• Tidak ada hasil yang ditemukan

154 381 1 PB

N/A
N/A
ruth manik

Academic year: 2023

Membagikan "154 381 1 PB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK WISATAWAN DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI DI KOTA BATU

Rody Nur Rochman, Septiana Hariyani, Dadang Meru Utomo

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kota Batu merupakan kota dengan tarikan sektor pariwisata di Provinsi Jawa Timur yang paling besar. Kota Batu pada tahun 2018 menjadi kota wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun internasional tercatat peningkatan jumlah wisatawan dari tahun 2015 – 2018 sebesar 80%. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota Batu menyumbang permasalahan tranportasi berupa kemacetan lalu lintas di Kota Batu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi wisata di Kota Batu, nantinya faktor-faktor tersebut bisa dijadikan rekomendasi kepada pemerintah untuk perbaikan angkutan kota, agar pelaku perjalanan lebih memilih angkutan kota. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan karakteristik wisatawan pengguna moda transportasi menuju Kota Batu dan regresi multinomial logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda bagi wisatawan. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda bagi wisatawan di Kota Batu pada faktor karakteristik pelaku perjajalanan dipengaruhi oleh usia pelaku perjalanan, pendapatan pelaku perjalanan, jumlah keluarga yang berada di rumah pelaku perjalanan, jumlah kendaraan yang dimiliki, kepemilikan kendaraan mobil pelaku perjalanan, tingkat pendidikan SMP sederajat, tingkat pendidikan SMA sederajat, pekerjaan mahasiswa, pegawai negeri, sedangkan pada karakteristik pergerakan dipengaruhi oleh lama menginap di Kota Batu, lama perjalanan menuju Kota Batu, pengeluaran selama berwisata, teman perjalanan teman, teman perjalanan keluarga, pengalaman berkunjung pernah tapi jarang. Kelompok faktor karakteristik sistem moda transportasi dipengaruhi oleh keterjangkauan angkutan kota, kenyamanan, keteraturan, kemudahan angkutan kota, serta berdasarkan karakteristik kebijakan transportasi dipengaruhi oleh kebijakan pembuatan SIM, pajak kendaraan, angkutan kota gratis untuk wisata.

Kata Kunci: Pemilihan-Moda, Wisatawan.

ABSTRACT

Batu City is a city with the biggest pull of the tourism sector in East Java Province. Batu City in 2018 became a tourist city that was visited by many local and international tourists, an increase in the number of tourists from 2015 - 2018 was 80%. The growth of tourist numbers in Batu City contributes to transportation problems in the form of traffic congestion in Batu City. The purpose of this study is to identify the factors that influence the choice of modes of tourism transportation in Batu City, later these factors can be used as recommendations to the government for improving city transportation, so that travelers prefer city transportation. This study uses quantitative descriptive methods to describe the characteristics of tourists using the mode of transportation to Batu City and multinomial logistic regression to determine the factors that influence the choice of mode for tourists. The results of the analysis show that the factors that influence the choice of modes for tourists in Batu on the characteristics of travelers are influenced by the age of the traveler, the income of the traveler, the number of families who are in the home of the traveler, the number of vehicles owned, the ownership of the travel vehicle's vehicle , junior high school education level equivalent, high school education level equivalent, student work, civil servants, while the movement characteristics are influenced by length of stay in Batu City, length of trip to Batu City, expenses for traveling, friends traveling friends, family travel companions, visiting experiences but rarely.

The characteristic factor of the transportation mode system is influenced by the affordability of urban transportation, comfort, regularity, ease of urban transportation, and based on the characteristics of transportation policy influenced by the policy of making SIM, vehicle tax, free city transportation for tourism.

Keywords: Choice-Mode, Tourist.

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan penduduk sering dikaitkan dengan penyebab timbulnya permasalahan suatu wilayah seperti transportasi.

Permasalahan transportasi disebabkan karena empat elemen: 1) peningkatan jumlah penduduk, 2) peningkatan jumlah sepeda motor dan kepadatan lalu lintas, 3) peningkatan jumlah kendaraan bermotor, dan 4) masalah kapasitas

(2)

jalan (Bando et al., 2015). Pertumbuhan penduduk menyebabkan pertumbuhan kendaraan yang menjadikan permasalah utama di bidang transportasi khususnya di kota-kota negara berkembang (Aminah, 2009).

Permasalahan transportasi berupa kemacetan di kota-kota negara berkembang lainnya disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi dan sistem angkutan umum yang tidak efisien serta adanya pemusatan kegiatan, sehingga memunculkan kebutuhan penduduk untuk memenuhi kebutuhannya dengan menjagkau pusat kegiatan yang dikehendaki (Tamin, 2000).

Kota Batu merupakan kota dengan tarikan sektor pariwisata paling besar di Provinsi Jawa Timur (Amimaitreya & Еdriana 2017). Jumlah wisatawan di Kota Batu dari tahun ke tahun semakin meningkat dan pada tahun 2018 Kota Batu menjadi kota wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun internasional tercatat peningkatan jumlah wisatawan dari tahun 2015 – 2018 sebesar 80%. Hal tersebut diketahui dari jumlah wisatawan pada tahun 2015 berjumlah 2.249.201 orang (KDA Kota Batu, 2016), sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 4.188.910 orang (KDA Kota Batu, 2019).

Kota Batu yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030 sebagai kota wisata menjadi acuan dalam pembangunan perkotaan Batu. Selain itu, pengembangan pariwisata Kota Batu memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat Kota Batu meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat Kota Batu dengan potensi destinasi wisata yang khas dengan wisata alamnya (Rahmasari & Juliani Pudjowati, 2017).

Permasalahan umum transportasi di kota- kota berkembang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu semakin banyaknya produksi kendaraan bermotor (oleh industri kendaraan bermotor), dan semakin tidak mencukupi, tidak nyaman dan tidak amannya angkutan kota.

