• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. DESKRIPTIF LOKASI

3.1.1. Wilayah Peradilan Islam

Dalam sejarah Islam dikenal beberapa bentuk lembaga peradilan yang khas dengan kopetensi yang berbeda. Dalam hal ini ada 4 (empat) macam wilayah peradilan Islam (Ash-Shiddieqy, t,th;38)

3.1.2 Wilayah al-Tahkim

Yaitu apabila dua pihak atau lebih memilih seseorang yang dianggap mampu dan adil untuk menyelesaikan sengketa mereka dengan melandaskan pada hukum Syara’ dalam hal ini tahkim hanya boleh dilakukan dalam soal sengketa harta dan hukum keluarga. Dan tidak boleh menyangkut dengan hukum pidana.

3.1.3 Wilayah al-Qadha’

Adalah lembaga peradilan sesungguhya, yang berwenang menyelesaikan segala macam sengketa baik perdata maupun pidana. Keputusan qadhi memiliki daya paksa bagi para pihak. Khusus di Indonesia sekarang ini peradilan Agama tidak memiliki kewenangan dalam perkara pidana.

Pengadilan agama hanyalah berwenang memeriksa dan memutuskan serta menyelesaikan perkara-perkara antara orang-orang yang bergama Islam;

Perkawinan, Kewarisan, wasiat, dan hibah Waqaf sedeqah. Ketentuan ini lahir berdasarkan Undang-Udang Nomor 7 tahun 1989 tenttangPeradilan Agama (pasal 49).

3.1.4 Wilayah al-Mazhlim

Ini adalah semacam lembaga peradilan yang khusus dan agak mirip dengan Peradilan Tata Usaha Negara. Menurut Al Mawardi (th; 2008) ada sepuluh macam perkara yang diperiksa oleh lembaga ini yaitu :

1. Pengaduan oleh rakyat terhadap penganiayaan yang dilakukan oleh pejabat/penguasa

2. Kecurangan petugas zakat dan Baital-mal

3. Pengawasan terhadap perlakuan para pejabat (al-wulah) terhadap rakyat

4. Pengaduan para pegawai dan tentara misalnya menyangkut tentang

‘penyunatan’ atau kelambatan gaji

5. Pengaduan oleh rakyat tentan perampasan harta (al-ghushub) oleh para penguasa (al-ghushub sulthaniyyah)atau oleh orang-orang kuat.

6. Pengawasan harta wasaf

7. Melaksanakan putusan lembaga peradilan yang tidak sanggup dijalankan karena pihak yang kalah adalah orang-orang kuat dan orang- orang besar

8. Meneliti dan memeriksa perkara-perkara yang menyangkut kepentingan umum yang tidak dapat dilaksanakan oleh muhtasib (petugas hisbah)

9. Menjaga pelaksanaan ibadah yang penting (al-ibadah al-zhahirah) seperti shalat jum’at, Idul Fitri, dan haji

10. Mengawasi penyelesaiaan perkara-perkara yang menjadi sengketa antara dua belah pihak agartetapdijalankan dengan benar.

3.1.5 Wilayah Al-Hisbah

Ini adalah suatu lembaga yang bertugas menegakkan amar ma’ruf (apabila jelas-jelas ditinggalakan (shahara tarkuhu) dan mencegah kemungkaran apabila jelas-jelas dilakukan (zhahara Fi’luhu). Kewenangan lembaga ini meliputi hal-hal yang berkenaan dengan ketertiban umum, kesusilaan (al- adab), dan sebagian tindak pidana ringan yang menghendaki penyelesaian segera. Tujuan adanya lembaga ini adalah untuk menjaga ketertiban umum serta memelihara keutamaan moral dan adab dalam masyarakat.

