BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Analisis Data
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan agar dapat mengetahui apakah sampel yang akan diteliti berdistribusi normal atau tidak, untuk itu peneliti menguji normalitas data hasil penelitian menggunakan uji Liliefors. Kritireria penerimaan bahwa data diketahui berdistribusi normal atau tidak dengan rumsan sebagai berikut:
Jika < maka dinyatakan normal
Jika > maka dinyatakan tidak berdistribusi normal
Adapun langkah-langkah dan kriteria untuk menerima apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak sebagi berikut:
a) Hipotesis
� = data berdistribusi normal
� = data tidak berdistribusi normal b) Menguji hipotesis
c) Menentukan harga kritis untuk uji Liliefors, nilai ��pada taraf α = 0,05 dan n=15
d) Kriteria pengujian:
(1) Terima � : bila ℎ� � < �� artinya data berkonstibusi normal
(2) Tolak � : bila ℎ� � > �� artinya data tidak berkonstibusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homegenitas bertujuan untuk dapat mengetahui apakah sampel yang didapatkan bersifat homogen atau tidak dengan cara membandingkan nilai varians terbesar dibagi nilai varians terkecil menggunakan F tabel. Adapun kretiria penerimaan bahwa data diketahui homogen adalah sebagai berilkut:
Jika : ℎ� � �� , tidak homogen Jika : ℎ� � �� , homogen
c. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini pengambilan hipotesis yang digunakan yaitu Uji t dua sampel. Uji t ini merupakan alat yang digunakan untuk membandingkan kedua data apakah sama atau berbeda.
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan Uji t dua sampel adalah sebagai berikut:52
a) Membuat uraian kalimat tentang � dan � b) Membuat model statistik � dan �
c) Menghitung rata-rata, stadar deviasi dan varians (1) Rumus menghitung � :
� = ∑ � (2) Menghitung
= ∑� � – �
−
(3) Mencari ℎ� � dengan rumus
ℎ� � = � −�
√� −� � + � − �
� + � − � +�
keterangan:
ℎ� � = harga yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi dari distribusi t (tabel t)
� = rata-rata sampel 1
52 Riduwan, Dasar-dasar Statistika. , (Bandung: Alfa Beta, 2018). Hlm. 215-216
� = rata-rata sampel 2 = varians sampel 1 = varians sampel 2
= jumlah sampel penelitian (4) Menentukan �� dengan ketentuan:
Taraf signifikan ∝ = , , = + − (5) Menentukan kriteria pengujian dua pihak
Jika: − �� ℎ� �
+ �� � �
(6) Membandingkan antara ℎ� � dengan ��
(7) Menarik kesimpulan
52 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Deskripsi Lokasi Desa Gili Gede
Gili Gede merupakan salah satu pulau yang telah menjadi desa di Sekotong tepatnya di sisi barat daya Pulau Lombok, hanya berjarak sekitar 500 meter dari desa sebelahnya yaitu desa Pelangan.
Pulau ini memiliki panjang kurang lebih sekitar 4 km dan luas sekitar 317 hektar. Pulau ini memiliki 5 dusun yang terletak di dalamnya, adapun dusun itu yaitu Dusun Induk Gili Gede/Pegametan, Dusun Gedang Siang, Dusun Tanjungan, Labuan Cenik, dan Orong Bukal.
Kelima dusun ini karena pada Desember 2010 lalu telah diresmikan menjadi sebuah desa dan berada dalam wilayah administrasi desa Gili Gede Indah. Untuk status kepemilikan masih menjadi hak ulayat atau adat. Pulau ini bagaian utaranya berbatasan dengan selat Lombok dan disebelah selatan berbatasan dengan laut desa Pelangan, dibaratbya berbatas dengan laut desa Batu putih dan bagaian timurnya berbatasan dengan laut desa Sekotong Barat. Jumlah penduduk yang ada di desa
ini 1380 jiwa, dan kurang lebih 438 kepala keluarga yang ada dengan presentase prempuan lebih banyak. 53
b. Penyebab Stunting di Desa Gili Gede
Ada berbagai macam penyeba stunting itu dapat terjadi disuatu daerah/desa, antara lain pekerjaan dan pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, kurangnya layanan kesehatan, dan pemberian makanan bergizi. Adapun yang peneliti dapatkan dilapangan mengenai penyebab stunting ini adalah sebagai berikut:
1) Mata pencaharian
Mata Pencaharian penduduk adalah sebagai seorang nelayan tangkap ikan dan juga nelayan budidaya ikan namun lebih dominan sebagai nelayan tangkap ikan, yang dimana membuat pendapatan para orang tua mereka tidak menentu, kadang ada kadang juga tidak ada. Ada juga yang menjadi penjaga ataupun cleaning service di hotel-hotel yang ada, ada juga sebagai
pedagang dengan membuat toko-toko kecil di rumah mereka.