Kondisi ini mendorong masyarakat lebih memilih untuk memiliki kendaraan pribadi (walaupun bekas, bahkan usia kendaraan yang telah cukup tua, sesuai kemampuan dan daya beli mereka) (Sukarto, 2006).

Dampak pengembangan pariwisata Kota Batu pada sektor transportasi adalah selain disebabkan karena pertumbuhan penduduk, tetapi juga disebakan karena pertumbuhan jumlah wisatawan. Kemacetan lalu lintas di Kota

Batu tidak lain disebabkan karena tingginya penggunaan kendaraan bermotor pribadi menuju destinasi wisata Kota Batu (Abdullah, 2017).

Kapasitas atau daya tampung ruas-ruas jalan di Kota Batu jika dibandingkan jumlah pengguna kendaraan pribadi menuju destinasi wisata Kota Batu tidak berimbang. Hal tersebut yang menyebabkan lalu lintas menuju Kota Batu menjadi macet (Abdullah, 2017).

Semakin menggeliatnya sektor pariwisata dengan adanya tempat wisata baru membuat arus kendaraan menuju Kota Batu semakin tinggi.

Hal ini ditandai dengan, keramaian Kota Batu yang dirasakan pada saat akhir pekan dimana volume lalu lintas pada hari libur (jumat, sabtu, dan minggu) khususnya terjadi peningkatan.

Masyarakat dalam melakukan perpindahan tersebut membutuhkan kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (Indra, 2014). Hal tersebut pada akhirnya akan menyebabkan kota yang menjadi tujuan masyarakat dalam melakukan pergerakan menjadi terbebani, ditambah lagi dengan pergerakan masyarakat dalam wilayah kota sendiri yang mengakibatkan tidak efisienya sistem kota akibat kemacetan.

Dalam perjalanan waktu tanpa disadari kemacetan lalu lintas di Kota Batu, parkir yang tidak sesuai, menyebabkan lalu lintas di dalam kota menjadi ruwet dan macet total, hingga berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan (Putra, 2018). Jika persoalan transportasi ini tidak segera dipecahkan maka akan menyebabkan semakin terbebaninya Kota Batu. Akibatnya, akan menimbulkan degradasi lingkungan perkotaan, perubahan pola tata-guna lahan, dan dampaknya akan menghasilkan perubahan pada aspek kota lainnya.

Kondisi angkutan kota di Kota Batu saat ini terkesan kurang teratur, tidak sedikit angkutan kota yang berhenti untuk menurunkan penumpang, menaikkan penumpang dan menunggu penumpang di sembarang tempat.

Selain itu, banyak keluhan lainnya oleh pengguna angkutan kota, mulai dari kenyamanan yang kurang, lamanya waktu tempuh, serta kemudahan dalam menggunakan (Maulana, Hafiz I. & Wahyu C., 2014).

Kecenderungan penggunaan kendaraan pribadi oleh wisatawan Kota Batu mengharuskan pemerintah Kota Batu agar segera melakukan upaya penyelesaian permasalahan kepadatan lalu lintas yang disebabkan karena tingginya tingkat kemacetan pada saat akhir pekan dengan

(3)

cara merencanakan moda transportasi publik bagi wisatawan di Kota Batu. Penambahan infrastruktur umum transportasi maupun pelebaran jalan bukan merupakan solusi utama dikarenakan jumlah kendaraan pribadi semakin terus bertambah. Penambahan jaringan jalan justru akan mendorong penggunaan kendaraan pribadi yang pada akhirnya akan menambah lebih banyak kemacetan pada masa mendatang (Ferdiansyah, 2009). Solusi alternatif yang dapat mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi harus dicari permasalahannya, yaitu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum yang belum diketahui. Langkah yang dimungkikan untuk menyelesaikannya salah satunya adalah dengan pengoptimalan penggunaan kendaraan umum. Pengoptimalan penggunaan kendaraan umum ini diharapkan dapat mengalihkan pelaku perjalanan yang menggunakan kendaraan pribadi agar menggunakan kendaraan umum. Sehingga, akan mengurangi beban volume lalu lintas jalan di Kota Batu.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan maka diperlukan penelitian untuk mengupayakan penyelesaikan masalah transportasi terkait dengan pariwisata, dengan cara mengurangi kendaraan pribadi, dengan cara melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku perjalanan khusunya wisatawan di Kota Batu dalam memilih moda transportasi untuk melakukan perjalanan wisata.

Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi wisata di Kota Batu.

Nantinya Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut bisa dijadikan rekomendasi kepada pemerintah untuk perbaikan angkutan kota, agar pelaku perjalanan lebih memilih angkutan kota.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data, kuesioner dibuat untuk disebarkan secara langsung di objek wisata dengan tujuan kepada wisatawan yang sedang melakukan kegiatan wisata. Pengisian kuesioner dilakukan langsung di tempat, tidak dibawa pulang. Kuesioner ini disebarkan dengan harapan mampu mewakili karakteristik populasi.

Variabel Penelitian

Variabel faktor pemilihan moda transportasi yang diamati dalam studi ini adalah

karakter pengguna moda transportasi khususnya wisatawan di Kota Batu, karakter pergerakan, karakter fasilitas moda transportasi dan karakter kebijakan transportasi.

