BAB III METODE PENELITIAN
3.8 Teknik Pengolahan Data
3.8.3 Uji Hipotesis
3.8.3.2 Analisa Koefisien Determinasi (R square)
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas
3.8.3 Uji Hipotesis
sama dengan 0 maka ini menunjukan bahwa variabel dependen tidak bisa dijelaskan oleh variabel independen.
3.8.4 Analisa Persamaan Dua Jalur
Model ini terdiri dari dua variabel bebas yakni hygiene, motivator, dengan dua variabel tergantung yaitu variabel kepuasan dan kinerja karyawan. Analisa dengan menggunakan SPSS terdiri dari 2 langkah. Pertama adalah analisis untuk substruktur 1 dan kedua adalah untuk substruktur 2.
1. Substruktur 1
Z = β1X1 + β2X2 + €1
Dimana : Z = Kepuasan Kerja β1= Koefisien Beta X1
β2= Koefisien Beta X2
X1= Faktor Hygiene X2 = Faktor Motivator €1 = Error
2. Substruktur 2
Y= β3X1 + β4X2 + β5X3 + €1
Dimana : Z = Kepuasan Kerja Β3= Koefisien Beta X1
Β4= Koefisien Beta X2
Β5= Koefisien Beta X2
Y = Kinerja Karyawan X1= Faktor Hygiene X2 = Faktor Motivator
€1 = Error
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pembahasan pada bab ini adalah hasil dari studi lapangan untuk memperoleh data dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu faktor hygiene, faktor motivator, kepuasan kerja kerja, dan kinerja karyawan.
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Profil Royal Kuningan Hotel
Hotel Royal Kuningan didirikan di bawah Manajemen Hotel Menteng Group pada tanggal 05 Mei 2008. Hotel Royal Kuningan adalah hotel ke-20 yang dibangun oleh pemiliknya, Datuk Amir. Cikal bakal Hotel Royal Kuningan ini berlokasi di wilayah Segitiga Bisnis di Jalan Kuningan Persada Kav. 2 Setiabudi Jakarta Selatan 12980. Pada awal berdiri, manajemen Hotel Royal Kuningan baru mengoperasikan sebanyak 260 kamar, namun untuk saat ini hotel tersebut sudah beroperasi dengan jumlah kamar 320 dari total 369 kamar.
Latar belakang pendirian Hotel Royal Kuningan ini disebabkan Hotel Menteng Group pada saat itu belum memiliki hotel bintang 4 (empat). Oleh karena itu melihat prospect yang bagus, Hotel Royal Kuningan adalah hotel bintang 4 (empat) pertama yang dimiliki oleh Datuk Amir. Berbagai tipe kamar dimulai dari tipe deluxe, grand deluxe, premiere, executive, heritage, dan yang terbaik adalah tipe royal heritage.
Selain tipe kamar dengan standar internasional, Hotel Royal Kuningan juga memiliki The Galley Restaurant, Library Lounge, Lobby Lounge, Fitness Center, Spa and Sauna, Beauty Salon, dan Swimming Pool yang dapat dinikmati secara free oleh tamu hotel yang menginap di hotel ini. Fasilitas Hotel Royal Kuningan yang berbeda dengan hotel lainnya di Jakarta adalah hotel ini memiliki Grand Royal Ballroom dengan kapasitas 1800 orang untuk aktivitas meeting, wedding, confrence, dll.
4.1.2 Visi dan Misi Hotel Royal Kuningan 4..1.2.1 Visi
Visi hotel ini adalah untuk menjadi hotel bintang empat yang diakui secara internasional.
4.1.2.2 Misi
Hotel Royal Kuningan Hotel memiliki misi adalah untuk menyediakan produk dan pelayanan hotel sebaik mungkin kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan kepuasan mereka melalui pengembangan sumber- sumber daya berkesinambungan, dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
4.1.3 Maksud dan Tujuan
1. Membangun kesuksesan di Indonesia.
2. Membangun solid foundation, rapid expansion.
3. Menjadikan visi bercampur dengan tradisi yang kuat.
4. Memperluas cakupan bisnis.
4.1.4 Struktur Organisasi
4.2 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.2.1 Profil Responden
Analisis deskriptif dilakukan terhadap data karakteristik responden. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi perlu diperhatikan sebagai informasi tambahan dalam hasil penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui distribusi jenis kelamin dan masa kerja karyawan Hotel Royal Kuningan Jakarta.
Adapun jumlah kuesioner yang disebar peneliti selama 2 minggu adalah sebanyak 130. Berikut adalah gambaran secara umum deskripsi responden.
4.2.1.1 Jenis Kelamin
Gambar 4.2.1.1
Diagram Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber :Data Olahan Penulis (2013) Pria ; 62%
wanita; 38%
Dari hasil pengolahan kuesioner, dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 71 orang dari total responden yang berjumlah 130 orang atau sebesar 62%, sedangkan responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 59 orang dari 130 orang karyawan atau sebesar 38%. Dari data tersebut disimpulkan bahwa mayoritas responden pria lebih banyak dalam penelitian ini.
4.2.1.2 Lama Kerja Karyawan
Dari hasil pengolahan kuesioner, dapat diketahui bahwa responden sebanyak 130 orang memiliki pengalaman kerja ≥ 3 bulan. Dari data tersebut disimpulkan bahwa seluruh responden telah melewati masa probation pada Hotel Royal Kuningan. Hal ini lebih membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban yang lebih efektif karena responden tentu memiliki knowledge yang cukup terhadap Hotel Royal Kuningan Jakarta.
4.3 Hasil Uji Pre-test
Uji Pre-test ini dilakukan dengan menyebar kuesioner (berisi 18 pernyataan) kepada 30 responden yang telah memiliki pengalaman kerja selama ≥ 3 bulan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui apakah variabel yang diteliti dapat dinyatakan valid dan dapat dilakukan untuk penelitian lebih lanjut. Adapun hasil uji validitas dan uji reliabilitas adalah:
4.3.1 Hasil Pre-test Uji Validitas
Sugiyono (2002) menjelaskan bahwa diperoleh bahwa hasil instrumen penelitian yang dipergunakan adalah valid dimana nilai korelasinya mempunyai
nilai signifikansi (p) yang lebih kecil dari alpha 0.05 dan suatu instrumen (kuesioner) dikatakan andal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3.1.1
Hasil Pre-Test Uji Validitas
Variabel Item Uji Validitas
Keputusan Korelasi (r) Sign.(p)
Faktor Hygiene (X1)
X1.1 0.728 0.000 Valid
X1.2 0.790 0.000 Valid
X1.3 0.777 0.000 Valid
X1.4 0.712 0.000 Valid
Faktor Motivator (X2)
X2.1 0.632 0.000 Valid
X2.2 0.658 0.000 Valid
X2.3 0.878 0.000 Valid
X2.4 0.742 0.000 Valid
Kepuasan Kerja (Z)
Z.1 0.693 0.000 Valid
Z.2 0.738 0.000 Valid
Z.3 0.661 0.000 Valid
Z.4 0.658 0.001 Valid
Z.5 0.758 0.000 Valid
Kinerja (Y)
Y.1 0.678 0.000 Valid
Y.2 0.648 0.000 Valid
Y.3 0.731 0.000 Valid
Y.4 0.649 0.000 Valid
Y.5 0.675 0.000 Valid
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk variabel faktor hygiene, faktor motivator, kepuasan kerja, dan kinerja, masing-masing mempunyai jumlah item instrumen yang berbeda yang dikembangkan peneliti, dan seluruh item instrumen tersebut memenuhi persyaratan uji validitas karena masing-masingnya memiliki nilai signifikansi (p) lebih kecil dari alpha 0,05.
