Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Dalam Bidang Politik
Implementasi yang terkait tentang kebijakan pemerintah yang sesuai dengan Pancasila beserta kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan Pancasila
Pancasila merupakan dasar tatanan negara Indonesia yang bisa disebut juga sebagai dasar hukum negara bangsa Indonesia. Pancasila adalah suatu ideologi yang dipegang erat bangsa Indonesia, mengenai implementasi kebijakan pemerintah yang sesuai dengan Pancasila antara lain:
1. Kebijakan pengadaan Pemilu secara demokrasi berdasarkan asas luber jurdil
Hal ini sesuai dengan Pancasila sila ke-4 yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Pemilu merupakan salah satu prinsip kerakyatan, faktor yang menyebabkan kesesuaian dengan Pancasila adalah asas luber jurdil yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
2. Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat Pancasila yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Hal ini juga tercantum dalam pasal 28 e ayat 3 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat berkumpul dan mengeluarkan pendapat.”
Sedangkan mengenai kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan Pancasila antara lain:
1. Terkait perizinan investasi minuman keras atau miras
Hal ini tertuang dalam peraturan presiden atau Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang bidang usaha penanaman modal. Hal ini kita tangan dengan nilai Pancasila dan tujuan bernegara khususnya pada sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selain itu miras juga memiliki lebih banyak mudhorot daripada manfaatnya dan investasi miras juga tidak akan sebanding dengan kerusakan yang akan dihadapi bangsa ini di masa yang akan mendatang.
2. Pemerintah membuka keran impor beras
Kebijakan ini tentu tidak sesuai dengan sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Kebijakan tersebut berdampak besar bagi pendapatan para petani, selain mereka harus menutup biaya produksi yang cukup besar para petani juga dihadapkan kepada harga gabah yang mungkin akan turun drastis dikarenakan pasar sudah dipenuhi beras impor.
Aspek politik tertuang dalam pasal 26 pasal 27 ayat 1 dan pasal 28
Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa saja yang dapat menjadi warga negara republik Indonesia. Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Adapun pada pasal 29 ayat (3) dinyatakan bahwa syarat-syarat menjadi warga negara dan penduduk Indonesia diatur dengan undang-undang.
Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, yang diatur dengan undang-undang.
Pasal 26, 27 ayat (1) dan pasal 28 adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradab yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-2 Pancasila. “Pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik harus berdasar pada manusia yang merupakan subjek pendukung Pancasila.” menurut Notonegoro (1975: 23).