Tabel 1. Variabel Penelitian

Variabel Sumber

Karakteristik Pelaku Perjalanan:

1. Pendapatan (XINCOME) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 2. Kepemilikan kendaraan

(XMODE) Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 3. Jumlah kepemilikan

kendaraan pribadi (XVEHICLES) Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006

4. Struktur Keluarga (XFAMROLE) Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 5. Ukuran keluarga XFAMMILIES Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 6. Jenis kelamin (XGEND) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006

7. Usia (XAGE) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 8. Jenis pekerjaan (XJOB) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 9. Kepemilikan SIM (XSIM) Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 10. Asal Wisatawan (XORIGIN) Khasani, 2004; Miro, 2005; Lew &

McKecher, 2006

11. Status Perkawinan (XMARITAL) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 12. Pendidikan (XEDU) Khasani, 2004; Marpaung, 2002;

Miro, 2005; Lew & McKecher, 2006 Karakteristik Pergerakan

1. Waktu Perjalanan (XTIME) Marpaung, 2002; Miro, 2005 2. Hari Perjalanan (XDAY) Marpaung, 2002

Miro, 2005 3. Lama waktu perjalanan

(XTRAVELT) Marpaung, 2002; Miro, 2005; Lew

& McKecher, 2006

4. Lama Kunjungan (XSTAY) Marpaung, 2002; Lew & McKecher, 2006

5. Tempat menginap (XPLACE) Marpaung, 2002

6. Teman Perjalanan (XFRIEND) Marpaung, 2002; Lew & McKecher, 2006

7. Paket Wisata (XAGENCY) Marpaung, 2002; Lew & McKecher, 2006

8. Pengalaman berkunjung

(XSPEND) Lew & McKecher, 2006

Sistem Moda Transportasi

1. Keamanan (XA) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015

Jannah, 2016

2. Keselamatan (XS) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015

Jannah, 2016

3. Kenyamanan (XN) Miro, 2005; Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015; Jannah, 2016 4. Keterjangkauan (XB) Miro, 2005; Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015; Jannah, 2016 5. Kesetaraan (XT) Miro, 2005; Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015; Jannah, 2016 6. Kemudahan (XM) Miro, 2005; Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015; Jannah, 2016 7. Keteraturan (XW) Miro, 2005; Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 29 Tahun 2015; Jannah, 2016 Kebijakan Transportasi

1. Pajak pembuatan SIM

(XKEB1) Jannah, 2016; Dirjen Perhubungan Darat, 2016

(4)

Variabel Sumber 2. Pajak kendaraan bermotor

(XKEB2) Jannah, 2016; Dirjen Perhubungan Darat, 2016

3. Kebijakan parkir (XKEB3) Jannah, 2016; Dirjen Perhubungan Darat, 2016

4. Kebijakan pembebasan

biaya transportasi angkot bagi wisatawan (XKEB5)

Saputra, 2014

Lokasi Penelitian

Wilayah yang menjadi obyek penelitian dalam pembahasan ini adalah Kota Wisata Batu, namun yang akan menjadi titik pengamatan adalah 22 destinasi wisata yang ada di Kota Batu.

Gambar 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

(5)

Analisis Karakteristik Pemilihan Moda

Analisis deskriptif menggunakan alat analisis crosstab digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pemilihan moda transportasi bagi wisatawan di Kota Batu.

Dengan data-data yang sudah diperoleh dari survei primer (wawancara) dan kuesioner, dilakukan penerjemahan data berupa rekapitulasi data. Keluaran dari hasil analisis ialah tabel tabulasi dan grafik tentang informasi karakteristik pelaku perjalanan wisata di Kota Batu, karakteristik pergerakan, karakteristik sistem moda angkutan kota, dan karakteristik kebijakan transportasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Batu merupakan salah satu destinasi unggulan di Propinsi Jawa Timur. Dikenal dengan keindahan alam pegunungan yang menawarkan kesejukan alam, panorama dan daya tarik alam.

Kota Batu menjadi tujuan utama wisatawan untuk berwisata. Dalam perkembangannya, Kota Batu semakin memperkaya kegiatan pariwisata

dengan membangun daya tarik baru baik berbasis alam maupun buatan.

Kota Batu memiliki potensi alam yang menjadi daya tarik utama sehingga menjadi tujuan untuk tempat beristirahat. Karena keindahan alamnya maka Kota Batu pada jaman dahulu mendapat julukan “De Klein Switzerland

atau Swiss kecil di Pulau Jawa. Pada saat ini daya tarik wisata di Kota Batu tidak hanya berbasis pada alam tetapi juga buatan dan budaya. Banyak obyek wisata dibangun dalam rangka untuk lebih menarik banyak wisatawan. Obyek-obyek wisata tersebut tersebar di 3 (tiga) kecamatan di wilayah Kota Batu, yaitu objek dan daya tarik wisata alam, objek dan daya tarik wisata budaya, serta objek dan daya tarik wisata buatan. Berikut merupakan potensi daya tarik wisata yang terdapat di Kota Batu yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Perkembangan pariwisata Jawa Timur, Kota Batu menjadi salah satu pemeran utama dalam menarik wisatawan, terutama yang berasal dari dalam negeri. Tercatat pada tahun 2017 terdapat kurang lebih 2 juta wisatawan berkunjung ke Kota Batu (Kota Batu Dalam Angka Tahun 2017).

Tabel 2. Daya Tarik Wisata di Kota Batu Daya Tarik

Wisata Potensi Nama Objek Wisata

Wisata Alam Pegunungan dan hutan alam/taman nasinonal/taman wisata alam/taman hutan raya Perairan

Perkebunan

• Festival Paralayang dan off road sirkuit di Gunung Banyak

• Air Terjun Coban Talun

• Banyu Brantas Rafting

• Kaliwatu Rafting

• Kusuma Agrowisata Wisata

Buatan Fasilitas rekreasi dan hiburan/

taman bertema • Jatim Park

• Museum Satwa

Wonderland Water Park

Predator Fun Park

• Pemandian Air Panas Cangar

• Pemandian Air Panas Alam Songgoriti

• Pemandian Tirta Nirwana

Eco Green Park

Batu Night Spectaculer

• Museum Angkut

• Taman Rekreasi Selecta

• Kampung Kids

• Taman Bunga Sidomulyo

• Payung

• Alun-Alun Kota Batu Wisata

Budaya

Daya tarik wisata budaya yang

bersifat berwujud • Vihara

• Candi Supo Songgoriti

(6)

Gambar 2. Jumlah Wisatawan Kota Batu Per Bulan Tahun 2017

Sumber: Kota Batu Dalam Angka Tahun 2017

Atraksi wisata di Kota Batu selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan karena letak Kota Batu yang berada di dataran tinggi dengan pemandangan yang indah dan suasana yang sejuk sehingga para wisatawan merasa nyaman berada di Kota Batu. Jumlah kunjungan pada masing- masing atraksi wisata di Kota Batu ditampilkan pada Gambar 3.