Dengan demikian, seluruh item instrumen dari seluruh variabel yang diamati tersebut tergolong valid dan dapat diikutsertakan dalam pengujian lebih lanjut.
Adapun untuk koefisien reliabilitas dengan perhitungan dengan rumus, selanjutnya ditafsirkan dengan berpedoman pada kriteria keterandalan yang dikemukakan sebelumnya bahwa kriteria keterandalan untuk prestasi kelompok dianggap memadai apabila koefisien Alpha 0,60-0,70. Tentang kriteria indeks koefisien reliabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3.1.2
Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas
1.3.2 Hasil Pre-test Uji Reliabilitas
Dari tabel di bawah, dapat diketahui bahwa semua pernyataan yang ada pada setiap variabel adalah reliabel. Hal tersebut ditunjukan dengan keseluruhan nilai Cronbach Alpha pada uji tersebut adalah 0.710 s.d. 0.746 (bernilai > 0,6).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap pernyataan yang digunakan sebagai alat ukur adalah reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
No. Interval Indeks Reliabilitas Kriteria
1 < 0.200 Sangat rendah
2 0.200-0.399 Rendah
3 0.400-0.599 Cukup
4 0.600-0.799 Tinggi
5 0.800-1.00 Sangat tinggi
Tabel 4.3.2
Hasil Pre-test Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach Alpha
(based on standardized items) Keterangan
Hygiene (X1) 0.746 Tingkat Keandalan “tinggi”
Motivator (X2) 0.710 Tingkat Keandalan “tinggi”
Kepuasan Kerja (Z) 0.715 Tingkat Keandalan “tinggi”
Kinerja (Y) 0.713 Tingkat Keandalan “tinggi”
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
4.4 Analisis Hasil Uji Instumen
Uji Validitas dan Reliabilitas ini diolah setelah peneliti melakukan penyebaran kuesioner dan berdasarkan jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada 130 orang karyawan Hotel Royal Kuningan Jakarta, dengan hasil yang telah peneliti targetkan sebelumnya.
4.4.1 Uji Validitas
Dari tabel di bawah, hasil uji validitas penelitian diketahui bahwa indikator- indikator setiap variabel yang terdapat pada instrumen penelitian ini adalah valid atau dapat digunakan untuk mengukur keseluruhan variabel yang akan diteliti.
Tabel 4.4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Item Uji Validitas
Keputusan Korelasi (r) Sign.(p)
Hygiene (X1)
X1.1 0.791 0.000 Valid
X1.2 0.828 0.000 Valid
X1.3 0.889 0.000 Valid
X1.4 0.881 0.000 Valid
X2.1 0.821 0.000 Valid
X2.3 0.902 0.000 Valid
X2.4 0.885 0.000 Valid
Kepuasan Kerja (Z)
Z.1 0.920 0.000 Valid
Z.2 0.852 0.000 Valid
Z.3 0.852 0.000 Valid
Z.4 0.871 0.000 Valid
Z.5 0.833 0.000 Valid
Kinerja (Y)
Y.1 0.766 0.000 Valid
Y.2 0.901 0.000 Valid
Y.3 0.892 0.000 Valid
Y.4 0.893 0.000 Valid
Y.5 0.840 0.000 Valid
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa untuk variabel hygiene, motivator, kepuasan kerja, dan kinerja, masing-masing mempunyai jumlah item instrumen yang berbeda yang dikembangkan peneliti, dan seluruh item instrumen tersebut memenuhi persyaratan uji validitas karena masing- masingnya memiliki nilai signifikansi (p) lebih kecil dari alpha 0,05. Dengan demikian, seluruh item instrumen dari seluruh variabel yang diamati tersebut tergolong valid dan dapat diikutsertakan dalam pengujian lebih lanjut.
