• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Unsur-Unsur Dakwah

dalam kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur- unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah. Dan desain pembentukan tersebut adalah :

29 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, QS. Al-imran, Ayat 110

30 https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/keutamaan-dakwah-dalam-islam

1. Dai

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lemabaga. Lalu siapa dai itu? Pada dasarnya, semua pribadi muslim berperan secara otomatis sebagai juru dakwah, artinya orang yang harus menyampaikan atau dikenal sebagai komunikator dakwah. Maka, yang di kenal sebagai dai atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokan menjadi :

a. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang

dewasa dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah: “sampaikan walau satu ayat”.

b. Secara khsusus adalah mereka yang mengambil keahlian

khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.31

Dai bisa secara individual, kelompok, organisasi atau lembaga yang dipanggil untuk melakukan tindakan dakwah.32 Tuhan adalah yang memanggil malalui isyarat-isyaratnya dalam qur’an, sementara yang diapanggil untuk berdakwah adalah umat Islam sesuai kemampuan dan

31 Wahyu Ilaihi, komunikasi dakwah, (Cet.1; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.19

32 Secara Individu Dai pertama adalah Muhammad SAW, Keterangan ini dapat diperoleh dari QS.Yusuf (12) 108, QS Al-Qasash (28): 87; QS.As-Shaf (61) 7 dan QSAli- Imran (3) 108.

kapasitas masing-masing umat, sebagaimana dapat dilihat dalam isyarat Qur’an.

Dai memiliki posisi sentral dalam dakwah, sehingga dai harus memiliki citra atau image yang baik dalam masyarakat. Citra image bisa dipahami sebagai kesan berkenaan dengan penilaian terhadap seseorang, instansi maupun organisasi yang diciptakan dai sebagai hasil langsung dari dakwahnya. Citra yang berhubungan dengan seorang dai dalam perspektif komunikasi erat kaitanya dengan kredibilitas yang dimiliki.33

Citra terhadapap dai adalah penilaian mad’u terhadap dai, apakah dai mendapat citra posotif atau negative. Pencitraan mad’u terhadap diri seseorang dai sangat berpengaruh dalam menetukan apakah mereka akan menerima informasi atau pesan dakwah atau sebaliknya menolak.34

Ada empat cara bagaimana seorang dai dinilai oleh mad’unya :

1) Dai dinilai dari reputasi yang mendahuluinya. Apa yang sudah mendahuluinya. Apa yang sudah dilakukan oleh dai, bagaimana karya-karyanya, apa latar belakangnya pendidikanya, apa jasanya dan bagaimana sikapnya. Apakah sikapnya seorang dai memperindah atau menghancurkan seputasinya.

33 Stewart L.Tubb dan Sylvia Moss, Humman Communication Konteks-Konteks Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 1996), h. 119

34 Syukriadi Sambas, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam, (Bandung: Widia Padjadjaran, 2009), h. 121.

2) Melalui perkenalan atau informasi tentang diri dai. Seorang dai dinilai mad’unya dari informasi yang diterimanya. Bagaimana informasi tentang dai diterima dan bagaimana dai memperkenalkan dirinya sangat mentukan kredibilitas seorang dai.

3) Melalui apa yang diucapkanya. “al-lisan mizan al-insan” (lisan Adalah ukuran seorang manusia), begitu ungkapan Ali Bin Abi Thalib. Apabila seorang dai mengungkapkan kata-kata kotor, kasar dan rendah, maka seperti itu pula kualitasnya. Dai memiliki kredibilitas apabila ia konsisten dalam menjaga ucapanya yang selaran dengan perilaku keseharian.

4) Melalui bagaimana cara dai menyampaikan pesan dakwahnya.

Penyampaian dakwah yang sistematis dan terorganisir memberi kesan kepada dai bawha ia menguasai persoalan, materi dan metodologi dakwah.

Seorang dai yang kredibel35 adalah seorang yang memiliki kompetensi dibidangnya, integritas kepribadian, ketulusan jiwa dan memiliki status yang cukup. Dai harus menjadi saksi kebenaran, menjadi teladan umat dan berakhlaq baik yang mencerminkan nilai-nilai Islam.36 2. Mad’u

Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu,

35 Kredibel dalam KBBI yang artinya dapat dipercaya.

36 Alwi Syihab, Islam Inklusif , (Bandung: Mizan, 1999), h. 245.

kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan.37

Seluruh umat manusia. bahkan bangsa jin dimasukan dalam sasaran dakwah. Luasnya cakupan sasaran dakwah lebih mempertegas bahwa dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, selama ia memiliki kecakapan untuk melakukan dakwah. Ilat kalimat memiliki kecakapan menunjukan bahwa tidak semua umat bisa melakukan dakwah.