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa dalam satu tahun 2017, jumlah pengunjung obyek wisata terbanyak di Kota Batu terjadi pada Obyek Wisata Selecta dengan jumlah pengunjung sebanyak 708.597 orang, Kemudian disusul oleh Batu Night Spectacular sebanyak 271.901 orang dan Pemandian Air Panas Cangar sebanyak 255.907 orang serta salah satu obyek wisata baru

dengan peminat yang cukup banyak sebesar 152.780 orang yaitu Museum Angkut.

Kondisi Angkutan Umum di Kota Batu

Angkutan kota di Kota Batu memiliki tarif yang cukup terjangkau yakni Rp.4000/penumpang. Kondisi sistem trayek angkutan umum cukup baik, namun halte masih belum mencukupi. Angkutan kota (Angkot) di Kota Batu terbagi dalam 12 trayek dan berkapasitas tempat duduk 15 penumpang, dengan rincian 6 penumpang disisi dalam, 1 penumpang disisi belakang, 5 penumpang di sisi luar, dan 2 penumpang disamping supir, serta sebagian besar armada angkot di Kota Batu menambahkan 1 tempat duduk di belakang supir.

Gambar 4. Angkutan kota di di Kota Batu

Gambar 3. Jumlah Wisatawan Kota Batu Tiap Objek Wisata Tahun 2017

Sumber: Kota Batu Dalam Angka, 2017 0

50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000

1

Januari Februari Maret April MeiJuni Juli Agustus September Oktober November Desember

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000

Selecta Kusuma Agrowisata Jatim Park

Air Panas Cangar Pemandian Songgoriti BNS

Petik Apel Vihara Museum Satwa

Rafting Kaliwatu Kampoeng Kidz Banyu Brantas Rafting

Pemandian Tirta Nirwana Pemandian Air Panas Alam Songgoriti Eco Green Park

Musium Angkut Wonderland Waterpark Sahabt Air Rafting

Kampung Wisata Kungkuk Candi Songgoriti Desa Wisata Sumberejo Desa Wisata Tulungrejo

(7)

Analisis Karakteristik Pelaku Perjalanan dan Pergerakan

Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan tingkat pendapatan menunjukkan bahwa rata-rata responden dengan tingkat pendapatan < Rp500.000 melakukan perjalanan sebesar 16%, responden dengan tingkat pendapatan antara 500 ribu rupiah - 1,5 juta rupiah melakukan perjalanan sebesar 31% dan responden dengan tingkat pendapatan antara 1,5 juta – 3,5 rupiah melakukan perjalanan sebesar 40%, serta responden dengan tingkat pendapatan > 3,5 rupiah melakukan perjalanan sebesar 13%

Karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa rata- rata responden yang bekerja sebagai IRT melakukan perjalanan sebesar 2%, responden yang bekerja sebagai PNS melakukan perjalanan sebesar 24%, responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta melakukan perjalanan sebesar 31%, responden yang berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa melakukan perjalanan sebesar 33% dan responden yang berprofesi lainnya melakukan perjalanan sebesar 10%.

Hasil analisis karakteristik pengguna moda berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa rata-rata responden pria melakukan perjalanan sebesar 51 % dan wanita sebesar 49 %.

Karakteristik pengguna moda berdasarkan usia menunjukkan bahwa rata-rata responden dengan usia < 20 tahun melakukan perjalanan wisata di Kota Batu sebesar 14%, rata-rata responden dengan usia antara 21-25 tahun melakukan perjalanan sebesar 27%, rata-rata responden dengan usia antara 26-30 tahun melakukan perjalanan sebesar 13%,, rata-rata responden dengan usia antara 31-40 tahun melakukan perjalanan sebesar 22% dan responden dengan usia >40 tahun melakukan perjalanan sebesar 24%.

Karakteristik pengguna moda berdasarkan kepemilikan kendaraan menunjukkan bahwa rata-rata responden yang tidak memiliki kendaraan sebesar 32%, yang memiliki kendaran motor atau mobil saja sebesar 32% dan 8%, dan yang memiliki mobil dan motor sebesar 28%.

Karakteristik pengguna moda berdasarkan kepemilikan kendaraan menunjukkan bahwa wisatawan yang berwisata di Kota Batu lebih banyak berasal dari luar Malang Raya dalam Provinsi Jawa Timur dengan presentase sebesar 45%, yang berasal dari dalam Kota Malang

dengan presentase sebesar 21%, dan dalam Kabupaten Malang dengan presentase sebesar 21%, sedangkan yang paling sedikit adalah wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Jawa Timur dengan presentase sebesar 13%.

Karakteristik pengguna moda berdasarkan kepemilikan SIM menunjukkan bahwa rata-rata responden yang memiliki SIM sebesar 55% dan yang tidak memiliki SIM sebesar 45%.

Karakteristik pengguna moda berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa rata-rata responden dengan tingkat pendidikan SD melakukan perjalanan sebesar 4%, responden dengan tingkat pendidikan SLTP melakukan perjalanan sebesar 4%, responden dengan tingkat pendidikan SLTA melakukan perjalanan sebesar 38%, responden dengan tingkat pendidikan D1-D3 melakukan perjalanan sebesar 12%, dan responden dengan tingkat pendidikan S1-S3 melakukan perjalanan sebesar 32%.

Hasil analisis karakteristik pergerakan moda berdasarkan hari perjalanan menunjukkan bahwa rata-rata responden melakukan perjalanan wisata di hari libur sebesar 58%, responden yang melakukan perjalanan di hari kerja sebesar 42%. Karakteristik pergerakan moda berdasarkan waktu perjalanan menunjukkan bahwa rata-rata responden yang melakukan perjalanan di pagi hari sebesar 78%, responden yang melakukan perjalanan dengan di siang hari sebesar 21%, responden yang melakukan perjalan di sore hari sebesar 10%, dan responden yang melakukan perjalan di malam hari sebesar 13%.

