H. Teknik Analisis Data 1. Uji Gregory
2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas
Validitas Instument adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai Validitas tinggi. Sebuah instrumen dikataikan valid
27
apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Pengujian validitas setiap item tes dihitung menggunakan persamaan berikut:
đžđđđđ = đđâ đđĄ đđĄ âđ
đ
(Ananda dan fadhli, 2018: 146) Keterangan :
đžđđđ = koefesien korelasi point biserial
Mp = mean skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari korelasinya dengan tes
Mt = mean skor total (skot rata-rata seluruh pengikut test) St = standar deviasi skor total
P = proporsi peserta didik yang menjawab benar
q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 - p) valid tidaknya item ke-i ditentukan dengan membandingkan nilai rbis (i) dengan nilai rtabel pada taraf signifikan Îą = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
- Jika nilai rbis (i) ⼠rtabel item dinyatakan valid - Jika nilai rbis (i) < rtabel item dinyatakan invalid
Item yang memenuhi kriteria dan mempunyai validitas tes yang tinggi selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika..
Dari hasil analisis instrumen yang terdapat pada pada lampiran 3 halaman 87, maka diperoleh sejumlah item dari instrument tes hasil belajar
fisika yang dapat digunakan pada penelitian ini b. Uji Reabilitas
Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka harus
ditentukan reabilitasnya. Untuk perhitungan reliabilitasnya tes, maka digunakan rumus Kuder dan Richardson (KR-20) yang dirumuskan:
đđđ= đ
đ â 1[1 ââ đđ đđĄ2 ]
Ananda dan Muhammad Fadhli (2018: 146-147) Keterangan:
rii = Koefisien reliabilitas k = Banyaknya butir p = Proporsi jawaban benar q = Proporsi jawaban salah đđĄ2 = Variansi total
â đđ = Jumlah hasil perkalian antara p dan q Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Reliabilitas (đđđ) Kriteria
> 0,80 Sangat Tinggi
0,70 < đđ⤠0,80 Tinggi
0,40 < đđ⤠0,70 Sedang
0,20 < đđ⤠0,40 Rendah
⤠0,20 Sangat Rendah
(Sugiyono, 2017: 186)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dipaparkan pada lampiran 4 halaman 95 untuk instrumen tes hasil belajar fisika diperoleh nilai r11 = 0,9205 maka instrumen ini memiliki angka reliabilitas yang sangat tinggi
Setalah melakukan tahap tersebut, maka diperoleh instrumen tes gaya belajar dan tes hasil belajar fisika. Untuk tes gaya belajar berjumlah 30 nomor item pernyataan dan untuk tes hasil belajar terdapat 23 jumlah
29
item butir soal. Jumlah item tiap indikator dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6 dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 83:
Tabel 3.5 Jumlah item tiap dimensi gaya belajar pada instrumen Angket gaya belajar
No Gay Belajar Nomor soal jumlah
1 Visual 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 2 Auditorial 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 30 3 Kinestetik 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
Tabel 3.6 Jumlah item tiap indikator pada instrumen tes hasil belajar
No Indikator Nomor soal jumlah
1 Mengetahui (C1) 1,7,9,17,20,22,25,28
23 2 Memahami (C2) 2,10,14,16,20,23,26,29
3 Menerapkan (C3) 5,6,11,12,19,24,27 3. Analisis Statistik
a. Angket
Analisis data angket gaya belajar tentang kecenderungan gaya belajar pesertadidik. Angket ini terdiri dari 30 butir soal dan memuat 4 butir pilihan jawaban : Sangat Setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap item soal memiliki skor yang berbeda sesuai dengan jawaban yang dipilih seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Angket Chek List
No Jawaban Skor
1. Sangat setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak setuju 2
4. Sangat tidak setuju 1
Dengan penyebaran indikator gaya belajar peserta didik pada soal, maka angket ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
⢠No 1-10 menunjukkan aspek Visual
⢠No 11-20 menunjukkan aspek Auditorial
⢠No 21-30 menunjukkan aspek Kinestetik
Adapun rumus yang digunkan untunk menghitung besarnya peresentas kecenderungan gaya belajar peserta didik yaitu rumus peresentase.
P = đš
đ đ 100%
Keterangan:
P : Presentase
F : frekuensi yang dicari peresentasenya N : Number of cases (Jumlah subjek)
Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan penggolongan kecenderungan gaya belajar peserta didik, masing-masing gaya belajar dihitung jumlah peserta didik dan dibandingkan dengan jumlah peserta didik seluruhnya, dilakukan pemberian tingkatan gaya belajar perta didik (viual, auditorial, dan kinestetik).
b. Hasil Belajar
1. Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan rumus:
đĽĚ =
â đđđĽđâ đđ
dengan:
đĽĚ = Skor rata-rata
â đđđĽđ = Jumlah skor total peserta didik
â đđ = Jumlah peserta didik
31
2. Persamaan mencari standar deviasi
=ââđđđĽđ2â(âđđđĽđ)2 đ đ â 1 dengan:
S = Standar deviasi
â đđđĽđ = Jumlah skor total peserta didik n = Banyaknya peserta didik
Darwis (2018: 331) 3. Kategori Hasil Belajar
Kategori skor hasil belajar fisika diperoleh berdasarkan skor ideal yang dicapai menggunakan skala lima yaitu seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik Interval (%) Kategori
0 â 20 Sangat Rendah
21 â 40 Rendah
41 â 60 Sedang
61 â 80 Tinggi
81 â 100 Sangat Tinggi (Riduwan,2013: 41)
Berdasarkan kriteria interpretasi hasil belajar yang dikemukakan oleh riduwan pada tabel 3.8 di atas maka apabila disesuaikan dengan skor hasil belajar fisika peserta didik, diperoleh.
