• Tidak ada hasil yang ditemukan

20 Tahun LPJK: Konstruksi Indonesia 2001-2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "20 Tahun LPJK: Konstruksi Indonesia 2001-2020"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Salah satunya adalah perbaikan tata kelola dan kelembagaan sektor konstruksi serta penguatan peran sektor konstruksi. Kami berharap buku ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita semua dalam mengembangkan jasa konstruksi nasional di masa depan.

KATA PENGANTAR

2 Tahun 2017, sedangkan alasan kedua terkait dengan perlunya informasi yang lengkap mengenai profil jasa konstruksi Indonesia. Kedua hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa keberhasilan suatu ide atau inisiatif hanya dapat tercapai jika didasari oleh keadaan nyata. Buku ini juga memberikan gambaran singkat namun komprehensif tentang wajah konstruksi Indonesia dari berbagai aspek, seperti prinsip pengelolaan, peran konstruksi dalam pembangunan nasional, kinerja dan kapasitas.

Berangkat dari uraian dalam berbagai aspek tersebut, buku ini juga mencoba meramalkan bagaimana wajah pembangunan Indonesia di masa depan, ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia memasuki seratus tahun pertama pada tahun 2045. Buku ini bukanlah karya LPJK, melainkan cerminan hasil kerja sama berbagai pemangku kepentingan dalam memajukan dan mengembangkan jasa konstruksi nasional. Pada kesempatan ini, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas masukan, partisipasi dan kerja sama pemerintah khususnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, LPJK provinsi, mitra asosiasi dunia usaha, asosiasi perdagangan, pakar dan pemerhati. baik konstruksi maupun akademisi universitas.

Terima kasih juga disampaikan kepada para kontributor yang telah mencurahkan waktu dan pikirannya untuk penyusunan naskah buku ini. Tulisan-tulisan dalam buku ini tidak mencerminkan pendirian Lembaga Pengembangan Jasa Bangunan Nasional itu sendiri, melainkan merupakan pendapat pribadi masing-masing penulis. Kami berharap buku ini dapat menjadi rujukan dan sumber inspirasi dalam perumusan kebijakan terkait penciptaan lingkungan konstruksi Indonesia yang sehat, profesional, dan bertanggung jawab.

DAFTAR TABEL

PT Angkasa Pura ..71 Tabel 3.23 Pembangunan infrastruktur oleh PT Pelindo ... 72 Tabel 3.24 Pembangunan infrastruktur oleh PT Pertamina. 73 Tabel 3.25 Pembangunan infrastruktur oleh PT PLN ..74 Tabel 3.26 Pembangunan infrastruktur oleh BUMN lain ..74 Tabel 3.27 Pembangunan infrastruktur oleh konsorsium BUMN ..75 Tabel 3.28 Pembangunan infrastruktur oleh Swasta. 79 Tabel 3.34 Investasi infrastruktur melalui pinjaman dan/atau hibah luar negeri..80 Tabel 4.1 Kinerja Jasa Konstruksi Nasional*).

TANTANGAN KONSTRUKSI INDONESIA 2045

PENGEMBANGAN VISI KONSTRUKSI INDONESIA 2045

Hingga saat ini, konstruksi Indonesia belum pernah mendefinisikan visinya secara formal dalam dokumen resmi dari kementerian yang membawahi industri konstruksi. Visi Konstruksi Indonesia 2045 harus selaras dengan Visi Indonesia 2045, yang menggambarkan Indonesia sebagai negara maju dan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia, didorong oleh pertumbuhan investasi dan perdagangan, industri, pariwisata, maritim dan jasa, didukung melalui infrastruktur yang andal serta ketahanan pangan, air dan energi (Muhyiddin, 2019). Fungsi industri konstruksi nasional perlu dikembangkan untuk mendukung berbagai strategi untuk mencapai empat pilar Visi Indonesia 2045, antara lain pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi, peningkatan ketahanan pangan, air dan energi, pemerataan peluang usaha dan pendapatan, peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri, komitmen terhadap kehidupan lingkungan, peningkatan peran pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, dll. didukung oleh strategi reformasi ketenagakerjaan, kelembagaan dan birokrasi.

Semua itu disebut-sebut menjadi pendorong berkembangnya industri konstruksi dalam negeri sebagai industri pendukung yang selama ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional (PDB) sekitar 8 hingga 10%. Meski tidak pernah ada visi resmi untuk membangun Indonesia, LPJK nasional periode 2002-2007 di bawah kepemimpinan Almarhum Ir. Sulistyo Sidarto pernah menyusun dokumen strategis bagi perkembangan industri konstruksi. Melihat kebutuhan untuk mendukung Visi Indonesia 2045, maka apa yang kita bidik sebagai tujuan Konstruksi Indonesia 2030 nampaknya masih sangat penting.

Di sini dapat disimpulkan bahwa industri konstruksi nasional – sesuai Visi Indonesia 204 – harus mempunyai Visi Indonesia Konstruksi 2045, yaitu menjadi industri konstruksi yang berdaulat (berkekuatan hukum, bertempat di negara sendiri, menggunakan produksi dalam negeri), maju . (berbasis teknologi, produktif, berkualitas, berdaya saing global), adil (menjamin kesempatan yang sama bagi semua pihak, kesetaraan dalam bertransaksi) dan sukses (menguntungkan, tumbuh dan berkelanjutan, berkelanjutan). Untuk mencapai visi konstruksi Indonesia 2045 sebagai bagian dari visi Indonesia 2045, perlu disusun dan merumuskan strategi jangka panjang pengembangan industri konstruksi di masa depan sebagai bagian dari kebijakan pembangunan konstruksi dan hal ini menjadi tanggung jawab Pemerintah. seluruh pemangku kepentingan, baik instansi pemerintah maupun pengawas jasa konstruksi para pelaku industri konstruksi, termasuk para ahli di bidang teknik, keuangan dan asuransi, hukum, konsumen industri/jasa konstruksi (pengguna jasa), pemasok/penyedia bahan dan peralatan konstruksi, rekrutmen, Pendidikan dan pelatihan. Strategi jangka panjang ini harus memperhatikan seluruh aspek yang mendukung pembangunan konstruksi secara komprehensif dan terpadu, membangun sinergi antar sektor dan menyelaraskan berbagai peraturan dan proses bisnis yang akan mempengaruhi tingkat kemudahan. usaha dalam industri konstruksi dan derajat pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan dan keberlanjutan konstruksi.

Gambar 7.1  Pilar Pembangunan Indonesia 2045  (sumber: Bappenas, 2019)
Gambar 7.1 Pilar Pembangunan Indonesia 2045 (sumber: Bappenas, 2019)

TANTANGAN DALAM PENCAPAIAN VISI KONSTRUKSI INDONESIA 2045 2045

Kajian Ofori (2000) 20 tahun lalu, namun masih relevan dengan kondisi Indonesia, menyatakan bahwa tantangan utama pembangunan/pengembangan industri konstruksi di negara berkembang adalah globalisasi, lingkungan, budaya dan penerapan teknik/teknologi baru. . Hasil survei dari Chief Architect Software (www.chiefarchitect.com) menunjukkan lima tantangan terbesar dalam industri konstruksi untuk tahun 2020, yaitu pertama dan kedua menemukan personel yang berkualitas dan berkualitas. Dari sisi ancaman bencana, industri konstruksi nasional dan global khususnya saat ini menghadapi tantangan baru yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, yaitu kondisi pandemi akibat virus Covid-19.

Definisi tata kelola UNESCAP lebih mudah dikaitkan dengan penerapannya dalam pengembangan industri konstruksi. Pembangunan partisipatif sektor konstruksi melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan sektor konstruksi melalui pengembangan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang mendorong proses konsultasi publik terbuka. Gunanya memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal dalam pembangunan industri konstruksi nasional, melalui proses membangun konsensus (consensus building).