Di dalam Qanun Aceh Timur tahun 2008 tentang Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah Pasal 48 disebutkan bahwa :

Tugas pokok dan fungsi kewenangan satuan Polisi Pamong Praja dan wilayatul Hisbah mempunyai tugas memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah (Qanun), Pertauran Bupati, Keputusan Bupati, melakukan sosialisasi, pengawasan, Pembinaan, Penyidikan, dan pembantuan pelaksanaan hukuman dalam lingkup peraturan perundang-undangan dibidang Syari’at Islam. ( Qanun Aceh Timur;2008 )

3.2. Sejarah Berdirinya Desa Leuge

Desa Leuge Kecamatan Peureulak adalah suatu desa yang berdampingan dengan ibukota Kecamatan Peureulak kabupaten Aceh Timur Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Nama Leuge diambil dari nama pohon kayu yang bernama Leuge dengan istilah lain biasa juga disebut pohon yang memuakkan. Kemuakan ini membawa sifat kepada penduduk aslinya yang umumnya keras-keras dan payah dilembutkan.

Semasa penjajahan Belanda desa ini sudah ada, tetapi hanya dihuni oleh 7 sampai 10 kepala keluarga.

Pada prinsipnya desa Leuge terbagi ata 2 ( Dua ) bahagian yang melintang dengan jalan PNKA, dulunya dijuluki dengan : lorong Leuge Cot, dan Lorong Leuge Station.

Pada bahagian lorong Leuge Cot, dihuni oleh penduduk asli suku Aceh, yang mata pencaharian sebagai petani dan nelayan, sedangkan pada lorong Leuge Station dihuni oleh pendatang-pendatang dari luar daerah dan bermata pencaharian sebagai buruh, pegawai, pedagang.

Daerah Leuge Station dikenal juga dengan nama Kuta Baro yaitu Tempat didirikan Mesjid Jamik Peureulak Mesjid kebanggan masyarakat Peureulak yang sekarang sedang direnovasi.

Berdirinya desa Leuge memang sudah lama akan tetapi pembinaannya baru sesudah Orde baru. Adapun nama-nama kepala desa yang pernah memimpin desa leuge adalah sebagai berikut:

1. M.Sa’at menjabat sebagai kepala desa sampai tahun 1927.

2. Peutuwa Maddia, dari tahun 1927-1952

3. Abd.Latif, dari tahun 1952-1969 4. Usman Amin, dari tahun 1969-1970

5. Abd Latif tepulih lagi sebagai kepala desa 1970-1971 6. M.Usman Yacop dari tahun 1971-2007

7. M. Usman AB, dari tahun 2007 sampai dengan sekarang.

3.3. Karakteristik Desa Leuge 3.3.1. Keadaan Alam

Desa Leuge Terletak di Kecamatan Peureulak Kota kabupaten Aceh Timur dengan luas wilayah desanya Lebar 1500 M. Panjang 5000 M.

Terletak diantara 25 ˚- 323˚ lintang Utara dan 981˚ - 120˚ bujur timur.

Suhu disepanjang tahun ini menampakkan perubahan jauh berbeda yaitu berkisar 25˚-27˚ C. Desa ini terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Mesjid, dusun kuta, dusun Pande, dusun Cot, dan dusun Blang. Batas wilayah desa Leuge adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara: berbatasan dengan desa Pasir Putih

- Sebelah selatan: berbatasan dengan sungai Leuge dan Desa Keumuneng

- Sebelah barat: berbatasan dengan Desa Kedai Peureulak.

- Sebelah timur: berbatasan dengan laut Selat Malaka 3.3.2 Letak Desa terhadap pusat-pusat fasilitas/kota :

- Ibu kota kecamatan : 1 Km - Ibu Kota kabupaten : 12 Km - Ibu Kota Propinsi : 396 Km

3.4. Komposisi dan Karakteristik Penduduk Desa Leuge 3.4.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk desa leuge Kecamatan Peureulak kota kabupaten Aceh Timur 1516 Jiwa. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 782 jiwa, sedangkan perempuan 784 jiwa. Untuk lebih jelas jumlah penduduk menurut jenis kelamin didesa Leuge dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel. 3 Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Laki-laki 782 51,58

2 Perempuan 734 48,41

Jumlah 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009.

Dari Tabel 3 diatas, jumlah penduduk di desa Leuge berdasarkan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan tidak jauh berbeda, dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk didesa Leuge berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang. Dari 1516 jumlah penduduk didesa Leuge terdapat 345 KK.

