• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.Bagaimana Pembelajaran Model PjBL Diterapkan di SMK

N/A
N/A
Feri Julianzah

Academic year: 2025

Membagikan "4.Bagaimana Pembelajaran Model PjBL Diterapkan di SMK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Eksplorasi Konsep: Bagaimana Pembelajaran Model PjBL Diterapkan di SMK?

1. Prinsip Pembelajaran Model Project Based Learning (PjBL)

Pada topik ini, kita kan membahas model pembelajaran PjBL. Amati video tentang model PjBL ini. Catat informasi apa yang ingin Anda peroleh dari menonton video berikut.

Tautan Video 1.2 Konsep PjBL: https://youtu.be/KYoCNpEDltQ

Model PjBL atau pembelajaran berbasis proyek dikembangkan dalam konteks Teaching Factory yang bertujuan mendorong peserta didik lebih kreatif, inovatif dan berkelanjutan.

Gambar 1.1 Hubungan antara PjBL dan Teaching Factory (sumber: https://youtu.be/KYoCNpEDltQ)

Dari video di atas dijelaskan bahwa pembelajaran model PjBL diterapkan pada kegiatan produksi Teaching Factory (Tefa). Dalam pelaksanaan lainnya, PjBL juga diterapkan dalam konteks Kelas Industri (dual system) dan Kelas Kewirausahaan atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW).

Guru sebagai pengendali mutu pembelajaran teori di kelas dan praktik di bengkel atau laboratorium tentu harus memiliki jiwa kreatif dan inovatif untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang relevan di era transformasi

(2)

16 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan

digital dan revolusi Industri 4.0 ini. Guru SMK harus mampu mengikuti perubahan zaman dan teknologi. Untuk itu guru SMK harus memiliki ide kreatif dalam menyelesaikan permasalahan bagaimana softskill dan hardskill peserta didik bisa terbentuk secara perlahan melalui pembelajaran. Menurut Sudira (2020) cara-cara baru dalam mengajar yang lebih inovatif diperlukan untuk memecahkan masalah Pembelajaran Vokasional. Muara skill mengajar pada pembelajaran vokasi era transformasi digital dan revolusi Industri 4,0 tidak lain dan tidak bukan adalah skills to solve vocational learning problems creatively.

“Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman praktis dalam menyelesaikan proyek atau tugas yang terkait dengan kehidupan nyata”

Pembelajaran berbasis proyek menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik diberi kesempatan untuk: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merencanakan, (3) menerapkan, dan (4) mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menjalankan proyek.

Pembelajaran berbasis proyek menghasilkan hasil belajar yang lebih autentik dan bermanfaat bagi peserta didik karena mereka bekerja pada proyek atau tugas yang menantang, menarik, dan relevan dengan kehidupan nyata. Selain itu pembelajaran berbasis proyek dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan abad 21 seperti literasi digital, kreativitas, inovasi, dan berpikir kritis. Secara umum menurut Sudira (2020), sintak/langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) meliputi: (a) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (b) Mendesain perencanaan (Design a Plan for the Project); (c) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (d) Memonitor peserta didik dan kemajuan (Monitor the Students and the Progress of the Project); (e) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (f) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya inovasi pembelajaran di SMK, pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk menghasilkan proyek nyata berupa

(3)

produk atau jasa sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai soft skills, hard skills, dan karakter. Sintak pembelajaran berbasis proyek dituntut menyesuaikan dengan inovasi pembelajaran di SMK yang terus berkembang untuk memberikan bekal hidup (life skill) kepada lulusan siap beradaptasi dengan segala perubahan dan ketidakpastian. Hal ini senada dengan pendapat Sudira (2020) bahwa model-model pembelajaran vokasional masa lalu yang terikat oleh satu model dengan beberapa langkah aturan atau sintak yang ketat akan diabaikan oleh anak-anak millenial di dalam belajar atau menyusun pembelajaran. Model pembelajaran vokasional masa depan cenderung lebih terbuka, bebas dari ikatan satu aturan model sintak tertentu. Untuk itu alur atau sintak pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan di SMK mengikuti atau menyerupai alur kerja yang ada di dunia kerja untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa yang nyata, bukan sekedar simulasi. Pesanan atau order dipandang sebagai masalah (problem) yang harus diselesaikan. Permasalahan-permasalahan dijawab dalam bentuk alur atau sintak yang biasa digunakan di dunia kerja dan ini diadopsi sebagai sintak pembelajaran berbasis proyek di SMK. Penekanan pembelajaran berbasis proyek terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik dalam menghasilkan produk yang menerapkan keterampilan menganalisis, menghitung biaya, merancang, membuat, pengendalian mutu dan menghasilkan produk hasil pembelajaran berdasarkan pekerjaan dan pengalaman nyata. Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan.

