• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kerja

Dalam dokumen PADA PT JASA RAHARJA ( PERSERO ) MAKASSAR (Halaman 62-74)

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

D. Deskripsi Kerja

Di dalam suatu struktur organisasi terdapat bentuk susunan tertentu yang akan mempertahankan kegiatan yang ada di dalam lingkungan organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan cara memiliki bentuk struktur organisasi akan jelas terlihat tugas dan tanggung jawab dari pimpinan organisasi kepada setiap anggota organisasi atau pegawainya, karena dalam organisasi hubungan antara atasan dan bahwa harus jelas serta terjadinya komunikasi sehingga tujuan dari organisasi perusahaan dapat tercapai.

Adapun uraian singkat tugas dari masing-masing bagian pada PT. Jasa Raharja di seksi klaim dan yang berhubungan dengan seksi klaim adalah sebagai berikut.

1. Kepala cabang Tugas Pokok :

- Bertanggung jawab pada kelancarandan ketertiban pelaksanaan pekerjaan serta terwujudnya pembinaan/pengembangan sumber daya manusia dan pengaman alat/sarana fisik di kantor cabang dan kantor perwakilan yang di bawah pembinaannya.

- Bertanggung jawab pada pelaksanaan seluruh bidang usaha perusahaan di wilayah kerja kantor cabang yang dipimpinnya.

2. Kepala Bagian Operasi Tugas Pokok :

- Memimpin penyusunan rencana program kerjadan anggaran untuk unit kerja kerja yang dipimpinnya.

- Merencanakan dan mengembangkan sumber daya manusia, mengamankan alat sarana fisik dan uang di dalam unitkerja yang dipimpinnya.

- Tersedianya rencana kerja di bidang pemasaran termasuk target pendapatan peremi Asuransi kerugian dan Asuransi Aneka setra Service Charge Sutery Bond dari kantor cabang.

- Terjadinya laporan kegiatan bidang Asuransi kerugian, Asuransi Aneka dan Surety bond.

- Terjadinya laporan pelaksanaanadministrasi dan pembayaran klaim, dana santunan di bidang Asuransi kerugian, Asuransi Aneka dan surety bond.

- Melakukan usaha penyempurnaan dan trhadap prosedur penyelesaian pembayaran klaim, dana sntunan, mengabaikan fungsi kontrol.

3. Seksi Klaim Tugas pokok :

- Mencatat setiap pengajuan klaim dana dan santunan yang memenuhi syarat administratife.

- Meminta kelengkapan dokumen klaim dana santunan kepada tertanggung, sesuai dengan persyaratan yang di tentukan.

- Melakukan survey on the spot atas obyek pertanggungan atau klaim yang diajukan, sesuai petunjuk kepala cabang.

- Merekomendasikan hasil penelitian survey atas klaim yang diajukan sebagai bahan keputusan yang akan diambil oleh kepala cabang dan kantor pusat.

- Memberi petunjuk dan pengarahankepad kantor pusat.

- Member petunjuk dan pengarahan kepada kantor perwakilan dan administrasi klaim.

- Mengajukan saran-saran penanggulangankecelakaan lalu lintas kepada kepala cabang.

- Mengambil langkah yang diperlukan untuk menyebarluaskan berbagai ketentuan dan pengaturan tentang pengajuan klaim dana santunan.

- Menyelenggarakan administrasi klaimkantor cabang sesuai dengan ketentuan berlaku.

- Memimpim pemantauan atas kualitas kantor perwakilan dalam menangani pengajuan klaim dana santunan.

4. Kepala Perwakilan Tugas Pokok :

- Menyusun rencana kegiatan pemasaran Asuransi kerugian Asuransi Aneka dan surety bond termasuk anggaran pendapatan serta biayanya, untuk wilayah kerja perwakilan.

- Meneruskan permohonan penutupan Asuransi kerugian dan Asuransi aneka serta penerbitan Surety bond kepada kepala cabang.

- Mengendalikan pengelolaan keuangansebatas yang telah ditentukan oleh kepala cabang.

- Membina hubungan dan kerja sama yang baik dengan relasi, rekan, rekan usaha.