4.4.2 Uji Reliabilitas
Selanjutnya hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini secara singkat disajikan dalam bentuk tabel sebagaimana berikut:
Tabel 4.4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel
Alpha Cronbach (based on
standardized items) Keterangan
Hygiene (X1) 0.869 Tingkat kehandalan “sangat tinggi”
Motivator (X2) 0.873 Tingkat kehandalan “sangat tinggi”
Kepuasan Kerja (Z) 0.917 Tingkat kehandalan “sangat tinggi”
One-Sample Kolmo gorov-Smirnov Test
130 130
.0000000 .0000000
2.01550639 1.91978385
.054 .070
.023 .037
-.054 -.070
.621 .796
N
Mean
Std. Dev iation Normal Parametersa,b
Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme
Dif f erences
Kolmogorov -Smirnov Z
Unstandardiz ed Residual f or Hy giene, Motiv ator, Kepuasan
Kerja
Unstandardiz ed Residual f or Hy giene, Motiv ator, Kepuasan Kerja, Kinerja
Kinerja (Y) 0.912 Tingkat kehandalan “sangat tinggi”
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Selanjutnya, berpijak kepada data yang ditampilkan pada tabel di atas dapat dijelaskan pula bahwa semua butir-butir item sebagai pengukur dari variabel- variabel yang diamati adalah reliabel, karena nilai alpha cronbach dari variabel- variabel yang diuji memiliki SIA (Standardized Item Alpha) lebih besar dari nilai reliabilitas yang diperbolehkan, yaitu 0,6. Artinya, berapa kalipun pernyataan- pernyataan dalam kuesioner yang dikembangkan peneliti disampaikan kepada responden yang berbeda, tanggapan dari para responden tersebut tidak akan terlalu jauh berbeda.
4.5 Uji Asumsi Klasik 4.5.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05.
Tabel 4.5.1 Hasil Uji Normalitas
Coeffi ci entsa
.595 1.681
.595 1.681
Hygiene Motivator Model
1 Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kepuasan Kerja a.
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan hasil pengujian normalitas residual, diketahui bahwa residual model persamaan regresi memiliki nilai Asymp. Sig 0.550 dan 0.836 > alpha 0,05.
Maka H0 diterima, artinya sebaran nilai residual pada seluruh model persamaan regresi dinyatakan berdistribusi normal.
4.5.2 Uji Multikolinieritas
Penelitian ini menggunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam Colinearity Statistics untuk menentukan ada atau tidak adanya gejala multikolinearitas. Hasil VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, sedangkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10 menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas. Hasil dari pengujian multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Coeffici entsa
.485 2.062
.496 2.018
.460 2.172
Hygiene Motivator Kepuasan Kerja Model
1 Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja a.
Dari hasil regresi pertama tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk ke-2 variabel bebas tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF dari ke-2 variabel bebas sebesar 1.681yang lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance
> 0,1.
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Dari hasil regresi kedua tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk ke- 3 variabel bebas tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF dari ke-3 variabel bebas sebesar 2.172 yang lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance >
0,1.
4.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas ragam terdapat berbagai metode untuk menguji adanya heteroskedastisitas, seperti uji grafik, uji Park, uji Glejser, uji Spearman‘s, Rank Corelation, dsb. Dalam pengujian ini, menggunakan uji korelasi Rank Spearman, dimana jika korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya mempunyai nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas.
Tabel 4.5.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan Tabel terlihat bahwa untuk hasil uji korelasi spearman dari ke- 2 variabel independen untuk regresi pertama di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.935, dan 0.887 yang berada di atas alpha 0.05, maka hal ini dapat diartikan bahwa ragam (varians) dari seluruh variabel independen tidak berbeda secara nyata (signifikan). Dengan kata lain ragam (varians) untuk variabel independen adalah homogen (tidak terjadi heteroskedastisitas), sehingga dapat dilakukan pengujian lebih lanjut.
