PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai sebagai saluran banjir harus diperhatikan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar aliran sungai. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di beberapa daerah khususnya di Indonesia, dimana Indonesia mempunyai iklim tropis dan mempunyai curah hujan yang tinggi pada musim hujan dan hal inilah yang memungkinkan terjadinya banjir dan luapan air di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir pada aliran sungai di sekitar sungai biasanya terjadi karena bentangan sungai tidak mampu menampungnya sehingga air sungai meluap dan menggenangi wilayah sekitarnya (Agung Tejo Kusuma dkk).
Upaya yang dapat dilakukan akibat banjir sungai dapat dilakukan melalui perencanaan pengendalian banjir yang tepat. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menganalisa dampak banjir bandang, salah satunya adalah analisa dengan menggunakan software HEC RAS 6.0 (Hydrolic Engenier Center River Analytic System). Pada software ini kita dapat mengetahui status situasi banjir di suatu wilayah sungai. Kunci penting dalam menganalisis genangan banjir menggunakan HEC RAS (Hydrolic Engenier Center River Analytic System) adalah peta topografi yang dalam bentuk tiga dimensi disebut Digital Elevation Model (DEM), yaitu peta yang menunjukkan relief yang mewakili permukaan bumi. permukaan. Pada peta DEM juga dapat menunjukkan geometri penampang sungai dan wilayah sekitar sungai.
Berdasarkan uraian tersebut maka pada penelitian ini akan membahas mengenai “Analisis Banjir Menggunakan HEC RAS 6.0” dengan studi kasus di Kecamatan Pattene Sungai Pappa Kabupaten Takalar.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Batasan Masalah
Sistematika Penulisan
KAJIAN PUSTAKA
- Daerah Aliran Sungai (DAS)
- Sungai
- Banjir
- Banjir Air
- Banjir (Cileuncang)
- Banjir Rob (Laut Pasang)
- Banjir Bandang
- Banjir Lahar
- Banjir Lumpur
- Hidrologi
- Hujan Rerata
- Distribusi Curah Hujan
- Intensitas Curah Hujan
- Koefisien Limpasan
- Debit Banjir Rencana
- Hidrolika
- HEC-RAS
Melalui sungai, jalur air hujan yang jatuh ke daratan biasanya dialirkan ke laut atau tempat penampungan air besar seperti danau. Penyebab banjir ini adalah kondisi air yang mengalir di beberapa tempat, seperti sungai, danau, dan selokan. Namun banjir Cileuncang terjadi akibat hujan deras dengan debit/aliran air yang sangat besar, sehingga air hujan dalam jumlah besar tersebut tidak mampu mengalir melalui saluran-saluran air (drainase), sehingga air meluap dan menggenangi daratan.
Air permukaan merupakan air yang bergerak di atas permukaan bumi yang banyak kita jumpai di perkotaan. Analisis frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran (distribution) yang mempunyai parameter statistik sebagai berikut: . a) Curah hujan rata-rata (𝑋̅). Menurut Asdak (2004), merupakan angka yang menunjukkan hubungan antara aliran permukaan dengan curah hujan yang menyebabkannya, ada banyak metode yang bisa digunakan.
Sistem ini dapat mensimulasikan aliran di seluruh jaringan saluran atau dalam satu saluran tanpa percabangan, terlepas dari apakah itu aliran kritis, subkritis, atau campuran untuk mencapai profil permukaan air yang diinginkan.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Jenis Penelitian Dan Sumber Data
- Jenis Penelitian
- Sumber Data
Variabel Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur Penelitian
- Analisis Hidrologi
- Analisis Penampang Sungai menggunakan HEC-RAS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Hidrologi
- Penentuan Daerah Aliran Sungai
- Perhitungan Curah Hujan Rerata menggunakan Metode Polygon Thiessen
- Perhitungan Dispersi
- Perhitungan Curah Hujan Rencana menggunakan Log Pearson Type III . 45
- Perhitungan Debit Banjir Rencana menggunakan HSS Nakayasu
Pada peta DAS ini kami menggunakan beberapa stasiun curah hujan yang ada di DAS Pappa yaitu stasiun hujan Malolo, stasiun hujan Pappa, stasiun hujan Pamukkulu, stasiun hujan Jene'marung. Dengan menggunakan data di atas, kita dapat menghitung rata-rata curah hujan menggunakan metode poligon Thissen menggunakan rumus yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Berdasarkan hasil uji parameter statistik pada tabel di atas, metode distribusi Log Perason tipe III digunakan untuk menghitung proyeksi curah hujan.