3.4.2. Pekerjaan

Jenis pekerjaan penduduk desa Leuge pada umumnya bertani dan nelayan, sedangkan berdagang dan pegawai negeri sipil sedikit. Untuk lebih jelas dapat dilihat berdasarkan pesentase pada Tabel 4 berikut:

Tabel. 4. Komposisi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan No Jenis Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase %

1 Petani 528 34,82

2 Nelayan 468 30,87

3 Pedagang 293 19,32

4 PNS/TNI/POLRI 106 6,99

5 Lain-Lain 121 7,98

Jumlah 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009

Dari Tabel 4 diatas, maka persentase tertinggi dari jenis pekerjaan didesa Leuge adalah bertani sebanyak 528 orang (35%), dari jumah penduduk desa Leuge saat sekarang ini.

3.4.3. Komposisi penduduk berdasarkan usia

Adapun Jumlah penduduk desa Leuge Kecamatan Peureulak Kota yaitu 1516 jiwa dengan rincian 782 jiwa laki-laki dan 734 perempuan, sedangkan jumlah duduk berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel. 5. Komposisi penduduk berdasarkan usia No. Kelompok

Umur (Thn)

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

Pessentase (%) Pria Wanita

1. 0-5 74 75 149 9,82

2. 6-10 131 132 263 17,34

3. 11-20 189 168 357 23,54

4. 21-30 120 116 236 15,66

5. 31-40 95 91 186 12,26 6. 41-50 88 87 175 11,54 7. 51-60 58 41 99 6,53 8. 61+ 27 24 51 3,36

Jumlah 782 734 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009

Dari Tabel 5, dapat diketahui bahwa kelompok umur 0-5 tahun jenis kelamin pria dan wanita berjumlah 149 jiwa atau (9,82 %), kelompok umur 6-10 berjumlah 263 jiwa atau (17,34 %), kelompok umur 11-20 berjumlah 357 jiwa atau (23,54 %), kelompok umur 21-30 berjumlah 236 jiwa atau (15,66 %), kelompok umur 31-40 berjumlah 186 jiwa atau (15,66 %), kelompok umur 41-50 berjumlah 175 jiwa atau (11,54 %), kelompok umur 51-60 berjumlah 99 jiwa atau (6,53 %), dan kelompok umur 61 tahun keatas berjumlah 51 (3,36 %). Sedangkan yang menjadi sampel dan informan pada penelitian ini adalah pria dan wanita yang berusia 21 keatas dengan pertimbangan pada usia tersebut seseorang sudah dapat dikatakan memiliki

pemikiran yang lebih dewasa sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti

3.4.3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk desa Leuge pada umumnya tamatan SMA/sederajat untuk lebih jelas dapat dilihat berdasarkan persentase dari Tabel 6.

Tabel. 6. komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan Frekuensi

(F)

Persentase (%) 1 Tidak Tamat SD/sederajat 160 11

2 SD/Sederajat 180 12

3 SMP/Sederajat 324 21

4 SMA/Sederajat 592 39

5 Perguruan Tinggi 260 17

Jumlah 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009

Dari Tabel 5 diatas, maka persentase tertinggi dari tingkat pendidikan didesa Leuge adalah tamatan Sekolah Menengah Atas, sebanyak 592 Jiwa (39 %), semetara itu yang tidak tamat sekolah SD/Sederajat persentase yang paling sedikit yaitu sebanyak 160 orang (11 %) tetapi walaupun demikian mereka tidak dikategrikan buta huruf karena mereka minimimal bisa membaca, ada yang tidak bisa membaca dengan tulisan latin tetapi mereka bisa membaca Al-Qur’an atau kitab Arab Jawo. (Kitab Kuning)

3.4.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama

Jumlah penduduk desa Leuge pada umumnya mayoritas beragama Islam akan tetapi ada juga PNS yang beragama non Islam, untuk lebih jelas dapat dilihat berdasarkan persentase dari Tabel 6 berikut:

Tabel. 7. komposisi penduduk berdasarkan Agama No Agama Frekuensi (F) Persentase %

1 Islam 1512 99,8

2 Protestan 2 0,1

3 Katolik 2 0,1

4 Hindu - -

5 Budha - -

6 Lain-lain - -

Jumlah 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009

Dari Tabel 7 diatas, maka persentase tertinggi dari tingkat jumlah agama adalah mayoritas beragama Islam, sebanyak 1512 orang (99 %), sementara sisanya adalah beragama protestan dan katolik.

