• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu Istirahat

BAB VI PEMBAHASAN

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pengemudi Bus

8. Waktu Istirahat

Jumlah waktu di tempat kerja yang dimiliki oleh pengemudi yang tidak digunakan untuk bekerja.

Wawancara Kuesioner 1. Buruk : < 1 jam 2. Baik : > 1 jam

(UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan)

Ordinal

41

Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pengemudi bus angkutan antar bandara yang bekerja di salah satu cabang PT X yang diketahui jumlahnya sebanyak 310 orang dan terbagi menjadi 21 trayek. Daftar trayek menuju bandara soekarno hatta terdapat pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Daftar Trayek Angkutan Bandara PT X Tahun 2022

No Trayek Jumlah Pengemudi

1 Blok M 16

2 Rawamangun 16

3 Gambir 24

4 Kemayoran 8

5 Kp. Rambutan 24

43

6 Pasar Minggu 18

7 Tanjung Priok 12

8 Merak 24

9 Pramuka City 4

10 Lebak Bulus 16

11 WTC Serpong 12

12 Pondok Cabe 4

13 Botani Square 12

14 Cibinong 12

15 Bekasi 26

16 Bekasi Timur 10

17 Cikarang 12

18 Harapan Indah 6

19 Purwakarta 22

20 Karawang 10

21 Sukabumi 16

Sampel adalah bagian dari populasi (D. Setiawan & Prasetyo, 2015).

Sampel pada penelitian ini adalah pengemudi bus angkutan antar bandara di salah satu cabang PT X yang terpilih secara acak sesuai dengan proporsi dari hasil perhitungan jumlah sampling.

Besar sampel minimal dihitung menggunakan uji hipotesis beda 2 proporsi, dengan rumus sebagai berikut:

𝑛 = 𝑍1-Ξ±/2√2𝑃(1 βˆ’ 𝑃) + 𝑍1βˆ’π›½βˆšπ‘ƒ1(1 βˆ’ 𝑃1) + (1 + 𝑃2)2 (𝑃1 βˆ’ 𝑃2)2

Keterangan :

n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian 𝑍1βˆ’π›Ό/2 : CI 95% = 1,96

𝑍1βˆ’π›½ : Kekuatan uji 80% = 0,84

44

P1 : Proporsi kejadian kelelahan pada kelompok satu (terpapar) P2 : Proporsi kejadian kelelahan pada kelompok dua (tidak terpapar) P : Rata-rata Proporsi (𝑃1+𝑃2

2 )

Perhitungan besar sampel minimal dilihat dari perhitungan besar sampel menggunakan nilai P1 dan P2 dari hasil penelitian sebelumnya, antara lain:

Tabel 4. 2 Perhitungan Besar Sampel Minimal Variabel P1 P2 N 2N Sumber Usia 0,4 0,8 14 28 Syahlefi dkk. (2014) Status Gizi 0,85 0,23 9 16 Belia (2018) Kualitas Tidur 0,8 0,36 23 46 Carlos dkk. (2016) Kuantitas Tidur 0,87 0,54 29 68 Belia (2018) Beban Kerja 0,8 0,4 23 46 Rachman dkk. (2022) Waktu Istirahat 0,35 0,78 20 40 Syahlefi dkk. (2014) Durasi Mengemudi 0,68 0,4 49 98 Syahlefi dkk. (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan besar sampel sebesar 98 orang. Besar sampel tersebut ditambah 10% untuk menghindari adanya missing jawaban, sehingga diperoleh total sampel 108 responden.

Pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling agar semua trayek dapat terwakili maka sampel diambil dari masing-masing trayek dengan proporsi yang sama. Distribusi jumlah sampel setiap trayek pada penelitian ini terdapat pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Distribusi Jumlah Sampel

No Trayek Distribusi dan Jumlah Sampel

1 Blok M 16

310 Γ— 108 = 6

45

2 Rawamangun 16

310 Γ— 108 = 6

3 Gambir 24

310 Γ— 108 = 8

4 Kemayoran 8

310 Γ— 108 = 3

5 Kp. Rambutan 24

310 Γ— 108 = 8

6 Pasar Minggu 18

310 Γ— 108 = 6

7 Tanjung Priok 12

310 Γ— 108 = 4

8 Merak 24

310 Γ— 108 = 8

9 Pramuka City 4

310 Γ— 108 = 2

10 Lebak Bulus 16

310 Γ— 108 = 6

11 WTC Serpong 12

310 Γ— 108 = 4

12 Pondok Cabe 4

310 Γ— 108 = 2

13 Bogor 12

310 Γ— 108 = 4

14 Cibinong 12

310 Γ— 108 = 4

15 Bekasi 26

310 Γ— 108 = 9

16 Bekasi Timur 10

310 Γ— 108 = 3

17 Cikarang 12

310 Γ— 108 = 4

18 Harapan Indah 6

310 Γ— 108 = 2

19 Purwakarta 22

310 Γ— 108 = 8

20 Karawang 10

310 Γ— 108 = 3

46

21 Sukabumi 16

310 Γ— 108 = 6

Sampel yang akan dipilih menjadi responden harus sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Responden merupakan pengemudi Bus angkutan antar Bandara di PT X.

b. Pengemudi bus bersedia menjadi responden yang ditandai dengan menandatangani lembar persetujuan.

c. Pengemudi bus hadir di tempat pengumpulan data dilakukan.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pengemudi yang sedang tidak fit dan memiliki riwayat penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, tekanan darah rendah dan hipertensi berdasarkan dari pengakuan pekerja.

47

β€œYa, Jarang” dan β€œTidak Pernah”. Skor penilaian setiap jawaban kuesioner ini sebagai berikut:

β€œYa, Sering : Skor 3 (tiga)

β€œYa, Jarang” : Skor 2 (dua)

β€œTidak Pernah” : Skor 1 (satu)

Kemudian total skor dari jawaban kuesioner akan dikategorikan menjadi :

a. Kurang lelah : Skor < 23

b. Lelah : Skor > 23 (Maurits, 2011).

Data mengenai kualitas tidur diperoleh melalui pengukuran menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terbagi menjadi 7 komponen untuk mengetahui kualitas tidur. Skor setiap komponen kuesioner ini sebagai berikut (Buysse dkk., 1989). Langkah dan penilaian skor dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Komponen Skor PSQI

Komponen 1 : Kualitas Tidur Subjektif Terdapat pada pertanyaan E6, dengan skor penilaian:

a. Sangat Baik : Skor 0 b. Cukup Baik : Skor 1 c. Cukup Buruk : Skor 2 d. Sangat Buruk : Skor 3

Komponen 2 : Latensi Tidur

Langkah 1: Tentukan skor pertanyaan E2, dengan skor penilaian:

a. Kurang dari 15 menit : Skor 0 b. 16-30 menit : Skor 1

c. 31-60 menit : Skor 2 d. >60 menit : Skor 3

Langkah 2: Tentukan skor pertanyaan E5a, dengan skor penilaian:

a. Tidak Pernah : Skor 0 b. 1x seminggu : Skor 1 c. 2x seminggu : Skor 2

48

d. 3x seminggu : Skor 3

Langkah 3: Jumlahkan skor pertanyaan E2 dan E5a, hasil perhitungan tersebut dikategorikan sebagai berikut:

a. Total skor 0 : Skor 0 b. Total skor 1-2 : Skor 1 c. Total skor 3-4 : Skor 2 d. Total skor 5-6 : Skor 3

Komponen 3 : Durasi Tidur Terdapat pada pertanyaan E4, dengan skor penilaian:

a. >7 : Skor 0 b. 6-7 : Skor 1 c. 5-6 : Skor 2 d. <5 : Skor 3

Komponen 4 : Lama Tidur Efektif Langkah 1: Tuliskan durasi tidur pada pertanyaan E4

Langkah 2: Jumlahkan waktu bangun tidur pada pertanyaan nomor E3 dengan waktu tidur pada pertanyaan E1

