• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MAHAD MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MAHAD MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

oleh

THANUTCHAI BINLASOY NIM. 31501900141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2023

(2)

ii Nama : Thanutchai Binlasoy

NIM : 31501900141

Janjang : Strata satu (S-1)

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Jurusan : Tarbiyah

Fakultas : Agama Islam

Menyatakan bahwa naskah skripsi berjudul “IMPLEMENTASI KURIKULUM STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MAHAD MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain, bukan saduran, dan bukan terjemahan. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam sitasi dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar akademik yang telah saya peroleh

Semarang, 5 Mei 2023 Saya yang menyatakan,

Thanutchai Binlasoy NIM. 31501900141

(3)

iii Lampiran : 2 (dua) eksemplar

Kepada : Yth. Dekan Fakkultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung Di Semarang

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi, maka melalui surat ini kami sampaikan bahwa:

Nama : Thanutchai Binlasoy

NIM : 31501900141

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Jurusan : Tariyah

Fakultas : Agama Islam

Judul : IMPLEMENTASI KURIKULUM

STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MAHAD MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND

dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Sultan Agung untuk dimunaqasyahkan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Demikian, atas perhatian Bapak, kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing

Ahmad Muflihin, S.Pd.I.,M.Pd.I NIDN. 0612049002

(4)

iv

(5)

v

AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MAHAD MISBAHUDDIN, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND. Skripsi, Semarang: Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung, Mei 2023.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi Kurikulum Studi Agama Islam (KSAI) dan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Mahad Misbahuddin di Nakhon Si Thammarat, Thailand. Kajian ini berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman dan perspektif guru dan siswa terkait penerapan KSAI pada mata pelajaran PAI di sekolah tersebut. Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan guru dan siswa, observasi kegiatan belajar mengajar di kelas, dan analisis dokumen materi kurikulum. Para peserta akan dipilih secara purposive dari Sekolah Mahad Misbahuddin.

Temuan penelitian akan memberikan gambaran tentang efektifitas KSAI dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran PAI di Sekolah Mahad Misbahuddin. Studi ini juga akan menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam mengimplementasikan KSAI. Hasil penelitian akan menginformasikan rekomendasi untuk meningkatkan implementasi KSAI pada mata pelajaran PAI dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah Islam di Nakhon Si Thammarat, Thailand. Dalam proses pelaksanaan KSAI dapat disimpulkan bahwa Sekolah Mahad Misbahuddin telah menerapkan KSAI dalam pembelajaran, menyesuaikan kurikulum dengan kondisi dan situasi siswa sehingga siswa dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam kehidupan nyata namun kemampuan guru PAI untuk memahami kurikulum terbatas. Guru menghadapi berbagai kendala seperti keterbatasan dan ketidakmampuan dalam mengelola kelasnya, siswa bosan dengan metode pembelajaran yang digunakan guru, guru kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan berbagai bahan pembelajaran. Mengenai kualitas pembelajaran pada mata pelajaran PAI Sekolah Mahad Misbahuddin dapat disimpulkan dari beberapa indikator seperti komponen proses pembelajaran, meliputi perencanaan, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Kata kunci: implementasi; kurikulum; kualitas pembelajaran

(6)

vi

SUBJECTS AT MAHAD MISBAHUDDIN SCHOOL, NAKHON SI THAMMARAT, THAILAND. Undergraduate Thesis, Semarang: Faculty of Islamic Studies Sultan Agung Islamic University, May 2023

This qualitative research aims to explore the implementation of Islamic Religious Studies Curriculum (IRSC) and the quality of learning in Islamic Religious Education (IRE) subjects at Mahad Misbahuddin School in Nakhon Si Thammarat, Thailand. The study seeks to gain an in-depth understanding of the experiences and perspectives of teachers and students regarding the implementation of IRSC in IRE subjects at the school. Data will be collected through in-depth interviews with teachers and students, observation of classroom teaching and learning activities, and document analysis of curriculum materials. The participants will be purposively selected from Mahad Misbahuddin School.

The findings of the study will provide insights into the effectiveness of IRSC in improving the quality of learning in IRE subjects at Mahad Misbahuddin School.

The study will also highlight the challenges and opportunities faced by teachers and students in implementing IRSC. The results of the study will inform recommendations for improving the implementation of IRSC in IRE subjects and enhancing the quality of learning in Islamic schools in Nakhon Si Thammarat, Thailand. In the process of implementing IRSC, it can be concluded that the Mahad Misbahuddin School has implemented an IRSC in learning, adjusting the curriculum to the conditions and situations of students so that students can apply the knowledge gained in real life but the ability of IRE teachers to understand the curriculum is limited. Teachers face various obstacles such as limitations and inability to manage their classes, students are bored with the teaching methods used by teachers, teachers lack the knowledge and ability to use various learning materials. Regarding the quality of learning in IRE subjects of Mahad Misbahuddin School, it can be concluded from several indicators such as the components of the learning process, including planning, learning process, and learning assessment.

Keywords: implementation; curriculum; quality of learning

(7)

vii

yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.

Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Nama

أ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ḥa ḥ ha (dengan titik di

bawah)

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ذ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

ر Ra R er

ز Zai Z zet

س Sin S es

ش Syin Sy es dan ye

ص Ṣad ṣ es (dengan titik di

bawah)

ض Ḍad ḍ de (dengan titik di

bawah)

ط Ṭa ṭ te (dengan titik di

bawah)

ظ Ẓa ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع `ain ` koma terbalik (di atas)

غ Gain G Ge

ف Fa F ef

ق Qaf Q ki

ك Kaf K ka

ل Lam L el

م Mim M em

ن Nun N en

(8)

viii Vokal

Vokal bahasa Arabterdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Fathah A a

Kasrah I i

Dammah U u

Tabel 2. Transliterasi Tuggal

Sedangkan vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

…َ ي Fathah dan ya Ai a dan u

…َ و Fathah dan wau Au a dan u

Tabel 3. Transliterasi Vokal Rangkap Contoh:

- َبَتَك kataba

- َلَعَف fa`ala Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambagnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

… َى…َا Fathah dan alif atau ya Ā a dan garis di atas

… ِى Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

… ُو Dammah dan wau Ū u dan garis di atas

Tabel 4.. Transliterasi Maddah Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

- ل َّزَن nazzala

- رِبلا al-birr

Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis terpisah.

Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim

(9)

ix - اَﮬاَس ْرُم َو اَﮬا َرْجم ِالله ِمْسِب

Bismillāhi majrehā wa mursāhā Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

- َمْيِمَلاَعْلا ِ ب َر ِلله ُدْمَحْلا

Alhamdu lillāhi rabbi al-`ālamīn/Alhamdu lillāhi rabbil `ālamīn - ِمْي ِح َّرلا ِنمْح َّرلا

Ar-rahmānir rahīm/Ar-rahmān ar-rahīm

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

Contoh:

ٌمْي ِح َر ٌر ْوُفَغ ُالله Allaāhu gafūrun rahīm

اًعْيِمَجُر ْوُمُلأاِ لله Lillāhi al-amru jamī`an/Lillāhil-amru jamī`an

(10)

x

skrip yang saya ajukan berjudul “Implementasi kurikulum studi agama Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad Misbahuddin, Nakhon si thammarat, Thailand”.

Diajukan skripsi ini guna untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Skripsi di Fakultas Agama Islam UNISSULA. Tentu saja dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini membutuh usaha, kerja keras serta doa kepada yang maha kuasa. Namun, karya yang ada dihadapi anda ini tidak akan selesai tanpa adanaya bantuan serta dukungan dari orang-orang tercinta disekeliling saya. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan 2. Prof Dr Gunarto S.H M.Hum Sebagai Rektor UNISSULA

3. Drs. Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, M.Lib Selaku Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UNISSULA

4. Ahamad Muflihin, S.Pd.I., M.Pd.I. Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) UNISSULA

5. Ahamad Muflihin, S.Pd.I., M.Pd.I. Sebagai Dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan berbagai pengalaman kepada penulis

6. Segenap Dosen Fakultas Agama Islam yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah dan seluruh staf yang selalu sabar melayani segala administrasi selama proses penelitian ini.

(11)

xi

8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah Swt. dan akhirnya saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. Untuk itu saya dengan keredahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi membangun laporan penelitian ini.

Semarang, 05 Mei 2023

Thanutchai Binlasoy

NIM. 31501900141

(12)

xii

NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

PEDOMAN TRANSLITRASI ... vii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... 6

BAB II : KURIKULUM STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Kurikulum Studi Agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555) ... 13

3. Kualitas Pembelajaran ... 40

4. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 49

B. Penelitian Terdahulu ... 52

C. Kerangka Pemikiran ... 53

BAB III : METODE PENELITIAN ... 56

A. Definisi Konseptuan ... 56

B. Jenis Penelitian ... 57

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 58

D. Sumber Data ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 61

F. Analisis Data ... 63

G. Uji Keabsahan Data ... 66

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69

A. Penerapan kurikulum studi agama Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. ... 69

B. Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. ... 73

(13)

xiii

LAMPIRAN ... xiii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xxviii

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Syarī`ah Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serat berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metoda dan pendekatan. Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berhasil berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai tugas dan kewajiban mereka.1

Dalam proses pendidikan, tujuan pendidikan merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin diwujudkan ke dalam pribadi anak didik. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan bersifat komprehensif, mencakup semua aspek dan

1 Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Pendidikan dalam Islam.2008.,h.28

(15)

terintegrasi dalam pola kepribadian yang ideal. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti di dalam pendidikan dan saripati dari seluruh renungan paedagogik.2

Adapun tujuan pendidikan Islam ialah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Tujuan pendidikan Islam pada intinya merupakan penjabaran dari tujuan hidup manusia yaitu memperoleh keridhaan Allah. Dengan demikian, tujuan akhir pendidikan Islam ialah terciptanya manusia yang diridhai Allah, yakni manusia yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara sempurna.3

Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsur- unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, pemilihan materi pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang kondusif, lingkungan belajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM), serta evaluasi yang sesuai dengan kurikulum. Prestasi belajar dapat dioptimalkan melalui peningkatan kualitas pembelajaran.4

Kurikulum merupakan salah satu perangkat penting dalam pendidikan. Kurikulum mempunyai posisi sentral dalam mewujudkan tujuan

2 Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.10

3 Aly, Ilmu Pendidikan Islam, h. 78.

4 Muhammad Sukjai, Efisiensi mengajar guru pendidikan Islam, (Pattani: Sd. Plass, 2009)h.43

(16)

dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Kurikulum sendiri merupakan perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran, untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5

Kurikulum juga disebut sebagai “ a plan of Learning ” yaitu rencana program pembelajatan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan tetap maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan saran pendidikan yang dicita-citakan.6

Salah. satu. yang. sering dijadikan. factor penyebab .menurunya .metu pendidikan.adalah kurikulum. Kritikan.cukup tajam.terhadap.kurikulum antara lain: kurikulum.terlalu padat, tidak.sesuai dengan.kebutuhan. anak, terlalu memberatkan.guru. Menurut.Jhohar orientasi.pendidikan. selama ini diarahkan pada tujuan, namun.deikian evaluasi.hasilnya.tidak.mengukur. keberhasilan tujuan itu, sehingga.peserta.didik.tidak.memperoleh.apa-apa.dari.proses pembelajarannya. Tujuan pendidikan.yang.ditargetkan.dari. penyelenggaraan pendidikan.pembelajaran.tidak tercapai. Para siswa.tidak.memperoleh.sesuatu yang.nyata.yang.dirasa.dan.dialami.selama.berlangsungnya.pembelajaran.7

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah swasta yang mengajar agam Islam di Thailand pada saat ini menggunakan Kurikulum Studi Agama Islam B.E. 2546 (Revisi B.E.2555) sebagian besar memiliki permasalahan dan kendala seperti pengelola dan guru kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kurikulum tersebut, dokumen dan

5 Jahya. Yudrik, dkk, Pandangan pelaksanaan Kurikulum Roudlotul Athfa, ( Jakarta:

Departemen Agama R.I., 2005), h. 4

6 Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya MediaPratama, 1999), h. 3

7 Nur Asiah, inovasi Pembelajaran, (Lampung: Anugerah Utama Raharja, 2013), h.1-2

(17)

buku-buku yang berkaitan dengan belajar mengajar pendidikan agama Islam tidak dibakukan menurut kurikulum, dengan berbeda mengajar sesuai dengan bakat guru, para guru tidak secara langsung lulus dalam mengajar pendidikan agama Islam, kurangnya pengetahuan tentang profesi guru menyebabkan kualitas pengajaran yang buruk dan tidak efektif, kurangnya koordinasi antara administrator dan guru, kurangnya dukungan anggaran dari pemerintah.8

Sekolah Mahad misdahuddin telah menerapkan Kurikulum Studi Agama Islam B.E. 2546 (Revisi B.E.2555) secara efektif. Sekolah ini juga dianggap sebagai sekolah yang mempunyai sejarah panjang dan menjadi sekolah yang mengajarkan tentang mata pelajaran agama Islam dengan berkualitas dan efisiensi, sehingga membuat sekolah ini terkenal dan dikenal oleh warga Islam di selatan Thailand. Hingga mendapatkan kredibilitas dari orang tua yang akan menyekolahkan anaknya di lembaga ini. Selain itu, sekolah ini telah lulus penilaian mutu pendidikan dari Kantor Komisi Pendidikan Swasta.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji Implementasi kurikulum studi agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin sebagai pedoman perbaikan dan koreksi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam di sekolah Mahad misbahuddin

8Chaleumphon Lehsan,Permasalah dalam mengajar Pendidikan Islam, (Yala, University Rajabhat Yala,2011), h.21

(18)

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan kurikulum studi agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin, Nakhonsithammarat, Thailand.

2. Bagaimana kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin, Nakhonsithammarat, Thailand.

B. Tujuan Penelitian

3. Untuk mengetahui penerapan kurikulum studi agama Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin, Nakhonsithammarat, Thailand.

4. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah Mahad misbahuddin, Nakhonsithammarat, Thailand.

C. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu referensi serta sumbangan penulisan bagi para insan akademik, dapat juga dijadikan sebagai informasi ilmiah kepada para peneliti berikutnya dan juga dapat dijadikan sebagai tambahan kajian ilmu terutama dalam penerapan kurikulum studi Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

(19)

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menambah relasi keilmuan dan pemikiran yang bermanfaat sebagai seorang tenaga pendidik.

b. Bagi Guru

Guru bisa menerapkan kurikulum studi agama Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

c. Bagi Sekolah

Selain menambah pengetahuannya juga akan lebih mengetahui perannya sebagai seorang pendidik dalam menerapkan metode pembelajaran yang menambah kualitas dan efektif dalam pembelajaran.

D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mempermudah memahami yang kaitannya dengan pembahasan pada skripsi ini, maka diperlukan adanya sistematika pembahasan yang jelas.

Adapun sistematika pembahasan yaitu sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini merupakan dari keseluruhan isi skripsi yang meliputi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.

(20)

Bab II Landasan Teori. Meliputi kajian pustaka, kajian penelitian yang relevan. Bab ini berisi pembahasan teori-teori yang berhubungan dengan objek penelitian, penelitian terdahulu yang relevan dan membahas mengenai Implementasi kurikulum studi Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Bab III Metode Penelitian. Penelitian ini berisi tentang definisi konseptual dan henis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, uji keabsahan data. Dalam bab ini menggambarkan model penelitian yang membahas tentang Implementasi kurikulum studi Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang membahas pendekatan dan pembahasan yang di sajikan hasil pengumpulan data yang diperoleh saat penelitian dan pembahsan tentang Implementasi kurikulum studi Islam dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Bab V Penutup. Bab ini meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir skripsi memuat hal-hal yang bersifat deskriptif isi skripsi yaitu daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan.

(21)

8 BAB II

KURIKULUM STUDI AGAMA ISLAM B.E.2546 (REVISI B.E.2555) DAN KUALITAS PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan agama Islam

a. Pengertian pendidikan agama Islam

Beberapa pengertian yang dikemukakan para pakar pendidikan agama Islam, pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‘ān dan Ḥadīṡ, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta

penggunaan pengalaman.1

Menurut Zakiah Daradjat sebagaimana dikutip Abdul Majid menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam, secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

1 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), cet. VI, h.

21

(22)

akhirnya dapat mengamalkan serta menjadaikan Islam sebagai pandangan hidup.2

Pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini dapat berwujud pertama segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan atau menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, Kedua segenap phenomena atau perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuh kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.3

b. Tujuan pendidikan agama Islam

Menurut Athiyah mengemukakan : “tujuan pokok dan terutama dari

pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah memperhatikan akhlak, setiap guru didik haruslah memikirkan

2Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 30.

3Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), h.5-6.

(23)

akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.” Jadi pendidikan agama Islam itu tidak keluar dari pendidikan akhlak.4

Menurut Zuharini, tujuan umum pendidikan agama ialah membimbing anak agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.5

Menurut Mohammad Daud, tujuan pndidikan Islam ialah untuk membina insan yang beriman dan bertaqwa yang mengabdikan dirinya hanya kepada allah, membina serta memelihara alam sesuai dengan syarī`ah serta memanfaatkannya sesuai dengan aqīdah dan akhlak Islam.6

c. Materi pendidikan agama Islam

Materi merupakan alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu penentuan materi harus didasarkan pada tujuan yang direncanakan baik dari segi cakupan, tingkat kesulitan maupun organisasinya.7

4Athiyah Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 1-2.

5Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983), hal. 45.

6Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 181- 182.

7Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1990), h. 8

(24)

Menurut Abdul Ghofur, Materi pendidikan Islam adalah bahan- bahan pendidikan agama Islam yang berupa kegiatan, pengalaman dan pengetahuan yang disengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka menacapai tujuan pendidikan agama Islam.8

Menurut Brubacher, materi pendidikan secara garis besar terdiri atas the true, the good, dan the beautiful. The true menuntut bahasan tentang hakikat pengetahuan. Sementara itu, pembicaraan tentang the good dan the beautiful merupakan kajian mengenai etika dan estetika. Jadi, tiga serangkai materi pendidikan bagi Brubacher adalah pengetahuan, etika, dan estetika.9

Adapun menurut Hasan bahwa secara garis besar, ada 3 hal yang menjadi materi atau isi pendidikan, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan nilai-nilai (value). Kedua pendapat ini tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pendapat kedua memperkuat dan melengkapi pendapat pertama. Dari kedua pendapat ini, disimpulkan bahwa materi pendidikan terdiri atas tiga unsur, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai.10

8Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Offset priting, 1981), h. 57

9John S. Brubacher, Modern Philosophies of Education, (New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., 1978), h. 155

10Hasan Langgulung, Menimbang Konsep al-Ghazali: Sebuah Pengantar dalam Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan al-Ghazali, Terj. Ahmad Hakim dan M.Imam Aziz, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat P3M), 1986), h. xii

(25)

Dalam Al-qur‘ān dijelaskan bahwa materi pendidikan terdiri dari dua bentuk yaitu: 1) Ilmu-ilmu Tanzilīyah, yakni ilmu-ilmu yang bersumber dari wahyu, dan 2) Ilmu Kaunīyah yakni ilmu yang bersumber dari alam termasuk manusia sendiri atau dalam istilah lain ilmu Muktasābah yaitu ilmu yang dihasilkan dari upaya pencarian manusia.11

d. Metode pendidikan agama Islam

Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar-mengajar menuju tujuan pendidikan. Selain itu metode pendidikan yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia- sia, oleh karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil jika mampu dipergunakan untuk mecapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.12

Menurut Arifin dalam buku “Metodologi Pengajaran Agama” karya Muhammad Zein, menjelaskan bahwa metode dalam pendidikan agama Islam itu adalah metode situasional yang mendorong manusia didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan, metode At-tarhīb wa at-targīb, yang mendorong manusia didik untuk belajar sesuatu bahan pelajaran atas dasar minat (motif) yang kesadaran pribadi,

11Munzir Hitami, Op. Cit., h. 23

12M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991) cet. Ed. hal. 197.

(26)

terlepas dari tekanan mental dan paksaan, Metode belajar yang berdasarkan conditioning yang dapat menimbulkan konsentrasi perhatian manusia didik

kearah bahan-bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Metode yang berdasarkan prinsip kebermaknaan, menjadikan manusia didik menyukai dan bergairah untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.13

2. Kurikulum studi agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555) a. Pengertian kurikulum

Kurikulum berasal dari kata latin “race – course” yang berarti jalur yang digunakan untuk menjalankan suatu perlombaan. Karena tujuan kurikulum itu bertujuan agar siswa mampu tumbuh menjadi orang dewasa yang berkualitas dan berhasil hidup dalam masyarakat masa depan.

Pengertian kurikulum yang ada saat ini memberikan pengertian kurikulum sebagai kumpulan pengalaman belajar yang dirumuskan dalam mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, isi, dan kegiatan yang telah disusun untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi siswa.14

Kurikulum sangat penting untuk semua sistem manajemen pendidikan sebab persyaratan kurikulum akan menjadi standar pengelolaan

13Muhammad Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta, AK Group dan Indra Buana, 1990), hal. 251.

14 Profesor Madya Dr. Wichai Wongyai, Curriculum, (Bangkok, Sekretariat Dewan Guru Thailand )h.469-474

(27)

pendidikan setiap kelompok sasaran yang mengarah ke menetapkan tujuan pembelajaran bagi peserta didik pada setiap kelompok umur Ini juga merupakan panduan bagi para guru. Dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran, peserta didik mencapai tujuannya dalam hal pengetahuan isi, keterampilan, proses pembelajaran, dan berpikir. Keterampilan sosial dan yang terpenting adalah kualitas moralitas dan etika dan nilai-nilai yang diinginkan. Selain itu, pentingnya kurikulum juga pada pengukuran dan evaluasi pembelajaran juga harus menjawab pertanyaan apakah manajemen pendidikan memenuhi harapan kurikulum.15

Kurikulum apapun format atau kelompok sasarannya, mempunyai empat komponen penting adalah yang pertama tujuan kurikulum mengacu pada kualitas peserta didik ketika mereka menyelesaikan kursus. Ini terdiri dari pengetahuan dalam konten keterampilan proses pembelajaran proses berpikir yang lebih tinggi dan moral, etika, nilai-nilai yang diinginkan, yang kedua substansial berarti isi pembelajaran, pengetahuan mata pelajaran, dan pengalaman yang harus dipelajari peserta didik agar memperoleh pengetahuan dan kompetensi sesuai dengan tujuannya, yang ketiga manajemen pembelajaran berarti proses pemanfaatan kurikulum dengan peserta didik secara terpadu, yaitu tugas guru mengelola pembelajaran dalam berbagai isi, yang terakhir pengukuran dan evaluasi adalah proses

15 Ibid,

(28)

memeriksa dan mengevaluasi kualitas peserta didik setelah dilakukan pengelolaan pembelajaran, menilai kualitas pengelolaan pembelajaran, termasuk menilai kesesuaian tujuan dan isi kurikulum.16

Menurut Edward, Kurikulum dilihat sebagai cara-cara usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperi rumah tangga, lembaga agama, masyarakat, dan lain-lain. Ini dengan sengaja menggunakan istilah schooling untuk menjelaskan apa sebenarnya tugas sekolah, memborong segala tanggung jawab atas pendidikan anak merupakan beban terlampau berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.17

b. Pengertian kurikulum studi agama Islam

Pada mulanya orang Islam menganggap kurikulum hanyalah sekumpulan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Pengertian sempit ini tidak hanya dianut oleh orang Islam, orang barat pun pernah menganut pandangan ini kemudian orang barat memperluas pengertian kurikulum.

Ketika konsep-konsep barat itu memasuki dunia Islam pada akhir abad ke- 19, dan sudah banyak pula muslim yang mengambil spesialisasi dalam bidang pendidikan modern, maka mulailah muncul kecaman terhadap

16 Ibid,

17 S. Nasution, Asas-asas kurikulum, (jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.4-6

(29)

pengertian kurikulum dalam arti sempit yang masih dianut ketika itu, misalnya oleh Universitas Al-azhar, Universitas Azzaituna di Tunisia, dan Universitas Al-qurawīyīn di Maroko.18

Menurut Al-syaiban, kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai ciri-ciri seperti kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil dari Al-qur‘ān dan Ḥadīṡ serta contoh-contoh dari tokoh terdahulu yang saleh.

Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek pribadi siswa yaitu aspek jasmani, akal dan ruhani. Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus bersisi mata pelajaran yang banyak sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek itu.19

Menurut Abrasyi, dalam merencenakan kurikulum pendidikan Islam seharusnya dipertimbangkan prinsip-prinsip adalah mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai. Mantik manfaatnya adalah menghindarkan kita dari kekeliruan berpikir, ilmu hitung dan ilmu ukur berguna agar siswa terbiasa bersifat teliti dalam berfikir, berbicara, berbuat ilmu fiqh agar siswa mengetahui cara melakukan ibadah nahwu bergua agar siswa terhindar dari kesalahan dalam menulis dan berbicara ilmu kedokteran dipelajari agar

18 Ahmadi, Abu. Metode Khusus Pendidikan Agama. (Bandung, Armico, 1986),h.4-6

19 Abu Ahmadi, Metodik Khusus, ibid, h.71-73.

(30)

bebas daripenyakit mata pelajaran ketrampilan berguna bagi siswa dalam mencari penghidupan.20

Ciri-ciri kurikulum pendidikan agama Islam di antara ciri-ciri umum kurikulum pendidikan agama Islam adalah menonjolnya tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya dan kandungan-kandungan, metode- metode, alat dan tehniknya bercorak agama. Segala yang diajarkan dan diamalkan dalam lingkungan agama dan akhlak dan berdasar pada Qur‘ān, Sunnah, dan peninggalan orang-orang terdahulu yang saleh. Dan dimaksudkan dengannya mencapai tujuan-tujuan agama dan akhlak atau tujuan-tujuan kemanfaatan yang tidak bertentangan dengan agama dan akhlak.21

Kurikulum pendidikan agama Islam bertujuan memberi sumbangan untuk mencapai perkembangan menyelirih dan berpadu bagi pribadi peserta didik, membuka tabir tentang bakat dan kesedian-kesdiannya dan mengembangkan minatnya, kecakapan, pengetahuan, kemahiran dan sikap yang diingini, menanamkan pada kebiasaan, akhlak dan sikap yang penting bagi kejayaaannya dalam hidup dan kemahiran asas untuk memperoleh pengetahuan menyiapkannya untuk memikul tanggungjawab dan peranan

20 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakaraya, 2013), h.97-100.

21 Hasan Langgulang, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h.489-512

(31)

yang diharapkannya dalam masayarakat; dan menngamalkan kesadaran agama, budaya, pemikiran, sosial dan politik pada dirinya.22

c. Sejarah kurikulum studi agama Islam di Thailand

Pembelajaran pendidikan agama Islam di Thailand sudah diajarkan sejak zaman dulu tetapi diajarkan dalam bentuk lembaga pondok, yaitu langsung diajarkan oleh para guru dengan menggunakan berbagai kitab karangan para ulama pada masa lalu. Pengajaran tersebut tidak menggunakan kurikulum pendidikan serta tidak mengukur dan megnevaluasi. 23

Kemudian pada tahun 1957, Departemen Pendidikan Nasional memiliki gagasan untuk mengembangkan pendidikan di seluruh negara dengan mendirikan kantor dewan guru di setiap provinsi, setelah itu diadakan rapat pertama pada tanggal 12-10 November 1960, dengan kesimpulan dari rapat tersebut adalah untuk mendaftarkan lembaga pondok, memperbaiki gedung yang digunakan dalam proses belajar mengajar, meningkatkan proses belajar mengajar di pondok pesantren yang hanya mengajarkan mata pelajaran agama Islam untuk mengajar mata pelajaran umum dan juga mengajar mata pelajaran kejuruan, untuk mengukur dan mengevaluasi pengajaran dan pembelajaran.24

22 Ibid, h.534

23 Dr.Muhammadruyani Baka, “Pengembangan Kurikulum Studi Islam di Thailand dan kurikulum saat ini”, https://youtu.be/AkDL4dglMak, 3 Desember 2022, Diakses pukul 15.32

24 Ibid,

(32)

Setelah itu, pada tahun 1961, Departemen Pendidikan Nasional menyusun Peraturan Menteri Pendidikan tentang peningkatan dan pembinaan lembaga pondok, B.E. 2504. Terlihat bahwa peraturan tersebut bukanlah kurikulum pendidikan karena pada saat itu negara ingin mendorong lembaga pondok menjadi sekolah. Kemudian pada tahun 1970, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan kurikulum studi agama Islam B.E.2513, kurikulum ini digunakan sampai tahun 1980 Departemen Pendidikan Nasional telah membuat kurikulum studi agama Islam B.E.2523.

Kurikulum tersebut terdiri dari 3 tingkatan: Studi Islam Awal (Ibtidāīyah), Studi Islam Tengah (Mutawassiṭah), dan Studi Islam Akhir (Ṡānawīyah).25

Kemudian pada tahun 1992, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan kurikulum studi agama Islam B.E.2535. Kurikulum ini terintegrasi antara studi Islam dan mata pelajaran umum, namun kurikulum ini memiliki banyak masalah struktural seperti siswa yang lulus dari kurikulum ini tidak mendapatkan sertifikat kelulusan, sehingga siswa yang lulus dari kurikulum ini tidak dapat menggunakan kualifikasinya untuk belajar di luar negeri. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan Nasional telah membentuk kurikulum studi agama Islam B.E.2540 untuk mengatasi permasalahan yang muncul tersebut. Pada kurikulum ini mengalami penyempurnaan dalam dua bagian, yaitu tingkat studi Islam awal

25 Ibid,

(33)

(Ibtidāīyah) dan tingkat studi Islam menengah (Mutawassiṭ a h), sedangkan studi Islam tingkat akhir (Ṡānawīyah) masih tetap berdasarkan kurikulum studi Islam B.E.252326

Setelah itu, pada tahun 1999 terjadi reformasi pendidikan di Thailand yang menghasilkan undang-undang pendidikan B.E. 2542. Departemen Pendidikan mengembangkan kurikulum inti B.E. 2542 (kurikulum umum), sehingga kurikulum studi agama Islam dikembangkan sesuai dengan itu pada tahun 2003 (B.E.2546). Setelah itu, pada tahun 2012, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (Revisi B.E. 2555) yang didasarkan pada muatan kurikulum B.E. 2546, namun diperbarui agar konsisten dengan kurikulum inti B.E. 2550, dimana Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (Revisi B.E. 2555) merupakan kurikulum terbaru yang telah dimutakhirkan dan digunakan saat ini.27 d. Kurikulum Studi Agama Islam saat ini di Thailand

Kurikulum studi agama Islam di Thailand yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Studi Islam B.E. 2546 (Revisi B.E. 2555), yang telah direvisi dari Kurikulum Studi Islam B.E. 2546 dengan menetapkan struktur kurikulum menjadi 3 tingkatan yaitu Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah), Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah), dan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah) agar sesuai dengan Kurikulum Pendidikan Dasar B.E. 2551.

26 Ibid,

27 Ibid,

(34)

Kurikulum studi agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E. 2555) memiliki muatan sebagai berikut:

1) Visi

Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) peserta didik menjadi muslim yang baik berpegang teguh pada iman hormati Allah memiliki kepribadian sebagai Nabi Muhammad Saw. Ada keseimbangan fisik, mental, pengetahuan dan etika. Kesadaran akan perbaikan diri, keluarga dan masyarakat guna mencapai kedamaian kebahagiaan di dunia dan akhirat.28

2) Prinsip

Menyelaraskan manajemen pendidikan Islam dengan undang- undang Pendidikan Nasional tahun 1999 yang mengatur bahwa manajemen pendidikan menekankan pada ilmu pengetahuan dan kebajikan. sehingga menetapkan prinsip-prinsip kurikulum studi agama Islam adalah sebagai berikut:

a) Kajian tentang kajian keislaman yang bertujuan agar seluruh umat Islam memperoleh pendidikan Islam yang bermutu melalui masyarakat yang berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan

b) Mendorong siswa untuk mengamalkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan.

28 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Studi Agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E.

2555),(Bangkok: Rumah Percetakan Asosiasi Koperasi Pertanian Thailand Limited),h.2-20

(35)

c) Mendorong peserta didik untuk berkembang dan terus menerus belajar sendiri sepanjang hayatnya, mengingat peserta didik adalah yang paling penting.

d) Merupakan kurikulum yang memiliki struktur fleksibel dalam hal isi, waktu dan pengelolaan pembelajaran.

e) Merupakan kurikulum pendidikan dalam segala bentuk, mencakup semua kelompok sasaran, yang mampu mentransfer hasil belajar dan pengalaman.29

3) Tujuan

Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang berakhlakul karimah, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik terhadap Islam dengan membina siswa memiliki karakteristik yang diinginkan sebagai berikut30 :

a) Beriman kepada Allah dan Rasul dan mengikuti ajaran Islam serta memiliki moral dan etika dan nilai-nilai yang diinginkan.

b) Mampu memberikan pendapat dan alasan untuk mendiagnosis masalah tanpa kepercayaan. Menjadi kreatif meningkatkan pedoman pengembangan diri yang sesuai menuju perubahan masyarakat, bangsa dan masyarakat global.

29 Ibid,

30 Ibid,

(36)

c) Memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam bidang studi sesuai kurikulum dan berbagai ilmu, mampu mengangkat kehidupan masyarakat muslim untuk lebih maju.

d) Bangga menjadi muslim yang baik, disiplin, jujur, sabar dan berkorban untuk umum.

e) Kreatif, bersemangat untuk belajar, suka membaca, suka menulis dan suka meneliti.

f) Harga diri, disiplin diri, dan kemampuan untuk menerapkan prinsip- prinsip Islam dengan benar.

g) Senang berolahraga, menjaga diri untuk memiliki kesehatan yang baik dan kepribadian yang baik.

h) Cintai negara dan lokalitas, berfokus melakukan hal-hal baik dan menciptakan hal-hal baik untuk masyarakat.

i) Memiliki persatuan, tahu bagaimana bekerja dalam kelompok dan dapat membangun hubungan yang baik antar sesama manusia dalam hidup bersama dalam masyarakat dengan damai.31

4) Kompetensi kunci peserta didik dan karakteristik yang diinginkan.

Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang baik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik terhadap

31 Ibid,

(37)

Islam sehingga mereka dapat hidup bersama di dunia masyarakat dengan keragaman budaya berbahagia dengan membina peserta didik agar memiliki sifat-sifat yang diinginkan sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, ada 5 kompetensi penting yang harus dimiliki peserta didik setelah lulus dari kurikulum sebagai berikut:32

a) Kemampuan membaca, menulis, menghafal

Itu adalah kemampuan peserta didik untuk membaca, menulis, menghafal ajaran Islam yang berasal darinya qur‘ān dan ḥadīṡ yang merupakan dasar penting untuk mempelajari Islam untuk pengembangan diri dalam hal ketaatan pada iman praktek keagamaan, kebajikan, etika Islam dan hidup berdampingan dengan orang lain dalam masyarakat dengan baik dan damai.

b) Kemampuan berpikir

Kemampuan berpikir analitis, berpikir sintesis, berpikir kreatif, berpikir kritis, dan berpikir sistematis berdasarkan prinsip-prinsip Islam untuk mengarah pada penciptaan pengetahuan atau informasi untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri dan masyarakat secara tepat.

32 Ibid,

(38)

c) Kemampuan untuk menggunakan keterampilan hidup dan berkembang serta beradaptasi untuk mengikuti perubahan dalam masyarakat.

Yaitu kemampuan menerapkan berbagai ajaran dari ketentuan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Belajar mandiri, belajar terus menerus, bekerja dan hidup berdampingan dalam masyarakat dengan membangun hubungan interpersonal yang baik. Mengelola masalah, hambatan dan konflik secara tepat dapat berkembang dan beradaptasi dengan perubahan berbagai masyarakat. Tahu cara mencari ilmu terapkan pengetahuan untuk mencegah dan memecahkan masalah.

Buat keputusan yang efektif, dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.33

d) Kemampuan untuk berkomunikasi

Ini adalah kemampuan peserta didik untuk menyampaikan pikiran, pengetahuan, pemahaman, perasaan dan pandangan mereka sendiri untuk bertukar informasi dan pengalaman yang akan bermanfaat bagi pengembangan diri dan masyarakat, serta menegosiasikan kompromi dalam memilih menerima atau tidak menerima informasi dengan alasan dan akurasi. Memilih berbagai teknologi dan memiliki keterampilan proses teknologi untuk

33 Ibid,

(39)

digunakan sebagai alat belajar, berkomunikasi, bekerja, memecahkan masalah secara kreatif, benar, tepat, dan bermoral, serta memilih metode komunikasi yang efektif dengan mempertimbangkan dampaknya bagi diri sendiri dan masyarakat.

e) Keterampilan hidup berdampingan

Ini adalah kemampuan peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip Islam untuk hidup dengan orang lain dalam masyarakat yang beragam, menghormati dan menghormati hak-hak muslim dan non-muslim, hidup bersama sebagai satu kelompok (jamā`ah) dan pikiran publik.34

5) Standar pembelajaran

Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) telah menetapkan standar pembelajaran yang mendefinisikan kualitas peserta didik dalam hal pengetahuan, keterampilan, proses, moralitas dan etika untuk digunakan sebagai tujuan mengembangkan peserta didik untuk mencapai standar yang ditentukan dalam 8 mata pembelajaran sebagai berikut:35

34 Ibid,

35 Ibid,

(40)

a) Al-qur‘ān dan Tafsīr

pengetahuan, pemahaman, prinsip membaca, hafalan dan prinsip penjelasan, berpegang dan mengikuti ketentuan Al-qur‘ān dalam kehidupan sehari-hari.

b) Al-ḥadīṡ

Pengetahuan, pemahaman prinsip-prinsip ḥadīṡ, hafalan ḥadīṡ, berpegang dan mengikuti ajaran ḥadīṡ kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Al-aqīdah

Pengetahuan, pemahaman, prinsip-prinsip iman dan bukti, referensi, kepatuhan, implementasi, kebenaran, pemecahan masalah sosial dan lingkungan.

d) Al-fiqh

Pengetahuan, pemahaman, prinsip dan praktik ketentuan Islam, Menganalisis masalah sebagai pedoman untuk menjalankan kewajiban agama dan hidup bermasyarakat dengan bahagia.36

e) At-tārīkh

Pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah, latar belakang, kepentingan, sejarah Islam setiap periode, sejarah Islam di lokalitas dan wilayah, menggunakan metode, metode dan sejarah untuk

36 Ibid,

(41)

menganalisis peristiwa untuk diterapkan dalam kehidupan bersama dalam damai.

f) Al-akhlāq

Pengetahuan, pemahaman, etika Islam, ketaatan dan pengembangan diri memberikan kontribusi kepada keluarga, masyarakat dan lingkungan untuk hidup berdampingan secara damai.

g) Bahasa Arab

Pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan keterampilan dalam menggunakan bahasa arab untuk komunikasi, pembelajaran, penelitian dan interpretasi ketentuan Islam yang efektif.

h) Bahasa Melayu

Pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan dalam menggunakan bahasa melayu untuk komunikasi, pembelajaran, dan penelitian yang efektif dari berbagai sumber pengetahuan.37 6) Indikator untuk standar belajar di berbagai mata pelajaran

Kurikulum Studi Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) menetapkan isi dan indikator standar pembelajaran sebagai kriteria untuk menentukan kualitas peserta didik. Setelah menyelesaikan kurikulum Studi agama Islam B.E.2546 (Revisi B.E.2555) yang hanya menentukan dasar-dasar menjalani kehidupan yang berkualitas dapun isi dan standar

37 Ibid,

(42)

pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat peserta didik, lembaga pendidikan dapat lebih berkembang. Isi dan indikator standar pembelajaran studi Islam dirinci di bawah ini38:

a) Al-qur‘ān dan Tafsīr

(1) Memahami sejarah, kepentingan, prinsip bacaan dan prinsip penjelasan Al-qur‘ān, mampu menghafal dan menjelaskan dan diterapkan dalam kehidupan.

(2) Berpegang teguh pada ajaran Al-qur‘ān dan mempraktekkan hidup bersama secara damai.

b) Al-ḥadīṡ

(1) Memahami makna, kepentingan, prinsip-prinsip ḥadīṡ Mampu menghafal ḥadīṡ dan menerapkannya dalam kehidupan.

(2) Berpegang teguh pada doktrin hadis dan ikuti dalam hidup.

c) Al-aqīdah

(1) Memahami arti, kepentingan, bukti dari prinsip-prinsip iman dan konsekuensi dari Bergaul dengan Allah Berhenti menjadi seorang muslim menjadi hamba yang takut dan setia kepada Allah.

(2) Berpegang teguh pada prinsip iman dilaksanakan secara tegas dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial dan lingkungan untuk hidup bersama dengan bahagia39

38 Ibid,

39 Ibid,

(43)

d) Al-fiqh

(1) Memahami aturan, prinsip dan ketentuan Islam tentang Ibadat, Muamalad, Munakahat dan Ienayat sebagai pedoman praktik keagamaan dan hidup bahagia di masyarakat.

(2) Menghargai, mematuhi hukum Islam dan dapat dianalisis dengan peristiwa yang terjadi atas dasar sebab dan akibat.

e) Al-tārīkh

(1) Memahami pentingnya setiap era dalam sejarah Islam dapat menggunakan metode sejarah untuk menganalisis peristiwa secara sistematis dan menerapkannya untuk hidup berdampingan secara damai.

(2) Memahami sejarah Islam lokal dan regional bangga mengadopsi cara hidup Islami.

f) Al-akhlāq

(1) Memahami etika Islam dan mampu menerapkannya untuk pengembangan diri, beramal untuk keluarga, masyarakat dan lingkungan untuk hidup berdampingan secara damai.

(2) Menganut dan mengamalkan etika Islam dalam kehidupan.

g) Bahasa Arab

(1) Memahami proses menyimak, mengamati, berbicara, membaca dan menulis menghayati dan memiliki keterampilan menggunakan

(44)

bahasa arab untuk mempelajari, meneliti, menafsirkan syariat Islam dan mengkomunikasikan makna.

h) Bahasa Melayu

(1) Memahami proses menyimak, melihat, berbicara dan menulis menghargai dan memiliki keterampilan menggunakan bahasa melayu untuk belajar, berkomunikasi, dan kreatif mencari ilmu dari berbagai sumber.40

7) Kegiatan pengembangan siswa

Kegiatan yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensinya, berkembang dalam segala aspek untuk menjadi manusia seutuhnya, baik secara fisik, emosional, sosial maupun intelektual. Mempromosikan orang dengan moralitas, etika, disiplin menumbuhkan dan menciptakan kesadaran kontribusi sosial mampu mengelola sendiri dan hidup bahagia dengan orang lain.

Kegiatan pengembangan siswa dibagi menjadi 2 jenis:41

a) Kegiatan pembinaan akhlak Islam adalah kegiatan yang mendorong dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menemukan potensi dirinya, meningkatkan kecakapan hidup, kematangan emosi, pembelajaran multi kecerdasan, dan membangun hubungan yang baik dengan belajar dari latihan praktis yang dapat digunakan dalam

40 Ibid,

41 Ibid,

(45)

kehidupan sehari-hari secara benar dan dengan kualitas, seperti mengikuti perkemahan, latihan setelah shalat, mengamalkan kegiatan keagamaan, mengembangkan kepribadian, mengamalkan etika Islam, serta mengamalkan hidup bersama-sama dalam masyarakat secara damai.

b) Kegiatan klub adalah kegiatan yang harus dilakukan sendiri oleh peserta didik secara komprehensif dalam situasi nyata, mulai dari mempelajari kondisi masalah, menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan memperbaiki, menekankan kerja kelompok seperti Perkumpulan pembaca Al-Qur‘ān, perkumpulan Anasyid, perkumpulan penceramah atau khuṭbah, perkumpulan dakwah , dll., dengan lembaga pendidikan dan peserta didik yang didirikan bersama sebagaimana mestinya.42

8) Tingkatan Pendidikan

Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (Revisi B.E. 2555) dibagi menjadi 3 tingkatan sesuai dengan tingkat kualifikasi studi Islam sebagai berikut:

a) Tingkatan Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah) adalah Pendidikan Agama Islam sejak dini untuk tahun 1-6 yang berfokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang akan

42 Ibid,

(46)

diperlukan sebagai alat untuk mempelajari studi Islam untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berfokus pada keterampilan proses dasar menjadi seorang muslim.

b) Tingkatan Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah) merupakan kelas Pendidikan Islam Tengah untuk tahun 1-3 dimana peserta didik akan belajar lebih detail dalam berbagai mata pelajaran, menekankan pada pengembangan kepribadian dan keterampilan pribadi, fisik, mental, ilmu, berpikir dan menjadi seorang muslim yang baik.

c) Tingkatan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah) adalah Pendidikan Islam tingkat akhir tahun 1-3 yang berfokus pada memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih rinci untuk kepentingan pendidikan tinggi serta menanamkan pengetahuan, pemikiran, moralitas, etika, Islam menjadi pemimpin dan pengikut yang baik dan memiliki tanggung jawab sosial untuk hidup berdampingan secara damai.43

9) Waktu penjadwalan

a) Tingkatan Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah) (Kelas Pendidikan Islam Awal tahun 1-6) Mengatur waktu belajar tahunan tidak kurang dari 440 jam per tahun. Waktu belajar tidak kurang dari 10 jam per minggu.

43 Ibid,

(47)

b) Tingkatan Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah) (Kelas Pendidikan Islam Tengah tahun 1-3) Waktu belajar harus diatur dalam setiap semester dengan tidak kurang dari 500 jam studi per tahun, Hitung bobot mata pelajaran yang dipelajari sebagai kredit, gunakan kriteria 40 jam per semester, memiliki bobot mata pelajaran yang sama dengan SKS, Waktu belajar tidak kurang dari 13 jam per minggu.

c) Tingkatan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah) (Kelas Pendidikan Islam Akhir tahun 1-3) Waktu mempelajaran harus diatur setiap semester dengan total waktu studi 3 tahun, tidak kurang dari 1.920 jam, Hitung bobot mata kuliah yang dipelajari sebagai kredit, Gunakan kriteria 40 jam per semester, Bobot mata kuliah sama dengan 9 SKS, Waktu belajar tidak kurang dari 15 jam per minggu.44

10) Pengukuran dan Evaluasi

a) Keputusan hasil pembelajaran

(1) Tingkatan Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah)

(a) Peserta didik harus memiliki setidaknya 80 persen dari total waktu belajar.

(b) Peserta didik harus dinilai untuk semua indikator dan lulus kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

44 Ibid,

(48)

(c) Peserta didik harus dinilai berdasarkan hasil dari semua mata pelajaran.

(d) Peserta didik harus dinilai dan hasil penilaiannya lulus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dalam membaca, berpikir kritis, dan menulis untuk menyampaikan karakteristik yang diinginkan dan kegiatan pengembangan siswa.45

(2) Tingkatan Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah) dan Tingkatan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah)

(a) Untuk menentukan hasil akademik per mata pelajaran, peserta didik harus memiliki waktu belajar sepanjang semester tidak kurang dari 80 persen dari total waktu belajar pada mata pelajaran tersebut.

(b) Peserta didik harus dinilai untuk semua indikator dan lulus kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

(c) Peserta didik harus dinilai berdasarkan hasil dari semua mata pelajaran.

(d) Peserta didik harus dinilai dan hasil penilaiannya lulus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dalam membaca, berpikir kritis, dan menulis untuk menyampaikan

45 Ibid,

(49)

karakteristik yang diinginkan dan kegiatan pengembangan siswa.46

11) Penilaian hasil pembelajaran

a) Tingkatan Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah)

Dalam menentukan tingkat hasil belajar suatu mata pelajaran, lembaga pendidikan dapat memberikan tingkat hasil belajar atau kualitas hasil belajar peserta didik dengan sistem angka, sistem huruf, sistem persentase, atau sistem yang menggunakan kata baku refleksi.

Penilaian membaca analitis dan menulis komunikasi dan karakteristik yang diinginkan. Nilai hasil evaluasi sebagai Sangat Baik, Baik, Lulus dan Gagal.47

b) Tingkatan Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah) dan Tingkatan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah)

Dalam menilai tingkat mata pelajaran, gunakan angka untuk menunjukkan tingkat hasil pembelajaran sebagai 8 tingkat.

Penilaian membaca analitis dan menulis komunikasi dan karakteristik yang diinginkan. Nilai hasil evaluasi sebagai Sangat Baik, Baik, Lulus dan Gagal.

Penilaian kegiatan pengembangan peserta didik harus mempertimbangkan baik waktu mengikuti kegiatan, kegiatan yang

46 Ibid,

47 Ibid,

(50)

dilakukan, dan kinerja peserta didik sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan dan memberikan hasil mengikuti kegiatan sebagai "Lulus" atau "Gagal".

12) Laporan hasil mempelajaran

Pelaporan hasil adalah cara untuk berkomunikasi dengan orang tua dan peserta didik tentang kemajuan belajar mereka. Institusi pendidikan harus meringkas hasil penilaian secara berkala dan menyusun laporan dokumen untuk orang tua, atau minimal satu kali per semester.

Pelaporan hasil belajar dapat dilaporkan sebagai tingkat kualitas kinerja peserta didik yang mencerminkan standar pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran.48

13) Kriteria kelulusan

a) Kriteria kelulusan Tingkatan Pendidikan Islam Awal (Ibtidāīyah) (1) Peserta didik mempelajari mata pelajaran dasar dan mata pelajaran

kegiatan tambahan, yang merupakan mata pelajaran dasar sesuai dengan struktur waktu yang ditentukan oleh Kurikulum studi agama Islam B.E. 2546 (versi revisi B.E. 2555) dan mata pelajaran kegiatan tambahan yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

48 Ibid,

(51)

(2) Peserta didik harus memiliki hasil penilaian mata pelajaran dasar untuk lulus kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(3) Skor membaca, berpikir analitis, dan menulis komunikasi peserta didik lulus dari kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(4) Peserta didik memiliki penilaian atribut yang diinginkan pada tingkat melalui kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(5) Peserta didik mengikuti kegiatan pengembangan peserta didik dan hasil penilaiannya lulus dari kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.49

b) Kriteria kelulusan Tingkatan Pendidikan Islam Tengah (Mutawassiṭah)

(1) Peserta didik mempelajari mata kuliah dasar dan tambahan yaitu mata kuliah dasar 39 sks dan mata pelajaran tambahan yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(2) Peserta didik harus mendapatkan setidaknya 39 sks selama mempelajaran dan mata pelajaran tambahan sebagaimana ditentukan oleh lembaga pendidikan.

49 Ibid,

(52)

(3) Peserta didik memiliki hasil penilaian dalam membaca, berpikir analitis, dan menulis untuk berkomunikasi pada tingkat yang melewati kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(4) Peserta didik memiliki hasil penilaian atribut yang diinginkan pada tingkat melalui kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(5) Peserta didik mengikuti kegiatan pengembangan peserta didik dan hasil penilaiannya lulus dari kriteria penilaian yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.50

c) Kriteria kelulusan Tingkatan Pendidikan Islam Akhir (Ṡānawīyah) (1) Peserta didik mempelajari mata kuliah dasar dan tambahan yaitu

mata kuliah dasar 39 sks dan mata pelajaran tambahan yang ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(2) Peserta didik harus mendapatkan setidaknya 39 sks selama mempelajaran dan mata pelajaran tambahan sebagaimana ditentukan oleh lembaga pendidikan.

(3) Peserta didik memiliki hasil penilaian dalam membaca, berpikir analitis, dan menulis untuk berkomunikasi pada tingkat yang

50 Ibid,

Gambar

Tabel 3. Transliterasi Vokal Rangkap  Contoh:
Tabel 2. Transliterasi Tuggal
Gambar 1. Gambaran Kerangka Pemikian

Referensi

Dokumen terkait