PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Secara umum anak yang mengalami permasalahan Broken Home dapat sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama perkembangan sosial dan emosional anak. Dari data pada Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa kategorisasi anak yang mengalami stunting mempunyai perkembangan sosial emosional yang terdiri dari kategori rendah dan sedang. Dan � (hipotesis nol) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan perkembangan sosial emosional antara anak yang mengalami hambatan.
Jadi anak yang perkembangan sosial emosionalnya rendah justru akan berdampak pada kelainannya, stunting. Yang mengakibatkan persentase anak yang mengalami stunting mempunyai perkembangan sosial emosional yang tidak normal, dimana terjadinya stunting berkaitan dengan perkembangan sosial emosional anak.
Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
- Rumusan Masalah
- Batasan Masalah
Tujuan dan Manfaat
Anak dengan perkembangan sosial emosional yang baik dapat membantu anak mencapai keberhasilan di sekolah dan juga meningkatkan kesehatan mental anak. Anak yang ditinggal bekerja oleh ibunya dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak, baik secara positif maupun negatif. Sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan perkembangan anak yang mengalami retardasi pertumbuhan dan anak normal.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah nama dan total skor Skor Perkembangan Sosial Emosional anak tunagrahita dan tidak. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 10 sampel anak penyandang disabilitas dan 15 sampel anak non disabilitas.
Defisinisi Oprasional
KAJIAN PUSTAKA dan HIPOTESIS PENELITIAN
Kajian Pustaka
- Telaah Pustaka
- Kajian Teori
- Pengertian Stunting
- Karakteristik Anak yang Mengalami Stunting
- Faktor-faktor Penyebab Stunting
- Dampak Stunting
- Cara Pencegahan Stunting
- Faktor Hereditas
- Faktor Lingkungan
- Penghasilan Orang Tua
- Perkembangan Nilai Agama dan Moral
- Perkembangan Fisik Motorik
- Perkembangan Kognitif
- Perkembangan Bahasa
- Perkembangan Sosial Emosional
- Perkembangan Seni
- Peran Keluarga
- Relasi dengan Teman Sebaya
- Kualitas Bermain dengan Teman Sebaya
Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang diperoleh dengan angket, skor terendah anak dengan keterlambatan perkembangan adalah 33 dan skor tertinggi adalah 47. Berdasarkan tabel 4.2 diketahui jumlah anak dengan sosial emosional normal Perkembangannya sama dengan jumlah anak yang mengalami keterlambatan tumbuh (10 anak). Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh data anak tunagrahita.
Jadi karena hasilnya < maka data hasil angket anak yang tidak mengalami keterlambatan pendek dinyatakan normal. Dalam tesis ini hipotesis yang digunakan adalah jika dilihat dari hasil data yang diperoleh maka hipotesis sementara menyatakan � (hipotesis alternatif) bahwa terdapat perbedaan perkembangan sosial emosional antara anak yang mengalami retardasi pertumbuhan dengan yang tidak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 48% dari 70 anak memiliki perawakan pendek.
Hubungan terjadinya stunting dengan perkembangan sosial emosional anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosional anak prasekolah yang tidak normal paling sering terjadi pada anak yang mengalami stunting.
Kerangka Berfikir
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Variabel Penelitian
- Desain Penelitian
- Instrumen/Alat dan Bahan Penelitian
- Instrument/Alat Penelitian
- Keabsahan Data
- Teknik Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian
- Kuesioner/Angket
- Wawancara
- Dokumentasi
- Teknik Analisis Data
- Statistik Deskriptif
- Uji Prasyarat Analisis dan Uji Hipotesis
- Uji Normalitas
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 4 sampai 5 tahun yang berjumlah 60 anak di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat. Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner, skor terendah anak yang mengalami stunting adalah 33. Skor tersebut diperoleh dari jawaban 16 pertanyaan valid yang diajukan kepada orang tua anak, termasuk dalam kategori rendah dan termasuk dalam kategori rendah. paling atas. Skornya adalah 47, yang juga merupakan jumlah dari. Dari total jawaban tersebut, terdapat 16 pertanyaan valid yang dijawab oleh orang tua anak yang masuk dalam kategori sedang. Nilai terendah anak normal adalah 42 yang diperoleh dari jawaban 16 pertanyaan valid yang diajukan kepada orang tua anak termasuk dalam kategori sedang, dan nilai tertinggi adalah 59.
Jumlah anak yang mempunyai perkembangan sosial emosional kategori rendah setelah dihitung dengan rumus 3 kategorisasi sebanyak 5 anak atau sekitar 50%, dan yang mempunyai perkembangan sosial emosional kategori sedang sebanyak 5 anak atau sekitar 50%. Anak yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai persentase gangguan sosial emosional lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (70% berbanding 30%). Untuk menguji terbukti atau tidaknya hipotesis yang diajukan, maka jumlah anak yang mengalami stunting dibandingkan dengan jumlah anak yang tidak mengalami stunting dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 5%.
Berdasarkan hasil survei, karakteristik responden sebagian besar adalah laki-laki, sebanyak 7 orang dan 3 orang anak perempuan termasuk dalam anak mentah dengan persentase 70%. Pada penelitian ini rata-rata jumlah ibu yang tidak bekerja sebanyak empat orang dan anak yang tidak bekerja sebanyak enam orang, dengan persentase sebesar 40% untuk ibu yang tidak bekerja dan 60%. Dan terakhir, penghasilan di atas rata-rata sebanyak 4 orang untuk anak yang sudah bekerja dengan persentase 40% dan 6 orang untuk keluarga dengan penghasilan di bawah rata-rata dengan persentase 60%.
Dampak anak stunting di desa ini jelas tidak sesuai dengan teori, karena sebagian besar anak stunting yang diamati peneliti memiliki kemampuan motorik yang setara dengan anak normal. Prevalensi masalah emosional, perilaku dan teman sebaya lebih tinggi pada anak bertubuh pendek dibandingkan dengan anak dengan tinggi badan normal. Jawaban: Selama 6 bulan terakhir, data anak dengan keterlambatan perkembangan belum dapat diringkas, karena data baru dicatat ulang beberapa hari yang lalu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
- Deskripsi Lokasi Penelitian
- Mata Pencaharian dan Pendapatan
- Pendidikan Orang Tua
- Layanan Kesehatan
- Pola Asuh Orang Tua
- Penyajian Data
- Hasil Analisis Data
Gili Gede merupakan salah satu pulau yang menjadi sebuah desa di Sekotong, tepatnya di sisi barat daya Pulau Lombok, hanya berjarak sekitar 500 meter dari desa tetangganya yaitu Desa Pelangan. Pulau ini mempunyai 5 dusun yang terletak diatasnya, dusun tersebut adalah Dusun Gili Gede/Dusun Pegametan Induk, Dusun Gedang Siang, Dusun Tanjungan, Labuan Cenik dan Orong Bukal. Kelima dusun ini resmi ditetapkan sebagai desa pada bulan Desember 2010 dan berada dalam wilayah administratif Desa Gili Gede Indah.
Penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan dan juga nelayan nelayan, namun mereka lebih dominan dibandingkan nelayan sehingga membuat penghasilan orang tuanya tidak menentu, kadang tidak ada, kadang tidak ada. Selain menjadi nelayan, pedagang dan juga pelaku bisnis perhotelan, penduduk desa ini juga berprofesi sebagai pemasok ikan tuna, dimana ikan tuna yang telah dimasak/direbus diambil oleh para pedagang yang kemudian dijual kembali ke pasar. Rata-rata pendidikan orang tua khususnya ibu-ibu di desa ini rata-rata adalah SD.
Sebab orang tua adalah sekolah pertama bagi seorang anak sebelum anak tersebut meninggalkan rumah. Pola asuh orang tua menjadi aktor yang paling dominan menjadi penyebab di desa ini, pemilihan dan penyampaian makanan yang tidak tepat, dan juga desa ini juga tidak mempunyai tempat bagi warganya untuk berbelanja (pasar), sehingga menjadi penyebab sebagian besar anak-anaknya. warga untuk menyeberang ke desa berikutnya untuk mencari makan, pangan bergizi dan sandang. Rekapitulasi data perkembangan sosial emosional anak di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.
Dalam hal ini terlihat bahwa anak yang tertib mempunyai tingkat perkembangan yang dapat dikategorikan rendah dan sedang dengan jumlah yang sama, sedangkan anak normal (tanpa keterlambatan perkembangan) dapat dikategorikan sedang dan tinggi dengan jumlah anak yang sama. termasuk dalam kategori menengah karena lebih tinggi dari anak-anak yang tinggi. Ibu dengan pendidikan dasar mempunyai jumlah tertinggi (70%) dibandingkan ibu dengan pendidikan menengah (30%). Oleh karena itu kesimpulannya adalah: “Terdapat dampak stunting terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat”.
Pembahasan
Rata-rata pendidikan ibu pada jenjang sekolah dasar sebanyak 7 orang, pendidikan menengah sebanyak 3 orang untuk anak yang belum bersekolah dengan persentase 70% untuk pendidikan dasar dan 30% untuk pendidikan menengah, sedangkan untuk anak normal sebanyak 12 orang dan 3 orang dengan persentase sebesar 80% untuk pendidikan dasar dan 20% untuk pendidikan remaja. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang baik akan mempengaruhi penerimaan informasi tentang tumbuh kembang anak dan juga akan mampu mengetahui cara mengasuh anak yang baik dan benar, mendidik anak dan juga menjaga kesehatan anak. Pernyataan diatas sejalan dengan teori-teori yang ada mengenai ciri-ciri anak yang mengalami stunting.Sesuai dengan teori-teori yang ada, ciri-ciri yang paling sering ditemukan adalah anak yang mengalami stunting berusia lebih muda dibandingkan dengan anak seusianya dan juga pertumbuhan anak tersebut. sedikit lebih lambat dibandingkan anak-anak seusianya.
Penyebab stunting pada anak juga karena kurangnya akses terhadap air bersih di desa, serta kurangnya makanan bergizi yang diterima anak sejak dalam kandungan hingga anak dilahirkan. Dan juga di lapangan, peneliti menemukan adanya anak-anak yang sejak bayi ditelantarkan oleh ibunya dan anak-anak tersebut diasuh oleh nenek-neneknya yang kaya raya sehingga menyebabkan anak-anak tersebut mengalami stunting karena kurangnya makanan bergizi dan tentunya ASI sejak kecil. . Beberapa anak yang bertubuh pendek kurang percaya diri dan juga terganggu dengan ejekan dari teman sebayanya, sehingga mengakibatkan anak memiliki keterampilan sosial yang buruk.
Pengukuran perkembangan sosial emosional anak menggunakan instrumen SDQ yang terdiri dari 5 soal dan dibagi menjadi 5 subskala yaitu gangguan emosi, masalah perilaku, hiperaktif dan hubungan dengan teman sebaya. Prevalensi dan Jenis Masalah Emosional dan Perilaku pada Anak Usia 9-11 Tahun Berperawakan Pendek di Kabupaten Brebes, Jurnal Gizi Indonesia Vol 3 No 2 Tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: “Ada pengaruh dampak stunting terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini di Desa Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, pembahasan dan kesimpulan, perlu ditingkatkan upaya pencegahan terhadap gangguan yang mungkin dialami anak khususnya masalah stunting, agar dapat memperhatikan tumbuh kembang anak dengan sebaik-baiknya. Bagi seluruh orang tua khususnya para ibu, calon ibu dan wanita yang akan menikah diharapkan dapat memperhatikan dan sering membaca untuk menambah pengetahuannya tentang tumbuh kembang anak, khususnya enam aspek perkembangan yang ada untuk menghindari kehamilan pada anak setelahnya. kelahiran anak itu dan jika ia muncul sebelumnya. Hubungan kejadian stunting dengan perkembangan sosial emosional anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Brilian Muhamad Nur, Pengaruh Persepsi Siswa Terhadap Pengelolaan Kelas Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Pada Kelas Bebas Hambatan Di Desa Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo”, (Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, 2012), hal 3. Empat akibat stunting pada anak dan negara Indonesia. Tinggi badan lahir pendek sebagai salah satu faktor penentu keterlambatan tumbuh kembang anak usia 6 s/d 23 bulan di Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Jurnal Ekologi Kesehatan , Jilid 15 No.1, 2016.
Jawaban: iya, saya sering menelpon saat ingin buang air besar karena tidak bisa menyiram. Jawaban: Saya takut kalau ada turis yang datang pasti lari sembunyi. Jawaban: Kadang kalau dia main jauh dan tidak cerita, dia takut dimarahi saat pulang.
Jawab : Namanya anak-anak, kalau ada teman mainnya ya main, tapi kalau tidak ada teman mainnya sendiri. Jawaban: Disebut anak-anak, kalau temannya datang bermain maka mereka bermain, tetapi jika tidak maka mereka bermain sendiri.