Correlati ons
.007 .935 130 .013 .887 130 Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed) N
Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)
N Hygiene
Motivator Spearman's rho
Unstandardized Residual f or
Hygiene, Motivator, Kepuasan Kerja
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan Tabel terlihat bahwa untuk hasil uji korelasi spearman dari ke- 3 variabel independen untuk regresi kedua di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.244, 0.735, dan 0.455 yang berada di atas alpha 0.05, maka hal ini dapat diartikan bahwa varians (ragam) dari seluruh variabel independen tidak berbeda secara nyata (signifikan). Dengan kata lain ragam (varians) untuk variabel independen adalah homogen (tidak terjadi heteroskedastisitas), sehingga dapat dilakukan pengujian lebih lanjut.
4.6 Analisa Model Regresi
Analisis regresi berganda dilakukan peneliti untuk mengukur pengaruh antara variabel faktor hygiene (X1), faktor motivator (X2) sebagai variabel independent terhadap kinerja karyawan (Y) sebagai variabel dependent dengan variabel kepuasan kerja (Z) sebagai variabel intervening.
Correlati ons
-.103 .244 130 -.030 .735 130 -.066 .455 130 Correlation Coef ficient
Sig. (2-tailed) N
Correlation Coef ficient Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coef ficient Sig. (2-tailed)
N Hygiene
Motivator
Kepuasan Kerja Spearman's rho
Unstandardized Residual f or
Hygiene, Motivator, Kepuasan Kerja, Kinerja
4.6.1 Pembahasan Model Regresi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel, maka dapat disusun suatu model regresi, sebagai berikut:
Tabel 4.6.1 Hasil Model Regresi
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Y= β0 + β1X1 + β2X2
Y = 0.418X1 + 0.393X2
Kepuasan Kerja = 2.725 + 0.590 Faktor Hygiene + 0.504 Faktor Motivator Keterangan:
Y = Kepuasan Kerja X 1 = Faktor Hygiene X 2 = Faktor Motivator
Faktor hygiene berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,590 dan menunjukkan hubungan yang searah terhadap kepuasan kerja, artinya faktor hygiene seseorang berpengaruh dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Coeffici entsa
2.725 1.530 1.781 .077
.590 .110 .418 5.359 .000 .595 1.681
.504 .100 .393 5.040 .000 .595 1.681
(Constant) Hygiene Motivator Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coeff icients
Beta Standardized Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kepuasan Kerja a.
Faktor mortivator berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,504 dan menunjukkan hubungan yang searah terhadap kepuasan kerja, artinya faktor motivator berpengaruh dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Faktor hygiene berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0.589 dan menunjukkan hubungan yang searah terhadap kinerja karyawan, artinya faktor hygiene seseorang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Faktor mortivator berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0,321 dan menunjukkan hubungan yang searah terhadap kinerja karyawan, artinya faktor motivator berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan
Kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan koefisien regresi sebesar 0,310 dan menunjukkan hubungan yang searah terhadap kinerja karyawan, artinya kepuasan kerja berpengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Coeffi ci entsa
-1.281 1.481 -.865 .389
.589 .117 .387 5.046 .000 .485 2.062
.321 .105 .233 3.067 .003 .496 2.018
.310 .085 .288 3.650 .000 .460 2.172
(Constant) Hygiene Motivator Kepuasan Kerja Model
1 B Std. Error
Unstandardized Coeff icients
Beta Standardized Coeff icients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja a.
4.7 Hasil Analisa Jalur
Analisis jalur dilakukan dengan metode regresi berganda untuk melihat pengaruh dari variabel hygiene dan motivator terhadap kepuasan kerja, dan untuk melihat pengaruh hygiene, motivator dan kepuasan kerja terhadap Kinerja.
4.7.1 Pengaruh Langsung dari Hygiene dan Motivator terhadap Kepuasan Kerja
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh langsung antara faktor hygiene dan motivator terhadap kepuasan kerja.
Berdasarkan kajian teori dan pemilahan jalur hubungan substruktur I, hipotesis penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Adanya pengaruh langsung antara faktor hygiene terhadap kepuasan kerja 2) Adanya pengaruh langsung antara faktor motivator terhadap kepuasan kerja.
Model teoritik jalur hubungan Substruktur I tampak pada gambar berikut :
Gambar 4.7.1.1
Model Teoritik Jalur Hubungan Substruktur I
Keterangan:
b1 = koefisien pengaruh langsung faktor hygiene terhadap kepuasan kerja b2 = koefisien pengaruh langsung faktor motivator terhadap kepuasan kerja e1 = koefisien residual pengaruh langsung X1, X2 terhadap Z
Tabel 4.7.1.
Hasil Analisis Pengaruh Langsung faktor hygiene dan motivator terhadap kepuasan kerja
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan analisis jalur hubungan Substruktur I yang terpapar di lampiran diketahui bahwa b1 yang merupakan koefisien pengaruh langsung antara faktor hygiene terhadap kepuasan kerja yang digambarkan dengan koefisien beta sebesar 0.418 dengan p sebesar 0.000. Oleh karena p hasil analisis < =0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara faktor hygiene terhadap kepuasan kerja, dengan arah yang positif (karena koefisien path bernilai positif). Artinya semakin banyak peran faktor hygiene, maka kepuasan
Variabel
Koefisien regresi (b)
Std. Error (B)
Beta (β) t hitung Sig. Keterangan Konstanta 2.725
1.530 1.781 0.077 Tidak Signifikan
hygiene (X1)
0.590
0.110 0.418 5.359 0.000
Signifikan motivator
(X2)
0.504
0.100 0.393 5.040 0.000
Signifikan
Variabel terikat R Square
= kepuasan kerja (Z)
= 0,540
kerja akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin kurang faktor hygiene, maka kepuasan kerja akan semakin menurun dan menciptakan ketidakpuasan.
Pengaruh langsung antara motivator terhadap kepuasan kerja yang digambarkan dengan koefisien beta sebesar 0.393 dengan p sebesar 0.000. Oleh karena p hasil analisis < =0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivator terhadap kepuasan kerja, dengan arah yang positif (karena koefisien path bernilai positif). Artinya semakin baik motivator, maka kepuasan kerja akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin kurang baik motivator, maka kepuasan kerja akan semakin menurun.
Koefisien residual pengaruh Langsung faktor hygiene dan motivator terhadap kepuasan kerja, dengan simbol e1, untuk jalur hubungan Substruktur I dihitung dengan rumus sebagai berikut.
450 . 0 ) 540 . 0 1 ( ) 1 (
e1 R12
Dengan demikian dari tabel 1, maka diperoleh model persamaan pertama sebagai berikut:
Z = β1 X1+ β2X2 + e1
Z = 0.418X1+ 0.393 X2+ 0.450
Jika koefisien pengaruh langsung antara variabel pada jalur hubungan Substruktur I tersebut dimasukkan dalam model, maka gambar model pengaruh langsung Substruktur I tampak pada gambar berikut.
Gambar 4.7.1.2
Model Hubungan Substruktur I dengan Koefisien Hubungan
Dengan hasil analisis jalur hubungan Substruktur I ini dapat disimpulkan bahwa:
1) Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara hygiene terhadap kepuasan kerja.
2) Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivator terhadap kepuasan kerja.
4.7.2 Pengaruh Langsung dari kepuasan kerja terhadap kinerja
Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini untuk melihat adanya pengaruh langsung antara faktor hygiene, motivator, dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Berdasarkan kajian teori dan pemilahan jalur hubungan Substruktur II, hipotesis penelitian ini yaitu:
1) Adanya pengaruh langsung antara faktor hygiene terhadap kinerja 2) Adanya pengaruh langsung antara motivator terhadap kinerja 3) Ada pengaruh langsung antara kepuasan kerja terhadap kinerja.