3.4.5 Etnis

Etnis yang terdapat di desa Leuge didomonasi oleh suku Aceh, dan selebihnya suku jawa dan batak. untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel.8 komposisi penduduk berdasarkan etnis No Etnis Frekuensi (F) Persentase %

1 Aceh 1501 99,0

2 Jawa 11 0,7

3 Batak 4 0,3

Jumlah 1516 100

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009 Dari Tabel 8 diatas, maka persentase tertinggi dari etnis yang ada didesa Leuge didominasi oleh etnis aceh 99% ( 1501 orang ), sedangkan selebihnya dari etnis jawa dan batak.

3.5. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana dan prasarana yang ada di desa Leuge Kecamatn Peureulak Kota dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jenis Sarana dan Prasarana

No Nama fasilitas Jumlah

1 Kantor Desa 1 Buah

2 Lapangan Bola Kaki 1 Buah 3 Lapangan Batminton 2 Buah

4 Meunasah 2 Buah

5 Peusantren 1 Buah

6 Tanah sawah milik desa 4 Ha

7 Tambak ikan 5 Ha

Sumber : Data statistik kantor kepala desa Leuge 2009 Saranan dan prasarana di desa Leuge dapat dilihat pada Tabel 9, mereka memiliki tempat pendidikan agama yaitu Pesantren Assasul Islamiyah dimana pesantren tersebut tempat warga menuntut ilmu agama Islam baik dari kalangan tua, anak-anak dan para pemuda. Mereka yang tinggal di dayah melaksanakan pengajian siang dan malam. namun ada juga yang malamnya saja melaksanakan pengajian.

         

             

BAB IV

TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA 4.1. Karakteristik Responden

Maksud dari penyajian data karakteristik responden adalah agar penulis lebih mengenal responden yang diteliti sehingga dapat lebih memudahkan penulis dalam melakukan penganalisaan. Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut:

4.1.1. Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin

Distribusi responden lebih besar jumlah jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan, perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi responden menurut jenis kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Laki-laki 48 51,1

2 Perempuan 46 48,9

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 10. dapat dilihat bahwa dua responden laki-laki lebih banyak dari pada responden perempuan, yakni responden laki-laki berjumlah 48 responden atau (51,1 %), sedangkan perempuan sebanyak 46 responden atau (49,1 %)

4.1.2. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Responden pada penelitian ini terdiri dari beberapa jenjang pendidikan yaitu, Tidak tamat SD/sederajat. Tamat SD/sederajat, SLTP/sederajat, SLTA/sederajat/ dan PT/D3. Adapun jumlah pesentase (%) dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 10 10,6

2 Tamat SD/Sederajat 11 11,7

3 Tamat

SLTP/Sederajat 20 21,3

4 Tamat

SLTA/Sederajat 37 39,4

5 Tamat PT/D3 16 17,0

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa responden berdasarkan jenjang pendidikan yang jumlahnya paling besar adalah tamat SLTA/sederajat, yaitu 37 responden (39,4 %), Tamat SLTP/sederajat 20 (21,3) responden, Tamat PT/D3 16 responden (17,0 %), Tamat SD/sederajat 11 responden (11,7 %), dan tidak tamat SD 10 responden (10,6 %).

