• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Yandi Hidayatullah

Academic year: 2023

Membagikan " PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

263

PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN BARITO KUALA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Rosalina Kumalawati¹, Dianita Anjarini2, Elisabeth3 ¹Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP ULM

2Magister Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Email: [email protected]

ABSTRAK

Kebakaran hutan dan lahan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia biasanya selalu terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat ulah manusia. baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian dalam menggunakan api, hal ini didukung oleh kondisi-kondisi tertentu yang membuat rawan terjadinya kebakaran. seperti gejala El Nino, kondisi fisik gambut yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Penyebab kebakaran oleh manusia. Kebakaran lahan gambut lebih berbahaya di bandingkan kebakaran pada lahan kering (tanah mineral). selain kebakaran vegetasi di permukaan.

lapisan gambut juga terbakar dan bertahan lama. sehingga menghasilkan asap tebal akibat terjadi pembakaran tak-sempurna. Studi ini untuk mengetahui Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan, Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukan beberapa faktor terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut, antara lain Kadar Air Gambut, Tingkat Dekomposisi Gambut, Tinggi Muka Air, Air Hujan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat manusia dan alam.

Kata Kunci : Penyebab Kebakaran, Kebakaran, Hutan dan Lahan Gambut PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Perkembangan industri dan pertanian akan terus meningkat sejalan dengan pembangunan diIndonesia. Hal tersebut berdampak meningkatnya kebutuhan akan pembukaanlahanbaru demi menunjang keberlangsungan dibidang industri maupun pertanian. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan menjadi pilihan para petani dan perusahaan karena dianggap mudah dan murah, dampak dari pembukaan lahan dengan membakar hutan dalam skala besar dan dan waktu bersamaan mengakibatkan terjadinya kabut asap.

Kabut asap di Indonesia selalu terjadi pada musim kemarau, yaitu dari bulan agustus hingga oktober atau pada masa peralihan atau transisi (Fachmi Rasyid. 2014).Sering kita jumpai, sebuah kejadian baru disebut bencana apabila telah terjadi korban manusia.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana, dan utilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

(2)

264

Kebakaran hutan merupakan suatu bencana yang sangat merugikan banyak orang, di Indonesia sering kali terjadi kebakaran hutan yang membawa dampak yang buruk bagi masyarakat dan negara. Kebakaran hutan terutama hutan alam tidak hanya merusak vegetasi, tetapi semua unsur ekosistem termasuk kehidupan satwa liar, kondisi tanah, air dan udara. Kerugian lain yang diakibatkan kebakaran hutan ini adalah hilangnya keanekaragaman yang dimiliki suatu daerah.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Kalimantan Selatan termasuk cukup besar karena kondisi eksisting wilayah yang sebagian besar adalah kawasan hutan dan lahan gambut yang mudah terbakar. Kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Kalimantan Selatan selain dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan menimbulkan penyakit infeksi pada saluranpernapasan (ispa) juga dapat menganggu kelancaran transportasi akibat visibility yang jelek terutama transportasi udara. Salah satu kabupaten yang masuk dalam prioritas restorasi gambut dari Badan Restorasi Gambut Indonesia pada tahun 2017 adalah Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Kuala adalah salah satu kabupaten juga di Kalimantan Selatan yang mempunyai gambut tebal dan dalam (WII, 2011; Kumalawati 2017).

Daerah gambut merupakan kawasan dengan kondisi eksisting yang sebagian besar berupa kawasan hutan dan lahangambut yang mudah terbakar, hal tersebut jika tidak diimbangi dengan meningkatkan kewaspadaan dengan mengenali kerentanan dalam menghadapi bencana kebakaran dikhawatirkan dampak dan kerugian menjadi lebih besar.

Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu faktor alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami antara lain oleh pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan sehingga tanaman menjadi kering. Tanaman kering merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang berasal dari batubara yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan (surface fire). Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan pendekatan survei pada setiap penggunaan lahan dan merupakan penelitian kuantitatif. Seluruh gambaran analisis data yang ditemukan di lapangan akan dirangkai menjadi sebuah strategi pengurangan risiko bencana kebakaran dengan di dukung oleh data yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses pembakaran (combustion) merupakan kebalikan dari reaksi fotosintesis, dimana kebakaran hanya akan terjadi apabila unsur bahan bakar, oksigen dan panas sebagai unsur-unsur segitiga api bersatu. Berdasarkan tipe bahan bakar dan sifat pembakarannya, kebakaran hutan dan lahan di daerah gambut dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Kebakaran bawah (ground fire) merupakan tipe kebakaran dimana api membakar bahan organik di bawah permukaan;

(3)

265

2. Kebakaran permukaan (surface fire) yaitu tipe kebakaran dimana api membakar bahan bakar permukaan yang berupa serasah, semak belukar, anakan, pancang, dan limbah pembalakan;

3. Kebakaran Tajuk (crown fire) merupakan tipe kebakaran yang membakar tajuk pohon (bagian atas pohon).

Kebakaran di lahan gambut biasanya diawali dengan penyulutan api di atas permukaan tanah. Api akan bergerak ke segala arah, bawah permukaan, atas permukaan, kiri, kanan, depan dan belakang. Penjalaran api ke bawah permukaan yang membakar lapisan gambut dipengaruhi oleh kadar air lapisan gambut dan tidak dipengaruhi angin sebagai kebakaran bawah (ground fire). Api akan bergerak ke atas permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin sebagai kebakaran permukaan (surface fire) dan bila mencapai tajuk pohon akan menjadi kebakaran tajuk (crown fire). Bagian pohon/ranting/semak yang terbakar dapat diterbangkan angin dan jatuh ke tempat baru sehingga menyebabkan kebakaran baru sebagai api loncat (spot fire/spotting) (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Karakteristik Kebakaran di Gambut

Kebakaran gambut didominasi oleh proses smoldering yang menghasilkan emisi partikel tinggi dan karbon monoksida. Pada waktu bahan bakar hutan terbakar, karbon dilepaskan dalam bentuk karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon, bahan-bahan partikel dan zat lain dengan jumlah yang menurun (Ward, 1990). CO2 merupakan emisi terbesar yang dilepaskan ke atmosfir sebagai hasil dari pembakaran. Bersama dengan uap air CO2 mencapai 90 % dari emisi atmosfir dari kebakaran. CO umumnya dihasilkan melalui pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar lembab (basah) dan termasuk polutan udara. Methane (CH4) adalah gas rumah kaca ketiga terbesar berlimpah yang

(4)

266

didistribusikan terhadap pemanasan global. Kira – kira sebanyak 10 % methane dilepaskan ke atmosfir setiap tahun datang dari pemanasan global (Andreae, 1991 dalam Nurhayati dkk, 2010).

Standar Nasional Indonesia (SNI), kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahayaa, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain. Karakteristik kebakaran di lahan gambut berbeda-beda (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik Kebakaran di Lahan Gambut No. Karakteristik Kebakaran

di Lahan Gambut Jawab Jumlah Responden Persentase (%)

1. Kebakaran Bawah Ya 200 100

Tidak 0 0

2. Kebakaran Permukaan Ya 200 100

Tidak 0 0

3. Kebakaran Tajuk Ya 200 100

Tidak 0 0

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018

Gambar 2. Karakteristik Kebakaran

Tabel 1 menunjukan jawaban dari 200 responden mengenai karakteristik kebakaran di lahan gambut. Seluruh responden menjawab ya terhadap kebakaran bawah, permukaan, dan tajuk. Karakteristik kebakaran di lahan gambut ada kebakaran bawah, kebakaran permukaan dan kebakaran tajuk. Faktor yang mempengaruhi kebakaran gambut dapat dilihat pada Tabel 2.

0 %

20 % 40 % 60 % 80 % 100 %

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Kebakaran Bawah Kebakaran Permukaan

Kebakaran Tajuk

(5)

267

Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Gambut

No. Faktor yang mempengaruhi

Kebakaran Gambut Jawab Jumlah

Responden

Persentase (%)

1. Kadar Air Gambut Ya 150 75

Tidak 50 25

2. Tingkat Dekomposisi Gambut Ya 100 50

Tidak 100 50

3. Tinggi Muka Air Ya 100 50

Tidak 100 50

4. Air Hujan Ya 150 75

Tidak 50 25

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018

Gambar 3. Faktor Yang Mempengaruhi Kebakaran

Tabel 2 memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kebakaran menurut 200 responden. Faktor kadar air gambut dan air hujan dijawab ya oleh 75%

responden, sedangkan faktor tinggi dekomposisi gambut dan tinggi muka air memiliki persentase 50:50 untuk jawaban ya atau tidak dari seluruh responden, oleh karena itu kurangnya air hujan membuat lahan gambut kekurangan kadar air yang membuat lahan menjadi kering mudah terbakar.

Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari suatu proses kebakaran akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana pembakaran tersebut dilakukan, baik kondisi bahan bakar maupun cuaca. Emisi gas dari suatu kebakaran tergantung pada ekosistem seperti potensi bahan bakar, kadar air bahan bakar, keadaan alam, perilaku api dan karakteristik kebakaran yang terjadi (Levine dkk,1995 dalam Nurhayati dkk, 2010).

Penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat menimbulkan hotspot dibagi menjadi 2 bagian yaitu alami dan buatan (manusia). Penyebab alami dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari penyimpangan iklim seperti El Nino maupun osilasi atmosfer di atas Samudera Hindia yang menyebabkan kondisi cuaca yang ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Iklim 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Kadar Air Gambut

Tingkat Dekomposisi

Gambut

Tinggi Muka Air

Air Hujan

(6)

268

yang ekstrem disini seperti terjadinya musim kemarau dalam waktu yang sangat panjang sehingga cuaca menjadi sangat panas (SSFMP, 2004). Penyebab buatan kebanyakan dilakukan oleh masyarakat dan pengelola HTI untuk pembukaan lahan (WARSI, 2003).

Selain itu juga karena adanya illegal logging, degredasi lahan, pembukaan lahan untuk pemukiman dan pertanian serta perkebunan oleh masyarakat setempat dengan jalan membakar hutan (FFPMP, 2000 dan Syaipul Bakhori, 2004).

Faktor sosial budaya masyarakat mempunyai andil yang paling besar terhadap adanya kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan antara lain :

1. Penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan

Masyarakat di sekitar kawasan hutan seringkali menggunakan api untuk persiapan lahan, baik untuk membuat lahan pertanian maupun perkebunan seperti kopi dan coklat. Perbedaan biaya produksi yang tinggi menjadi satu faktor pendorong penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan. Metode penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi waktu dan hasil yang dicapai cukup memuaskan.

2. Adanya kekecewaan terhadap sistem pengelolaan hutan

Berbagai konflik sosial sering kali muncul di tengah-tengah masyarakat sekitar kawasan hutan. Konflik yang dialami terutama masalah konflik atas system pengelolaan hutan yang tidak memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat.

Adanya rasa tidak puas sebagian masyarakat atas pengelolaan hutan bisa memicu masyarakat untuk bertindak anarkis tanpa memperhitungkan kaidah konservasi maupun hukum yang ada. Terbatasnya pendidikan masyarakat dan minimnya pengetahuan masyarakat akan fungsi dan manfaat hutan sangat berpengaruh terhadap tindakan mereka dalam mengelola hutan yang cenderung desdruktif.

3. Pembalakan liar atau illegal logging.

Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging lebih banyak menghasilkan lahan- lahan kritis dengan tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi. Seringkali, api yang tidak terkendali secara mudah merambat ke areal hutan-hutan kritis tersebut.

Kegiatan pembalakan liar atau illegal logging seringkali meninggalkan bahan bakar (daun, cabang, dan ranting) yang semakin lama semakin bertambah dan menumpuk dalam kawasan hutan yang dalam musim kemarau akan mengering dan sangat bepotensi sebagai penyebab kebakaran hutan.

4. Kebutuhan akan Hijauan Makanan Ternak (HMT)

Kehidupan masyarakat sekitar kawasan hutan tidak lepas dari ternak dan penggembalaan. Ternak (terutama sapi) menjadi salah satu bentuk usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kebutuhan akan HMT dan areal penggembalaan merupakan salah satu hal yang harus dipenuhi. Untuk mendapatkan rumput dengan kualitas yang bagus dan mempunyai tingkat palatabilitas yang tinggi biasanya masyarakat membakar kawasan padang rumput yang sudah tidak produktif.

Setelah areal padang rumput terbakar akan tumbuh rumput baru yang kualitasnya lebih bagus dan kandungan gizinya tinggi.

(7)

269 5. Perambahan hutan

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya sebagai agen penyebab kebakaran hutan adalah migrasi penduduk dalam kawasan hutan (perambah hutan). Disadari atau tidak bahwa semakin lama, kebutuhan hidup masyarakat akan semakin meningkat seiring semakin bertambahnya jumlah keluarga dan semakin kompleknya kebutuhan hidup. Hal tersebut menuntut penduduk untuk menambah luasan lahan garapan mereka agar hasil pertanian mereka dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

6. Sebab lain

Sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran adalah faktor kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api. Biasanya bentuk kegiatanyang menjadi penyebab adalah ketidaksengajaan dari pelaku. Misalnya masyarakat mempunyai interaksi yang tinggi dengan hutan. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah kebiasaan penduduk mengambil rotan yang biasanya sambil bekerja mereka menyalakan rokok. Dengan tidak sadar mereka membuang puntung rokok dalam kawasan hutan yang mempunyai potensi bahan bakar melimpah sehingga memungkinkan terjadi kebakaran.

Penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut juga disebabkan oleh faktor manusia dan faktor alam yaitu:

1. Faktor Manusia

Kebakaan adalah api yang tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia, tetapi ada pula kebakaran akibat ulah manusia baik disengaja ataupun tidak di sengaja (Ramli, 2010). Penyebab kebakaran pada penggunaan lahan yaitu Pengolahan/Pembersihan lahan dengan cara membakar Masih terdapatnya sekelompok masyarakat yang mengolah/membersihkan lahan dengan cara membakar. Hal ini dilakukan karena adanya masalah biaya yang dialami oleh masyarakat tersebut, yaitu biaya untuk melakukan pembakaran lebih murah dibandingkan dengan biaya untuk membeli pupuk (Irwandi, 2016).

Proses kebakaran hutan dan lahan yaitu api digunakan dalam pembukaan dan/atau penyiapan lahan perladangan oleh masyarakat. Penggunaan api dalam rangka penyiapan lahan perladangan sudah dilakukan sejak lama dan turun temurun oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan penggunaan api merupakan cara yang lebih murah, mudah, dan efektif (Aryadi, 2017). Metode penggunaan api dalam kegiatan persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan efektif dari segi waktu dan hasil yang dicapai cukup memuaskan (Rasyid, 2014).

Penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat kegiatan manusia dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

270

Tabel 3. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Akibat Kegiatan Manusia No. Penyebab Kebakaran Hutan dan

Lahan Akibat Kegiatan Manusia Jawab Jumlah

Responden Persentase

1. Kebiasaan dan Perilaku Ya 190 95

Tidak 10 5

2. Pembukaan Lahan untuk permukiman

Ya 50 25

Tidak 150 75

3. Pembukaan Lahan untuk pertanian Ya 195 97.5

Tidak 5 2.5

4. Pembukaan Lahan untuk perkebunan Ya 55 27.5

Tidak 145 72.5

5. Pembukaan Lahan untuk HTI Ya 5 2.5

Tidak 195 97.5

6. Pembukaan Lahan untuk Pertanian lahan kering

Ya 150 75

Tidak 50 25

7. Konflik lahan antara pemerintah Ya 10 5

Tidak 190 95

8. Konflik lahan antara perusahaan Ya 20 10

Tidak 180 90

9. Konflik lahan antara masyarakat Ya 10 5

Tidak 190 95

10. konflik hukum adat dengan hukum negara

Ya 5 2.5

Tidak 195 97.5

11. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang menimbulkan api (pencarian kayu bakar)

Ya 110 55

Tidak 90 45

12. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang menimbulkan api (membakar sampah)

Ya 190 95

Tidak 10 5

13. Penduduk lokal melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan

Ya 20 10

Tidak 180 90

14. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan

Ya 140 70

Tidak 60 30

15. Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan

Ya 60 30

Tidak 140 70

16. Kemiskinan dan ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan

Ya 0 0

Tidak 200 100

17. Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan masih rendah

Ya 170 85

Tidak 30 15

18. Kemampuan aparatur pemerintah untuk koordinasi masih rendah

Ya 170 85

Tidak 30 15

(9)

271 No. Penyebab Kebakaran Hutan dan

Lahan Akibat Kegiatan Manusia Jawab Jumlah

Responden Persentase 19. Kemampuan aparatur pemerintah

dalam memberikan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat supaya tidak membakar hutan dan lahan masih rendah

Ya 195 97.5

Tidak 5 2.5

20. Kemampuan aparatur pemerintah dalam melakukan upaya pemadaman kebakaran semak belukar, lahan dan hutan masih rendah

Ya 120 60

Tidak 80 40

21. Upaya pendidikan baik formal

maupun informal untuk

penanggulangan kebakaran hutan dan lahan belum memadai

Ya 55 27.5

Tidak 145 72.5

22. Belum efektifnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor kemiskinan

Ya 50 25

Tidak 150 75

23. Belum efektifnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor ketidak adilan,

Ya 95 47.5

Tidak 105 52.5

24. Belum efektifnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor rendahnya kesadaran masyarakat,

Ya 180 90

Tidak 20 10

25. Belum efektifnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor terbatasnya kemampuan aparat,

Ya 175 87.5

Tidak 25 12.5

26. Belum efektifnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh faktor minimnya fasilitas untuk penanggulangan kebakaran

Ya 190 95

Tidak 10 5

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2018

(10)

272

Gambar 4. Penyebab Kebakaran Akibat Aktivitas Manusia

Tabel 3 menunjukan penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat aktivitas manusia. Faktor-faktor yang paling dominan seperti kebiasaa, pembukaan lahan pertanian, faktor ketidaksengajaan seperti membakar sampah, masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan, kurangnya kemampuan aparatur pemerintah dalam hal koordinasi maupun penyuluhan tentang bahaya kebakaran hutan, serta belum efektifnya penanggulangan kebakaran akibat masih minimnya fasilitas.

0

20 40 60 80 100

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

21 22 23 24 25 26

Lanjutan Gambar 4

0

20 40 60 80 100

Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid ak

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Lanjutan Gambar 4

0

20 40 60 80 100

Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid ak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(11)

273 2. Faktor Alam

Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia di sebabkan tiga faktor utama yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan budaya masyarakat. Kondsi bahan bakar yang rawan terhadap bahaya kebakaran adalah jumlahnya yang melimpah di lantai hutan, kadar airnya relative rendah (kering), serta ketersediaan bahan bakar yang berkesinambungan (Rasyid, 2014).

Faktor iklim berupa suhu, kelembaban, angin dan curah hujan turut menentukan kerawanan kebakaran. Suhu yang tinggi akibat penyinaran matahari langsung menyebabkan bahan bakar mengering dan mudah terbakar, angin juga turut mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar serta kecepatan menjalarnya api sedangkan curah hujan mempengaruhi besar kecilnya kadar air yang terkandung dalam bahan bakar.

Kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut tertinggi terjadi pada musim kemarau dimana curah hujan sangat rendah dan intensitas panas matahari tinggi. Kondisi ini pada umumnya terjadi antara bulan Juni hingga Oktober dan kadang pula terjadi pada bulan Mei sampai November. Kerawanan kebakaran semakin tinggi jika ditemukan adanya gejala El Nino. Penyebab kebakaran hutan dan lahan karena faktor alam di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan Akibat Faktor Alam No. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan

Akibat Faktor Alam Jawab Jumlah

Responden Persentase

1. Musim Kemarau Ya 175 87.5

Tidak 25 12.5

2. Lahan Gambut Ya 190 95

Tidak 10 5

3. Suhu musim kemarau yang sangat panas

Ya 180 90

Tidak 20 10

4. Sambaran petir Ya 30 15

Tidak 170 85

5. Kebakaran di bawah tanah di lahan gambut menyulut kebakaran di bagian atas

Ya 175 87.5

Tidak 25 12.5

6. Daerah alang-alang Ya 180 90

Tidak 20 10

7. Daerah semak belukar Ya 185 92.5

Tidak 15 7.5

8. Daerah hutan Ya 85 42.5

Tidak 115 57.5

Sumber : Pengolahan Data Primer, 2018

(12)

274

Gambar 5. Penyebab Kebakaran Akibat Alam

Tabel 4 menunjukan penyebab kebakaran hutan dan lahan akibat faktor alam.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kuat terjadinya kebakaran menurut responden adalah musim kemarau (87,5 %), lahan gambut (95 %), musim kemarau yang panas (90 %), sambaran petir (15 %), kebakaran di bawah tanah lahan gambut (87,5 %), daerah alang-alang (90 %) dan daerah semak belukar (92,5 %), sementara hutan (42,5 %) juga menjadi penyebab kebakaran tetapi tidak terlalu dominan menurut responden.

KESIMPULAN

1. Penyebab terjadinya hotspot menurut seluruh responden yang terdiri dari 200 orang terjadi akibat adanya kebakaran bagian bawah, permukaan, dan tajuk pada lahan gambut.

2. Faktor yang mempengaruhi kebakaran adalah faktor kadar air gambut dan air hujan oleh karena itu kurangnya air hujan membuat lahan gambut kekurangan kadar air yang membuat lahan menjadi kering mudah terbakar. Faktor lain adalah akibat aktivitas manusia dan alam.

REFERENSI

Aryadi Mahrus, Dkk. 2017. Kecenderungan Kebakaran Hutan Dan Lahan Dan Alternatif Pengendalian Berbasis Kemitraan Di Pt. Inhutani II Kotabaru. Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 3 Hal 222 – 235. ISSN 2337-7771.

Cahyono Andy S., Dkk. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan di Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. Jurnal Sylva Lestari Vol. 3 No. 1. ISSN 2339-0913.

Hadiprasetya, Y. (2009). Identifikasi Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Upaya Penanggulangannya di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Skripsi Izhmy.S, M. (2016). Penanggulangan Kebakaran Hutan di Indonesia dalam Perspektif

Human Security. Skripsi.

0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid

ak Ya Tid ak

1 2 3 4 5 6 7 8

(13)

275

Kumalawati Rosalina., Dkk. (2017). Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Cintapuri Darussalam Kabupaten Banjar. Jpg (Jurnal Pendidikan Geografi) E-Issn : 2356-5225 , 23-31.

Kumalawati, R., & dkk. (2016). Strategi Penanganan Hotspot pada setiap Penggunaan Lahan Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Laporan Penelitian.

Loren Aditiea dkk. 2015. Analisis Faktor Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan serta Upaya Pencegahan yang Dilakukan Masyarakat di Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. ISSN 1978-8096

Nurhayati Dwi Ati., Dkk (2010). Kandungan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Kebakaran Hutan Rawa Gambut Di Pelalawan Riau. Jurnal Ilmu Pertanian IndonesiaVol. 15 No.2, hlm. 78-82 ISSN 0853 – 4217

Pamungkas, R. N., (2013). Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.

Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) Issn: 2337-3539.

Pemanfaatan Penginderaan Jauh Deputi Bidang Penginderaan Jauh – LAPAN Jurnal Konstruksi STT-Garut, 1(13): 3. Garut: STT Garut. Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN Vol.01 ISBN: 978-602-96352-2-5

Saharjo H. Bambang dan Wibisana Guntala. 2017. Persepsi Masyarakat Dalam Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan Di Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 08 No. 2 Hal: 141-146. ISSN: 2086-8227.

Setiawan, A. (2018). Kebijakan Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tacconi Luca. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia:Penyebab, biaya dan Implikasi

Kebijakan. CIFOR Occasional Paper No. 38 (i). ISSN: 0854-9818.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara, jenis penutupan/penggunaan lahan yang selalu berada pada tingkat kerentanan tinggi sampai sangat tinggi adalah belukar rawa, belukar, dan perkebunan,

Penelitian ini bertujuan untuk 1) membangun model spasial kerawanan dan memetakan sebaran resiko kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat dan 2)

Dari hasil analisis data tingkat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan fisik untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan gambut di Hutan Lindung Gambut (HLG)

Stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh satuan endapan Kuareter/aluvium, berumur Holosen (Gambar 2) yang sebagian terisi endapan gambut.. Dari hasil pengamatan secara

Penelitian ini bertujuan untuk 1) membangun model spasial kerawanan dan memetakan sebaran resiko kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat dan 2)

Berbagai upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Katingan yaitu salah satunya mengefektifkan perangkat hukum

Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Mempawah sering terjadi di setiap musim kemarau. Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan pemerintah.

Masyarakat petani Desa Alimukim melakukan teknik pengunaan api atau membakar pada saat pengolahan lahan, adaya teknik penggunaan api atau membakar petani Desa Alimukim lebih