II. TEORI
4.3 Urutan Analisis Klasifikasi Data Data 1
BSu:
Keringat basahi tubuh
(bait pertama baris kedua) Bsa:
流なが
れ落おちる汗あせ
(bait pertama baris kedua) Pada bahasa sumber, terdapat nomina keringat. Kata ini termasuk pada kategori nomina karena secara sintaksis berpotensi didahului oleh partikel dari.
Misalnya, “dari keringat”. Frasa ini berterima secara sintaksis. Oleh karena itu, dapat dikatakan sebagai kata dengan kategori nomina. Bentuk nomina keringat merupakan nomina dasar, yakni nomina yang tidak dilekati afiks atau imbuhan.
Nomina keringat dalam bahasa Jepang adalah ase (Kashiko, hlm.13). Pada bahasa sasaran, kata tersebut diterjemahkan sesuai dengan terjemahan kamus atau sesuai dengan terjemahan leksikalnya. Berarti pada data 1a, terjemahan nominanya tidak mengalami pergeseran.
Selanjutnya pada kalimat yang sama, terdapat juga nomina tubuh. Sama halnya dengan data (1a) di atas, nomina tubuh juga merupakan nomina dasar, tak bernyawa, dan nomina terbilang.
Tubuh menurut Kamus Lengkap Jepang-Indonesia (Kashiko; 2004:195) adalah karada, shintai. Akan tetapi, pada bahasa sasaran kata ini tidak diterjemahkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada data (1b) terjadi pergeseran penerjemahan nomina dari bentuk aslinya, yakni nomina tubuh menjadi tidak diterjemahkan.
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 76 Data 2.
BSu
Semua doa kupanjatkan
(bait kedua baris ketiga) Bsa
すべての 祈い のりを 載のせて
(bait kedua baris ketiga) Data ke-2 nomina doa. Nomina doa dalam bahasa Jepang adalah inori (Kamus:Kashiko, hlm. 149). Oleh karena itu, dapat dikatakan sebagai kata dengan kategori nomina. Bentuk nomina doa merupakan nomina dasar dan nomina tak terbilang.
Kata ini termasuk pada kategori nomina karena secara sintaksis berpotensi didahului oleh partikel “dari”. Misalnya, “dari doa”. Frasa ini berterima secara sintaksis. Namun, pada bahasa sasaran, kata tersebut diterjemahkansesuai dengan terjemahan kamus atau sesuai dengan terjemahan leksikalnya. Oleh karena itu, pada data 2 terjemahan nominanya tidak mengalami pergeseran.
Data 3.
BSu
Sejarah kupersembahkan
(bait kedua baris keempat) Bsa
刻き ざむのさ 歴史れ き しを
(bait kedua baris keempat) Pada data 3 terdapat nomina sejarah. Nomina sejarah dikategorikan sebagai nomina karena secara sintaksis berpotensi didahului oleh partikel “dari”.
Misalnya, “dari sejarah”. Frasa ini berterima secara sintaksis. Nomina Sejarah dalam bahasa Jepang adalah rekishi (Kamus:Kashiko, hlm.334).
Dalam bahasa sasaran, kata tersebut diterjemahkan sesuai dengan terjemahan kamus atau sesuai dengan terjemahan leksikalnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan sebagai kata dengan kategori nomina. Bentuk nomina sejarah merupakan nomina dasar dan nomina tak bernyawa. Oleh karena itu, pada data 3, terjemahan nominanya tidak mengalami pergeseran.
Data 4.
BSu
Tetap fokus kita kejar dan raih bintang
(bait ketiga baris keempat)
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 77 Bsa
追おい続つ づけろそして掴つ かめ星ほ しを
(bait ketiga baris keempat) Selanjutnya pada data 4, bahasa sumber terdapat pada nomina bintang.
Pada bahasa sasaran kata tersebut diterjemahkan sesuai dengan terjemahan kamus atau sesuai dengan terjemahan leksikalnya. Kata bintang dalam bahasa Jepang adalah hoshi (Kamus: Kashiko, hlm.136).
Kata ini secara sintaksis berpotensi didahului partikel “dari”. Contohnya
“dari bintang”, frasa ini berterima secara sintaksis. Oleh karena itu, bisa dikategorikan sebagai nomina. Bentuk nomina bintang merupakan nomina dasar, tak bernyawa, dan nomina terbilang. Jadi, pada data 4, terjemahan nominanya tidak mengalami pergeseran.
Data 5.
BSu
Tetap focus satu titik, hanya itu titik itu
(bait ketiga baris pertama) Bsa
さあ今い ま この時と きこの一瞬いっしゅん この瞬間しゅんかん
(bait ketiga baris pertama) Data terakhir, yaitu data 5 terjadi pergeseran penerjemahan nomina dari bentuk aslinya, yakni nomina titik menjadi tidak diterjemahkan. Pasalnya, dalam bahasa Jepang titik berarti ten (Kamus: Kashiko, hlm.459). Jelas pada bahasa sasaran kata ini tidak diterjemahkan.
Kata ini dikategorikan nomina karena secara sintaksis berpotensi didahului partikel “dari”. Misalnya “dari titik”. Frasa ini berterima secara sintaksis. Oleh karena itu, dapat dikatakan sebagai kata dengan kategori nomina. Bentuk nomina titik merupakan nomina dasar, tak bernyawa, dan nomina terbilang.
V. PENUTUP
Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa pergeseran nomina yang terjadi pada lirik lagu meraih bintang ialah nomina diterjemahkan sesuai dengan terjemahan leksikalnya, dan nomina tidak diterjemahkan. Nomina yang diterjemahkan sesuai dengan terjemahan leksikalnya dapat dilihat pada data 1a, 2,
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 78 3, dan 4. Sementara itu, ada 2 data yang mengalami pergeseran, yaitu dari kata bentuk nomina menjadi tidak diterjemahkan, yaitu data 1b dan data 5.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, Mona. 2011. In other Words a Coursebook on Translation. London and Newyork: Routledge.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sepni, Rahtu Nila. “Analisis Kesalahan Terjemahan Mesin Google Translate”.
2018. Researchgate.net. diakses tanggal 3 November 2018.
Widiarti, Rini. 2003. “Penerjemahan Metafora Jepang ke dalam Bahasa Indonesia”. Tesis: Universitas Indonesia.
Kashiko, Tim. 2004. Kamus Lengkap Jepang-Indonesia. Cetakan Ke Lima.
Surabaya: Kashiko.
Sumber dari internet
Youtube. (2018, Juli 7). Lirik Lagu Via Vallen – Meraih Bintang [Berkas Video].
Diperoleh dari https://m.youtube.com/watch?v=ymz11EiUcoc
Youtube. (2018, Agustus 17). Meraih Bintang Japanese Version “Hoshi wo Tsukame”–Hiroaki Kato [Berkas Video]. Diperoleh dari https://m.youtube.com/watch?v=jHbX7C0upio
https://www.youtube.com; 31 Oktober: 14.09 https://asiangames.antaranews.com
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 79 NEOLOGISME DALAM PERKEMBANGAN BAHASA JEPANG DAN
LATAR BELAKANG FENOMENA SOSIAL MASYARAKATNYA
Ni Nengah Suartini Universitas Pendidikan Ganesha
Abstrak
Neologisme adalah kata baru atau bisa juga merupakan kata lama yang memiliki makna baru yang sudah diterima di masyarakat. Kata baru atau makna baru tersebut muncul karena adanya suatu perubahan berupa penemuan baru atau fenomena yang terjadi di masyarakat, diperkenalkan dan digunakan oleh akademisi atau media informasi, baik cetak maupun elektronik.
Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang dinamis dan ini berdampak pada perkembangan bahasa Jepang. Perubahan masyarakat Jepang memunculkan neologisme dalam bahasa Jepang. Bagi pembelajar bahasa Jepang, tentunya neologisme sangat penting, tetapi sulit untuk dipahami karena keterbatasan informasi yang dimuat dalam materi pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan pembentukan neologisme dalam bahasa Jepang yang bersumber dari fenomena sosial yang ada di masyarakat Jepang dalam kurun waktu satu dasawarsa ini. Neologisme bisa berupa kata baru dan kata lama yang mempunyai makna baru. Penelitian ini membatasi sumber data pada neologisme yang berasal dari fenomena sosial masyarakat Jepang yang berhubungan dengan bidang ilmu Sosiologi Keluarga.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembentukannya, neologisme tersebut ada yang berupa kata serapan yang mengalami penyesuaian secara utuh, penyingkatan kata dari dua suku kata menjadi satu kata dan perpaduan dengan kosakata bahasa Jepang yang telah ada sebelumnya. Melalui pemahaman terhadap neologisme dalam bahasa Jepang, diharapkan pembelajar bahasa Jepang dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perkembangan bahasa Jepang yang merupakan refleksi dari dinamika masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Kata kunci: fenomena sosial, neologisme, sosiologi keluarga
I. PENDAHULUAN
Neologisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “neos” dan “logos”. “Neos”
berarti baru dan “logos” berarti bahasa/kata. Dengan demikian, neologisme dapat diartikan sebagai kata yang baru. Neologisme tidak selalu berupa kata yang baru, bisa juga berupa kata yang telah ada sebelumnya, tetapi memiliki makna yang baru atau kata yang telah ada sebelumnya dipadukan dengan kata yang lain sehingga membentuk makna yang baru.
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 80 Banyak hal yang melatarbelakangi terbentuknya neologisme. Misalnya, berupa penemuan baru di bidang teknologi, dapat juga berupa fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Neologisme menunjukkan dinamisnya masyarakat pengguna bahasa. Selain itu, pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan teknologi juga ikut memberikan kontribusi terhadap semakin dikenalnya neologisme di kalangan masyarakat luas. Hal ini dapat dilihat dari peran media informasi, baik cetak maupun elektronik dalam mempopulerkan neologisme di kalangan masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Munculnya neologisme merupakan salah satu tantangan bagi pembelajar bahasa asing. Begitu juga dengan pembelajar bahasa Jepang. Jepang dikenal sebagai masyarakat yang dinamis. Dinamika masyarakat Jepang tersebut memunculkan berbagai istilah baru yang belum tentu segera tertulis di kamus. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami pesatnya perkembangan neologisme dalam bahasa Jepang. Apalagi, penelitian tentang neologisme dalam bahasa Jepang masih sangat kurang sehingga hal ini membuat pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam memahami bahasa Jepang secara konten, khususnya istilah yang menggambarkan fenomena dalam dinamika kehidupan masyarakat Jepang.
Neologisme merupakan salah satu tema yang menarik untuk diteliti dalam perkembangan bahasa. Salah satunya adalah dikenalnya bermacam istilah yang berhubungan dengan perkembangan dan penemuan di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi. Misalnya, penelitian tentang istilah baru dalam bahasa Cina yang berhubungan dengan internet (TAO Yingnian, 2017). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan peran media sosial dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang berperan penting terhadap munculnya berbagai istilah baru dalam konotasi sosial dan budaya yang berbasis web. Penelitian tentang neologisme lebih banyak terfokus pada teknologi dan informasi. Neologisme yang dilatarbelakangi fenomena sosial masih kurang, sementara Jepang merupakan masyarakat yang dinamis, ditandai dengan munculnya berbagai fenomena sosial.
Dalam mempelajari bahasa Jepang, pengetahuan tentang masyarakat pengguna bahasa juga sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap neologisme. Secara tidak langsung, dengan memahami neologisme juga
Prosiding Seminar Nasional “Jepang dan Indonesia dalam Perspektif Humaniora”, 07 November 2018 81 akan meningkatkan pengetahuan kita tentang dinamika masyarakat pengguna bahasa dan sekaligus memperdalam pemahaman terhadap bahasa Jepang secara kontekstual.