Karakteristik pergerakan moda berdasarkan lama perjalanan menunjukkan bahwa rata-rata responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan < 1 jam sebesar 22%, responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan antara 1-2 jam sebesar 6%, responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan antara 2-3 jam sebesar 11%, responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan antara 3-4 jam sebesar 32%, dan responden yang melakukan perjalanan dengan lama perjalanan > 4 jam sebesar 29%.

Karakteristik pergerakan moda berdasarkan lama menginap di Batu menunjukkan bahwa rata-rata responden yang melakukan perjalanan dengan lama menginap 6 - 12 jam sebesar 34%, responden yang melakukan perjalanan dengan lama menginap 13-24 jam sebesar 39%, responden yang melakukan

(8)

perjalanan dengan lama menginap 2-3 hari sebesar 20%, dan responden yang melakukan perjalanan dengan lama menginap antara 4-7 hari dan lebih dari 7 haru sebesar 7%

Karakteristik pengguna moda berdasarkan pengaturan wisata menunjukkan bahwa jumlah responden melakukan perjalanan dengan biro perjalanan wisata sebanyak 16%, responden yang melakukan perjalanan tidak dengan biro perjalanan wisata sebesar 84%.

Rekomendasi

Pelayanan angkutan kota dan kebijakan transportasi merupakan hal terpenting dalam merencanakan transportasi yang lebih baik lagi dengan memindahkan pengguna kendaraan pribadi menuju angkutan umum. Sehingga hasil dari permodelan pemilihan moda dan karakteristik pemilihan moda dapat dijadikan acuan dalam menentukan rekomendasi untuk merencanakan angkutan umum untuk perjalanan wisata yang lebih baik lagi agar nantinya minat wisatawan untuk menggunakan angkutan umum menjadi semakin bertambah dan penggunaan kendaraan pribadi menjadi semakin berkurang.

Adapun beberapa rekomendasi untuk pengembangan angkutan kota bagi wisatawan di Kota Batu, yaitu:Rekomendasi kinerja pelayanan angkutan umum Kota Batu:

a. Keterjangkauan angkutan kota

Berdasarkan hasil analisis crosstab karakteristik sistem moda transportasi berdasarkan aspek keterjangkauan angkutan kota pelaku perjalanan menilai tingkat keterjangkauan angkutan kota masuk dalam kategori murah dan sangat murah dengan presentase penilaian sebesar 28,7% dan 21,8% dan dari hasil analisis regresi multinomial menyatakan bahwa setiap penurunan 1 Rp tarif angkutan kota maka akan meningkatkan kecenderungan pelaku perjalanan untuk memilih angkutan kota sebagai moda transportasi wisata dengan presentase penurunan sebesar 0,533% pada sepeda motor sebesar, mobil sebesar 0,536%, dan bus pariwisata sebesar 0,361%. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya murah terhadap kebutuhan transportasi untuk melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya merupakan hal yang paling utama akan dicari oleh masyarakat.

Rekomendasi untuk angkutan kota Batu yang dapat digunakan bagi masyarakan ataupun bagi wisatawan yang baik adalah dengan

menentukan tarif yang terjangkau. Hal tersebut selaras dengan peraturan menteri perhubungan No. 98 Tahun 2013 dan PM No.29 Tahun 2015 yang menyebutkan standar pelayanan minimum angkutan kota terkait aspek keterjangkauan adalah dimana tarifnya yang terjangkan dan ditentukan oleh pemerintah. Wisatawan tentunya akan melihat kemungkinan rantai perpindahan moda yang akan terjadi jika mereka akan menggunakan angkutan umum sehingga mereka harus memilih moda transportasi yang lebih menghemat biaya untuk melakukan perpindahan dan perjalanan. Wisatawan yang melakukan perjalanan di Kota Batu membutuhkan banyak biaya tidak hanya untuk melakukan perjalanan menuju tempat wisata saja akan tetapi juga biaya untuk makan, biaya tiket masuk ke destinasi wisata, biaya untuk membeli oleh-oleh dan lainnya.

b. Kenyamanan angkutan kota

Berdasarkan hasil analisis crosstab karakteristik sistem moda transportasi berdasarkan aspek kenyamanan angkutan kota pelaku perjalanan menilai tingkat kenyamanan angkutan kota masuk dalam kategori tidak nyaman dan sangat tidak nyaman dengan presentase penilaian sebesar 51,7% dan 29,9%, sedangkan dari hasil analisis regresi multinomial menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 tingkat kenyamanan angkutan kota maka akan meningkatkan kecenderungan pelaku perjalanan untuk memilih angkutan kota sebagai moda transportasi wisata dengan atau akan menurunkan penggunaan sepeda motor, mobil dan bus pariwisata sebagai moda transportasi wisata dengan presentase penurunan sebesar 0,541% pada sepeda motor sebesar, mobil sebesar 0,536%, dan bus pariwisata sebesar 0,324%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenyamanan penggunaan angkutan kota merupakan hal terpenting agar angkutan kota lebih diminati oleh pelaku perjalanan.

Kenyamanan penggunaan angkutan kota merupakan hal terpenting agar angkutan kota lebih diminati oleh pelaku perjalanan, sehingga guna menciptakan kenyamanan angkutan kota pemerintah menyediakan halte untuk menunggu angkutan kota dan memeri pelatihan kepada supir angkutan agar berkendara dengan mentaati peraturan dan rambu lalu lintas, peremajaan armada angkutan umum yang sudah rusak,

(9)

penambahan armada angkutan umum pada trayek yang memiliki potensi demand yang tinggi. Selain itu juga harus mempertimbangkan kembali keempat aspek tingkat kenyamanan moda sesuai dengan peraturan PM No 98 Tahun 2013 dan PM No.

29 Tahun 2015, meliputi adanya tempat duduk yang nyaman, kapasitas angkutan kota yang disesuaikan dengan standar (hanya 12 orang dalam satu angkutan umum), serta kebersihan angkutan umum. Dengan demikian kepenuhsesakan dalam angkutan umum dapat diminimalkan, sehingga kenyamanan pengguna angkutan kota dapat meningkat. Berikut merupakan rekomendasi kenyamanan yang diatur dalam PM No. 98 Tahun 2013 dan PM No.29 Tahun 2015.

Tabel 3. Indikator Standar Pelayanan Minimal Kenyamanan Angkutan Kota

Kenyamanan Indikator/Tolak Ukur

Daya ankgut Jumlah penumpang yang diangkuta paling tinggi 100% seusai daya angkut.

Daya angkut mobil penumpang umum total 12 (delapan) termasuk pengemudi Fasilitas

pengatur suhu

Paling sedikit dilengkapi kipas angin dan jendela yang berfungsi dengan baik.

Sebaiknya terdapat fasilitas pengatur suhu ruangan menggunakan AC dan berfungsi dengan baik

Fasilitas

kebersihan Terdapat tempat sampah paling sedikit 2 buah ditempatkan pada ruang penumpang bagian depan dan belakang Larangan

merokok Terdapat minimal 2 buah stiker dengan gambar dan/atau tulisan “Dilarang Merokok”

Sumber: PM No. 98 Tahun 2013 dan PM No.29 Tahun 2015.

c. Keteraturan angkutan kota

Berdasarkan hasil analisis crosstab karakteristik sistem moda transportasi berdasarkan aspek keteraturan angkutan kota pelaku perjalanan menilai tingkat keteraturan angkutan kota masuk dalam kategori tidak teratur dan sangat tidak teratur dalam hal waktu tempuh dan waktu tunggu dengan presentase penilaian sebesar 39,1% dan 24,1%, sedangkan dari hasil analisis regresi multinomial menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 tingkat keteraturan angkutan kota maka akan meningkatkan kecenderungan pelaku perjalanan untuk memilih angkutan kota sebagai moda transportasi wisata dengan atau akan menurunkan penggunaan sepeda motor, mobil dan bus pariwisata sebagai moda transportasi wisata dengan presentase penurunan sebesar 0,933% pada sepeda motor sebesar, mobil sebesar 1,191%, dan bus

pariwisata sebesar 0,515%. Hal tersebut menunjukkan bahwa keteraturan dalam hal waktu tempuh dan waktu tunggu bagi penggunaan angkutan kota merupakan hal terpenting agar angkutan kota lebih diminati oleh pelaku perjalanan.

Guna meningkatkan minat pelaku perjalanan untuk menggunakan angkutan kota di Kota Batu dibutuhkan perbaikan yang terkait dengan ketepatan waktu berhenti dan berangkat, memperkecil waktu tempuh dan waktu tunggu angkutan kota di Kota Batu dengan cara mengadakan pengaturan waktu keberangkatan bagi angkutan umum di terminal dengan melakukan kesepakatan mengenai jadwal tetap keberangkatan, waktu berhenti di halte, waktu antara angkutan satu dengan angkutan lainnya dan batas waktu pemberangkatan secara ketat meskipun penumpang yang naik belum penuh angkutan umum tersebut sudah harus berangkat pada jam atau waktu yang sudah ditentukan.

Berikut merupakan rekomendasi keteraturan yang diatur dalam PM No. 98 Tahun 2013 dan PM No.29 Tahun 2015.

Tabel 4. Indikator Standar Pelayanan Minimal Keteraturan Angkutan Kota

Keteraturan Indikator/Tolak Ukur Informasi

pelayanan Paling sedikit terdapat 2 (dua) buah stiker yang ditempatkan pada ruang penumpang di bagian depan dan belakang yang berisi Informasi keberangkatan, kedatangan, tarif, trayek yang dilayani Waktu

berhenti di halte

Waktu berhenti di halte paling lama 60 detik

Headway Waktu antar kendaraan paling lama 30 menit

Kinerja

operasional Memberikan kepastian besarnya suplai pelayanan pada rute yang ditetapkan, agar kendaraan beroperasi dengan biaya ekonomis dan efisien. Dimana presentase armada yang beroperasi minimal 90% dari jumlah armada.

Umur kendaraan yang dapat digunakan maksimal 20 tahun atau ditetapkan pemberi izin seusai dengan kondisi daerah Sumber: PM No. 98 Tahun 2013 dan PM No.29 Tahun 2015.

d. Kemudahan angkutan kota

Berdasarkan hasil analisis crosstab karakteristik sistem moda transportasi berdasarkan aspek kemudahan angkutan kota pelaku perjalanan menilai tingkat kemudahan angkutan kota masuk dalam kategori tidak mudah dan sangat tidak mudah dalam menjangkau atau menggunakan angkutan kota tersebut dengan presentase penilaian

(10)

sebesar 58,6% dan 18,4%, sedangkan dari hasil analisis regresi multinomial menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 tingkat kemudahan angkutan kota maka akan meningkatkan kecenderungan pelaku perjalanan untuk memilih angkutan kota sebagai moda transportasi wisata dengan atau akan menurunkan penggunaan sepeda motor, mobil dan bus pariwisata sebagai moda transportasi wisata dengan presentase penurunan sebesar 1,822% pada sepeda motor sebesar, mobil sebesar 0,567%, dan bus pariwisata sebesar 0,640%. Hal tersebut menunjukkan bahwa aspek kemudahan bagi penggunaan angkutan kota merupakan hal terpenting agar angkutan kota lebih diminati oleh pelaku perjalanan.

