BAB III METODE PENELITIAN
F. Validitas Data
Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses penelitian. Untuk keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi. (Sutopo, 2006) triangulasi merupakan cara
yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Validitas data pada penelitian ini menggunakan triagulasi teori. Karena pada dasarnya, hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Di samping itu diskusi dengan teman sejawat seringkali dilakukan demi memperoleh jawaban atau masukan sehingga diperoleh data yang lebih mendalam dan akurat. Hal ini juga dimaksudkan agar peneliti dapat bersikap lebih terbuka dan jujur dalam mengumpulkan, mengklasifiksi, menganalisis, dan menyimpulkan nilai-nilai heroik novel AMAB.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran nilai-nilai heroik yang terdapat pada novel AMAB Karya Agnes Davonar. Novel ini awalnya ditulis secara online kemudian diterbitkan dalam kumpulan cerita pendek yang berjudul Love and Life chocolates. Karena banyaknya pembaca dan penikmat sastra membuat novel ini laris di pasaran dengan penjualan lebih dari 20.000 exemplar menjadikannya sebagai best seller nasional dan juga telah dibaca lebih dari 2.000.000 pembaca online.
Novel AMAB Mengisahkan tentang perjuangan seoarang gadis tunarungu untuk mendapatkan tempat dan perlakuan yang layak sebagaimana orang normal yang ada di sekitarnya. Sebuah kisah perjuangan yang inspiratif dan mengharukan. Nilai perjuangan itulah yang akan dikaji secara mendalam pada penelitian ini lewat karakter tokoh, dialog tokoh ataupun penjelasan pengarang yang berindikasi adanya nilai perjuangan atau nilai heroik seperti keberanian, ketangguhan, pantang menyerah, dan rela berkorban.
Untuk lebih jelasnya nilai heroik dalam novel AMAB dapat dilihat uraian berikut.
a. Nilai Keberanian
Keberanian adalah hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, tidak takut (gentar, kecut).
Sifat berani juga berhubungan erat dengan kebenaran, di mana seseorang tidak akan takut jika sedang memperjuangkan suatu kebenaran.
Sifat berani yang dimiliki oleh Angel dalam novel AMAB Dapat dilihat ketika guru matematika memberikan tugas untuk diselasikan di depan kelas ternyata tidak seorang murid pun yang mampu menyelesaikan termasuk Agnes. Di saat itulah Angel tampil untuk membantu Agnes dalam menyelesaikan tugas tersebut. Angel tanpak mengerjakan tugas dengan lancar tanpa beban walaupun Agnes berdiri di sampingnya memperhatikannya dengan mata melotot.
Angel yang acapkali dihina, dipukul, bahkan diintimidasi oleh Agnes dan teman-temannya tidak menciutkan nyalinya untuk tetap bergabung dengan kelompok musik sekolah. Walau Agnes dan teman-temannya memperlakukannya tidak manusiawi dan berusaha agar Angel keluar dari kelompok musik tersebut dan tidak ikut dalam konser musik pada acara ulang tahun sekolah mereka. Akan tetapi Angel tetap berjuang untuk tetap bergabung dengan kelompok musik tersebut sampai akhirnya tampil pada acara konser musik yang diselenggarankan oleh sekolah mereka.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada kutipan-kutipan berikut:
Tak ada seorang pun murid yang berani maju hingga aku baru saja selesai mengerjakan soal itu. Aku ingin membantu Agnes dan berharap itu bisa menolongnya sehingga aku mengacungkan tanganku ke atas dan Pak Hengky melihatnya.
“Angel, silakan maju kalau kamu bisa!”
Aku melangkah ke depan dan diperhatikan oleh seluruh murid di kelas, termasuk Agnes. Aku kini berada di samping Agnes sambil melempar senyum tapi ia malah menatapku dengan pandangan tajam. (AMAB: 80)
“percayalah padaku Ayah, aku sudah besar dan bisa menjaga diriku sendiri!” (AMAB: 86)
Tanpa ragu-ragu, aku menekannya perlahan ke salah satu baris warna putih. Aku mencoba merasakan getaran yang muncul hingga membuatku senang. (AMAB: 91)
Aku mencobanya lagi, menekan sesuai panggilan hatiku terhadap getaran yang aku rasakan di setiap jari-jariku (AMAB: 92)
Apapun rencana yang mereka inginkan kepadaku dan Hendra, tidak pernah membuat hatiku berpikir itu akan membuat kami menyerah. Karena aku percaya, tuhan selalu ada untuk kami dan sahabatku Hendra. (AMAB:142)
Aku tetap bersekolah walau tak ada yang mau bicara padaku.
Aku bertekad untuk tetap ada di kelompok musik sampai panggung bagiku tiba. (AMAB: 178)
Agnes sepertinya sudah sangat kebingungan karena tidak tahu bagaiamana membuatku keluar dari kelompok musik ini sebelum konser musik dimulai. Ia mulai sering memarahiku. Bila aku salah sedikit saja, emosinya, langsung meningkat. Jika sudah sangat emosi, ia melempar buku seberat 300 gram yang berisi lagu-lagu klasik tepat ke kepalaku. (AMAB: 179)
Aku benar-benar menyerah. Ini sudah sangat menakutkan bagiku. Akhirnya aku berbicara pada mereka semua.
“baiklah, kalau kalian memang tidak ingin aku ada di sini. Aku akan pergi,” tulisku.
Mereka semua saling bertatapan, tidak menyangka semudah itu aku memutuskan pergi dari kelompok musik.
“kenapa baru sekarang kau sadar? Kenapa tidak dari dulu? Kan kami tidak perlu susah-susah membuatmu keluar!”
Aku melotot dan menuliskan kalimat terakhir, “karena kalian adalah monster!!!”
Ketika mereka membacanya, mereka langsung menyiksakku.
Mereka menjambakku, memukulku, dan membuat sekujur tubuhku penuh dengan bekas kaki kotor mereka. Mulutku berdarah, tapi aku puas telah membuat mereka akhirnya tahu aku juga bisa melawan walau hanya dengan mengatakan mereka monster. (AMAB: 180)
Agnes dan kawan-kawan tampak kesal dan mereka benar- benar sudah melakukan apapun untuk mengusirku, tapi mereka merasa sia-sia.
“Gimana nih , Nes? Si gadis budek itu sampai matipun tetap akan bertahan di kelompok kita!”
“Iya tuh, padahal uda di siksa begitu, tapi sampai sekarang masih aja ngotot bergabung. Lihat kan tangannya? Udah mau putus juga masih aja pengen di ruangan itu, benar-benar gadis aneh!” keluh Maria. (AMAB: 197)
“Angel, percayalah, apapun yang terjadi di atas sana nantinya, Tuhan selalu bersamamu. Hapuslah air matamu dan melangkahlah dengan tegar, buatlah ayahmu bangga karenamu!”
Aku tersenyum dan menghapus air mataku. Dengan perlahan aku berjalan ke atas panggung. Begitu berat rasanya perjuangan hidupku untuk langkah besar menantiku di atas panggung. Saat aku muncul di panggung, semua orang langsung terkejut dan berbisik satu sama lain. Ketika satu orang tertawa melihat pakaianku yang lain mengikutinya, termasuk pembawa acara yang tidak bisa menahan tawanya. Aku berjalan ke tengah panggung, menunduk sambil memberikan hormat kepada penonton. Aku mencoba melihat di mana ayahku duduk, dan akhirnya kutemukan ia di belakang baris kanan panggung. Aku berjalan didiringi tawa penonton yang merasa lucu dengan apa yang kukenakan. Mereka bahkan berpikir apa yang akan kulakukan adalah lelucon sampai akhirnya aku duduk di meja piano yang disorot lampu besar.
(AMAB: 223)
Berdasarkan kutipan-kutipan novel tersebut di atas, dapat terlihat bagaimana gambaran keberanian tokoh Angel dalam menjalani hidupnya.
Hidup yang penuh perjuangan untuk dapat diterima sebagaimana layaknya gadis yang normal. Eksistensi Angel sebagai anak yang memiliki keterbatasan fisik, namun memiliki kecerdasan selayaknya anak normal yang lain dibuktikan lewat keberanian Angel menjawab tantangan dari
guru matematika. “Angel, silahkan maju kalau kamu bisa!” kalimat sindiran dari guru tersebut berhasil dipatahkan dengan keberanian dan kecerdasan Angel dalam menyelesaikan tugas dengan sempurna. Di samping itu, Angel bukanlah seorang anak yang pengecut yang senantiasa menghindar dari orang-orang yang sering berlaku kasar dan mengintimidasi. Angel bahkan melempar senyum kepada Agnes yang saat itu menatap tajam kepada Angel saat menyelesaikan tugas di papan tulis.
Menyerah bukan berarti pengecut dan lari dari kenyataan.
Kenyataan bahwa kalah dalam berjuang. Menyerah adalah sebuah strategi. Strategi penyelamatan jiwa yang sudah membahayakan dan strategi menyusun rencana untuk mencapai kemenangan. Hal inilah yang dilakukan oleh Angel ketika merasakan bahwa perlakuan Agnes dan teman-temannya sudah keterlaluan bahkan bisa membahayakan jiwa Angel.
Perlakuan buruk dan kasar oleh Agnes dan teman-temannya justru menumbuhkan sikap berani dalam diri Angel. Berani dalam membela dan mempertahankan haknya untuk tetap sekolah dan bergabung dalam kelompok musik, terlebih lagi keberaniannya melawan rasa takut pada dirinya sendiri ketika berhadapan dengan Agnes dan teman-temannya.
Keberanian melawan rasa takut menumbuhkan sikap percaya diri
“self confidence”. Percaya diri adalah gambar diri yang sehat atau biasa disebut Citra diri yaitu, bagaimana memandang diri sendiri, positif atau
negative, suka atau tidak suka. Dan unsur inilah yang berpengaruh terhadap pekerjaan dengan hasil yang didapat. Pekerjaan yang dilakukan dengan citra diri yang sehat, maka hasilnya akan memberikan pengaruh yang hebat buat diri sendiri dan orang lain. Keberanian seperti inilah yang dimiliki oleh Angel.
Percaya diri yang hanya bermodalkan keberanian tanpa citra diri yang sehat akan berdampak tidak baik, bahkan bisa menyakiti dan melukai. Keberanian seperti inilah yang dimiliki oleh Agnes dan teman- temannya. Mereka berani berbuat kasar dan mengintimidasi orang lain yang dianggap sebagai saingan dan penghalang dalam mencapai sebuah tujuan. Keberanian dalam konteks ini akan berdampak buruk dan membahayakan pelaku dan orang-orang di sekitarnya.
Berani memang bahan bakar yang dibutuhkan untuk membuat suatu terobosan, tetapi jika dibarengi dengan citra diri yang positif , akan berdampak luar bisa. Keberanian yang berlandasakan kebaikan dan ketulusan bukan berlandaskan kepentingan pribadi semata adalah kunci dasar dari citra diri yang sehat. Citra diri yang sehat merupakan langkah awal mendampingi keberanian, agar kelak apa yang dilakukan bermanfaat dan berguna bagi sesama
b. Nilai Ketangguhan
Tangguh artinya berjuang tanpa henti, tidak mudah goyah atau tidak mudah terpengaruh. ketangguhan atau strength merupakan
pegangan atau prinsip hidup yang kokoh dan jelas sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang terus berubah dengan cepat.
Ketangguhan yang dimiliki tidak menjadikan diri sebagai korban dari pengaruh lingkungan yang dapat mengubah prinsip hidup atau cara berpikir. Prinsip hidup yang dimiliki bersifat abadi dan tidak akan goyah meski diterpa badai sekeras apapun. Orang yang telah memiliki prinsip hidup yang kuat, akan mampu untuk mengambil suatu keputusan yang bijaksana dengan menyelaraskan prinsip yang dianut dengan kondisi lingkungan, tanpa harus kehilangan pegangan hidup. Memiliki prinsip dari dalam diri keluar, bukan dari luar ke dalam diri dan mampu mengendalikan pikiran sendiri ketika berhadapan dengan situasi yang sangat menekan.
Sifat tangguh pada novel AMAB Dapat dilihat pada beberapa kutipan berikut:
Ayah yang bingung, kemudian meminta ibunya (nenekku) untuk merawatku. Selain harus menyiapkan upacara pemakaman almarhumah ibu, nenek diharapakan dapat membatu ayah yang harus menjalani hidup-hidup beratnya saat ini. Nenek yang tinggal di Jakarta, langsung terbang naik pesawat menuju Semarang. Ia memberikan kekuatan besar dalam hidup ayah saat itu. Dan darinya juga, ayah belajar banyak akan arti keikhlasan dan harus kuat untuk melihat masa depan. (AMAB : 13)
Tapi nenek memang luar biasa, ia berhasil hidup menjadi orang tua tunggal bagi ayah dan kini ia harus membuat ayah juga sekuat nenek. (AMAB : 20)
Setiap hari setelah pulang kerja, ayah belajar pada bibi Anggun. Nenek juga ikut serta, sedangkan aku malah asyik bermain boneka tanpa menyadari bahwa kelak akupun akan mempelajari bahasa tangan dari ayah. (AMAB: 37)
Dua tahun adalah masa-masa yang sangat sulit bagi ayah, karena ia menghabiskan banyak waktunya untukku dengan setulus hati dan tanpa lelah. (AMAB: 37)
“kamu memang cerdas. Setelah ini, gadis cacat itu pasti kapok.”
“ya. biarkan saja sampai dia bosan dan pergi sendiri. Hanya manusia dungu dan bodoh yang mau bertahan.” (AMAB: 152)
Apapun rencana yang mereka inginkan kepadaku dan Hendra,tidak pernah membuat hatiku berpikir itu akan mrmbuat kami menyerah. Karena aku percaya, Tuhan selalu ada untuk aku dan sahabatku Hendara. (AMAB: 142)
Agnes yang membenciku sekarang bahkan berani membuang makan siangku. Aku yakin ia sengaja menjatuhkan semua makan siangku, meski beralasan tidak sengaja. Kalau sudah begitu, aku hanya makan roti bekal yang disiapkan ayah. (AMAB: 159)
Seumur hidupku, baru kali ini aku merasakan kesedihan yang begitu pahit. Kesedihan karena ayah tidak percaya padaku. Aku tidak pernah mencuri. Aku tidak pernah akan melakukan itu karena aku tahu perbuatan itu dibenci Tuhan.
Air mataku mungkin tidak bisa mengulang semuanya. Tidak akan bisa mengulang penolakakun terhadap Agnes yang ternyata menjebakku. Aku benar-benar merasa tersakiti. Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa Agnes tega melakukan itu padaku?
Kenapa aku tidak punya kekuatan untuk melawan? Andai saja aku punya suara untuk mengatakan kepada semua yang menuduhku bahwa itu adalah kebohongan. Aku hanya bisa meratapi hari ini hari paling menderita dalam hidupku. (AMAB: 172)
“Dasar bodoh, ya, kamu. Kita pasanglah foto ini di kelas. Biar pada tahu, di kelas kita ini ada maling. Jadi, yang paling penting dia keluar dari sekolah ini dan keluar juga dari kelom[pok musik!”
Itulah rencana mereka padaku. Aku hanya bisa pasrah dan semoga Tuhan melindungiku dari segala fitnah yang telah terjadi padaku hari ini. (AMAB:174)
Aku merasa sedih dengan apa yang terjadi. Guru-guru tidak ada yang mengetahui kejadian itu, tapi gossip aku mencuri sudah gtersebar di mana-mana. ketika istirahat makan siang, aku dapat merasakan pembicaraan anak-anak kelasku.
“Hei, ambil barang-barang berhargamu daripada nanti dicuri si Angel!”
Aku hanya menunduk, melangkahkan kakiku perlahan menuju ruang makan bersama.kunikmati roti buatan ayahku dengan segelas susu yang disediakan kantin.
Agnes muncul. Ia duduk di depanku. “Halo, Gadis Tuli, masih berani juga kamu ke sekolah?”
“Kalian tahu, aku tidak mencuri. Mengapa kalian tega melakukan itu?” tanyaku dengan isyarat.
“Karena kamu bodoh. Kami menjebakmu. Sekarang semua orang sudah tahu kamu pencuri. Kami masih punya muka juga ke sekolah?” kata Fifi. (AMAB: 176)
Hari-hari di sekolah kulalui dengan penuh ketidaknyamanan.
Aku berharap hari ini segera selesai dan aku bisa cepat pulang.
Setelah akhirnya tiba waktunya, aku langsung berlari pulang ke rumah. aku mengurung diriku di kamar. Kulemparkan tasku ke lantai kamarku. Aku menangis dan berdoa kepada tuhan agar memberikanku kekuatan unntuk bertahan dari semua ini. (AMAB:
176)
Aku tetap bersekolah walau tak ada yang mau bicara padaku.
Aku bertekad untuk tetap ada di kelompok musik sampai panggung bagiku tiba. (AMAB: 178)
Agnes sepertinya sudah sangat kebingungan karena tidak tahu bagaiamana membuatku keluar dari kelompok musik ini sebelum konser musik dimulai. Ia mulai sering memarahiku. Bila aku salah sedikit saja, emosinya, langsung meningkat. Jika sudah sangat emosi, ia melempar buku seberat 300 gram yang berisi lagu-lagu klasik tepat ke kepalaku. (AMAB: 179)
Agnes dan kawan-kawan tampak kesal dan mereka benar- benar sudah melakukan apapun untuk mengusirku, tapi mereka merasa sia-sia.
“Gimana nih , Nes? Si gadis budek itu sampai matipun tetap akan bertahan di kelompok kita!”
“Iya tuh, padahal uda di siksa begitu, tapi sampai sekarang masih aja ngotot bergabung. Lihat kan tangannya? Udah mau putus juga msih aja pengen di ruangan itu, benar-benar gadis aneh!” keluh Maria. (AMAB: 197)
…semua orang melihat tanganku, tapi aku tidak bisa berkata apa-apa selain menjelaskan dengan bahasa isyarat bahwa aku terjatuh. Lagi pila hanya sedikit yang peduli dengan keadaanku, mereka sudah biasa melihat tubuhku penuh balutan lika akhir-akhir ini, agnes dan kawan-kawan memperhatikanku dan aku tahu, tidak baik bagiku untuk mengatakan kalau ini adalah hahsil perbuatan mereka. (AMAB: 200)
Ibu Kepala sekolah tak kuasa menahan air matanya, begitu pula Ibu Katrina yang juga menangis. Aku sendiri tidak kuasa juga menangis saat mengingat segala dalam hidupku telah berjalan dengan lamanya. Walau aku terlahir tidak sempurna dalam hidup ini, tapi kini aku percaya, bahwa Tuhan telah membuatku ada di dunia ini karena tujuan yang sempurna. Ia tidak melihatku sebagai gadis budek ataupun cacat di hadapanNya, tapi ia melihatku sebagai manusia yang ia kasihi dengan segala kemuliaanNya hingga aku ada di dunia ini bersama nafasku. (AMAB: 225)
“Ayah, aku kini mengerti! Mengapa aku berbeda dengan yang lainnya, itu karena Tuhan ingin aku ada di dunia ini untuk melengkapib kesempurnaan yang ia ciptakan. Terima kasih atas segalanya Ayah, terima kasih atas perjuanganmu selama ini merawatku. Aku akan berjanji menjadi orang kuat dalam keadaan dan kondisi apapun.”
“Angel… Ayah bangga padamu. Kamu telah menjadi setitik cahaya yang membuat Ayah bertahan sejak kamu lahir. Kamu adalah kebahagian Ayah. Mulai saat ini hiduplah bersama kebahagiaan ini. Biarkanlah Tuhan yang menuntun masa depanmu…”
Ayah benar. Akhirnya, aku menyadari segala yang terjadi dalam hidupku adalah rencana Tuhan. Aku tidak marah pada Agnes yang membuatku menderita karena apa yang ia lakukan. Tapi aku bersyukur karena ia telah mengajariku untuk bertahan dari segala penderitaan.
Aku percaya, mereka yang terlahir dengan kekurangan sepertiku di dunia ini adalah mereka yang bahagia karena keterbatasannya. Dan seharusnya akan terus bersyukur dengan apa yang telah mereka miliki saat ini walau menjadi cacat sekalipun. Sebab aku ataupun mereka percaya bahwa di hadapan Tuhan, apapun yang kau miliki, sedikitpun tidak akan mengurangi rasa sayang Tuhan pada kita. Selama itu baik, ia kan selalu mendukung dan bersamamu untuk terus bertahan bersama jalannya. (AMAB: 227-228)
Keteguhan hati serta prinsip hidup yang tertanam dalam diri Angel membuatnya tumbuh menjadi sosok yang tangguh terhadap berbagai tekanan yang dilancarkan oleh Agnes dan teman-temannya. Bagi Angel terlahir sebagai anak cacat merupakan anugerah Tuhan yang harus
diperjuangkan. Tuhan menciptakannya bukan sia-sia, tetapi Tuhan punya maksud untuk melengkapi kesempurnaan ciptaannya di dunia.
Selain Angel, tokoh nenek dan ayah dalam novel tersebut juga memberikan gambaran pribadi yang tangguh. Nenek yang telah ditinggal mati oleh kakek Angel sejak ayahnya masih kecil membuatnya menjadi single parents bagi ayah Angel. Nenek bekerja keras mencari nafkah sebagai pembuat roti demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga kecilnya.
Setelah Angel lahir, nenek akhirnya memutuskan pindah ke Semarang dan meninggalkan pekerjaannya di Jakarta demi membatu Martin, ayah Angel untuk mengurus dan merawat Angel yang juga ditinggal mati oleh ibunya sejak dilahirkan. Kini nenek menjadi guru bagi ayah dalam merawat Angel sebagai orang tua tunggal sama seperti yang dilakukan nenek kepada ayah sewaktu masih kecil.
Ketangguhan dapat dilihat dari manusia yang sedang mengalami ujian, semakin berat ujian itu maka semakin terlihat pula ketangguhan pada diri manusia tersebut. Lihat sosok seorang ibu yang mati-matian menghidupi atau mendidik anak ditengah-tengah kesulitan yang dihadapapi. Dan lihat pula segerombolan tentara menghadapi musuh yang berjumlah lebih banyak dari mereka, disanalah terlihat ketangguhan sebenarnya.
Separuh dari hidup Angel adalah medan ujian yang berat. Berbagai usaha yang dilakukan Agnes dan teman-temannya untuk membuat Angel tidak betah dan keluar dari kelompok musik dan tidak masuk sekolah,
akan tetapi semua sia-sia. Kata-kata kasar dan menghina sering kali keluar dari mulut Agnes dan teman-temannya. Bukan hanya itu, Jatah makan siang Angel pun kadang dijatuhkan dengan alasan tidak sengaja sampai akhirnya Agnes menjebak Angel di toko perhiasan sehingga dituduh mencuri perhiasan dan ditangkap oleh security kemudian di bawa ke kantor untuk diadili. Akibat peristiwa tersebut Angel sedih. Sedih karena tidak dipercaya lagi oleh ayah dan juga teman-temannya di sekolah.
Di balik peristiwa yang dialami Angel tidak membuatnya putus asah. Angel tetap kuat dan tegar dan berserah diri pada yang Kuasa.
Angel sadar bahwa apa yang telah dilaluinya merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Kasih atas segala kemuliaan-Nya. Angel menyadari bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya adalah rencana Tuhan. Angel tidak marah pada Agnes yang telah membuatnya menderita, akan tetapi Angel merasa bersyukur karena Agnes telah mengajarinya untuk bertahan hidup dari segala penderitaan.
Angel adalah sosok gadis yang mimiliki ketangguhan pribadi yang tidak pernah sakit hati karena ia sendiri tidak mengijinkan hatinya untuk disakiti. Angel mampu untuk memilih respon atau reaksi yang sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Angel memiliki pedoman yang jelas dalam mencapai tujuan hidup dan tetap fleksibel serta bijaksana dalam menghadapi berbagai realitas kehidupan yang dilalui.
Ketangguhan Angel membuatnya mampu keluar dari dalam diri untuk melihat dirinya sendiri dari luar sehingga mampu bersikap adil dan