Perhitungan curah hujan terjadwal menggunakan log Pearson tipe III Curah hujan terjadwal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (6) pada BAB II. Nilai Cs yang akan digunakan pada metode Log Pearson Tipe III dapat dilihat pada tabel distribusi Log Pearson III untuk koefisien varians. Setelah kita mendapatkan semua data yang diperlukan untuk menghitung curah hujan yang direncanakan dengan metode Log Pearson Type III, kita memasukkan rumus Log Pearson Type III dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
Perhitungan Debit Banjir Rencana Menggunakan HSS Nakayasu Data yang Diketahui: Data yang Diketahui. Dari data diatas kita dapat menghitung parameter yang digunakan pada metode Nakayasu dan memperoleh hasil sebagai berikut. Dari Gambar 20 terlihat grafik hubungan antara Q dan t terus meningkat seiring berjalannya waktu hingga mencapai puncak dengan debit 8,62 m³/detik. pada jam 5,34, kemudian grafiknya perlahan menurun seiring berjalannya waktu.
Dari grafik di atas terlihat grafik hubungan Q dengan t semakin meningkat seiring berjalannya waktu hingga mencapai puncaknya pada 5,34 jam dan untuk kala ulang 2 tahun arus maksimumnya adalah 565,20 m³/s, untuk kala ulang 5 tahun debit puncak 660,45 m³/s, kala ulang 10 tahun debit puncak 768,11 m³/s, kala ulang 25 tahun debit puncak 947,00 m³/s, debit puncak 50 tahun debit sebesar 965,50 m³/s, untuk kala ulang 100 tahun debit puncak sebesar 1038,34 m³/s, untuk kala ulang 100 tahun debit puncak sebesar 1106,73 m³/s.
Hasil Penampang dan Profil Muka Air Sungai UnSteady Flow menggunakan
2 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun 25 tahun 50 tahun 100 tahun 200 tahun 0 penuh sesak terlalu padat terlalu padat 1 terlalu padat terlalu padat terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak. ing 6 penuh sesak, terlalu padat, terlalu padat, 7 terlalu padat, terlalu padat, terlalu padat, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, 9 terlalu penuh, 11 terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, 12, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, 13, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh. OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER OVER cairan meluap 32 meluap meluap meluap 33 meluap meluap meluap meluap 34 meluap meluap meluap meluap meluap meluap 35 meluap meluap. Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Meluap Diulangi 36 penuh sesak, terlalu padat, terlalu padat, 37 terlalu padat, terlalu padat, terlalu padat, 38 terlalu padat, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh, terlalu penuh. ing ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai. penuh sesak terlalu padat 49 terlalu penuh sesak terlalu padat terlalu padat 50 terlalu penuh sesak terlalu padat terlalu padat 51 terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu padat 52 terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak 53 penuh sesak 55 ing 58 terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu penuh sesak terlalu padat penuh penuh sesak 63 penuh sesak penuh sesak penuh sesak 6 4 ramai ramai ramai ramai ramai 65 Ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai ramai. 74 Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat 75 Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat 76 Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat 77 Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat 78 Terlalu padat Terlalu padat Terlalu padat .
LEBIH BANYAK AP LEBIH BANYAK UNION UNION.
Analisis Daerah Genangan Banjir Sungai Pappa
Banjir mengakibatkan periode ulang 10 tahun. Dari Gambar 31 di atas terlihat luas wilayah banjir 1 adalah 1.122 𝑘𝑚2 dan wilayah banjir 2 adalah 1.103 𝑘𝑚2, sehingga total luas kala ulang 10 tahun adalah 2.225 𝑘𝑚2. Banjir mengakibatkan periode ulang 25 tahun. Dari Gambar 32 diatas terlihat luas zona banjir 1 sebesar 1.137 𝑘𝑚2 dan zona banjir 2 sebesar 1.131 𝑘𝑚2 sehingga total luas kala ulang 25 tahun adalah 2.268 𝑘𝑚2. Banjir mengakibatkan periode ulang 50 tahun. Dari Gambar 33 diatas terlihat luas daerah banjir 1 adalah 1.148 𝑘𝑚2 dan daerah banjir 2 adalah 1.122 𝑘𝑚2, sehingga total luas kala ulang 50 tahun adalah 2.273 𝑘𝑚2.
Hasil banjir kala ulang 100 tahun, pada gambar 34 diatas terlihat luas banjir 1 sebanyak 1.151 𝑘𝑚2 dan luas banjir 2 sebanyak 1.137 𝑘𝑚2 sehingga total luas kala ulang 100 tahun adalah 2.288 𝑚2. Anto, Wiji & Noor Salim & Adhitya S, M, 2019. Analisis dan Evakuasi Kapasitas Penampang Sungai Jatiroto Menggunakan Program HEC-RAS 4.1 Jawa Timur: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember. Simulasi profil tinggi muka air dan potensi banjir ekstrim Sungai Musi menggunakan HEC-RAS dan GIS.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Sriwijaya Palembang, ISBN Irwan tedi & Zainul faizen Haza&Lilik H,W, 2017.Analisis genangan. Studi Banding Pemodelan 1-D dan 2-D dalam Pemodelan Banjir di Hulu Sungai Citarum Medan: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Vol.3 No 2 Desember 2017. Penerapan Hec - Program Ras 5.0.3 Kajian Penanggulangan Banjir, Aceh Besar: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Abulyatama Vol 4 No 2 Desember 2018.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran