• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1)BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD dr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "(1)BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD dr"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut (Kemenkes 2015), berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Persalinan ada dua jenis, yaitu kelahiran prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu) dan kelahiran KMK (kecil untuk usia kehamilan), bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan kurang dari normal. BBLR sangat menentukan status kesehatan di masa dewasa pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram, hal ini erat kaitannya dengan penyakit degeneratif di masa dewasa (Rosmala Nur, Adhar Arifuddin, 2016).

Tingginya angka kejadian tersebut dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan, karena bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah juga dapat menyebabkan peningkatan risiko cacat permanen, gangguan kognitif, dan masalah kesehatan kronis lainnya di masa depan (Sari et al., 2018 ). . Proporsi komplikasi kehamilan pada wanita usia 10-54 tahun di Indonesia sebesar 28% (I Komang Evan Wijaksana et al., 2020). Merawat dan memenuhi kebutuhan bayi BBLR memerlukan perhatian lebih dibandingkan dengan merawat bayi dengan berat badan lahir normal, karena bayi dengan berat badan lahir rendah rentan terhadap risiko infeksi, kegagalan organ, dan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (BBLR). Rita). Setyani Hadi Sukirno, 2019).

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi yaitu memberikan ASI, memeriksa suhu tubuh, menggunakan metode kanguru, memberikan terapi sinar neon yang ditargetkan pada kulit bayi baru lahir hingga meningkatkan kadar bilirubin (Tim Pokja DPP SIKI PPNI, 2018).

Rumusan masalah

Tujuan

Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Post Partum

  • Definisi
  • Anatomi fisiologi
  • Klasifikasi post partum
  • Perubahan post partum
  • Komplikasi
  • Pemeriksaan penunjang
  • Penatalaksanaan

Proses ini berlanjut dengan penurunan TFU sebesar 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke 7 TFU berkisar 5 cm, dan pada hari ke 10 TFU sudah tidak teraba lagi di simfisis pubis. Pada saat persalinan terjadi leukositosis, pada saat persalinan jumlah sel darah merah bervariasi dari 15.000. Peningkatan jumlah sel darah putih bervariasi yang merupakan manifestasi dari infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada awal persalinan, yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah karena 2-3 hari setelah melahirkan, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Kesulitan berjalan biasanya disebabkan oleh wanita yang harus berlatih duduk dan berjalan setelah melahirkan, dan masalah dalam berhubungan intim pada wanita dapat menyebabkan nyeri di sekitar jalan lahir setelah melahirkan.

Dan juga jika ari-ari sudah lahir (keluar dari rahim) biasanya mengeluarkan banyak darah, sedangkan rahim masih berkontraksi dengan baik sehingga ibu nifas merasa mual dengan kontraksi tersebut, dan bisa juga banyak darah yang keluar. Dok, tentu sangat mungkin jika terjadi robekan pada jalan lahir sehingga dapat terjadi pendarahan yang luar biasa. Setelah melahirkan, setelah dua atau tiga hari, ibu nifas terkadang akan merasakan payudaranya mulai membengkak. Pasien kemudian disarankan hari demi hari untuk belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 hingga ke 5 setelah operasi.

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari pertama pasca operasi, bila memungkinkan dan ibu dalam keadaan mobile penuh maka dapat dilakukan manajemen laktasi.

Gambar .2.1 sumber (wijayanti,2009)
Gambar .2.1 sumber (wijayanti,2009)

Konsep Berat Bayi Lahir Rendah

  • Klasifikasi
  • Etiologi
  • Tanda dan Gejala
  • Patofisiologi
  • Manifestasi klinis
  • Komplikasi
  • Pemeriksaan penunjang
  • Penatalaksanaan

Panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar. Menurut (Bobak dan Irene, 2005), bayi berat lahir rendah adalah bayi yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Secara umum penyebab bayi berat lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain gizi buruk saat hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak kehamilan dan persalinan yang terlalu berdekatan, pekerjaan yang terlalu berat, faktor lingkungan, kondisi janin. faktor , plasenta, serta penyakit kronis ibu: hipertensi, penyakit jantung, kelainan pembuluh darah, merokok.

Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, kepala lebih besar, kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak lebih sedikit, otot lemah hipotonik, pernapasan tidak teratur. apnea biasanya terjadi dalam waktu kurang dari 37 minggu kehamilan. Kemungkinan yang terjadi pada bayi BBLR tanda-tanda aspirasi mekonium, asfiksia neonatal, sindrom gangguan pernafasan, penyakit membran hialin, prematuritas terutama bila usia kehamilan kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, paten duktus arteriosus, hipoglikemia ventrikel serebral, hipoglikemia ventrikel serebral. , anemia, gangguan pembekuan darah, infeksi, displasia dan kelainan bawaan. Bila tidak ada tanda-tanda hipotermia, mandikan bayi 2 kali sehari. Sehabis mandi segera keringkan badan bayi, kenakan pakaian yang bersih dan kering, topi, kaos kaki, kaos kaki dan selimut bila perlu. Minta ibu untuk menidurkan bayi. sesering mungkin dadanya dan tidur bersama. Ibu dalam keadaan BBLR atau suhu 35,5°C menghangatkan bayi dengan metode kanguru atau dengan lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi.

Cara mencegah terjadinya infeksi adalah dengan mencuci tangan sebelum atau sesudah menggendong bayi, bersihkan tali pusar jika basah atau kotor dengan air matang, kemudian keringkan dengan kain bersih dan kering. Ingatkan ibu untuk selalu menjaga tali pusat tetap bersih dan kering, jaga kebersihan tubuh bayi dengan memandikannya. Setelah suhu stabil Gunakan sabun dan air hangat, bersihkan seluruh tubuh secara menyeluruh.

Konsep Masalah Keperawatan

  • Pengertian
  • Kriteria Mayor dan Minor
  • Faktor Yang Berhubungan
  • Pathway post partum normal dan BBLR
  • Masalah keperawatan pada ibu post partum dan BBLR

Berikut uraian permasalahan yang dialami ibu pasca melahirkan bayi berat lahir rendah menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017. Pengalaman sensorik atau emosional berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan awitan tiba-tiba atau lambat dan ringan hingga intensitas parah yang berlangsung kurang dari 3 bulan. ASI tidak menetes, bayi buang air kecil kurang dari 8 kali dalam 24 jam, nyeri dan/atau lepuh menetap setelah minggu kedua.

Kulit dan selaput lendir bayi baru lahir menguning 24 jam setelah lahir karena masuknya bilirubin tak terkonjugasi ke dalam aliran darah.

Konsep dasar keperawatan ibu post partum dengan BBLR

  • Pengkajian keperawatan
  • Diagnosa keperawatan
  • Intervensi keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi keperawatan

Di dalamnya memuat nama ibu dan ayah, umur ibu dan ayah, agama ibu dan ayah, agama ibu dan ayah, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, serta alamat tempat tinggal. Usia kehamilan, berat badan lahir kurang dari 2500 gram, skor APGAR, waktu persalinan, penolong persalinan, cairan ketuban jernih, kelainan bayi, inisiasi menyusu dini. BBLR berisiko mengalami hipotermia jika suhu tubuh di bawah 36 C. Denyut jantung normal antara 120-140 x/menit dan pernapasan normal antara 40-60/menit.

Keputusan Diagnosa Keperawatan pada Ibu Nifas dengan Bayi Berat Lahir Rendah Beberapa diagnosis yang mungkin terjadi pada ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah adalah sebagai berikut. Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan dari perubahan pribadi ibu dan menilai sejauh mana permasalahan ibu dapat diselesaikan.

Metode Penelitian

Desain penulisan

Subyek penulisan

Definisi Operasional

Lokasi dan Waktu penelitian

Prosedur penelitian

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Keabsahan data

Analisa data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembahasan

Pada penelitian ditemukan masalah keperawatan pada Klien 1 dan Klien 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masalah keperawatan yang sama antara kedua klien dan terdapat juga masalah keperawatan yang tampak berbeda antara Klien 1 dan Klien 2. Sedangkan Untuk klien 2, tidak ada data subjektif tentang bayi yang lahir pada usia 35 minggu dan diamati di tempat penitipan anak. Diagnosa yang muncul pada kedua klien adalah rasa tidak nyaman pasca melahirkan pada klien 1 berhubungan dengan pembengkakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI, diperoleh data subjektif ASI yang keluar tidak banyak, klien merasa tidak nyaman, payudaranya bengkak dan sesak saat disentuh dan payudaranya sedikit sakit.

Masalah keperawatan yang muncul pada Klien 1 namun tidak muncul pada Klien 2 adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi (pelayanan neonatal) karena data subjektif diperoleh pada saat pengkajian. Klien 1 mengatakan belum mengetahui cara merawat bayi yang benar karena ini adalah anak pertama, sedangkan Klien 2 mengatakan ini adalah anak ketiga sehingga klien mempunyai pengalaman sebelumnya. Data obyektif diperoleh dari klien 1 yaitu terlihat aktif bertanya dan selalu bertanya tentang bayinya serta cara merawatnya. Diagnosa yang terjadi baik pada bayi klien 1 maupun klien 2 adalah defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (BBLR), pada klien 1 terdapat masalah defisit nutrisi. Data subjektif menunjukkan berat badan lahir anak adalah 2230 gram. data objektifnya sedang, akralnya hangat, bergerak. Bayi aktif, berat badan lahir 2230 gram, sedangkan klien 2 tidak ditemukan adanya masalah defisit gizi. Ditemukan bahwa data subjektif mengenai menyusui masih lemah. bayi lahir dengan berat badan 2035 gram dan data objektif saya sedang, akselerator panas, bayi menolak kuat, bayi lahir prematur.

Perencanaan asuhan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan dan penilaian terhadap serangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian sehingga permasalahan kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi (Bararah &jauhar, 2013). Langkah ketiga dalam proses keperawatan adalah perencanaan, perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 dilakukan setelah semua data yang terkumpul dianalisis dan diprioritaskan. Sedangkan ketidaknyamanan pasca melahirkan pada klien 2 dari 3 masalah keperawatan hilang pada hari ke 3 dan pemberian ASI tidak efektif serta kecemasan hilang pada hari ke 4.

Berdasarkan penelitian pada asuhan keperawatan ibu nifas dengan indikasi berat badan lahir rendah pada klien 1 Ny.S dan 2 Ny.E di RS Flamboyan C, dr. Peneliti mampu melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada Klien 1 dan Klien 2 pada ibu nifas normal dengan BBLR. Peneliti mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien 1 dan klien 2 ibu post partum dengan BBLR. Klien 1 ditemukan 5 diagnosa keperawatan.

Peneliti mampu menyusun rencana keperawatan yang digunakan pada klien 1 dan 2 sesuai SIKI dan SLKI. Rencana tersebut dibuat sesuai dengan permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian. Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada klien 1 adalah semua permasalahan teratasi yaitu nyeri akut, kecemasan, pemberian ASI yang tidak efektif, ketidaknyamanan pasca melahirkan, dan kurangnya pengetahuan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Peneliti mampu menindaklanjuti intervensi yang telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan kedua klien, ibu nifas dengan indikasi berat badan lahir rendah. Penelitian ini dilakukan mengenai asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan bayi berat lahir rendah di ruang Flamboyan C RS dr. Meningkatkan luasnya pengetahuan keperawatan dalam hal memberikan asuhan keperawatan pada pasien ibu nifas dengan berat badan lahir rendah dan juga mendorong penelitian lebih lanjut untuk menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian pada pasien ibu nifas dengan berat badan lahir rendah.

Hubungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian bayi berat lahir rendah pada ibu cukup bulan di RSUP Dr. Hubungan status gizi ibu hamil dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSIA Mutia Sari Kecamatan Mandau. POLA KEJADIAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI INDONESIA TAHUN 2013.

Gambar

Gambar .2.1 sumber (wijayanti,2009)
Gambar .2.2 sumber (wijayanti,2009)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hy noem dat, indien die Hervormde Kerk ’n organisasie soos enige ander organisasie sou wees, die Kerk beskryf sou kon word as ’n toksiese organisasie wat ’n paradigma van