4.1.3. Komposisi responden berdasarkan usia

Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 94 orang sedangkan jumlah berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Komposisi responden berdasarkan usia

No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

1 21-30 18 19,1

2 31-35 19 20,2

3 36-40 23 24,5

4 41-50 19 20,2

5 50-keatas 15 16,0

Jumlah 94 100 Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 12. dapat dilihat bahwa kelompok usia 21-30 tahun berjumlah 18 responden atau (19,1 %), kelompok usia 31-35 tahun berjumlah 19 responden atau (20,2 %), kelompok usia 36-40 tahun berjumlah 23 responden atau (24,5 %), kelompok usia 41-50 tahun berjumlah 19 responden atau (20,2 %), kelompok usia 50 tahun keatas berjumlah 15 responden atau (16,0 %).

Responden berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari petani, nelayan, mahasiswa, pedagang, PNS/ABRI dan lain-lain. Untuk mengetahui jumlah responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Petani 21 22.3

2 Nelayan 19 20.2

3 Pedagang 19 20.2

4 PNS/ABRI 10 10.6

5 Mahasiswa 12 12.8

6 Lain-lain 13 14.0

Jumlah 94 100 Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 13. dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis pekerjaan pada responden penelitian ini yaitu jenis pekerjaan sebagai petani berjumlah 21 responden atau (22,3 %), nelayan 19 responden (20,2 %) , pedagang 19 (20,2 %), PNS/ABRI 10 responden (10,6 %), mahasiswa 12 respoden (12,8

%) dan lain-lain berjumlah 13 responden (14,0 %). Dari penjelasan di atas bahwa mayoritas jenis pekerjaan pada responden ini adalah sebagai petani.

4.2. Profil Informan Informan Kunci

1. Nama : Usman AB

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 42 tahun

Pekerjaan : PNS

Jabatan : Geuchik (kepala Desa Leuge) Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge

Lama menetap : 25 Tahun Pendidikan Terakhir : SLTA

2. Nama : Tgk. Yusbi Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Guru Ngaji (Ustadz)

Jabatan : Imam Gampoeng

Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 55 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

3. Nama : Muhammad Adam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 46 tahun

Pekerjaan : PNS

Jabatan : Komandan WH POS II Peureulak Pendidikan Terakhir : SLTA

Informan

1. Nama : Mursyid Alawi Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : Pedagang

Jabatan : Ketua Pemuda Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 21 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

2. Nama : Mahlil

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Petani

Jabatan : Anggota Pemuda Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 25 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

3. Nama : Hj. Maimunah Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 53 tahun

Pekerjaan : Guru

Jabatan : Ketua Wirid Kaum Ibu-ibu desa Leuge Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge

Lama menetap : 35 Tahun Pendidikan Terakhir : PGSD

4. Nama : Masthura, SH.I Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : PNS

Jabatan : Bendahara Wirid Kaum Ibu-ibu Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 33 Tahun

Pendidikan Terakhir : Sarjana

5. Nama : Siti Aminah Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 44 tahun

Pskerjaan : IRT ( Ibu Rumah Tangga ) Jabatan : Anggota wirid ibu-ibu Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 15 Tahun

Pendidikan Terakhir : SLTA

6. Nama : Irfan, S.Pd.I Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : Guru

Jabatan : Tuha 4 Gampoeng/ Guru SLTA Status Kependudukan : Penduduk asli desa Leuge Lama menetap : 41 tahun

Pendidikan Terakhir : Sarjana 7. Nama : Zaini, Amd

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 31 tahun

Pekerjaan : Polisi WH

Jabatan : Provootst WH Pendidikan Terakhir : Diploma 3

8. Nama : Nurma, SH.I

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Pekerjaan : Polisi WH

Jabatan : Anggota WH

Pendidikan Terakhir : Sarjana

9. Nama : Ira Yusnita Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 26 tahun

Pekerjaan : Polisi WH

Jabatan : Anggota WH

Pendidikan Terakhir : SLTA/Sederajat

10. Nama : Sayed Razali Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 31 tahun

Pekerjaan : Polisi WH

Jabatan : Anggota WH

Pendidikan Terakhir : SLTA

4.3. Tanggapan Responden Mengenai Syari’at Islam Fungsinya Sebagai Kontrol Sosial

Adapun penerapan Syari’at Islam yang fungsinya sebagai kontrol sosial di masyarakat desa Leuge terdapat berbagai respon/tanggapan dari responden, sebagaimana respon/tanggapan dibawah ini:

Tabel 14. Distribusi jawaban responden tentang mengetahui penerapan Syari’at Islam di Aceh

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Ya 92 97.8

2. Tidak 2 2.1

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 14. dapat dilihat bahwa mayoritas sebanyak 92 responden yaitu (97,3 %) telah mengetahui penerapan Syari’at Islam, sedangkan sebanyak 2 responden yaitu (2,1 %) mengatakan tidak mengetahui penerapan Syari’at Islam. Berarti sosialisasi pelaksanaan Syari’at Islam di Kecamatan Peureulak Kota desa Leuge sudah terlaksana dengan maksimal dan sebagaimana yang diharapkan meskipun masih ada yang belum mengetahuinya akan tetapi hanya sebahagian kecil dari keseluruhan jumlah responden

Tabel 15. Distribusi jawaban responden tentang setuju adanya penerapan Syari’at Islam

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Setuju 81 86.1

2. Kurang Setuju 5 5.1

3. Tidak Setuju 8 8.5

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 15. dapat lihat bahwa sebanyak 81 responden atau (86.1 %) mengatakan setuju, sebanyak 5 respoden yaitu (5.1 %) mengatakan kurang setuju, sedangkan sebanyak 8 respoden atau (8.5 %) mengatakan tidak setuju penerapan Syari’at Islam. Maka dengan demikian pelaksanaan Syari’at Islam diharapakan tidak ada penolakan dan juga dukungan serta partisipasi masyarakat semakin kuat.

Tabel 16. Distribusi jawaban responden tentang adanya petugas khusus untuk mengawasi perbuatan pelanggaran Syari’at Islam.

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Ya 67 71,2

2 Tidak ada 10 10.6

3 Kadang-kadang 17 18.0

Jumlah 94 100 Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 16. dapat dilihat bahwa sebanyak 67 responden yaitu (71,2

%) mengatakan ada, sedangkan 10 responden yaitu (10.6 %) mengatakan tidak ada sedangkan 17 responden yaitu (18.0 %) mengatakan kadang- kadang ada petugas khusus dalam mengawasi perbuatan pelanggaran Syari’at Islam.

Tabel 17. Distribusi jawaban responden tentang hukuman yang dijatuhkan bagi masyarakat yang ketahuan melakukan pelanggaran Syari’at Islam.

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Ada 64 68.0

2 Kadang-kadang 21 22.3

3 Tidak ada 9 9.6

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 17. dapat dilihat bahwa sebanyak 64 responden atau (68.0

%) mengatakan ada, 21 responden atau (22.3 %) mengatakan kadang- kadang, dan 9 (9.6 %) responden atau mengatakan tidak ada hukuman yang dijatuhkan kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran Syari’at Islam.

Tabel 18. Distribusi jawaban responden tentang Wilayatul Hisbah (WH) sering melakukan razia.

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Ya 55 59.0

2. Tidak 18 19.1

3. Kadang-kadang 21 22.3

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 18. dapat dilihat bahwa 55 responden yaitu (59.0 %) mengatakan sering melakukan razia, 18 responden yaitu (19.1 %) mengatakan tidak.dan 21 responden yaitu (22.3 %) mengatakan kadang- kadang Wilayatul Hisbah melakukan razia.

Pada Tabel 16,17 dan 18 bahwa pengawasan bagi anggota masyarakat semakin relatif baik sehingga sangat kecil kemungkinan bagi masyarakat

untuk melakukan kejahatan yang melanggar Syari’at Islam, dan walaupun ada ditemukan pelanggaran Sanksi/hukuman tetap berlaku mulai dengan hukuman yang paling ringan sampai dengan hukuman cambuk, denda uang dan kurungan sesuai dengan perbuatan pelanggaran Syari’at Islam, hukuman/sanksi yang diberikan kepada orang yang melanggar menjadikan orang tersebut tidak mengulangi ladi perbuatannya dan menjadi peringatan bagi masyarakat untuk tidak melakukan kejahatan pelanggaran Syari’at Islam.

Tabel 19. Distribusi jawaban responden tentang bersedia

keluarga/tetangga/teman melaporkan ke Wilayatul Hisbah apabila setelah dinasehati masih juga melakukan

pelanggaran Syari’at Islam.

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Bersedia 59 63.8

2. Kurang bersedia 24 25.5

3. Tidak bersedia 11 11,7

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 19. dapat dilihat bahwa 59 responden atau (63.8 %) mengatakan bersedia, sedangkan 14 responden atau (14,8 %) mengatakan kurang bersedia, dan 24 responden (25.5 %) mengatakan tidak bersedia untuk melaporkan ke Wilayatul Hisbah. Maka dengan demikian komitmen dalam pelaksanaan Syari’at Islam sangatlah besar yang dimulai dari keluarga dan masyarakat, jadi dengan demikian tingkat kontrol dan pengawasan terhadap pelanggaran Syari’at Islam tidak hanya dilakukan oleh petugas

mengontrol dan mengawasinya terhadap perbuatan pelanggaran Syari’at Islam.

Tabel 20. Distribusi jawaban responden tentang dayah/balee tempat memberikan informasi perbuatan yang dilarang dan yang wajib dilaksanakan.

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Ya 25 26.6

2 Sering 55 58.5

3 Tidak pernah 14 14.9

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 20. dapat dilihat bahwa 25 responden sekitar (26.6 %) mengatakan ya, 55 responden sekitar (58.5 %) mengatakan sering dan 14 responden atau sekitar (14.9 %) mengatakan Tidak pernah ada peranan dayah/balee sebagai sarana memberikan informasi perbuatan yang dilarang dan yang wajib dilaksanakan oleh masyarakat menurut qanun Syari’at Islam.

Dengan demikian bahwa sosialisasi mengenai penerapan Syari’at Islam tidak hanya dilakukan oleh petugas Syari’at Islam tetapi juga dilakukan oleh Tengku Gampoeng, Ulama ( Raja Imum ) yang berperan sebagai orang yang membina mendidik para santri mereka/peserta didik yang tempatnya di Meunasah, Balee/dayah.

Tabel 21. Distribusi jawaban responden tentang rasa aman keluar setelah adanya Wilayatul Hisbah

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Ya 55 58.5

2. Biasa Saja 27 28.7

3. Tidak 12 12.8

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 21. dapat dilihat bahwa 55 responden sekitar (58.5 %) mengatakan nyaman, 27 responden sekitar (28.7 %) mengatakan biasa saja

dan 12 responden atau sekitar (12.8 %) mengatakan tidak nyaman keluar setelah adanya Wilayatul Hisbah.

Tabel 22. Distribusi jawaban responden tentang kehidupan yang lebih baik setelah diberlakukan Syari’at Islam

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Ya 51 54.3

2. Biasa Saja 26 27.6

3. Tidak 17 18.1

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 22. dapat dilihat bahwa 54.3 responden sekitar (54.3 %) mengatakan lebih baik, 26 responden yaitu sekitar (27.6 %) mengatakan biasa saja, dan 17 (18.1 %) responden mengatakan tidak ada kehidupan sosial yang lebih baik setelah diberlakukannya Syari’at Islam.

Tabel 23. Distribusi jawaban responden tentang razia yang dilaksanakan oleh Wilayatul Hisbah di tempat tempat umum

No. Uraian Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Sering 42 44.7

2 Jarang 41 43.6

3 Tidak pernah 11 11,7

Jumlah 94 100

Sumber : Data Primer (kuesioner) 2009

Dari Tabel 23. dapat dilihat bahwa 42 responden sekitar (44.7 %) mengatakan sering, 41 responden (43.6 %) mengatakan jarang, dan 11 responden sekitar (11,7 %) mengatakan tidak pernah dilaksanakan razia oleh Wilayatul Hisbah.

Dari Tabel 17, 18, dan 19, dapat dilihat bahwa rasa aman sudah mulai relatif baik, sehingga masyarakat dapat melakukan aktifitasnya tanpa kendala dan hambatan, Petugas Syari’at Islam juga melakukan razia di tempat-tempat

Dokumen terkait