Proses ini sendiri memerlukan kepemimpinan yang baik sesuai dengan nilai-nilai budaya (culture) yang berkembang di Indonesia, khususnya budaya dalam industri konstruksi kita atau sering disebut dengan budaya konstruksi. Produktivitas dan profitabilitas selalu menjadi salah satu tantangan terbesar bagi industri konstruksi di berbagai belahan dunia. Mc Kinsey Global Institute (MGI, 2017) melaporkan bahwa secara global, produktivitas tenaga kerja di bidang konstruksi tertinggal dibandingkan produktivitas di sektor manufaktur dan sektor ekonomi lainnya.

Gambar 7.2  Megatren Dunia  (sumber: Bappenas, 2019)
Gambar 7.2 Megatren Dunia (sumber: Bappenas, 2019)

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PENGUASAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRIALISASI KONSTRUKSI

Namun setelah hampir dua puluh tahun berlalu, adopsi dan pengembangan teknologi konstruksi di Indonesia dinilai masih rendah. Parahnya, adopsi hasil penelitian dan pengembangan konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat masih sangat terbatas (Panggabean, 2017). Pelaku konstruksi di Indonesia tidak lagi harus bergantung pada teknologi impor yang dikemas dalam paket bantuan teknis dan pembiayaan proyek infrastruktur dan konstruksi, namun dapat memilih dan/atau mengusulkan teknologi alternatif yang lebih sesuai dengan pekerjaan dan usahanya.

Internet juga memungkinkan calon pengguna teknologi konstruksi untuk lebih mempersiapkan diri sebelum benar-benar memilih dan menerapkan teknologi impor, sehingga mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pemasok teknologi. Di tingkat global, berbagai tinjauan dan pendapat telah dilakukan mengenai masa depan teknologi konstruksi dan dampaknya terhadap industri konstruksi, termasuk oleh Blanco dkk (2017), WEF–Boston Consulting Group (2018), Deloitte (2019) dan Pemilik Bisnis Konstruksi (2020). Sebagaimana disebutkan pada Bab 5, setidaknya ada tiga hal penting yang telah dan akan berperan dalam pemanfaatan teknologi konstruksi di masa depan, yaitu mekanisasi, teknologi informasi, dan teknologi proses produksi.

Meskipun sifat unik dari proses produksi in-situ masih terjadi pada sebagian besar proyek konstruksi, namun proses konstruksi dengan skema produksi prefabrikasi akan menjadi hal yang lumrah. Pengelolaan proyek konstruksi akan menjadi lebih terintegrasi, akurat dan tepat waktu dengan memanfaatkan teknologi digital seperti IoT, BIM, VR/AR dan lainnya. Inisiatif pemerintah yang mewajibkan penggunaan teknologi BIM pada proyek-proyek dengan nilai tertentu merupakan langkah strategis menuju pemanfaatan teknologi BIM sebagai platform konstruksi di Indonesia.

Gambar 7.6  Berbagai Teknologi Konstruksi di Masa Depan
Gambar 7.6 Berbagai Teknologi Konstruksi di Masa Depan

KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, KEBERLANJUTAN KEBERLANJUTAN

Kondisi eksternal tersebut meliputi kebutuhan pasar, persaingan, kondisi perekonomian dan bisnis, suasana peraturan, serta ketentuan sosial dan lingkungan yang berlaku pada industri konstruksi. Selain itu, berbagai kejadian kecelakaan konstruksi yang terjadi berulang kali juga menunjukkan bahwa persoalan keselamatan dalam pekerjaan konstruksi masih menjadi tantangan besar, khususnya dalam membangun budaya keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi bagi seluruh pelaku konstruksi di seluruh lapisan masyarakat. , dan penerapannya. pada berbagai tahap siklus hidup proyek, juga merupakan tantangan besar. Salah satu ancaman kesehatan pada pekerjaan konstruksi yang kini menjadi tantangan besar adalah paparan berbagai virus, seperti HIV, MERS dan SARS, apalagi yang terbaru adalah Covid-19.