Langkah 3: Lakukan perhitungan berikut:

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘—π‘Žπ‘š π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿ

π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘—π‘Žπ‘š 𝑑𝑖 π‘‘π‘’π‘šπ‘π‘Žπ‘‘ π‘‘π‘–π‘‘π‘’π‘Ÿ Γ— 100 Hasil dari perhitungan tersebut dikategorikan sebagai berikut:

a. >85% : Skor 0 b. 75-84% : Skor 1 c. 65-74% : Skor 2 d. <65% : Skor 3

Komponen 5 : Gangguan Tidur

Langkah 1: Tentukan skor pertanyaan nomor E5b-E5j dengan ketentuan:

a. Tidak Pernah : Skor 0 b. 1x seminggu : Skor 1 c. 2x seminggu : Skor 2 d. 3x seminggu : Skor 3

Langkah 2: Jumlahkan skor setiap pertanyaan nomor E5b-E5j, lalu dikategorikan dengan ketentuan:

a. Jika jumlahnya 0 : Skor 0 b. Jika jumlahnya 1-9 : Skor 1 c. Jika jumlahnya 10-18 : Skor 2 d. Jika Jumlahnya 19-27 : Skor 3

Komponen 6 : Penggunaan obat tidur Terdapat pada pertanyaan E7, dengan skor penilaian:

a. Tidak Pernah : Skor 0 b. 1x seminggu : Skor 1

49

c. 2x seminggu : Skor 2 d. 3x seminggu : Skor 3

Komponen 7 : Disfungsi Siang Hari

Langkah 1: Tentukan skor pertanyaan nomor 8 berdasarkan kategori berikut:

a. Tidak Pernah : Skor 0 b. 1x seminggu : Skor 1 c. 2x seminggu : Skor 2 d. 3x seminggu : Skor 3

Langkah 2: Tentukan skor pertanyaan nomor 9 berdasarkan kategori berikut:

a. Tidak antusias : Skor 0 b. Antusias kecil : Skor 1 c. Antusias sedang : Skor 2 d. Antusias besar : Skor 3

Langkah 3: Jumlahkan skor pertanyaan 8 dan 9 lalu dikategorikan dengan ketentuan:

a. Jika jumlahnya 0 : Skor 0 b. Jika jumlahnya 1-2 : Skor 1 c. Jika jumlahnya 3-4 : Skor 2 d. Jika jumlahnya 5-6 : Skor 3

Nilai tiap komponen kemudian dijumlahkan menjadi skor global 0- 21 dengan kategori:

a. Baik : < 5

b. Buruk : > 5-21 (Buysse dkk., 1989).

Data mengenai beban kerja mental diperoleh melalui perhitungan dari kuesioner NASA-TLX dengan melakukan penilaian pada rata-rata rating dari enam indikator seperti tuntutan mental, tuntutan fisik, tuntutan waktu, performansi, tingkat usaha, dan tingkat frustasi. Untuk mendukung hipotesis mengenai beban kerja mental, ditambahkan informasi mengenai kondisi lalu lintas, kondisi kendaraan, dan keluhan yang dirasakan saat

50

mengemudi. Menurut Hancock dan Mesakti dalam Martha (2016), Langkah pengukuran kuesioner NASA-TLX sebagai berikut:

1. Pembobotan

Kuesioner yang diberikan berupa bentuk perbandingan dari 15 pertanyaan yang berpasangan, kemudian responden diminta untuk memilih satu indikator yang dirasa dominan menambah beban kerja mental. Jumlah perhitungan menjadi bobot untuk tiap indikator berbeda.

2. Rating

Responden diminta untuk memberikan rating kepada setiap indikator sesuai dengan penilaian subjektif responden.

3. Mengukur nilai produk

Nilai produk diperoleh dari perkalian antara bobot dengan rating dari setiap indikator, sehingga didapatkan 6 nilai produk untuk 6 indikator.

Produk = Rating x bobot faktor 4. Menghitung Weighted Workload (WWL)

Perhitungan WWL dilakukan dengan melakukan penjumlahan dari 6 nilai produk dari setiap indikator.

WWL = Jumlah Total Produk 5. Menghitung rata-rata WWL

Perhitungan rata-rata WLL dilakukan untuk menentukan skor akhir kuesioner NASA TLX, dengan menggunakan rumus berikut:

Skor = Jumlah Total Produk 15

51

6. Interpretasi skor menurut Sandra G.Hart dan Lowell E. Staveland, (1981):

Sedang : < 50 Tinggi : > 50

Data mengenai beban kerja fisik diperoleh melalui pengukuran denyut nadi pemulihan yang diukur setelah 1 menit saat istirahat dan denyut nadi yang diambil setelah 3 menit istirahat. Denyut nadi pada pengukuran ketiga dilambangkan sebagai denyut nadi pemulihan (NIOSH, 2014). Pengukuran dilakukan oleh peneliti kepada pengemudi bus dengan menggunakan alat pulse oximeter. Hasil pengukuran dikategorikan dengan ketentuan sebagai berikut (NIOSH, 2014):

1. Tidak Berlebihan : P1 < 110 bpm per menit dan P3 < 90 bpm per menit.

2. Berlebihan : P1 > 110 bpm per menit dan P3 > 90 bpm per menit.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

52

Uji validitas telah dilakukan pada 30 orang responden dengan trayek Bogor-Bandara, Cibinong-Bandara, Rawamangun-Bandara, dan Gambir-Bandara. Penelitian ini r tabel dihitung dari df = n-2, maka df=30-2 hasilnya 28, dengan taraf signifikan 5% didapatkan angka r tabel sebesar 0,3610.

Dari 8 Variabel yang terdiri dari 15 pertanyaan dan menggunakan 3 kuesioner baku, terdapat beberapa variabel yang tidak bisa dilaksanakan uji validitas. Variabel A terkait karakteristik responden tidak dapat dilakukan uji validitas. Variabel B, C, D tidak dapat dilakukan uji validitas dikarenakan tidak sesuai dengan persyaratan uji validitas. Variabel lainnya dalam penelitian ini menggunakan kuesioner baku yang sudah dilakukan uji validitas dan realibilitasnya, namun peneliti tetap melakukan uji validitas dengan perbandingan angka r hitung melebih angka r tabel (0,3610) untuk menentukan validitas kuesioner tersebut. Berikut nilai r hitung hasil uji validitas. Hasil uji validitas kuesioner penelitian ini terdapat pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Kuesioner

Pertanyaan r hitung r tabel ket Kuesioner NASA TLX

D4 Kebutuhan Mental (MD) 0,733 0,3610 valid D5 Kebutuhan Fisik (PD) 0,575 0,3610 valid D6 Kebutuhan Waktu (TD) 0,680 0,3610 valid D7 Performansi Kerja (OP) 0,426 0,3610 valid D8 Usaha Fisik dan Mental (EF) 0,485 0,3610 valid

53

D9 Tingkat Frustasi (FR) 0,639 0,3610 valid Kuesioner Pengukuran Kualitas Tidur (PSQI)

E5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini mengganggu tidur anda?

E5a Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak berbaring

0,658 0,3610 valid

E5b Terbangun di tengah malam atau terlalu dini

0,751 0,3610 valid

E5c Terbangun untuk ke kamar mandi 0,721 0,3610 valid E5d Tidak dapat bernafas dengan nyaman 0,435 0,3610 valid E5d Batuk atau mengorok 0,363 0,3610 valid E5e Kedinginan di malam hari 0,368 0,3610 valid E5f Kepanasan di malam hari 0,483 0,3610 valid

E5g Mimpi buruk 0,577 0,3610 valid

E5h Merasa nyeri 0,407 0,3610 valid

E6 Bagaimana kualitas tidur anda selama seminggu yang lalu?

0,501 0,3610 valid

E7 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur?

0,616 0,3610 valid E8 Seberapa sering anda mengantuk

ketika melakukan aktivitas di siang hari (saat bekerja)?

0,664 0,3610 valid

E8 Seberapa besar antusias anda ingin menyelesaikan masalah yang anda hadapi?

0,771 0,3610 valid

Kuesioner Alat Ukur Kelelahan Kerja (KAUPK2)

F1 Apakah Anda merasa sulit berpikir? 0,636 0,3610 valid F2 Apakah Anda merasa malas untuk

berbicara?

0,561 0,3610 valid

F3 Apakah Anda merasa gugup menghadapi sesuatu?

0,622 0,3610 valid

54

F4 Apakah Anda merasa sulit berkonsentrasi dalam menghadapi suatu pekerjaan?

0,392 0,3610 valid

F5 Apakah Anda merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu?

0,411 0,3610 valid

F6 Apakah Anda cenderung lupa terhadap sesuatu?

0,774 0,3610 valid

F7 Apakah Anda merasa kurang percaya diri sendiri?

0,720 0,3610 valid F8 Apakah Anda merasa tidak menguasai

dalam melaksanakan pekerjaan Anda?

0,392 0,3610 valid

F9 Apakah Anda merasa enggan menatap mata orang?

0,594 0,3610 valid

F10 Apakah Anda merasa enggan bekerja cekatan?

0,480 0,3610 valid

F11 Apakah Anda merasa tidak tenang dalam bekerja?

0,800 0,3610 valid

F12 Apakah Anda merasa lelah seluruh tubuh?

0,654 0,3610 valid

F13 Apakah Anda merasa bertindak lamban?

0,763 0,3610 valid F14 Apakah Anda merasa lelah untuk

banyak berjalan?

0,705 0,3610 valid

F15 Apakah Anda merasa sebelum bekerja sudah lelah?

0,551 0,3610 valid F16 Apakah Anda merasa daya pikir

menurun?

0,650 0,3610 valid

F17 Apakah Anda merasa cemas terhadap sesuatu hal?

0,550 0,3610 valid

55

2. Uji Reliabilitas

Realibilitas merupakan keakuratan untuk menunjukan apakah alat pengukur tersebut dapat dipercaya (Notoatmodjo Soekidjo, 2006).

Suatu pertanyaan dinyatakan reliabel bila jawaban yang diberikan oleh beberapa responden terhadap pertanyaan tersebut konsisten atau relatif stabil (Jus’at, 2019). Untuk mengetahui realibilitas alat ukur, dilakukan uji coba dan analisis menggunakan aplikasi SPSS untuk membandingkan nilai cronbach’s alpha pada tabel reliability statistics. Sebuah alat ukur dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,6 (Ghozali, 2011).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas alat ukur pada penelitian ini, diketahui seluruh alat ukur memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,6.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh alat ukur yang digunakan pada penelitian ini sudah reliabel dan dapat dipercaya. Hasil uji realibilitas kuesioner penelitian ini terdapat pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Hasil Uji Realibilitas Kuesioner

Variabel Croanbach’s Alpha Hasil

NASA TLX 0,609 Reliabel

PSQI 0,823 Reliabel

KAUPK2 0,855 Reliabel

56

1. Pengukuran Kuesioner

Adapun prosedur pengumpulan data untuk kuesioner sebagai berikut:

a. Mendapatkan izin penelitian dari Dosen Pembimbing, Kepala Program Studi, dan PT X dan mendapatkan persetujuan untuk pengambilan data.

b. Mengadakan pendekatan kepada petugas time table dan responden yang akan menjadi sampel untuk menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian.

c. Peneliti menjelaskan teknis pengisian lembar kuesioner sebelum responden mengisi kuesioner.

d. Responden mengisi dan menandatangani lembar pernyataan persetujuan dengan sukarela.

e. Kuesioner yang sudah selesai diisi dikembalikan kepada peneliti dan dilakukan pemeriksaan untuk memastikan seluruh pertanyaan sudah terisi.

2. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) 1) Pengukuran Tinggi badan

a. Pasang microtoise pada bidang datar (misalnya tembok) dengan kuat setinggi 2 meter.

b. Responden yang akan diukur diminta untuk melepas alas kaki.

c. Persilahkan responden untuk berdiri tepat di bawah microtoise dengan rileks, tegap dan tidak menekuk, pandangan lurus, dan dalam posisi siap.

57

d. Pastikan tidak ada satupun bagian tubuh responden yang menempel pada tembok.

e. Tarik microtoise sampai menyentuh atas kepala atau rambut responden, pastikan posisi microtoise dalam keadaan lurus.

f. Catat hasil pengukuran tinggi badan dalam meter (m).

2) Pengukuran Berat Badan

a. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan berat standar.

b. Letakkan timbangan berat badan di tempat yang datar.

c. Responden diminta untuk melepas alas kaki, aksesoris yang digunakan, dan pakain luar seperti jaket.

d. Pada saat pengukuran responden diminta untuk rileks, berdiri tegak, dan pandangan lurus ke depan.

e. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (kg).

3. Pengukuran Denyut Nadi

a. Pengukuran denyut nadi dilakukan saat responden selesai bekerja.

b. Sebelum memulai pengukuran, responden diminta untuk mencuci tangan hingga bersih dan memastikan kuku dalam kondisi tidak menggunakan cat, kuku palsu, dan tidak panjang.

c. Siapkan stopwatch untuk memulai perhitungan

d. Nyalakan alat oximeter, kemudian masukan jari tangan baik itu jari tengah, jari telunjuk atau ibu jari ke dalam klip alat oximeter.

58

e. Tunggu hingga alat mengeluarkan angka heart rate pada layar.

f. Setelah pengukuran selesai, lepaskan oximeter dan catat hasil pengukuran dalam bpm per menit.

59

2. Baik : >7 jam d. Kualitas Tidur

1. Buruk : > 5 2. Baik : < 5 e. Beban Kerja Mental

1. Tinggi : > 50 2. Sedang : < 50 f. Beban Kerja Fisik

1. Berlebihan : P1 > 110 bpm per menit dan P3 > 90 bpm per menit.

2. Tidak Berlebihan : P1 < 110 bpm per menit dan P3 <

90 bpm per menit.

g. Durasi Mengemudi 1. Berat : > 8 jam 2. Normal : < 8 jam h. Waktu Istirahat

1. Buruk : < 1 jam 2. Baik : > 1 jam 3. Pengentrian Data (Data Entry)

Data yang sudah diberikan kode selanjutnya di entry agar dapat di analisis (Hastono, 2018). Analisis data yang digunakan pada penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

60

4. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Langkah terakhir dari manajemen data yaitu dilakukan pemeriksaan kembali data yang sudah di entry, yang disebut dengan pembersihan data (Hastono, 2018). Dengan demikian data tersebut dapat dianalisis.

H. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel yang diteliti, antara lain yaitu variabel kelelahan kerja, usia, status gizi, kuantitas tidur, kualitas tidur, beban kerja mental, beban kerja fisik, durasi mengemudi, dan waktu istirahat.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji statistik yang digunakan untuk analisis data penelitian ini yaitu Uji Chi Square dengan ketentuan tabel 2x2. Pada penelitian ini, pengambilan keputusan statistik menggunakan tingkat kepercayaan (CI) sebesar 95% dan level of significance (Ξ±) dengan ketentuan:

1. Jika nilai P value (sig) < Ξ± (0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.

2. Jika nilai P value (sig) > Ξ± (0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.

61

Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan digunakan ukuran Resiko Relatif (RR) dan Odds Rasio (OR).

Ukuran RR pada umumnya dipakai pada desain penelitian kohort, sedangkan OR digunakan pada desain kasus kontrol dan cross sectional (Hastono, 2018). Pengambilan keputusan hasil nilai Odds ratio (OR) dengan menggunakan interval kepercayaan (CI) 95%

antara lain sebagai berikut (Nurlaelah, 2016):

1. OR < 1, berarti variabel tersebut sebagai faktor protektif.

2. OR = 1, bukan faktor risiko,

3. OR > 1, berarti variabel tersebut adalah faktor risiko.

I. Etik Penelitian

Persetujuan etik untuk penelitian ini diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nomor persetujuan etik (Ethical Approval) Un.01/F.10/KP.01.1/KE.SP/06.08.029/2022. Persetujuan etik ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai penelitian ini berakhir.

