PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA SEBUAH UPAYA REFORMASI BIROKRASI A. PENDAHULUAN
Indonesia dan Korupsi
Indonesia mendapat peringkat ke-lima negara paling korup dari 146 negara yang diteliti ulang oleh TI pada tahun 2004. Di tingkat Asia, Indonesia mendapat peringkat pertama tingkat korupsinya.
Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh pegawai pamong praja untuk mendapatkan hal yang dilarang secara sosial atau menurut hukum.
Menurut Masyarakat Transparasi Indonesia, ada beberapa aktivitas yang dapat digolongkan sebagai tidak korupsi, yaitu:
1. tindakan yang melibatkan sebagian orang
2. tidak hanya terdapat di kalangan pegawai negeri atau birokrasi negara, namun juga terdapat di organisasi usaha swasta.
3. suatu pihak yang menerima suap, contohnya seperti sogok, atau uang tunai.
4. tindakan yang melanggar norma serta tugas dan berlawanan dengan prinsip pertanggungjawaban dalam masyarakat.
B. PEMBAHASAN
Korupsi dan Reformasi Birokrasi
Ada beberapa istilah dan pengertian reformasi administrasi negara menurut tokoh- tokoh, antara lain sebagai berikut:
Menurut Caiden (1982), ia mendeskripsikan reformasi adminitrasi negara sebagai tindakan yang mencakup penyempurnaan organisasi, pengecekan administratif, serta penyembuhan terhadap ketidakberesan organisasi guna memperoleh pemerintahan yang lebih bersih dan untuk memperbaharui gaya organisasi.
Menurut Susilo Zauhar (1996), reformasi administrasi negara adalah suatu usaha sadar serta terencana untuk menganti struktur dan prosedur birokrasi (aspek sikap). Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas organisasi atau terciptanya adminitrasi yang sehat, sehingga bisa menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Jika berbicara mengenai korupsi, pasti selalu dikaitkan dengan kolusi serta nepotisme.
Kandungan kolusi serta nepotisme makin merajalela seiring berjalannya yang dinamakan
‘masa Reformasi’.
Sehingga, yang kita basmi wajib korupsi, kolusi, serta nepotisme (KKN), bukan semata-mata korupsi. Jika korupsi sangat menghancurkan seluruh sendi aktivitas bangsa, perihal itu tidak butuh dijabarkan sebab dapat dirasakan dalam aktivitas kita setiap hari.
Triknya ber-KKN tidak hanya merampas uang APBN, namun juga telah meluas hingga
“menghabisi” sumber energi alam, tanpa mempedulikan dampaknya terhadap penghancur lingkungan.
Beaver (1998) mengungkapkan jika dalam teori keagenan beranggapan bahwa agen mempunyai informasi yang sangat terperinci ditolok dengan principal. Maka, manajemen
diminta agar dapat mengamanahkan pengendalian organisasi terhadap capital suppliers.
Supaya amanah tersebut dapat membentuk kredibel, maka dibutuhkan fungsi dari pihak ketiga yaitu pemeriksaan.
Audit tidak saja merupakan bagian puncak dari siklus manajemen, tetapi juga merupakan aktivitas formal yang akibatnya nyaris tidak mengaitkan pada perolehan visi, dan misi serta tujuan organisasi. Pemeriksaan memiliki tempat yang sangat krisis untuk memastikan jika pelaksanaan aktivitas seluruh organisasi mampu berjalan di dalam arah dan tujuan yang sesuai dengan pencapaian visi serta misi dari organisasi.
Pemberantasan korupsi adalah kepentingan utama untuk mengembangkan kesejahteraan bangsa dan teguhnya NKRI yang dimana akan digunakan untuk kemajuan dan tujuan nasional. Maka, kebijakan dari pemberantasan ini dapat didorong dengan strategi yang inklusif, utuh, dan holistik sehingga hasil yang diinginkan dapat terwujud.
Melihat pemicu terjadinya korupsi, diperoleh kesimpulan mengenai aspek manusia, peraturan, kewajiban, serta ketaatan pemimpin hukum dan budaya rakyat.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam memberantas perilaku korupsi.
Setidaknya, masyarakat wajib ikut andil dalam bagian karena terdapat 2 hal yaitu warga negara menjadi korban, dan warga negara sebagai bagian dari komponen negara. Dilihat dari warga negara sebagai bagian dari komponen negara jika suatu negara terdapat 3 komponen utama antara lain sebagai berikut: 1) Pemerintah, 2) Warga negara, dan 3) Swasta. Kesuksesan suatu negara bertumpu pada kemampuan dan perhimpunan ketiganya jika perhimpunan dilaksanakan dengan sangat baik, akibatnya akan memberikan dampak yang baik pada negara ini, demikian juga kebalikannya apabila bangsa itu lambat mencapai ketiga hal tersebut maka itu akan hancur (Matodang, 2012).
DAFTAR PUSTAKA (Suwirti, 2007)
(Umar, 2015) (Gie, 2022) (Waluyo, 2014)
(Bunga, Maroa, Arief, & Djanggih, 2019)