin selalu menyiapkan materi pembelajaran. Seringkali kita membuat RPP berdasarkan kurikulum sehingga RPP tersebut dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran dengan tepat. Kami juga menyediakan peralatan dan media pembelajaran yang relevan untuk memungkinkan siswa lebih memahami dalam meteri yang diajarkan.8

Hasil wawancara dengan guru tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala sekolah Sekolah Mahad misbahuddin, sebagai berikut:

Tentu saja, sebagian besar guru di sekolah kami menyediakan alat pengajaran yang lengkap. Dan saya menginstruksikan mereka untuk menyiapkan RPP sesuai kurikulum dan menginstruksikan mereka untuk menggunakan perangkat pembelajaran lain yang relevan dengan materi yang diajarkan.9

Namun ketika peneliti mewawancarai dan menanyakan kepada Pak Mustafa, guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin, apakah dapat membuat RPP yang sudah sesuai dengan kurikulum dapat hasil wawancara sebagai berikut:

Saya tidak menyusun RPP karena keterbatasan waktu dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman dalam menggunakan teknologi. Tapi sekarang saya sedang belajar agar bisa saya manfaatkan untuk kepentingan mengajar.

Dan alasan penting lainnya adalah sekolah tidak mendukung anggaran untuk produksi bahan pembelajaran.10

8 Wawancara dengan Bapak Abdurrahman Laji, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

9 Wawancara dengan Bapak Haji Niran tebpalak, Kepala Sekolah, pada tanggal 23 Desember 2022, di ruang kepala sekolah

10 Wawancara dengan Bapak Mustafa Kaykai, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

Hal ini tidak relevan dengan teori rusman yang menjelaskan bahwa RPP dan silabus merupakan acuan untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologi peserta didik. RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan disatuan pendidikan.11

Masalah lain yang peneliti temui saat melakukan observasi kelas adalah guru tidak menyiapkan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. Ditemukan juga bahwa dalam banyak pembelajaran, guru tidak menyusun RPP. Hasil observasi tersebut didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa.

Terkadang saat guru datang untuk mengajar, guru lupa membawa buku pelajaran dan harus meminjam milik siswa. Banyak guru mengajar dengan metode ceramah yang sangat membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga dan media pembelajaran selain pulpen dan papan tulis.12

11 Op.Cit, h.5

12 Wawancara dengan Nattawut Kijjarak, siswa kelas X, pada tanggal 23 Desember 2022, di Kelas

Berdasarkan wawancara, observasi dan dukungan dengan dokumen dan teori di atas. Peneliti mampu menganalisis bahwa perencanaan pembelajaran yang ada di Sekolah Mahad Misbahuddin ada indikator yang dilaksanakan tetapi ada juga yang tidak dilaksanakan karena ada guru yang tidak menyusun RPP dan terkadang tidak menggunakan berbagai media pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Persyaratan pelaksanaan pembelajaran

Kepala sekolah menjelaskan bahwa persyaratan pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Mahad Misbahuddin dalam segi jumlah ruang kelas dan jumlah siswa seimbang dan tidak menimbulkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar.

Proses belajar mengajar di Sekolah Mahad Misbahuddin dari segi jumlah ruang kelas dan jumlah siswa dianggap berimbang sehingga nyaman dan kondusif sehingga tidak ada kendala dalam kegiatan belajar mengajar.13

Hasil wawancara kepala sekolah diperkuat dengan wawancara dengan guru-guru mata pelajaran pendidikan agama Islam sebagai berikut:

Mengenai siswa dalam satu ruang kelas, dirasa sudah sesuai dengan ukuran ruang kelas, sehingga memungkinkan guru untuk mengawasi semua siswa secara menyeluruh.14

13 Ibid

14 Wawancara dengan Bapak Mustafa Kaykai, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh melebihi batas maksimal menurut teori Rusman yang menyatakan bahwa:

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah SD/MI 28 Peserta didik, SMP/MTS 32 Peserta didik, SMA/MA 32 Peserta didik, SMK/MAK 32 Peserta didik.15

Berdasarkan wawancara, observasi, dokumentasi dan teori di atas.

Peneliti dapat menganalisis bahwasanya jumlah siswa dalam satu ruang kelas mempengaruhi efisiensi belajar mengajar, sehingga sekolah perlu memiliki ruang kelas yang cukup untuk menyeimbangkan jumlah siswa.

Dan jumlah siswa dalam satu ruang kelas tidak boleh melebihi jumlah maksimal yang dapat diterima oleh satu kelas karena akan mengurangi efisiensi pengajaran dan mempengaruhi kualitas pembelajaran.

b. Proses pelaksanaan pembelajaran 1) Kegiatan pendahuluan

Menerut teori Rusman pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditunjukkan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.16 Dari teori tersebut

15 Op.Cit, h. 10

16 Op.Cit, h.11

di atas, konsisten dengan hasil wawancara guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin sebagai berikut:

Setiap saya akan mengajar, saya memperkenalkan materi untuk menjelaskan pentingnya materi yang akan saya pelajari dan untuk menarik minat siswa terhadap materi yang diajarkan. Sebelum mengajar, saya memperhatikan kebersihan kelas karena akan membuat proses pengajaran berjalan dengan lancar.17

Hal ini sesuai dengan perkataan Bapak Abdurrahman Laji guru pendidikan agama Islam.

Saya membuat pendahuluan untuk memulai materi dengan cara ini proses belajar mengajar efektif dan memberi semangat pada siswa.18

Hasil wawancara tersebut berbeda dengan hasil wawancara dengan siswa Sekolah Mahad Misbahuddin.

Sebelum memulai pelajaran, guru mengaitkannya dengan pelajaran sebelumnya, namun ada kalanya guru masuk ke dalam kelas dan langsung mulai mengajar tanpa mengingat pelajaran sebelumnya.19

Namun apa yang peneliti diwawancarai dengan guru ada beberapa bagian yang sesuai dengan perkataan guru, namun ada beberapa bagian yang bertolak belakang dengan observasi peneliti yaitu terkadang guru

17 Wawancara dengan Bapak Muhammad Nur, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

18 Wawancara dengan Bapak Roni Montri, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

19 Wawancara dengan Soraya Raiyai, Siswa kelas XII, pada tanggal 23 Desember 2022, di Kelas

tidak memberi pendahuluan pelajaran dan tidak menghubungkan pelajaran sebelumnya dengan pelajaran yang diajarkan.

Dari hasil wawancara, observasi dan diperkuat dengan teori di atas, peneliti dapat menganalisis bahwa pada kegiatan pendahuluan, sebagian besar guru telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi beberapa guru belum mengambil tindakan yang tepat untuk memulai pembelajaran.

2) Kegiatan inti

Menurut teori Rusman, kegiatan inti adalah proses belajar untuk mencapai kemampuan dasar. Kegiatan pembelajaran bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi. Siswa berpartisipasi secara aktif dan menyediakan ruang yang cukup untuk inisiatif kreativitas dan kemandirian. Dalam hal ini sesuai dengan wawancara guru pendidikan agama Islam sebagai berikut:

Saat memulai suatu mata pelajaran biasanya materi yang disampaikan kepada siswa harus sesuai dengan keseluruhan RPP. Materi yang dipilih guru untuk diajarkan harus dipahami dengan baik dan mampu menerapkannya dengan tepat.20

Hasil wawancara dengan guru tersebut relevan dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada peserta didik, yaitu sebagaii berikut:

Pada saat pembelajaran di kelas, guru akan mengajarkan materi sesuai dengan buku sebelumnya, setelah itu guru akan menjelaskan

20 Wawancara dengan Bapak Muhammad Nur, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 26 Desember 2022, di Ruang Guru

materi yang telah diajarkan, walaupun guru mengajar menggunakan metode ceramah, namun materi yang dijelaskan guru dapat mudah dipahami.21

Hasil dari wawancara siswa dilengkapi dengan hasil observasi peneliti. Pada saat guru melakukan pembelajaran terlebih dahulu guru akan mengajar dengan cara merebut materi sesuai dengan buku, setelah itu guru akan menjelaskan kepada siswa, walaupun guru utamanya menggunakan ceramah, tetapi guru dapat membuat siswa mengerti dengan muda menunjukkan bahwa guru memiliki pemahaman yang baik tentang materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dilengkapi dengan teori-teori di atas, Peneliti dapat menganalisis bahwa kegiatan inti guru mata pelajaran pendidikan agama Islam dapat dilakukan dengan baik karena guru dapat membuat siswa memahami materi dengan mudah.

Namun peneliti mengamati bahwa walaupun guru dapat membuat siswa memahami materi dengan mudah, tetapi kebanyakan guru menggunakan metode ceramah saja. Peneliti berpendapat jika guru menggunakan metode pengajaran lain atau menggunakan media pembelajaran lain bersamaan dengan pengajaran menggunakan metode ceramah, maka akan

21 Wawancara dengan Jureephon Kanantai, siswa kelas XI , pada tanggal 26 Desember 2022, di ruang istirahat

membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan tidak membosankan.

3) Kegiatan penutup

Menurut teori Rusman penutupan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, serta tidak lanjut.22

Hal ini sesuai pernyataan saat mewawancarai guru Sekolah Mahad Misbahuddin sebagai berikut:

Di akhir pelajaran, Dalam kegiatan penutup saya akan menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan materi yang telah diajarkan.23

Hasil wawancara guru diperkuat dengan hasil wawancara siswa sebagai berikut:

Di akhir pembelajaran, guru jarang menyimpulkan materi yang telah diajarkan, biasanya guru menjelaskan materi sampai hampir habis waktu pelajaran dan menyimpulkan materi secara singkat atau memberikan sedikit pekerjaan rumah.24

22 Op.Cit, h.13

23 Wawancara dengan Bapak Roni Montri, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

24 Wawancara dengan Soraya Raiyai, Siswa kelas XII, pada tanggal 23 Desember 2022, di Kelas

Kegiatan penutup oleh guru dengan menyimpulkan materi yang diajarkan menekankan kepada siswa untuk mengingat dan memahami materi yang telah dipelajari. Hasil dari wawancara dan diperkuat dengan observasi di atas. Peneliti dapat menganalisis bahwa kegiatan penutup pembelajaran berjalan dengan baik karena guru mampu menyimpulkan materi yang diajarkan dan memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Namun terkadang guru tidak melaksanakan kegiatan penutup pembelajaran dengan baik, hal ini dapat disebabkan karena materi yang diajarkan oleh guru sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjelaskan sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penutup pembelajaran kurang atau kadang-kadang mungkin ada sisa waktu yang tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

c. Penilaian hasil pembelajaran

Menurut teori Rusman penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan test dan nontest dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio serta

penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran.

Hal ini disampaikan melalui wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:

Penilaian hasil pembelajaran adalah untuk menentukan sejauh mana lulusan mencapai kemahiran dan pengetahuan. Serta mampu memantau dan mengevaluasi kemajuan belajar siswa guna membawa hasil penilaian tersebut untuk peningkatan belajar siswa. Penting untuk mengevaluasi kursus sesuai dengan rencana pelajaran dan kurikulum.25

Hasil wawancara dengan kepala sekolah lebih didukung oleh hasil wawancara dengan guru mata pelajaran pebdidikan agama Islam di Sekolah Mahad Misbahuddin sebagai berikut:

Siswa dinilai dalam beberapa cara, seperti tugas, pekerjaan rumah atau latihan, observasi, tes, ujian kelas, atau cara penilaian lain yang menilai pengentahuan dan kemampuan siswa.26

Hasil wawancara dengan guru tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara siswa, sebagai berikut:

บางครั้งก่อนจบชั้นเรียนครูจะให้การบ้านหรือแบบฝึกหัดกับเราแต่ในบางวิชาครูจะถามก่อนว่าในวิชาที่

แล้วครูให้การบ้านหรือไม่หลังจากนั้นครูจะให้การบ้านกับเราอย่างเหมาะสมแต่บางครั้งครูก็ไม่ได้ให้การบ้าน27

25 Wawancara dengan Bapak Haji Niran Tebpalak , Kepala Sekolah, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Kepala Sekolah

26 Wawancara dengan Bapak Somchai Anggara, Guru Pendidikan Agama Islam, pada tanggal 23 Desember 2022, di Ruang Guru

27Wawancara dengan Wirayut Chaigiri, Siswa kelas X, pada tanggal 23 Desember 2022, di Kelas

Dokumen terkait