- Mengadakan penyuluhan yang sifatnya strategis.

- Memimpin pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

- Mengusulkan kekantor cabang upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Kas adalah semua uang kertas dan logam,baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri serta surat-surat yang mempunyai sifat-sifat yang seperti mata uang yaitu sifat dapat segera digunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran pada saat dikehendaki. Kas sebgai alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan dengan sisa rekening giro yang dapat di gunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Adapun penerimaan dan pengeluaran kas sbb:

1. Sistem Penerimaan Kas

PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang berorientasi pada non profit atau hal ini tidak mencari keuntungan. Sehingga dalam menjalankan kegiatannya PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar lebih mengutamakan pelayanan jasa kepada masyarakat sesuai prosedur akuntansi terutama penerimaan dan pengeluaran kas untuk menunjang kelancaran operasionalnya.

Prosedur Penerimaan Kas Wajib (IW) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) pada PT. Jasa Raharja (Persero) Perewakilan Makassar telah dilaksanakan dengan baik, dimana transaksi disertai dengan bukti pendukung. Setiap transaksi dicatat dalam pembukuan sehingga menghasilkan informasi laporan keuangan, hal ini dapat mengurangi terjadinya penyalahgunaan kas. Pembayaran IW(Iuran Wajib) yang harus

50

dibayar setiap penumpang yang akan menggunakan alat transportasi umum, pembayaran yang disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif angkutan dan pengutipan ini dilakukan oleh masing- masing operator (pengelola) alat transportasi tersebut. Namun PT. Jasa Raharja (Persero) makassar tidak mengutip tentang Iuran Wajib Kereta Api (IWKA) dan Iuran Wajib Pesawat Udara (IWPU) . Iuran Wajib Kereta Api (IWKA) dikelola oleh Kantor Pusat dan Kantor Cabang Bandung, untuk Iuran Wajib Pesawat Udara (IWPU) hanya dikelola oleh Kantor Pusat saja. SWDKLLJ adalah singkatan dari Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Pembayaran Sntunan Wajib (SW) dilakukan secara periodik (setiap tahun) di kantor Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK. Prosedur Penerimaan Kas atas Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib yang terjadi di PT.

Jasa Raharja (Persero) Makassar melibatkan beberapa bagian yaitu staf bagian keuangan, bagian kasir, samsat dan bagian teknik. Adapun pendapatan kas yang terdapat dalam PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar sebagai berikut:

PENDAPATAN

1. Pendapatan premi berupa Iuran Wajib (IW), Sumbangan Wajib (SW) dan premi aneka termasuk pendapatan lainnya yang berkaitan langsung dengan pendapatan dimaksud, diakui dan dicatat sebagai pendapatan pada saat terjadinya transaksi.

Selain itu juga diatur bahwa:

a. Pendapatan premi asuransi umum diakui pada saat polis diterbitkan.

b. Pendapatan premi Asuransi Tanggung Gugat Penumpang (SIGAP) dengan sistem manifest diakui pada saat akseptasi.

c. Pendapatan premi asuransi aneka dan sigap dengan sistem borongan serta pendapatan service charge atas kegiatan surety bond diakui pada saat pembayaran diterima.

d. Pendapatan Ko Asuransi diakui sebesar pangsa (share) premi yang diterima perusahaan pada saat akseptasi.

2. Premi Bruto.

Premi bruto adalah merupakan pendapatan perusahaan yang terdiri dari Iuran Wajib (IW) atas penumpang kendaraan penumpang umum (darat, laut, kereta api dan pesawat udara), dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), Asuransi Umum (General Insurance), SIGAP, Surety Bond serta pertanggungan tidak langsung.

Seluruh pendapatan tersebut dalam laporan keuangan diakui dan disajikan sebagai pendapatan underwriting.

3. Premi Retensi Sendiri/Own Retention (O/R). Premi Retensi Sendiri adalah pendapatan premi bersih perusahaan yang berasal dari premi bruto dikurangi dengan premi bagian penanggung ulang (reasuradur).

Gambar 5.1

Flowchart Peneriman Kas

Sumber : PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar

2. Sistem Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas adalah seluruh pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dalam PT.

Jasa Raharja (Persero), adapun pengeluaran-penge;luaran kas yang terjadi sebagai berikut:

INVESTASI

1. Investasi dalam bentuk deposito berjangka dan sertifikat deposito yang akan jatuh tempo dalam tahun berikutnya dinilai berdasarkan nilai nominal untuk deposito berjangka dan nilai tunai per tanggal neraca untuk sertifikat deposito.

2. Untuk surat berharga (marketable securities) sebagai berikut:

File

transaksi Jurnal

Jurnal Buku Pembantu

Buku Besar Penerimaan Kas

Bukti Transaksi

a. Untuk surat berharga yang dimiliki hingga jatuh tempo, dinilai berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi dengan premi atau diskonto yang belum diamortisasi.

b. Untuk surat berharga yang diperdagangkan dinyatakan berdasarkan harga pasar pada tanggal laporan. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar diakui dalam laporan laba‐rugi periode berjalan.

c. Untuk surat berharga yang tidak termasuk dalam kedua kategori di atas, diklasifikasikan sebagai sekuritas yang tersedia untuk dijual dan dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga tidak diakui dalam laporan laba‐rugi melainkan secara terpisah sebagai komponen ekuitas (di dalam akun Kenaikan (Penurunan) atas Harga Pasar Surat Berharga).

d. Untuk penyertaan saham dengan nilai penyertaan sampai dengan 20%

dicatat berdasarkan nilai perolehan (cost method), dan untuk nilai penyertaan di atas 20% dicatat berdasarkan metode ekuitas (equity method).

e. Investasi dalam bentuk Properti seperti Tanah atau Bangunan yang tidak digunakan atau dioperasikan oleh Perseroan disajikan berdasarkan Harga Perolehan.

f. Investasi dalam bentuk investasi lain yang tidak dapat dikelompokkan dalam kategori di atas dan jumlahnya tidak material disajikan berdasarkan Harga Perolehan.

PIUTANG UNDERWRITING Piutang Underwriting terdiri dari:

1. Piutang Premi (Pertanggungan Langsung) merupakan tagihan premi kepada tertanggung/agen/broker dan perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan adanya transaksi asuransi.

2. Piutang Premi Reasuransi merupakan Hak (Kewajiban Reasuradur) sehubungan dengan adanya transaksi reasuransi.

Piutang Premi Iuran Wajib Penumpang Udara (IWPU) diakui pada saat manifest penumpang diterima dari maskapai penerbangan (provider).

Piutang Premi (Pertanggungan Langsung) dan Piutang Premi Reasuransi disajikan berdasarkan jumlah netto.

Berdasarkan Keputusan Direksi nomor KEP/69/2008 tentang pembentukan Cadangan Piutang Premi Iuran Wajib Pesawat Udara yang Tak Tertagih, dibentuk Cadangan Piutang Tak Tertagih untuk piutang IWPU per 30 Juni 2008 sebagai berikut:

a. Sebesar 60% untuk piutang IWPU yang berumur 6 (enam) sampai dengan 12 (dua belas) bulan.

b. Sebesar 100% untuk piutang IWPU yang berumur lebih dari 12 (dua belas) bulan.

KLAIM RETENSI

Klaim Retensi Sendiri terdiri dari:

1. Klaim dalam proses yaitu, klaim yang sudah terjadi dan telah dilaporkan tetapi masih dalam proses penyelesaian. Besarnya Estimasi Klaim Retensi Sendiri dihitung berdasarkan estimasi yang

wajar atas klaim yang sudah terjadi dan sudah dilaporkan berikut jasa penilai kerugian asuransiserta dikurangi dengan beban klaim bagian penanggung ulang (reasuradur).

Sedangkan klaim dalam proses untuk Pertanggungan Tidak Langsung dihitung berdasarkan laporan klaim sementara dari pihak Ceding Company.

2. Incured But Not Reported (IBNR), yaitu klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan. Besarnya Estimasi Klaim Retensi Sendiri dihitung berdasarkan estimasi yang wajar atas klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan dengan perhitungan jumlah korban berdasarkan data korban yang pernah terjadi atas kecelakaan dimasa yang lalu dengan metode loss ratio.

Estimasi Klaim Retensi Sendiri, dicatat sebagai kewajiban, sedangkan atas selisih lebih/kurang yang terjadi dengan saldo akhir tahun buku sebelumnya merupakan penambah/pengurang biaya tahun berjalan.

TRANSAKSI REASURANSI

Usaha Asuransi yang dipertanggungkan kembali (Reasuransi) adalah pertanggungan untuk kecelakaan penumpang umum (Undang Undang No.

33/1964), asuransi umum dan aneka yang dilakukan berdasarkan persetujuan (Treaty) yang disepakati bersama.

Besarnya bagian yang direasuransikan khusus untuk UU No.33/1964 adalah sebagai berikut:

1. Resiko kecelakaan penumpang kapal direasuransikan secara otomatis sebesar 10%.

2. Resiko kecelakaan penumpang pesawat udara dalam negeri secara otomatis direasuransikan sebesar 20% dan own retention (O/R) sebesar 80%

direasuransikan secara excess of loss.

3. Resiko kecelakaan penumpang kereta api direasuransikan secara otomatis sebesar 40%. Seluruh kewajiban yang timbul dari transaksi reasuransi dicatat sebagai utang reasuransi, sedangkan seluruh hak yang timbul dicatat sebagai piutang reasuransi.

Gambar 5.2

Flowchart Pengeluaran Kas

From pengaturan

From Acc

Berkas Doc Acc

Saran Petunjuk pada Lembar disposisi

Kwitansi

Sumber : PT Jasa Raharja (Persero) Makassar

B. Pengendalian Intern Terhadap Kas

Dalam arti sempit pengendalian intern berarti pengecekan baik penjumlahan secara mendatar maupun penjumlahan secara kebawah. Sedangkan dalam arti luas, penegndalian intern berarti pengecekan yang meliputi semua alat-alatyang Ahli Waris

Cek Kelengka

pan dokumen

Pemberian nomor dan

data

Cek keleng

kapan berkas

Kabag Pelaksana

Cek Kebena

ran Kasus Menetap

kan Otoritas Pengesa

han Berkas Verifika

si keabsa

han

Membuat Bukti Kas

Keluar Kasir

diguanakan manajemen untuk melaksanakan pengawasan. Pengawasa intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode dan prosedur yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauhdapat dipercayanya data akuntans, meningkatkan efisiensi dan mendorong dipatuhnya kebijakan perusahaan.

Untuk mencapai tujuan pengawasan inter, maka pihak manajemen perusahaan perlu merancang dan menerapkan unsur-unsur penegndalian intern sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisai yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.

2. Sistem wewenang prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, hutang ,pendapatan dan biaya.

Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan sebagai alat manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi untuk menghasilkan data akuntansi yangtepat.

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi.

Adapun cara-cara yang digunakan perusahaan dalam e\menciptakan praktek yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut cetak yang pemakaiannya harus dipertanggung jawabkan oleh yang berwenang,

b. Pemeriksaan mendadak,

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhiroleh organisasi tanpa campur tangan dari organisasi lain, d. Keharusan pengambilan cuti karyawan yang berhak,

e. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas unsur-unsur sistem pengawasan intern atau staf pemeriksaan intern.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab.

Tingkat kecakapan pegawai mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem pengendalian intern. Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat-syarat yang diminta, bias diharapkan bahwa sistem pengendalian intern tidak akan berhasil dengan baik.

Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan atau lembaga, dan meningkatkan efektivitas dari seluruh anggota perusahaan atau lembaga sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Pengendalian intern disusun berdasarkan tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Manajemen merancang

sistem pengendalian intern yang efektif dengan empat tujuan pokok berikut ini:

1. Menjaga harta kekayaan perusahaan

Bila sistem pengendalian intern berjalan dengan baik maka akan dapat mengantisipasi teriadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan penyalahgunaan terhadap aktiva perusahaan.

2. Mengecek keakuratan data akuntansi

Keandalan data/informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayanya data akuntansi.

3. Mendorong efisiensi

Kebijakanperusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan memantau setiap pengorbanan yang telah dikeluarkan guna mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, sistem pengendalian intern yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan, prosedur yang ditetapkan perusahaan akan dipatuhi oleh seluruh karyawan.

Perkembangan selanjutnya, sistem pengendalian intern dipandang sebagai suatu hal yang bersifat dinamis. Pengendalian intern mengalami perubahan konsep yang tidak hanya mencakup rangkaian kegiatan dan prosedur, namun suatu proses integral yang dipengaruhi oleh setiap orang di dalam organisasi sebagai upaya

manajemen organisasi mengantisipasi ketidakpastian dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikembangkan oleh Committe of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision (COSO) tahun 1992 yang tertuang dalam “Intern Control-Integrated Framework”. Karakter pengendalian intern bergeser dari hard control menuju soft control. Hal ini ditandai dengan peningkatan produktifitas, efisiensi, dan efektivitas tidak hanya melalui prosedur dan mekanisme pengendalian tetapi juga dengan meningkatkan kompetensi, kepercayaan, nilai etika, dan penyatuan pandangan atas visi, misi, dan strategi organisasi. Ciri yang paling berpengaruh pada efektivitas pengendalian adalah proses itu sendiri, sehingga membawa konsekuensi bahwa kesadaran akan pentingnya pengendalian tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab top management namun tersebar kepada seluruh anggota organisasi, tidak hanya sampai kepada unit dan bagian organisasi terkecil, tetapi sampai ke individu.

Seluruh anggota organisasi harus memandang pengendalian sebagai alat untuk mencapai tujuan sehingga tanggung jawab atas penerapan pengendalian intern ini menjadi kewajiban bersama. Dengan suatu pemahaman bahwa pengendalian dirancang untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka bentuk, luas, dan kedalaman pengendalian tergantung pada tujuan dan ukuran organisasi. Pada tahun 2001, International Organization of Supreme Audit Instituitions (INTOSAI), suatu Komite Internasional di bidang pengembangan internal control sektor publik yang beranggotakan Bolivia, Perancis, Hongaria,Lithuania, Belanda, Rumania, United Kingdom, United States of America, dan Belgia sebagai ketua komite, serta negara-negara berkembang

membuat exposuredraft yang berjudul “Guidelines for Intern Control Standars for the Public Sector” yakni penerapan konsep pengendalian intern untuk sektor publik. Menurut INTOSAI, sistem pengendalian intern bersifat menyeluruh, tidak terpisah-pisah, dengan pengertian bahwa dalam pelaksanaannya tidak hanya dipengaruhi oleh manajemen, tetapi seluruh pegawai yang ada dalam organisasi tersebut memiliki tanggung jawab yang sama untuk menciptakan pengendalian intern, dengan tujuan untuk mengatasi risiko yang telah terjadi maupun untuk menekan kemungkinan terjadinya risiko di masa yang akan datang. Pengendalian intern juga bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan organisasi yang efisien dan efektif, pemenuhan akuntabilitas, kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku, serta pengamanan asset dari kehilangan dan kerusakan.

C . Analisis Pengendalian Intern terhadap kas

Untuk menanggulangi terjadinya penggelapan kas pada PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar maka diperlukan adanya pemisahan fungsi secara tepat, serta melakukan pencatatan pada setiap penerimaan maupun pengeluaran kas. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini diuraikan mengenai pengendalian intern pada PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar yaitu sebagai berikut:

1. Pengeluaran kas yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar pada dasarnya adalah merupakan pelayanan pemberian santunan kepada para korban kecelakaan baik kecelakaan yg berada di darat, udara maupun laut.

2. Kegiatan pengeluaran kas untuk pembayaran dana santunan kecelakaan adalah merupakan pemberian dana yang telah disetujui oleh petugas yang berwenang.

Penerapan unsur-unsur pengendalian intern terhadap kas pada PT. Jasa raharja (Persero) Makassar sepenuhnya dilakukan dengan baik. Struktur organisasi merupakan fungsi-fungsi penyimpanan dan pencatatan kas. Hal ini dilakukan agar kas tidak diselewengkan dan dalam pengeluaran dan penerimaan kasnya perusahaan menggunakan kwitansi sebagai bukti dan mencatatnya dalam buku kas.