Angkutan kota adalah salah satu jenis transportasi umum yang paling banyak beroperasi di Kota Batu. Kesulitan dalam memilih angkutan kota yang tepat untuk menuju lokasi yang dituju adalah permasalahan yang dihadapi oleh calon penumpang. Dengan pengembangan sebuah aplikasi yang memanfaatkan bantuan GIS (Geographic Information System) pada smartphone maka dapat menghasilkan aplikasi sistem informasi angkutan kota yang dapat memudahkan wisatawan pengguna smartphone dalam mencari rekomendasi angkutan kota di Batu yang tepat serta rute terpendek yang dilalui.

e. Kebijakan pembuatan SIM

Rekomendasi yang dapat dilakukan salah satunya adalah memiliki surat tanda kelulusan atau sertifikat dari tempat kursus mengemudi sebelum mengajukan pembuatan SIM dengan diikuti prosedur lainnya seperti berkas administrasi, kesehatan, dan mengikuti ujian, sehingga seseorang yang dapat memiliki SIM adalah seseorang yang benar-benar trampil atau sudah layak untuk mengendarai kendaraan, serta menaikan harga penerbitan SIM.

Menentukan batas minimal membuat SIM di umur 18, karena mempertimbangkan alasan keterampilan berkendara sehingga akan mengurangi tingkat kecelakaan dijalan sekaligus mengurangi jumlah kendaraan.

Selain itu juga mempertimbangkan aspek psikologi remaja, pada penelitian yang dilakukan oleh Muawanah & Herlan Pratikno (2012) dengan subjek penelitian adalah remaja tengah usia 16-17 tahun, menujunkan

bahwa remaja dengan rentan usia 16 – 17 tahun memiliki emosi yang masih labil.

Dinamika perubahan psikologis yang tidak terkontrol akan ini akan memungkinkan remaja terlibat kenakalan yang lebih berisiko misalnya, perkelahian remaja atau kebut- kebutan dijalan. Sehingga sebaiknya pemerintah mempertimbangkan kembali syarat batas usia dalam pembuatan SIM agar remaja tidak dapat dengan mudah memiliki SIM.

f. Kebijakan pajak kendaraan bermotor

Rekomendasi terkait kebijakan pajak kendaraan yang dapat diberikan yaitu dengan menaikan jumlah pajak sesuai dengan jumlah kendaraan yang dimiliki, misalnya jika memiliki satu buah kendaraan dikenai tarif pajak 10% dari harga kendaraan, jika memiliki dua buah kendaraan dikenai tarif pajak 20%

dari harga kendaraan dan seterusnya, sehingga diharapkan dapat menekan jumlah kendaraan pribadi yang dimiliki dan beralih menggunakan kendaraan umum.

g. Kebijakan rencana angkutan kota gratis bagi wisatawan di Kota Batu

Penerapan kebijakan angkutan kota gratis bagi wisatawan di Kota Batu merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengembangkan transportasi yang berkelanjutan. Rekomendasi yang bisa diberikan yaitu:

1) Kebijakan angkutan kota gratis ini sebaiknya perlu dikaji ulang terkait rute angkutan umum di Kota Batu, agar terjadi efisiensi waktu tempuh dalam melakukan perjalanan wisata di Kota Batu jika Angkutan Kota Gratis untuk wisatawan di Kota Batu diperlakukan. Rute agkutan kota gratis bagi wisatawan tersebut dapat dipadukan dengan kawasan wisata yang ada di Kota Batu. Suatu jaringan angkutan umum harus terintegrasi dengan jalur angkutan kota lainnya, serta terintegrasi dengan objek wisata andalan yang ada di Kota Batu dan harus mencakup kawasan layanan seluas mungkin. Sehingga, jaringan angkutan umum yang luas tersebut akan dapat memberikan layanan transportasi yang terjangkau bagi rumahtangga atau wisatawan, sehingga mereka dapat menjangkau tempat wisata yang mereka inginkan.

2) Peningkatan pelayanaan angkutan kota yang ada akan meningkatkan kapasitas

(11)

angkut penumpang secara signifikan.

Tingkat layanan jasa angkutan kota harus ditingkatkan untuk menarik masyarakat dan wisatawan yang saat ini menggunakan moda angkutan pribadi.

3) Peningkatan kemudahan penggunaan Angkutan Kota. Fasilitas perpindahan moda, misalnya halte untuk perpindahan antara angkutan pribadi dan angkutan kota, atau angkutan kota dengan angkutan kota lainnya dan jalan-jalan akses ke halte harus dibangun dan ditingkatkan. Fasilitas untuk “park and ride” dan “kiss and ride”

juga perlu dipertimbangkan. Lebih lanjut lagi, integrasi sistem ongkos angkutan harus mulai dirintis untuk memberikan kenyamanan bagi masyarakat dalam menggunakan angkutan umum.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis regresi multinomial logistik menghasilkan model pemilihan moda dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi bagi wisatawan di Kota Batu. Dimana hasil analisis diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan moda sepeda motor terhadap angkutan kota bagi wisatawan di Kota Batu dipengaruhi oleh Dimana hasil analisis diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan moda sepeda motor terhadap angkutan kota bagi wisatawan di Kota Batu dipengaruhi oleh variabel usia pelaku perjalanan, pendapatan pelaku perjalanan, jumlah kendaraan yang dimiliki, jenis moda transportasi yang dimiliki, jenis pekerjaan pelaku perjalanan, lama perjalanan menuju Kota Batu, lama menginap di Kota Batu, teman perjalanan, pengalaman berkunjung, keterjangkauan angkutan kota, kenyamanan angkutan kota, keteraturan angkutan kota, kemudahan angkutan kota, kebijakan pembuatan SIM, kebijakan pajak kendaraan bermotor, dan kebijakan rencana angkutan kota gratis bagi wisatawan di Kota Batu. Faktor yang mempergaruhi pemilihan moda mobil terhadap angkutan kota oleh wisatawan di Kota Batu adalah usia pelaku perjalanan, jumlah keluarga yang tinggal di rumah responden, pendapatan, jumlah kendaraan yang dimiliki, kepemilikan kendaraan mobil, tingkat pendidikan, lama menginap di Kota Batu, lama menuju Kota Batu, teman perjalanan, pengalaman berkunjung,

keterjangkauan angkutan kota, kenyamanan angkutan kota, keteraturan angkutan kota, kemudahan angkutan kota, kebijakan pembuatan SIM, kebijakan pajak kendaraan bermotor, dan kebijakan rencana angkutan kota gratis bagi wisatawan di Kota Batu, sedangkan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda bus pariwisata terhadap angkutan kota adalah usia pelaku perjalanan, pendapatan, jumlah kendaraan yang dimiliki, kepemilikan kendaraan, tingkat pendidikan pelaku perjalanan, lama perjalanan menuju Kota Batu, lama menginap di Kota Batu, teman perjalanan, kenyamanan angkutan kota, keteraturan angkutan kota, kemudahan angkutan kota, kebijakan pembuatan SIM, kebijakan pajak kendaraan bermotor, dan kebijakan rencana angkutan kota gratis bagi wisatawan di Kota Batu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 2017. Penilaian Wisatawan akan Atribut Pariwisata di Kota Batu.

Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. 7 No. 2, Hal. 91-96.

Amimaitreya, Wasesa & Еdriana Pangеstuti.

2017. Peran Theme Park Pada Industri Pariwisata Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Batu (Studi pada Museum Angkut dan Kusuma Agrowisata. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 51 No. 2, Hal. 196 – 200.

Aminah, S., 2009. Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masyarakat Perkotaan. Q- Journal, Vol 20(1). Available at:

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Transpor tasi Publik dan Aksesibilitas.pdf.

Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2017. Kota Batu Dalam Angka Tahun 2017. Kota Batu: BPS.

Bando, Tetsu., Daisuke F., Achmad W., Lila K. W.

2015. Stated Preference Analysis for New Public Transport in a Medium-sized Asian City: A Case Study in Malang, Indonesia.

Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. XI, pp.1451-1466.

Ferdiansyah, Ronando. 2009. Kemungkinan Peralihan Penggunaan Moda Angkutan Pribadi Ke Moda Angkutan Umum Perjalanan Depok – Jakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No.

3, Desember 2009, hlm 183 – 198.

Indra, Siswa & Sukarman. 2014. Model Pemilihan Moda Angkutan Pribadi Dan Angkutan Umum Pada Daerah Rute Transmusi Koridor IV. PILAR Jurnal Teknik Sipil Universitas

(12)

Palembang, Volume 10, No. 2, September 2014.

Jannah, Fatihatul. 2016. Model Pemilihan Moda antara Kendaraan Pribadi dengan Kereta Api Tujuan Malang-Surabaya. Skripsi. Malang:

Universitas Brawijaya.

Khasani, M.A., 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Di Pantai Cahaya, Weleri, Kabupaten Kendal.

Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Lew, A & McKercher. 2006. Modeling Tourist Movements, A Local Destination Analysis.

Britain: Journal of Tourism Research, Vol. 33, No. 2, pp. 103-423, 2006.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta R.G.

Maulana, Hafiz Ilham & Wahyu Cahyo. 2014.

Pengembangan Model Pemilihan Moda Antara Kendaraan Pribadi Dan Bus Trans Malang Dengan Menggunakan Metode Stated Prerfernce (Studi Kasus Pada Kota Malang). Jurnal Universitas Brawijaya, Vol 1, No. 3.

Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2015.

Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 29 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek.

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi.

Erlangga. Jakarta.

Muawanah, Lis Binti & Herlan Pratikto. 2012.

Kematangan Emosi, Konsep Diri Dan Kenakalan Remaja. Surabaya: Jurnal Psikologi Universitas 17 Agustus 1945: Vol. 7, No.1, April 2012: 490 – 500.

Putra, Dedi P., Etty Sulandari, Said. 2018. Analisis Hubungan Antara Kemacetan Dan Polusi Udara Di Jalan Sultan Abdurahman Pontianak. Jurnal Universitas Tanjungpura, Vol. 1, No. 4. Halaman 1 – 11.

Rahmasari, Anggraeni & Juliani Pudjowati. 2017.

Strategi Pengembangan Desa Inovasi Pariwisata Kota Batu Dengan Local Economic Resources Development (LERD).

Jurnal Universitas Bhayangkara Surabaya, Vol. 1; No. 1.

Rodriguez G. 2007. Multinomial Response Model.

http://data.princeton.edu/wws509/notes/c 6.pdf (diakses: 12 Juni 2016)

Saputra, Desy. 2014. Transportasi Wisatawan Keliling Batu akan Digratiskan. Antaranews.

Rabu, 22 Oktober 2014.

http://www.antaranews.com/berita/46005 6/transportasi-wisatawan-keliling-batu- akan-digratiskan (diakses tanggal 29 April 2016)

Sukarto, H. 2006. Pemilihan Model Transportasi Di Dki Jakarta Dengan Analisis Kebijakan

“Proses Hirarki Analitik”. Jurnal Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan, Vol. 3, No. 1, Januari 2006.

Tamin, O.Z.. 2000. Perencanaan & Pemodelan Transportasi (Second Edition). Penerbit ITB, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Pada model dengan moda angkutan umum, terdapat jumlah perjalanan akan akan berkurang sebesar 0,89 perjalanan bila terdapat penambahan satu kilometer jarak tempat tinggal dari

Tugas akhir ini bertujuan untuk memperoleh distribusi karakteristik pelaku perjalanan dalam pemilihan moda sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, memperoleh suatu model

Memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda transportasi antara shuttle service dan kereta api bila ditinjau

Model ini menggunakan karakteristik pelaku perjalanan, karakteristik sistem transportasi dan karakteristik perjalanan sebagai variabel yang mempengaruhi pemilihan moda,

Biaya perjalanan ( travel cost ) merupakan atribut perjalanan yang paling mem- pengaruhi probabilitas pemilihan moda mobil pribadi dengan nilai elastisitas langsung

Model pemilihan moda angkutan umum dilakukan sebagaimana serupa dengan pemodelan bangkitan untuk perjalanan menggunakan angkutan pribadi.. Teknik analisis dilakukan dengan analisis

• Berdasarkan analisis, 50% pelaku perjalanan akan berpindah moda dari kendaraan pribadi ke taksi online atau pun ke angkutan kota (mikrolet) pada kenaikan tarif

Pemilihan moda yaitu pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti