Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi
Oleh :
ARI TRIWINARSIH, S.P.
2 menit berefleksi
1. Menurut Anda, apakah bersikap adil berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid?
2. Bersediakah Anda menelaah kembali efektifitas praktik-praktik pembelajaran Anda sepanjang waktu?
3. Bersediakah Anda untuk saling mendukung satu sama lain dan
berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
semua siswa?
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah pembelajaran untuk mendukung
SEMUA murid di kelas kita
Photo byKelli TungayonUnsplash
3. lingkungan belajar yang “mengundang”
untuk belajar,
4. manajemen kelas efektif, 5. penilaian berkelanjutan.
keputusan masuk
akal 1. tujuan
pembelajaran didefinisikan secara jelas
2. merespon kebutuhan belajar murid
Mengapa kita melakukan Pembelajaran Berdiferensiasi?
5
common sense
nature of contents
❏ kurikulum
❏ capaian pembelajaran
❏ tujuan pembelajaran
❏ indikator
❏asesmen
Tujuan Pembelajaran
Guru harus paham capaian pembelajaran dan tujuan
pembelajaran agar dapat menentukan bagaimana ia
dapat membantu murid-murid untuk mencapainya.
Photo byMarkus Winkleron Unsplash
Mengetahui dan
Merespon Kebutuhan
Belajar Murid
Coba pikirkan satu kondisi saat Anda mengajar.
Perbedaan kebutuhan belajar murid seperti apa sajakah yang Anda lihat?
Silahkan tulis di kertas sticy note, pengalaman
Anda tersebut.
Kebutuhan Belajar Murid:
Kesiapan belajar didefinisikan sebagai “di mana siswa berada dalam hal pemahaman atau keterampilan” (Tomlinson, 1999b).
Mendiferensiasi pembelajaran berdasarkan tingkat kesiapan belajar murid mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan apa yang telah murid ketahui dan di mana murid berada (Tomlinson, 2001).
1. Kesiapan Belajar Murid
( Readiness)
Contoh situasi Kesiapan Belajar :
Ibu Lili akan mengajar pelajaran Matematika. Tujuan Pembelajaran yang ia tetapkan adalah: murid dapat menyajikan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun datar.
Berdasarkan asesmen yang ia buat saat pembelajaran sebelumnya, ia melihat beberapa muridnya telah memiliki pemahaman konsep keliling yang baik, namun beberapa murid lainnya belum memiliki pemahaman tersebut. Ia juga mencatat, bahwa ada anak-anak yang juga belum lancar melakukan operasi hitung. Ia kemudian melakukan kegiatan pembelajaran seperti di bawah ini:
Kesiapan belajar Kegiatan Pembelajaran
Untuk murid yang telah memahami konsep keliling; dan dapat melakukan operasi hitung dasar.
Murid diminta mengerjakan soal-soal tantangan yang mengaplikasikan konsep keliling dalam kehidupan sehari- hari. murid akan diminta untuk bekerja secara mandiri dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing.
Untuk murid yang telah memahami konsep keliling namun belum lancar dalam melakukan operasi hitung dasar.
Murid menghitung keliling bangun datar menggunakan bantuan benda-benda konkret untuk (misalnya menggunakan lidi). Murid menerapkan strategi “3 before me” (bertanya kepada 3 teman sebelum bertanya langsung pada guru).
Guru akan sesekali datang ke kelompok ini untuk memastikan tidak ada miskonsepsi.
Setelah pelajaran selesai, ia memberikan murid-murid ini latihan berhitung tambahan untuk memperlancar kemampuan menghitung mereka.
Untuk murid yang belum memahami konsep keliling. Murid akan mendapatkan pembelajaran eksplisit tentang konsep keliling dan kemudian akan berlatih menyelesaikan soal dengan bimbingan guru. Guru akan memberikan scaffolding dalam proses ini.
Catatan:
Scaffolding adalah suatu teknik pembelajaran di mana murid diberikan sejumlah
Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk
“terlibat aktif” dalam proses pembelajaran (Tomlinson, 2001)
Photo byAkram HuseynonUnsplash
Cocokkan Minat memungkinkan
Guru mengaitkan
murid dan membuat mereka “terlibat”
dalam pelajaran
Koneksikan Minat membantu mengkoneksikan materi pembelajaran dan kehidupan
pribadi murid
Jembatani
Minat menjembatani apa yang telah murid ketahui dengan pengetahuan yang baru
Kebutuhan Belajar Murid:
Memotivasi Minat
memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar
CeKJaM
2. Minat
Contoh situasi memperhatikan Minat Belajar :
Ibu Putik ingin mengajarkan murid-muridnya keterampilan membuat teks
prosedur. Setelah selesai mendiskusikan tentang apa dan bagaimana membuat
teks prosedur, Bu Putik lalu meminta murid berlatih membuat sendiri teks
prosedur tersebut. Setiap murid diperbolehkan untuk menulis dengan topik
sesuai dengan minat mereka. Misalnya, anak yang memiliki minat terhadap
memasak, boleh membuat teks prosedur tentang bagaimana cara memasak
makanan tertentu. Murid yang memiliki minat terhadap kerajinan tangan boleh
membuat teks prosedur tentang membuat sebuah produk kerajinan tangan
tertentu, dan sebagainya. Keterampilan yang dilatih tetap sama, yaitu membuat
teks prosedur, walaupun topiknya mungkin berbeda.
Profil Belajar Murid (Learning Profiles)
Kebutuhan Belajar Murid:
Contoh situasi memperhatikan Profil Belajar Murid :
Pak Neon akan mengajar pelajaran IPA, dengan tujuan pembelajaran yaitu agar murid dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Kemudian, dari proses memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya, Pak Neon mengetahui mana murid-muridnya yang merupakan pemelajar visual, pemelajar auditori, dan pemelajar kinestetik. Untuk memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya tersebut, Pak Neon lalu memutuskan untuk melakukan beberapa hal berikut ini:
Saat mengajar, Pak Neon:
- menggunakan banyak gambar atau alat bantu visual saat menjelaskan.
- menyediakan video yang dilengkapi penjelasan lisan yang dapat diakses oleh murid.
- membuat beberapa sudut belajar atau display informasi yang ditempel di tempat-- -tempat berbeda untuk memberikan kesempatan murid bergerak saat mengakses informasi.
Saat memberikan tugas, Pak Neon memperbolehkan murid-muridnya memilih cara
mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang habitat makhluk hidup. Murid boleh
menunjukkan pemahaman dalam bentuk gambar, tulisan, rekaman wawancara maupun
performance atau role-play.
mengamati perilaku murid-murid
mengidentifikasi pengetahuan awal
menggunakan berbagai penilaian penilaian formatif dan diagnostik berbicara dengan guru
murid sebelumnya
membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya
mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran
Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan belajar murid?
Strategi Mendiferensiasi Pembelajaran
Konten
materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan
kurikulum
● Membedakan pengorganisasian
● Membedakan format penyampaian
kita perlu menyesuaikan cara bagaimana murid kita bisa mengakses konten tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar mereka namun bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum.
Diferensiasi Konten dapat dilakukan dengan:
● Menyiapkan materi yang akan diajarkan dalam beragam format: buku, poster, video, audio, dsb.
● Memberikan teks yang lebih mudah untuk dibaca kepada siswa yang memang masih mengalami kesulitan memahami konsep.
● Memecah materi yang banyak menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah dipahami oleh murid yang masih kesulitan.
● Membuat kosakata kunci dan definisinya.
● Memberikan teks bacaan dengan beragam topik.
Strategi Mendiferensiasi Pembelajaran
Proses
kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami
atau memaknai konten.
● Membedakan proses yang harus dijalani oleh murid
Diferensiasi proses memungkinkan murid-murid kita untuk memaknai lewat beragam cara atau moda, dalam berbagai tingkat kesulitan, waktu, dan tingkat dukungan yang berbeda.
Diferensiasi Proses dapat dilakukan dengan:
● Memberikan pendampingan atau tingkat dukungan yang berbeda bagi
murid.Misalnya, siswa sangat mampu dapat bekerja hanya dengan pertanyaan pemandu, murid yang cukup mampu dapat bekerja hanya dengan diberikan contoh dan dapat melanjutkan bekerja mandiri, sedangkan untuk murid yang masih kesulitan dapat dibantu secara intensif
● Membuat kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan kembali konten dengan cara yang baru atau lebih terbimbing bagi murid yang mengalami kesulitan.
● Memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih apakah ia ingin membaca materi secara individu atau secara kelompok.
● memberikan pilihan berdasarkan minat. Misal saat pelajaran sejarah murid diminta untuk menceritakan sosok pahlawan, murid bebas menentukan pahlawan yang ingin mereka eksplorasi.
● Memberikan pilihan murid mau bekerja sambil berdiri atau duduk.
● dll
Strategi Mendiferensiasi Pembelajaran
Produk
bukti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami
● Membedakan dan memodifikasi produk
sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari
Biasanya paling mudah dilakukan, namun kita harus ingat, saat ingin melakukan ini, kita harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Diferensiasi Produk dapat dilakukan dengan:
● Murid yang memerlukan bimbingan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir dapat membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.
● Memberikan murid pilihan moda untuk menunjukkan pemahaman;
lewat tulisan, lewat diagram, demonstrasi, lewat gambar, dsb
Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun,
guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai
pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mulailah melakukan diferensiasi pembelajaran dengan kecepatan yang
nyaman bagi Anda .
Yang paling penting adalah bahwa siswa — dan guru —
membuat kemajuan dari titik awal masing-masing.
“Serupa seperti para pengukir
yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara
mengukirnya.
Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik.
Bedanya, guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”
Ki Hajar Dewantara
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah
memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran Sosial Emosional memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal
Well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.
Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-
being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang
berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana
hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama
murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan
diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di
sekolah.
Kompetensi Sosial Emosional
Definisi Contoh
1. Kesadaran Diri:
kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
• Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
• Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya
• Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
• Menunjukkan integritas dan kejujuran
• Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai- nilai
• Menguji dan
mempertimbangkan prasangka dan bias
• Memupuk efikasi diri
• Memiliki pola pikir bertumbuh
• Mengembangkan minat dan menetapkan arah
tujuan hidup
Definisi Contoh 2. Manajemen
Diri: kemampuan untuk mengelola emosi,
pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
• Mengelola emosi diri
• Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
• Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
• Merancang tujuan pribadi dan bersama
• Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
• Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
• Mendemonstrasikan kendali diri dan
dalam kelompok
Definisi Contoh 3. Kesadaran
Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat
berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda- beda
• Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
• Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
• Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
• Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
• Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
• Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan
ketidakadilan
Definisi Contoh 4. Keterampilan
Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan
hubungan-hubungan yang sehat dan suportif
• Berkomunikasi dengan efektif
• Mengembangkan relasi/hubungan positif
• Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
• Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
• Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
• Menunjukkan sikap
kepemimpinan dalam kelompok
• Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
• Turut membela hak-hak orang lain
Definisi Contoh 5. Pengambilan Keputusan
yang Bertanggung
Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk
mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam- macam tindakan dan
perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok
• Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
• Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
• Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
• Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi- konsekuensi dari tindakannya
• Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
• Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
keluarga, dan komunitas
• Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang,
hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan
Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah
1. KELAS Pengajaran eksplisit:
Secara khusus, murid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional
dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki
Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE:
Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani
Pelibatan dan Suara murid:
Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai
perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid
sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan
Murid di kelas dapat mindfulness.
2. SEKOLAH Iklim kelas dan sekolah yang mendukung:
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas
Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri,
berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat
Kebijakan yang mendukung:
Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas, restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil
Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan:
Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan
kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi
3. KELUARGA DAN
KOMUNITAS
Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki
kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid
Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah
Terbentuk sistem dalam upaya peningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk
memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua system,
praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan
Kesimpulannya ...
4 (empat) indikator pembelajaran sosial
dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:
1. Pengajaran eksplisit
2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
3. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
4. Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK) di sekolah