Selain nelayan, pedagang, dan juga penjaga hotel, warga di desa ini juga bekerja sebagai pemasok ikan tongkol, yang dimana tongkol yang telah direbus/dimasak diambil oleh pedagang- pedangan yang akan menjualnya kembali kepasar-pasar, yang
53Direktori Pulau-pulau Kecil Indonesia, “Gili Gede”, http://www. ppk-kp3k. kkp. go.
id/direktori-pulau/index. php/, diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul 20. 50 WITA.
dimana penghasilannya juga tidak menentu karena ikan tongkol tidak selalu ada dilautan.
2) Pendidikan Orang Tua
Pendidikan rata-rata orang tua terutama ibu di desa ini yaitu rata-rata pada tingkat dasar. Dimana, pendidikan yang dimiliki orang tua merupakan hal penting untuk perkembangan seorang anak. Orang tua yang memiliki pendidikan yang baik akan mempengaruhi penerimaan informasi seputar perkembangan anak. Karena orang tua merupakan sekolah pertama untuk seorang anak sebelu anak tersebut keluar dari rumah. Jadi apa yang didapat pertama kali dari orang tuanya itu yang akan dia bawa untuk bersosialisasi di kehidupannya.
3) Layanan Kesehatan
Di desa ini juga belum memiliki Puskesmas yang terletak di dalam desa ini. Seperti hasil wawancara dengan salah seorang pegawai puskesmas yang mengatakan “Puskesmas Pelangan mencangkup
beberapa desa, yaitu desa Pelangan, desa Batu Putih, desa Sekotong Barat, desa Kedaro dan juga desa Gili Gede Indah. 54Sehingga membuat warganya harus menyebrang ke desa sebelah untuk bisa mendapatkan pengobatan.
54Ika, Wawancara, Pelangan, 16 Oktober 2020.
4) Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua merupkan actor yang paling dominan sebagai penyebab di desa ini, pemilihan serta pemberian manakan yang kurang tepat, dan juga desa ini juga belum memiliki tempat untuk warganya dapat berbelanja (pasar) sehingga menyebabkan sebagian besar warganya harus menyebrang ke desa sebelah untuk mendapatkan sandang pangan yang bergizi.
Sampel penelitian berjumlah 25 anak. Yang terdiri dari 10 anak stunting dan 15 anak normal. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara door to door agar penelitian menjadi lebih efektif.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian ini, data yang di peroleh adalah nama dan jumlah total nilai perkembangan social emosional anak yang mengalami stunting dan tidak.
Tabel 4. 1
Data Rekapitulasi Perkembangan Sosial Emosional Anak di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat
No Urut Responden
Anak yang Mengalami Stunting
Anak yang Tidak Mengalami
Stunting
1 38 42
2 33 59
3 44 54
4 40 58
5 39 46
6 33 58
7 37 45
8 45 51
9 47 51
10 42 52
11 53
12 53
13 50
14 59
15 56
Jumlah 398 787
Table 4.2
Rekapitulasi Perkebangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Kategorisasi Anak Stunting Anak Normal
Rendah 5 0
Sedang 5 10
Tinggi 0 5
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang telah diperoleh dari angket yaitu nilai terendah untuk anak yang mengalami stunting adalah 33 yang diperoleh dari jawaban 16 pertanyaan valid yang telah diberikan kepada orang tua anak dimana masuk kedalam kategori rendah dan nilai tertinggi adalah 47 yang dimana juga merupakan penjumlahan dari total jawaban 16 soal valid yang dijawab oleh orang tua anak dimana masuk kedalam kategori sedang. Adapun nilai terendah untuk anak yang normal adalah 42 yang diperoleh dari jawaban 16 pertanyaan valid yang telah diberikan kepada orang tua anak dimana masuk kedalam kategori sedang dan nilai tertinggi adalah 59 yang dimana
juga merupakan penjumlahan dari total jawaban 16 soal valid yang dijawab oleh orang tua anak di mana masuk kedalam kategori tinggi.
Adapun kategori yang dinyatakan tinggi apabila hasil jawaban dari orang tuanya berjumlah 55 sampai 100, dikatakan sedang apabila berjumlah 40 sampai dengan 54, dikatakan rendah apabila berjumlah 1 sampai dengan 39.
3. Hasil Analisis Data a. Deskripsi data
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang telah diperoleh dari angket yaitu nilai terendah untuk anak yang mengalami stunting adalah 33 dan nilai tertinggi adalah 47. Adapun nilai terendah untuk anak yang normal adalah 42 dan nilai tertinggi adalah 59.
Dari data table 4.2 di atas diketahui, kategorisasi untuk anak yang mengalami stunting memiliki perkembangan sosial emosional yang terdiri dari kategori rendah, dan sedang. Adapun anak yang memiliki perkembangan sosial emosional kategori rendah setelah dihitung menggunakan rumus 3 kategorisasi berjumlah 5 anak atau sekitar 50% dan yang memiliki perkembangan sosial emosional kategori sedang sebanyak 5 anak sekitar 50%. Sedangkan untuk anak yang tidak mengalami stunting (normal) memiliki perkembangan
sosial emosional yang masuk dalam kategori sedang sebanyak 10 anak atau sekitar 66,67%, dan yang memiliki perkembangan sosial emosional kategori tinggi sebanyak 5 orang atau sekitar 33,33%.
Adapun data di atas merupakan data yang diambil dari hasil angket yang disebarkan peneliti. Dalam hal ini dapat diketahui anak yang sunting memiliki perkembangan yang dapat dikategorisasikan rendah dan sedang dengan jumlah yang sama, sedangan untuk anak normal (tidak mengalami stunting) dapat dikategorisasikan sedang dan tinggi dengan jumlah anak yang masuk kedalam kategorisasi sedang lebih tinggi dari anak yang tinggi.
Adapun komparabilitas karakteristik penelitian dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3
Komparabilitas Karakteristik Penelitian
Dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Variabel
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Tidak Stunting Stunting
N % N %
Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
7 8
46,67 53,33
7 3
70 30 Tingkat pendidikan ibu
1. Dasar 2. Menengah 3. Tinggi
12 3
80 20
7 3
70 30
Pekerjaan ibu 1. Bekerja 2. Tidak bekerja
5 10
33,33 66,67
4 6
40 60 Pendapatan keluarga
1. 500. 000 2. 500. 000
8 7
53,33 46,67
4 6
40 60
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa jumlah anak yang memiliki perkembangan sosial emosionalnya normal yaitu sama dengan jumlah anak yang mengalami stunting (10 orang anak). Anak yang memiliki jenis kelamin laki-laki memiliki presentase kejadian untuk mengalami gangguan sosial emosional lebih tinggi dibanding anak perempuan (70% dibanding 30%). Untuk ibu yang memiliki pendidikan tingkat dasar memiliki presentase paling tinggi (70%) dibandingkan dengan ibu tingkat menengah (30%). Pada karakteristik pekerjaan ibu yaitu presentase tertinggi pada ibu tidak bekerja (60%) dibandingkan dengan ibu bekerja (40%). Sedangkan untuk karakteristik anak dengan pendapatan orang tua kurang dari 500. 000 lebih rendah dari anak yang memiliki pendapatan lebih dari 500. 000 (40% dibanding 60%).
b. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil dari perhitungan uji normalitas menggunakan uji liliefors dengan bantuan Microsoft Excel, untuk data anak yang mengalami stunting adalah = . dan dengan taraf
signifikan 0,05 dan n=10 adala . . Jadi karena hasil < maka data hasil dari angket anak yang mengalami stuntingdinyatakan normal. Sedangkan untuk data anak yang tidak mengalami stunting yaitu = . dan dengan taraf signifikan 0,05 dan n=15 adalah , . Jadi karena hasil < maka data hasil dari angket anak yang tidak mengalami stunting dinyatakan normal.
c. Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil dari perhitungan uji homogenitas maka diperoleh hasil nilai �� sebesar 2,069 untuk pengujian dua pihak dan 1,714 untuk pengujian satu pihak. Karena peneliti menggunaka pengujian dua pihak maka menggunakan nilai �� sebesar 2,069.
d. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan terbukti atau tidak, maka nilai anak yang mengalami stuntinga kan dibandingkan dengan nilai anak yang tidak stunting dengan taraf signifikan ditentukan yaitu 5%. Dalam skripsi ini hipotesis yang digunakan yaitu dilihat dari hasil data yang diperoleh maka hipotesis sementara menyatakan � (hipotesis aternatif) berbunyi terdapat perbedaan perkembangan sosial emosional antara anak yang mengalami stunting dan tidak. Dan � (hipotesis nol) berbunyi tidak terdapat perbedaan perkembangan sosial emosional antara anak yang mengalami stunting
dan tidak. Adapun model statistikanya yaitu � : � ≠ � , � :
� = � . Maka untuk mencari nilai dari ℎ� � bisa menggunakan rumus :
ℎ� � = � −�
√� −� � + � − �
� + � − � +�
Diketahui :
� = 38,9 , � = 52,5
= 37,64 , = 23,14
= 10 , = 15
Maka,
ℎ� � = � −�
√� −� � + � − �
� + � − � +�
= , − ,
√ − , + + − − , +
= − ,
√− , + , , + ,
= − ,
√− , + , ,
= − ,
√ , , = − ,
√ , , = − ,
√ , = − ,
, = -9,71
Sesuai dengan hasil dari perhitungan di atas, maka diperoleh hasil ℎ� � = − , , sedangkan nilai ��dengan taraf signifikan ∝ = , , = maka diperoleh nilai �� = 2,069. Sehingga kriteria pengujian dua pihak yaitu – , − , + , . Sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini ℎ ditolak dan ℎ diterima. Maka kesimpulan menyatakan “Ada Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat”. Jadi, anak yang memiliki perkembangan sosial emosional rendah ternyata akan berpengaruh terhadap kelainan yaitu stunting.
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 10 sampel anak yang mengalami stunting dan 15 sampel untuk ana yang tidak mengalami stunting.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar karakteristik responden berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 7 orang dan 3 orang untuk anak prempuan yang temasuk dalam anak yang tidak sunting dengan prsentase sebesar 70%
untuk anak laki-laki dan 30% untuk anak prempuan, sedangkan untuk anak yang normal berjumlah 7 orang laki-laki dan 8 orang prempuan dengan prsentase sebesar 46,67% untuk anak laki-laki dan 53,33% untuk anak prempuan.
Pendidikan ibu rata-rata pada tingkat dasar berjumlah 7 orang, menengah berjumlah 3 orang untuk anak yang tidak sunting dengan presentase sebesar 70% untuk pendidikan dasar dan 30% untuk pendidikan menengah, sedangkan untuk anak yang normal berjumlah 12 orang dan 3 orang dengan presentase sebesar 80% untuk pendidikan dasar dan 20% untuk pendidikan menengah. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa pendidikan yang dimiliki orang tua merupakan hal penting untuk perkembangan seorang anak. Orang tua yang memiliki pendidikan yang baik akan mempengaruhi penerimaan informasi seputar perkembangan anak, dan juga akan dapat mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik dan benar, medidik anak dan juga menjaga kesehatan anak.
Pada penelitian ini untuk pekerjaan ibu rata-rata memiliki ibu yang tidak bekerja berjumlah 4 orang dan 6 orang untuk anak yang tidak suntingdengan prsentase sebesar 40% untuk ibu yang tidak bekerja dan 60%
untuk orang tua yang bekerja, sedangkan untuk anak yang normal berjumlah 5 orang dan 10 orang dengan prsentase sebesar 33,33%, untuk ibu tidak bekerja dan 66,67% untuk ibu yang tidak bekerja.
Dan yang terakhir pendapatan di atas rata-rata sebanyak 4 orang untuk anak yang sunting dengan presentase sebesar 40% dan 6 orang untuk keluarga yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata dengan presentase sebesar 60%. Sedangkan untuk pendapatan di atas rata-rata anak yang tidak
stunting sebanyak 8 orang dengan presentase sebesar 53,33% dan 7 orang untuk keluarga yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata dengan presentase sebesar 46,67%. Dari pendapatan ini, jika pendapatan keluarga memadai akan dapat meunjang perkembangan yang dimiliki anak, sehingga anak dapat berkembangan sesuai kengian dan harapan.
Pernyataan di atas sejalan dengan teori yang ada tentang karakteristik anak yang mengalami stunting sesuai dengan teori yang ada, adapun karakteristik yang paling banyak ditemui yaitu anak yang mengalami stunting lebih muda dari pada anak seusianya dan juga pertumbuhan anak tersebut sedikit lebih lambat dari anak seusianya. Adapun penyebab stunting itu terjadi pada anak juga karena kurangnya akses air bersih yang ada di desa tersebut, dan ada juga masih kurangnya makanan bergizi yang diperoleh anak dari sejak dalam kandungan sampai anak lahir. Dan juga dilapangan peneliti menemukan ada anak yang telah ditinggal ibunya sejak bayi dan anak diasuh oleh neneknya yang berkecukupan sehingga membuat anak mengalami stunting karna kekurangan makanan bergizi dan tentunya ASI sejak dini.
Adapun dampak anak yang mengalami stunting di desa tersebut ternyata tidak sejalan dengan teori , karena sebagaian besar anak yang mengalami stunting yang peneliti lihat memiliki motorik yang setara dengan anak normal. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa anak yang mengalami stunting berkaitan erat
dengan perekonomian keluarga yang mencukupi keperluan gizi anak dan juga perawatan bayi sejak dalam kandungan sampai sang bayi terlahir kedunia.
Selain faktor-faktor di atas, infeksi juga trmasuk salah satu faktor penyebab terjadinya stunting. Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi enteric seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan akibat serangan infeksi dan inflamasi. Infeksi akan menyebabkan asupan makanan menurun, gangguan absorpsi nutrien, kehilangan mikronutrien secara langsung, metabolisme meningkat, kehilangan nutrien akibat katabolisme yang meningkat, gangguan transportasi nutrien ke jaringan.
Sedangkan berdasarkan dari hasil data yang telah diperoleh dan setelah peneliti menganalisis menggunakan rumus uji t dua sampel maka diketahui hasil dari ℎ� � = − , , sedangkan nilai ��dengan taraf
signifikan ∝ = , , � = + − = + − =
diperoleh nilai �� = 2,069 (dengan pengujian dua pihak). Dengan pengujian signifikan menggunakan kurva yang dimana membandingkan antara ℎ� �dan �� dan ternyata – , − , + , maka
� ditolak dan � diterima, sehingga dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 4. 1 Uji Dua Pihak
Berdasarkan dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa nilai ℎ� � lebih kecil dari pada nilai ��. Jadi dalam penelitian ini � ditolak dan
� diterima dan menyetakan “Ada Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat”.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada tahun 2015 yang dimana menunjukkan bahwa 70 anak yang memiliki perawakan pendek 48%
memiliki hasil SDQ penyullinit borderline dan abnormal. Pravelensi masalah emosi, perilaku, dan masalah dengan teman sebanya lebih tinggi pada anak yang memiliki perawakan pendek dibandingkan dengan anak yang memiliki tinggi normal. Beberapa anak dengan perawakan pendek memiliki rasa percaya diri yang kurang dan juga beberapa gangguan ejekan dari teman sebayanya, sehingga membuat anak memiliki kemampuan sosial yang kurang
Wilayah penolakan �
∝ = ,
∝ = , Wilayah penolakan �
dan juga nantinya dapat mengakibatkan kesulitan untuk dapat menjali pertemanan diusia sebayanya.55
Hasil penelitian serupa juga dilakukan pada tahun 2018 yang dilakukan oleh Pramitha Primanggita Ayu Amaranggani. Hubungan Kejadian Stunting Dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak Prasekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman dimana menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosional anak prasekolah yang tidak normal sebagian besar ternyjadi pada anak yang mengalami stunting. Pengukuran perkembangan sosial emosional anak menggunakan instrument SDQ yang terdiri dari 5 item pertanyaan dan terbagi menjadi 5 subskala yaitu jegala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas dan hubungan dengan teman sebaya. Penelitian ini berfokuskan pada karektristik yang ada seperti jenis kelamin, pendidikan ibu, pekerjaan dan pendapatan orang tua. Dimana menghasilkan bahwa presntase anak yang mengalami kejadian stunting memiliki perkembangan sosial emosional yang tidak normal yang dimana kejadian stunting berhubungan dengan perkembangan sosial emosional anak.
Stunting pada anak terjadi karena akibat dari kekurangan gizi sejak di dalam kandungan. Gizi memiliki kaitan yang sangat erat akan mengakibatkan
55 Rahmadi FA, Dkk. , Prevalensi Dan Jenis Masalah Emosional Dan Perilaku Pada Anak Usia 9-11 Tahun Dengan Perawakan Pendek Di Kabupaten Brebes, Jurnal Gizi Indonesia, Vol 3 No 2, Tahun 2017. Hlm 118
berkurangnya sel otak pada anak sekita 15-20%. Sehingga dapat membuat fungsi psikologi yang dimiliki anak dapat lebih buruk.
69 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: “Ada Pengaruh Stunting Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat”. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu ℎ� � = − , , sedangkan nilai ��dengan taraf signifikan ∝ = , , � = maka diperoleh nilai �� = 2,069.
Sehingga kriteria pengujian dua pihak yaitu – , − , + , . Sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini ℎ ditolak dan ℎ diterima (signifikan).
B. Saran
Berdasarkan dari hasil analisis penelitian, pembahasan, dan juga kesimpulan maka perlu untuk ditingkatkan lagi upaya untuk mencegah terjadinya gangguan yang dapat dialami oleh anak terutama masalah stunting ini agar sangat-sangat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak sebaik mungkin. Untuk semua orang tua terutama ibu, calon ibu, dan perempuan- perempuan yang akan menikah, diharapkan untuk dapat memperhatikan, sering membaca untuk menambah wawasan tentang perkembangan anak terutama enam aspek perkembangan yang ada agar dapat menghindari terjadinya stunting pada anak setelah anak dilahirkan dan jikalau terjadi para
orang tua dapat mengetahui bagaimana cara menganggulanginya dengan baik dan benar.
71
DAFTAR PUSTAKA
Atmarita, SItuasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia, Buletin Jendela, ISSN 2088-270X. 2018.
Bamandhita Rahma Setiaji. Yuk Kenali Tanda-tanda Anak Stunting Sejak Dini.
Diakses dari https://hellosehat. com/parenting/kesehatan-anak/tanda- anak-stunting-adalah/. Pada tanggal 8 Januari 2019 pukul 21:41 Wita.
Brilian Muhamad Nur, Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Manajemen Kelas dan Motivasi Berpretasi Terhadap Prestasi Belajar Kelas X IPS SMA Negeri 3 Wonogiri, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, vol 8 No 1, tahun 2019.
Budi Setiawan. Faktor-faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia Dini. Bekasi:
Yayasan Rumah Komunitas Kreati. 2018.
Christiana Hari Soetjingsih. Perkembangan Anak. Jakarta: Prenada. 2014.
Consuelo G. S, dkk. , Metode Pengantar Penelitian. Jakarta: UI Press. 2006.
Direktori Pulau-pulau Kecil Indonesia, “Gili Gede”, http://www. ppk-kp3k. kkp.
go. id/direktori-pulau/index. php/, diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul 20. 50 WITA.
Dwi Sulistyo Cahyaningsih,. Pertumbuhan, Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: CV. Trans Info Media. 2011.
Eko Putro Sandjojo, Buku Saku Desa Dalam Penangan Stunting, Jakarta,
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. (Depok: PT RajaGrafindo Persada), 2017.
Fattia Kurnia Dewi, “Perbedaan Perbedaan Motorik Halus Antara Balita Stunting dan Non Stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kecamatan Sukoharjo”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, 2012), hlm 3.
Hardisman Dasman. Empat Dampak Stunting Bagi Anak Dan Negara Indonesia.
Diakses dari hhtps://thecomversations. com/empat-dampak-stunting- bagi-anak-dan-negara-indonesia-110104/, pada tanggal 8 Januari 2019 pukul 12:13 Wita.
Ika, Wawancara, Pelangan, 11 Oktober 2019
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah, dan Transmigrasi, 2017.
Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan LItbangkes Kemenkes. 2018.
Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010.
Kurnia Purwandini, “Pengaruh Pemberian Micronutrient Sprinkle Terhadap Perkembangan Motorik Anak StuntingUsia 12-36 Bulan. ” (Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Ponogoro Semarang, 2012), hlm 3.
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Masnipal,. Menjadi Guru Paud Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Muhammad Fadillah,. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Muhammad Nursyamsyi, dkk,. “Angka Stunting di Lombok Barat Masih Tinggu” dalam dari http:/. m. republika. co. id/amp. p88cka335 pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 18:22 WITA
Nova Ardy Wiyani, Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014.
Nurillah A, Dkk. , Panjang Badan Lahir Pendek Sebagai Salah Satu Factor Determinan Keterlabatan Tumbuh Kembang Anak Umur 6-23 Bulan Di Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jurnal Ekologi Kesehatan , Vol 15 No 1, tahun 2016.
Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnnya:
Edisi Special For Women, (Bandung, PT Sygma Examedia Arkanleema/
Syaamil Al-Qur’an, 2009), hlm 34.
Permendikbud No. 137 tahun 2017.