Persoalanya adalah bagaimana dakwah dilakukan, lebih-lebih ditujukan untuk bangsa jin. Ditegaskan A. Karni, bahwa manusia hanya memiliki tanggung jawab untuk berdakwah dikalangan sesama manusia dalam berbagai kelompok dan sub kebudayaanya. Kehidupan bangsa jin tidak termasuk wilayah dakwah manusia.38

Manusia sebagai sasaran dakwah (mad’u) tidak lepas dari kultur kehidupan yang melingkupinya yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan dakwah, situasi teologis, kultural dan struktural mad’u (masyarakat) dalam dakwah Islam bahkan selalu memunculkan dinamika dalam dakwah, karena dakwah Islam dilakukan dalam situasi sosiokultural tertentu bukan dalam masyarakat nihil budaya dan nihil system.39

Mad’u dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

37 Wahyu Ilaihi, komunikasi dakwah, h. 20.

38 Awis Karni, Dakwah Islam Diperkotaan, Studi Kasus Yayasan Wakaf Paramadina (Jakarta: Disetase Sps UIN Jakarta, 2000), H. 40.

39 Syukriadi Sambas, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam, (Bandung: KP-Hadid, 1995), h. 53

a. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat

berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

b. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat

berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

c. Golongan yang berada dengan golongan yang diatas adalah

mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalami dengan benar.40

3. Materi / Pesan Dakwah

Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam qur’an dan hadis, atau mencakup pendapat para ulama atau lebih luas dari itu.41

Secara umum pesan dakwah dapat dikelompokan menjadi :

a. Pesan akidah, meliputi Iman kepada Allah SWT. Iman kepada

Malaikat-NYA, Iman Kepada kitab-kitab-NYA, Iman kepada rasul- rasul-NYa, Iman kepada hari kiamat, Iman kepada Qadha-Qadhar.

b. Pesan syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan

haji, serta muamalah.

1) Hukum perdata meliputi : hukum pidana, hukum nikah, dan hukum waris.

40 Wahyu Ilaihi, komunikasi dakwah, h. 20.

41 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya, QS.Yusuf, Ayat 108.

2) Hukum public meliputi : hukum pidana, hukum Negara, hukum perang dan damai.

c. Pesan akhlak meliputi akhlak terhadap Allah SWT. Akhlak

terhadap mahluk yang meliputi : akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.42

4. Media Dakwah

Media dakwah adalah sarana yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Dan media bisa merunjuk pada alat maupun bentuk pesan, baik verbal maupun nonverbal, seperti cahaya dan suara. Saluran juga dapat merujuk pada cara penyajian, seperti tatap muka (langsung) atau lewat media, seperti surat kabar, majalah, radio, telepon dan televisi. Sering pula disebut bahwa apa yang dikategorikan sebagai cara atau metode. Cara dakwah dengan menerangkan maupun menginformasikan lewat lisan misalnya, sering disebut dakwah bil-lisan, karena menginformasikann dan menerangkanya dengan lisan.43

Dan media dakwah diantaranya :

a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

42 Wahyu Ilaihi, komunikasi dakwah, h. 20.

43 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (Cet.1; Jakarta: PT Rajagrafindo Persada : 2011), H. 13

b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, sms), spanduk dan lain-lain.

c. Audio visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau pemglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

d. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.44 5. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan dai untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk menyampaikan tujuan dakwah. Sementara itu, dalam komunikasi metode lebih dikenal dengan approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Secara terperinci metode dakwah dalam Alqur’an

Terjemahnya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

44 Wahyu Ilaihi, komunikasi dakwah, h. 20-21.

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.45

Dari ayat tersebut, terlukiskan bahwa ada tida metode yang menjadi dasar dakwah, yaitu :

a. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran- ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b. Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.46

E. Pengertian Remaja Dalam Pandangan Islam

Dokumen terkait