Permasalahan keberlanjutan merupakan tantangan lain yang harus diatasi dalam pembangunan sektor konstruksi nasional, sebagaimana diamanatkan oleh UU No. Banyak dari 17 target SDG yang sejalan dengan tujuan pembangunan sektor konstruksi tahun 2045, khususnya target No. dibayarkan pada dampak berbagai kegiatan di industri konstruksi terhadap kelestarian lingkungan, praktik yang ada di industri konstruksi, tantangan yang timbul dari ekosistem industri konstruksi, seperti peraturan, pemangku kepentingan, kondisi ekonomi yang mempengaruhi penerapan pendekatan berkelanjutan dalam konstruksi. bangunan berkelanjutan).

Sikap masa depan industri konstruksi Indonesia yang diharapkan dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan adalah sebagai industri yang memenuhi prinsip keberlanjutan dengan mengurangi limbah dan emisi karbon, ramah lingkungan, hemat energi (terutama energi fosil) dan menggunakan sumber daya alam, penerapan konsep ekonomi sirkular pada sektor konstruksi, seperti terlihat pada Gambar 7.10. Sebagai bagian dari isu keberlanjutan, para pemangku kepentingan harus memperhatikan kondisi Indonesia yang rentan terhadap berbagai ancaman, seperti bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, letusan gunung berapi, banjir dan tanah longsor, angin kencang, wabah penyakit seperti wabah penyakit. dan pandemi, serta bahaya antropogenik seperti kerusuhan dan konflik bersenjata, yang seringkali menyebabkan kerusakan aset infrastruktur dan mengancam kehidupan pelaku konstruksi dan pekerja. Industri konstruksi harus mampu membangun ketahanan terhadap berbagai guncangan bencana dengan menerapkan Business Continuity Management (BCM), serta meningkatkan peran industri konstruksi dalam membangun lingkungan binaan yang lebih aman/tahan bencana dengan meningkatkan kualitas konstruksi. mulai dari perencanaan, perancangan hingga pelaksanaan konstruksi.

Gambar 7.9  Konsep Konstruksi Sirkular  (sumber: ING, 2017)
Gambar 7.9 Konsep Konstruksi Sirkular (sumber: ING, 2017)

Gambar

Gambar 7.1  Pilar Pembangunan Indonesia 2045  (sumber: Bappenas, 2019)
Gambar 7.2  Megatren Dunia  (sumber: Bappenas, 2019)
Gambar 7.3  Karakteristik Tata Kelola yang Baik  (sumber: UNESCAP,2020)
Gambar 7.4  Sebaran Tingkat dan Pertumbuhan Produktivitas Konstruksi  (sumber: Mc Kinsey Global Institute, 2017)
+6

Referensi

Dokumen terkait

PRINSIP TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA.. DAN IMPLEMENTASINYA PADA

dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam menyusun kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif, dan non- diskriminatif;

Hal ini membuktikan bahwa penelitian ini memperluas literatur tata kelola dengan meneliti bahwa karakteristik tata kelola risiko dapat mempengaruhi kinerja bank

Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan SMA menyelenggarakan kompetisi dalam bidang penelitian, yang dijawantahkan dalam kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang berkaitan dengan transparansi proses Nominasi

Dalam usaha untuk mewujudkan prinsip usaha berkelanjutan PT Sarana Global Finance Indonesia pada tahun 2020 fokus pada pengembangan program Tata Kelola Perusahaan

DIII Tata Rias Gambar 2.37Persentase Platform PJJ DIII Tata Busana Dari gambar 2.37, dapat diketahui bahwa persentase terkait platform PJJ yang digunakan untuk prodi DIII Tata Rias

Pemanfaatan sumber daya alam yang sesuai dengan karakteristik daerah yang ditunjukkan gambar adalah ..... daerah industri dan pertanian