D. Analisis Penerimaan Kas

Prosedur penerimaan kas yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar sudah dilakukan dengan baik karena:

1. Pencatatan penerimaan kas yang dilakukan oleh asisten manajer anggaran yaitu mencatat penerimaan pada saat uang tersebut diterima kemudian dilakukan pencatatan pelaporan peneriman kas tersebut serta memberikan pertanggung jawaban yang efektif terhadap jumlah uang yang diterima dan membuat laporan keuangan,

2. Pencatatan bukti dengan segera sepanjang penerimaan kas tersebut telah dibuktikan dengan bukti-bukti, maka pencatatannya kedalam pembukuan dilakukan dengan segera oleh bendahara sampai proses selanjutnya diserahkan kepada bagian akuntansi untuk diproses lebih lanjut,

3. penggunaan bukti-bukti yang telah dirancang dengan baik, dimana bukti-bukti tersebut berguna untuk membuktikan terjadinya transaksi atau penerimaan kas

yang telah dirancang sedemikian rupa ataupun dibuat dalam bentuk yang sederhana dan mudah dimengerti cara pemakaiannya,

4. penyimpanan bukti-bukti pendukung dalam tempat yang rapi dan berurutan dan prosedur penerimaan kas dalam perusahaan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga kemungkinan tidak tercatat atau tidak diterimanya kas yang seharusnya diterima dapat diminimalkan.

E. Analisis Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar, hanya dilakukan bila ada bukti pendukung yang sah dan melalui proses pemeriksaan yang telah ditetapkan. Bukti pengeluaran kas tersebut selanjutnya dijadikan bukti kas keluar.

Melihat prosedur pengeluaran kas tersebut menunjukkan usaha yang maksimal dan pengendalian pengeluaran kas dari kemungkinan penyelewengan kas.

Pada dasarnya untuk menghasilkan sistem pengendalian yang efektif, prosedur pengeluaran kas memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem pengeluaran dilakukan dengan cek. Pengeluaran-pengeluaran dalam jumlah kecil dilakukan melalui dana kas kecil,

2. Semua pengeluaran kas harus memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang terlebih dahulu,

3. Terdapat pemisah tugas antara yang berhak menyetujui pengeluaran kas, yang menyimpan uang kas dan melakukan pengeluaran serta yang mencatat pengeluaran kas.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa analisis pengeluaran kas yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) Makassar sudah terlaksanakan dengan baik. Hal ini ditandai dengan:

a) Setiap pengeluaran yang terjadi harus ditandai dengan bukti atau cek, b) Semua cek bernomor urut,

c) Cek ditandatangani oleh yang berwenang atau pejabat yang ditunjuk, d) Cek dibuat atas nama perusahaan,

e) Cek ditandatangani kalau faktur dan bukti-bukti pendukung lain tertampil.

F. Analisis Cash Flow

Penganalisaan terhadap keadaan pembelanjaan suatu perusahaan bertujuan untuk dapat mengetahui kemajuan, kemunduran serta kegagalan perusahaan baik pada masa lampau maupun pada masa yang akan datang.

Dengan mengetahui aliran cash flow di dalam suatu perusahaan sangat penting artinya bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan demikian penyusunan cash flow akan dapat diketahui kapan perusahaan dalam keadaan deficit atau surplus kas karena operasi perusahan. Maka diperlukan adanya penyusunan cash flow.

Dalam hal ini, apabila suatu perusahaan menambah dananya dengan cara meminjam dari pihak ke II baik itu berbentuk lembaga keuangan, maupun bukan lembaga keuangan, maka perusahaan menghadapi konsekwensi adanya biaya atas bunga pinjaman dan kalau perusahaan menempuh kebijaksanaan dengan menambah dana melalui laba di tahan maka timbul konsekwensi, bahwa para

Dalam dokumen PADA PT JASA RAHARJA ( PERSERO ) MAKASSAR (Halaman 62-74)

Dokumen terkait