• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validitas dan Reliabilitas instrumen

Menyusun Rencana Penelitian Tindakan Kelas

D. Rancangan instrumen Pengumpulan Data

2. Validitas dan Reliabilitas instrumen

D. Rancangan instrumen Pengumpulan

Dalam mengetahui validitas suatu instrumen, perhatian terfokus kepada kegunaan dan isi dari instrumen tersebut. Menurut Margono (2004: 187), terdapat empat jenis pengelompokan validitas instrumen, yaitu:

1) Construct Validity

Asumsi construct validity adalah alat ukur yang memuat satu definisi operasional yang tepat dan benar dari suatu konsep teoretis. Construct validity (konstruk) pada dasarnya mirip dengan konsep karena keduanya membutuhkan generalisasi dan abstraksi yang memerlukan definisi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat teramati dan terukur. Dalam menelisik construct validity tersebut, dilakukan dengan melakukan analisis unsur-unsur dari suatu konstruk tersebut. Kemudian, unsur-unsur tersebut dinilai oleh peneliti apakah unsur-unsur tersebut logis atau tidak untuk dipadukan menjadi skala dalam pengukuran dari suatu konstruk. Langkah ini berakhir dengan mengaitkan konstruk yang sedang ditelaah dengan konstruk lainnya dan menelisik semua hal dari konstruk pertama yang memiliki hubungan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk lain tadi.

2) Content Validity

Asumsi content validity adalah suatu instrumen mempunyai relevansi isi dalam menguak atau mengungkap sesuatu yang akan diukur. Validitas isi suatu alat ukur umumnya ditentukan oleh penilaian para pakar dalam bidang dari isi instrumen tersebut, contohnya adalah tes. Permasalahan-permasalahan yang dianggap penting dan masih berkaitan dengan materi (isi) dari sesuatu yang hendak diteskan harus tercakup dalam semua butir tes.

3) Face Validity

Face validity disebut juga dengan validitas tampang atau validitas lahir yang mengacu dua makna. Makna pertama berkaitan dengan pengukuran atribut yang konkret. Jika yang

diukur kemampuan dalam penggunaan fasilitas internet, maka seseorang harus mampu mengoperasikannya. Makna kedua yang berkaitan dengan penilaian dari para pakar ahli atau pengguna alat ukur. Jika membuat skala pengukuran untuk melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, maka para ahli atau pengguna skala tersebut diperlihatkan. Jika semua unsur skala itu harus mengukur tingkat partisipasi menurut ahli atau konsumen, maka skala tersebut memiliki validitas tampang atau lahir.

4) Predictive Validity

Asumsi predictive validity adalah instrumen peramalan.

Peramalan yang dimaksud adalah tolok ukur penilaian terletak pada masa kemudian atau masa setelahnya. Contohnya tes masuk perguruan tinggi. Jika tesnya baik bisa diprediksi bahwa studi seseorang di perguruan tinggi nanti akan lancar, mudah, bahkan bisa berprestasi.

b. Reliabilitas instrumen

Selain harus memiliki parameter valid, instrumen penelitian juga harus reliabel. Reliabilitas menurut Arikunto (2002: 154), merujuk pada suatu pemahaman bahwa suatu instrumen diyakini dan dipercaya untuk dipakai sebagai alat mengumpulkan data karena instrumen itu telah baik dan tepat.

Menurut Margono (2004: 181) ada tiga aspek dari instrumen yang harus diketahui untuk memahami reliabilitas, yaitu (1) homogenitas, (2) ketepatan, dan (3) kemantapan. Homogenitas yang dimaksud adalah instrumen tersebut memiliki hubungan erat satu dengan yang lain dalam unsur-unsur dasarnya. Ketepatan yang dimaksud adalah instrumen itu benar dan tepat dalam mengukur dan menilai sesuatu. Instrumen yang pernyataannya rinci, mudah dimengerti, dan jelas adalah instrumen yang tepat. Ketepatan membutuhkan pertanyaan-pertanyaan yang benar dan tepat dalam mengayomi interpretasi dari antarresponden yang relatif sama

dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Kemantapan yang dimaksud adalah instrumen itu memunculkan hasil yang sama walaupun digunakan untuk mengukur dan menilai sesuatu berulang-ulang. Syaratnya adalah kondisi atau keadaan instrumen pada waktu pelaksanaan pengukuran tetap atau tidak diubah. Kemantapan juga bisa dimaknai dengan dapat diandalkan.

Pada dasarnya kualitas suatu alat pengukur atau suatu instrumen dapat diketahui dengan dua cara, yaitu analisis rasional dan analisis empiris. Analisis rasional biasanya dilakukan oleh para ahli dalam menilai instrumen dan dapat memberikan rekomendasi dari informasi yang telah terkumpul. Analisis empiris dalam melihat kualitas instrumen dengan menggunakan analisis prosedur statistik. 

Metode dalam rangka uji reliabilitas instrumen menurut Margono (2004: 184-186) adalah sebagai berikut.

1) Metode Ulang (Test-Retest)

Metode ini merujuk adanya pengulangan dalam pengukuran, responden, dan situasi yang sama pada dua waktu yang berlainan. Cara ini tidak rumit, tetapi ada beberapa kekurangan yaitu hasil pengukuran antara yang pertama dan kedua memiliki perubahan yang besar karena adanya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu tersebut, kesiapan responden berbeda antara pengukuran pertama dan kedua, responden hanya mengulang jawaban yang pernah diajukan, dan adanya kesadaran responden untuk melakukan perubahan atas jawaban dari instrumen yang sama.

2) Metode Pararel

Metode ini menggambarkan adanya pengukuran yang dilakukan dua kali dari suatu kelompok variabel pada waktu, sampel, atau responden yang sama atau relatif sama. Ada dua kemungkinan di dalam pelaksanaannya, yaitu (1) pada responden yang berbeda, ada dua peneliti mempergunakan instrumen yang sama dan (2) dua instrumen yang berbeda untuk melakukan pengukuran variabel yang sama. Dalam hal

ini, koefisien korelasi dapat digunakan untuk memeriksa dan menilai reliabilitas dari dua alat ukur. Jika koefisien korelasi dikuadratkan, akan didapatkan koefisien determinan yang merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur tersebut.

3) Metode Belah Dua (Split Half Method)

Proses pengujian reliabilitas pada metode belah dua ini mirip dengan metode pararel. Maksud belah dua ini adalah pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua atau pengelompokan. Artinya, instrumen dan skor pada kedua bagian instrumen itu dikorelasikan. Pengujian instrumen dengan metode ini terdiri atas beberapa pernyataan atau pertanyaan yang umumnya berbentuk skala yang dipakai untuk mengukur konsep. Metode belah dua ini mengukur homogenitas dan internal consistency dari pertanyaan atau pernyataan yang termuat dalam instrumen.