62

BAB V HASIL

A. Gambaran Lokasi Penelitian

PT X merupakan salah satu perusahaan dalam bidang transportasi.

Sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi perusahaan transportasi kelas dunia yang handal, berkinerja unggul dan berkelanjutan, PT X sudah memiliki 57 cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. PT X memiliki maksud dan tujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional terutama di bidang jasa angkutan jalan.

Dalam rangka mendukung kegiatan usaha utama secara finansial, PT X melaksanakan kegiatan usaha dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya yang sudah dimiliki dan/atau dikuasai sebagaimana ditetapkan oleh Menteri. Seperti angkutan pemadu moda, angkutan antar kota (dalam provinsi dan antar provinsi), angkutan bus kota, angkutan lintas batas negara, angkutan perintis, angkutan pariwisata atau travel, dan angkutan bandara.

Angkutan Bandara merupakan salah satu segmen pelayanan yang beroperasi dari dan ke bandara. Segmen Angkutan Bandara ini tidak hanya melayani wilayah Ibu Kota Jakarta saja, namun sudah hampir menjangkau bandara-bandara yang ada di wilayah Indonesia. Pada angkutan bandara Soekarno Hatta, PT X memiliki 21 trayek yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Banten, Karawang, Purwakarta, Sukabumi. Dalam

63

pelayanannya, PT X beroperasi menuju bandara Soekarno Hatta pada jam 02.00 WIB – 18.00 WIB, serta dari bandara jam 07.00 WIB – 21.00 WIB.

Jadwal pemberangkatan memiliki headway kurang lebih selama 60 menit atau menyesuaikan dengan situasi, seperti jumlah armada dan jumlah penumpang.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa setiap pengemudi yang bertugas memiliki target untuk menyelesaikan minimal 3 rit dalam satu hari. Berdasarkan hasil analisis kuesioner, pengemudi rata-rata memiliki 4 sampai dengan 6 rit dalam satu hari, dengan durasi mengemudi dalam satu kali rit rata-rata 105 menit. Rit per hari yang dimiliki pengemudi bersifat fleksibel, sesuai dengan jumlah armada dan jumlah penumpang.

Diketahui rata-rata durasi mengemudi dalam satu hari yaitu 7 jam, namun hal ini bisa berubah sesuai dengan kondisi yang dipengaruhi oleh kondisi lalu lintas, jumlah armada, dan jumlah penumpang. Rata-rata waktu istirahat kerja pengemudi dalam satu hari selama 136 menit. Berdasarkan hasil wawancara, waktu istirahat dan jadwal mengemudi para pengemudi di PT X tidak menentu sesuai dari arahan petugas time table. Masa kerja para pengemudi di PT X terdapat pada tabel 5.1.

Tabel 5. 1 Masa Kerja Pengemudi Bus PT X Tahun 2022 Kategori Masa

Kerja

Frekuensi (n) Persentase (%)

Baru (<10 Tahun) 37 34,3

Lama (>10 Tahun) 71 65,7

Total 108 100

64

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui sebagian besar pengemudi di PT X memiliki masa kerja lama (>10 tahun).

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Kelelahan Kerja

Data mengenai kelelahan kerja didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang dibagi menjadi dua kategorik yaitu kurang lelah jika skor <23 dan lelah jika skor >23. Adapun hasil penelitian mengenai gambaran kelelahan pada pengemudi dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Distribusi Kelelahan Kerja Pengemudi Bus PT X Tahun 2022

Kategori Kelelahan Frekuensi (n) Persentase (%)

Lelah 72 66,7

Kurang Lelah 36 33,3

Total 108 100

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa dari 108 pengemudi terdapat 72 pengemudi (66,7%) yang merasa lelah dan 36 pengemudi (33,3%) yang merasa kurang lelah. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar pengemudi bus mengalami kelelahan kerja.

Kuesioner pengukuran kelelahan KAUPK2 terdiri dari 17 pertanyaan mengenai gejala kelelahan yang dapat dialami oleh tenaga kerja. Distribusi hasil komponen setiap pertanyaan KAUPK2 dapat dilihat pada tabel 5.3.

65

Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Pertanyaan KAUPK2

No. Pertanyaan Persentase Skor

1. Merasa sulit berpikir 43%

2. Merasa lelah berbicara 47%

3. Merasa gugup menghadapi sesuatu 41%

4. Merasa tidak pernah berkonsentrasi dalam mengerjakan suatu pekerjaan

25%

5. Merasa tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu

49%

6. Merasa cenderung lupa terhadap sesuatu 60%

7. Kurang percaya diri sendiri 41%

8. Merasa tidak tekun dalam melaksanakan pekerjaan

16%

9. Merasa enggan menatap mata orang lain 60%

10. Merasa enggan bekerja dengan cekatan 22%

11. Merasa tidak tenang saat bekerja 31%

12. Merasa lelah seluruh tubuh 93%

13. Merasa bertindak lamban 35%

14. Merasa tidak kuat lagi berjalan 43%

15. Merasa sebelum bekerja sudah lelah 41%

16. Merasa daya pikir menurun 54%

17. Merasa cemas terhadap sesuatu 57%

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui pertanyaan mengenai gejala perasaan lelah seluruh tubuh memiliki persentase paling besar yang dirasakan oleh pengemudi bus PT X Tahun 2022.

2. Gambaran Umur

Data umur diperoleh dari wawancara pada pengemudi dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini umur dikategorikan menjadi dua kategorik, yaitu tua jika umur > 45 tahun dan muda jika

66

umur <45 tahun. Hasil penelitian mengenai gambaran umur pada pengemudi dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5. 4 Distribusi Umur Pengemudi Bus PT X Tahun 2022 Kategori Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

Tua 43 39,8

Muda 65 60,2

Total 108 100

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui sebagian besar pengemudi memiliki kelompok umur muda, yaitu sebanyak 65 pengemudi (60,2%).

3. Gambaran Status Gizi

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT). Hasil analisis tidak terdapat pengemudi yang memiliki IMT kurus, sehingga hasil perhitungan dibagi menjadi dua kategorik, yaitu gemuk jika IMT > 25 kg/mΒ² dan normal jika IMT sebesar 18,5 – 25 kg/mΒ². Hasil penelitian mengenai gambaran status gizi pada pengemudi dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5. 5 Distribusi Status Gizi Pengemudi Bus PT X Tahun 2022

Kategori Status

Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Gemuk 59 54,6

Normal 49 45,4

Total 108 100

67

Berdasarkan tabel 5.5, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengemudi memiliki status gizi gemuk sebanyak 59 pengemudi (54,6%).

Status gizi kategori gemuk dapat dibagi menjadi dua, yaitu overweight jika IMT >25 kg/mΒ² – 27 kg/mΒ² dan obesitas jika IMT >27 kg/mΒ². Hasil penelitian mengenai gambaran status gizi pada pengemudi yang memiliki kategori IMT gemuk dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5. 6 Kategori Status Gizi Gemuk Pengemudi Kategori Status

Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

Overweight 44 74,5

Obesitas 15 25,4

Total 59 100

Berdasarkan tabel 5.6, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengemudi memiliki status gizi gemuk dalam kategori overweight sebanyak 44 pengemudi (74,5%).

4. Gambaran Kuantitas Tidur

Data kuantitas tidur diperoleh dari wawancara pada pengemudi dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini kuantitas tidur dikategorikan menjadi dua kategorik, yaitu buruk jika pengemudi memiliki kuantitas tidur < 7 jam dan baik jika pengemudi memiliki kuantitas tidur > 7 jam. Hasil penelitian mengenai gambaran kuantitas tidur pada pengemudi dapat dilihat pada tabel 5.7.

Dokumen terkait