Tabel 3.9 Pengkategorian Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
Interval (%) Interval skor Kategori
0 â 20 0 â 4 Sangat Rendah
21 â 40 5 â 9 Rendah
41 â 60 10 â 14 Sedang
61 â 80 15 â 19 Tinggi
81 â 100 20 â 24 Sangat Tinggi (diadaptasi dari Riduwan, 2013: 41) 4. Analisis Inferensial
a. Uji Normalitas
Uji prasyarat analisis pada penelitian ini menggunakan uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui sebaran data pada variable gaya belajar dan hasil belajar fisika. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Chi Kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah :
X2 = â (đ¸đâđ¸đ)2
đ¸đ đđ=1
Dengan :
Eo = Frekuensi observasi Ec = Frekuensi harapan
Jika nilai X2 hitung < nilai X2 tabel maka data tersebut terdistribusi normal. Dengan dk = (1 â Îą) (dk = k â 1), dimana dk = derajat kebebasan, dan k = banyak kelas pada distribusi frekuensi (Siregar. 2015:304).
b. Uji Linearitas
33
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.
Uji tersebut digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi ataupun regresi linear. Rumus utama pada uji linieritas yaitu uji-F Trijono (2015:67-68).
1) Menghitung jumlah kuadrat regresi
đ˝đž đđđ(đ)= (â đ)2 đ
2) Menghitung jumlah kuadrat regresi b/a JKreg (b/a) = đ(â đđ) 3) Menghitung jumlah kuadrat residu
đ˝đžđđđ = â đ2 â đ˝đž(đ)â đ˝đž(đ đâ )
4) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a đ đ˝đž đđđ (đź) đ đ˝đž đđđ (đź)= đ˝đž đđđ(đź)
5) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJK(b/a)):
đ đ˝đž đđđ (đ đ)â = đ˝đž đđđ(đ đ)â
6) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu đ đ˝đžđđđ đ đ˝đžđđđ = đ˝đžđđđ
đ â 2 7) Menghitung jumlah kuadrat error (đ˝đžđ¸)
đ˝đžđ¸ = â{â đ2 â(â đ)2 đ }
đ
đ
8) Rumus menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (đ˝đžđđś) đ˝đžđđś = đ˝đžđđđ â đ˝đžđ¸
9) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (đ đ˝đžđđś) đ đ˝đžđđś = đ˝đžđđś
đ â 2
10) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (đ đ˝đžđ¸) đ đ˝đžđ¸ = đ˝đžđ¸
đ â đ 11) Rumus nilai uji F
đš =đ đ˝đžđđś đ đ˝đžđ¸
Ciri pengukuran: jika nilai uji F < nilai table F, maka distribusi berpola linier. Rumus Ftabel = F(1-Îą) (db TC, db E) di mana db TC = k â 2 dan db E
= n â k
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian selanjutnya yaitu Uji Hipotesis yang berfungsi untuk mencari makna hubungan antara variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi tersebut diuji dengan rumus Korelasi Product Moment yang diungkapkan Pearson sebagai berikut.
đ = đâđ1đđđ â (âđ1đ)(âđđ)
â{đâđ âđ 2 + â(đ1)2}{đâđ âđ 2 + â(đ1)2)
Keterangan:
r = Angka indeks korelasi r productmoment.
n = Jumlah sampel.
ÎŁXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ÎŁX = Jumlah keseluruhan skor X.
ÎŁY = Jumlah keseluruhan skor Y.
Nilai koefisien korelasi adalah -1< r < 1. Jika dua variabel
35
berkorelasi negatif maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati -1, jika dua variabel tidak berkorelasi maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 0, sedangkan jika dua variabel berkorelasi positif maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 1.
Untuk lebih mengetahui seberapa jauh derajat antara variabel- variabel tersebut, dapat dilihat perumus berikut dalam tabel:
Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Besarnya nilai r Interpretasi
0,00 < 0,20 Tidak ada hubungan 0,20 â 0,40 Hubungan rendah
0,40 â 0,70 Hubungan sedang atau cukup 0,70 â 0,80 Hubungan tinggi atau kuat
0,90 < Hubungan tinggi atau sangat kuat Sudjana dan Ibrahim (2014 : 78) d. Uji Regresi sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secra linear antara satu variabel independent (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apabila nilai posistif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai dari variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:
Ĺś = a + bX
Keterangan :
Ĺś : Variabel dependen ( Hasil Belajar) X : Variabel Independen ( Gaya Belajar) a : Konstanta (nilai Y apabila X = 0
b : Konstanta regresi sederhana (nilai peningkatan ataupun penurunan.
Trijono (2015:63)
37 BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 13 Takalar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar pada mata pelajaran fisika peserta didiki kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar.
1. Analisis Statistik Deskriptif