Gambar 4.7.2.1
Model Hubungan Substruktur II
Keterangan:
b3 = koefisien pengaruh langsung faktor hygiene terhadap kinerja b4 = koefisien pengaruh langsung motivator terhadap kinerja b5 = koefisien pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap kinerja e2 = koefisien residual pengaruh langsung Z terhadap Y
Tabel 4.7.2
Hasil Analisis Pengaruh Langsung Faktor Hygiene, Faktor Motivator, Kepuasan kerja terhadap kinerja
Variabel Koefisien regresi (b)
Std. Error (B) Beta (β) t hitung Sig. Keterangan Konstanta
-1.281 1.481
-0.865 0.389 Tidak Signifikan Hygiene
0.589 0.117
0.387 5.046 0.000 Signifikan Motivator
0.321 0.105
0.233 3.067 0.003 Signifikan
Kepuasan 0.288 3.650 0.000 Signifikan
Kerja
Variabel terikat R Square
= Kinerja (Y)
= 0,632
Sumber : Data dengan SPSS yang diolah peniliti (2013)
Berdasarkan analisis jalur hubungan Substruktur II yang terpapar di lampiran diketahui bahwa b3 yang merupakan koefisien pengaruh langsung antara faktor hygiene terhadap kinerja yang digambarkan dengan koefisien beta sebesar 0.387 dengan p sebesar 0.000. Oleh karena p hasil analisis < =0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara faktor hygiene terhadap kinerja, dengan arah yang positif (karena koefisien path bernilai positif). Artinya semakin baik faktor hygiene, maka kinerja akan semakin tinggi.
Demikian sebaliknya, semakin kurang baik faktor hygiene, maka kinerja akan semakin menurun.
Pengaruh langsung antara motivator terhadap kinerja yang digambarkan dengan koefisien beta sebesar 0.233 dengan p sebesar 0.003. Oleh karena p hasil analisis < =0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivator terhadap kinerja, dengan arah yang positif (karena koefisien path bernilai positif). Artinya semakin baik motivator, maka kinerja akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin kurang baik motivator, maka kinerja akan semakin menurun.
Pengaruh langsung antara kepuasan kerja terhadap kinerja yang digambarkan dengan koefisien beta sebesar 0.288 dengan p sebesar 0.000. Oleh karena p hasil analisis < =0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
arah yang positif (karena koefisien path bernilai positif). Artinya semakin tinggi kepuasan kerja, maka kinerja akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja, maka kinerja akan semakin menurun.
Koefisien residual pengaruh langsung faktor hygiene, motivator dan kepuasan kerja terhadap kinerja, dengan simbol e2, untuk jalur hubungan Substruktur II dihitung dengan rumus sebagai berikut.
360 . 0 ) 640 . 0 1 ( ) 1 (
e2 R22
Dengan demikian dari tabel 2, maka diperoleh model persamaan pertama sebagai berikut:
Y = β3 X1+ β4X2 + β5 Z + e2
Y = 0.387X1+ 0. 233 X2 + 0.288 Z + 0.360
Jika koefisien pengaruh langsung antara variabel pada jalur hubungan substruktur II tersebut dimasukkan dalam model, maka gambar model pengaruh langsung Substruktur II tampak pada gambar berikut.
Gambar 4.7.2.2
Model Hubungan Substruktur II dengan Koefisien Hubungan
Dengan hasil analisis jalur hubungan Substruktur II ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara faktor hygiene terhadap kinerja.
2. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara motivator terhadap kinerja.
3. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja.
4.7.3 Pengaruh Tidak Langsung faktor hygiene dan motivator terhadap kinerja melalui kepuasan kerja
Setelah mengetahui pengaruh secara langsung dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat baik model persamaan regresi pertama dan kedua, selanjutnya dihitung pengaruh tidak langsung dari hygiene dan motivator terhadap kinerja melalui kepuasan kerja.
Untuk lebih mudah terlebih dahulu disusun model lintasan dalam analisis jalur sebagai berikut:
Gambar 4.7.3
Hasil Lintasan dalam Analisis Jalur