Produk barang atau layanan jasa dalam pembelajaran berbasis proyek di SMK dikembangkan sebagai permasalahan atau tantangan yang harus diselesaikan. Produk barang atau layanan dibedakan berdasarkan: (1) order dari konsumen (dunia kerja atau masyarakat), atau (2) usaha kewirausahaan sekolah (guru, peserta didik) atas inisiatif dan kreatifitas sekolah dengan memperhatikan potensi yang ada di sekolah dan lingkungannya. Model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran dan asesmen di SMK akan diterapkan dalam beberapa konteks pembelajaran, seperti Teaching Factory, Kelas Industri, dan Kelas Kewirausahaan (Sekolah Pencetak Wirausaha/SPW).

a. Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Barang

(4)

18 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan

Pembelajaran berbasis proyek di SMK merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proyek nyata berupa pesanan dari internal sekolah seperti produk kreatif sekolah, dari mitra dunia kerja, atau masyarakat.

Proyek yang dibuat berdasarkan produk kreatif guru maupun peserta didik dilakukan apabila belum memungkinkan adanya order atau pesanan dari konsumen, mitra dunia kerja atau masyarakat. Berdasarkan Panduan Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diterbitkan oleh Direktorat SMK tahun 2021, alur pembelajaran berbasis proyek berdasarkan produk pesanan (order) baik dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah (mitra dunia kerja dan masyarakat) digambarkan seperti gambar 1.2 berikut:

Gambar 1.2 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) di SMK dengan Produk Berupa Barang. (Dit SMK, 2021)

Pembelajaran berbasis proyek dengan produk berupa barang yang dibuat berdasarkan order/pesanan, peserta didik dengan bimbingan guru melaksanakan alur pembelajaran sebagai berikut:

1) Menerima pesanan produk. Sekolah dengan melibatkan peserta didik menerima order atau pesanan produk untuk melatih kemampuan komunikasi dengan pelanggan.

2) Analisis produk. Analisis produk bertujuan memastikan material yang digunakan, ukuran, proses pengerjaan, dan ketersediaan sumber daya dengan memperhatikan penguasaan kompetensi peserta didik dan guru.

(5)

3) Merancang produk. Setelah dilakukan analisis, selanjutnya dilakukan persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Merancang produk berupa desain produk, merencanakan bahan dan alat yang digunakan, dan jadwal pengerjaan produk. Merancang produk dilanjutkan dengan membuat rancangan pembelajaran yang dituangkan guru ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau Perangkat Pembelajaran yang berisi di dalamnya lembar kerja (jobsheet).

4) Membuat produk sesuai spesifikasi dan prosedur yang ditentukan. Pada alur membuat produk dilaksanakan pembelajaran di bengkel atau laboratorium yang diampu oleh guru. Produk dikerjakan oleh peserta didik dengan dibimbing dan dipantau guru yang bertindak sebagai supervisor dengan menggunakan lembar kerja (jobsheet).

5) Memeriksa atau uji coba produk (quality control). Produk yang sudah selesai dikerjakan oleh peserta didik, dilakukan uji fungsi atau uji kualitas oleh peserta didik di bawah bimbingan guru sebagai langkah quality control. Pada saat peserta didik melakukan quality control dikaitkan dengan pembelajaran pembelajaran, maka alur pemeriksaan atau ujicoba adalah merupakan pelaksanaan asesmen yang dilakukan oleh guru dan dituangkan ke dalam lembar penilaian yang ada pada jobsheet.

6) Mengemas produk atau finishing project. Kemasan produk dilakukan untuk mengamankan pengiriman produk/pesanan kepada pelanggan.

7) Mengirim produk atau menyerahkan produk kepada pelanggan bisa dilakukan oleh sekolah maupun ekspedisi jasa pengiriman barang.

b. Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Layanan Jasa

Untuk produk berupa layanan jasa, umumnya jenis produk atau layanan jasa sudah ditentukan sebelumnya dan juga sudah terstandar durasi waktu pengerjaan dan harga atau biaya layanan jasa yang ada pada brosur, sehingga tidak lagi dilakukan analisis produk. Sebagai penggantinya dilakukan verifikasi ketersediaan layanan jasa. Gambar 1.3 berikut adalah ilustrasi alur berupa layanan jasa menurut Panduan Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diterbitkan oleh Direktorat SMK.

(6)

20 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan

Gambar 1.3. Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Layanan Jasa. (Dit SMK, 2021)

Alur pembelajaran berbasis proyek dengan produk/berupa layanan jasa dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Menerima konsumen/mitra bisnis yang membutuhkan layanan jasa.

Sekolah menerima pesanan layanan jasa dari konsumen: masyarakat, dunia kerja, internal sekolah (guru dan warga sekolah). Untuk layanan jasa, biasanya biaya atau harga layanan sudah ditetapkan sebelumnya.

2) Verifikasi ketersediaan layanan jasa.

Sekolah melakukan verifikasi pesanan layanan jasa berdasarkan ketersediaan layanan jasa yang dimiliki sekolah. Untuk layanan jasa, biasanya sudah ada jenis-jenis layanan jasa yang dapat dilayani.

3) Menyiapkan layanan jasa berdasarkan permintaan pelanggan.

Menyiapkan personil dan peralatan maupun bahan untuk keperluan layanan jasa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, persiapan layanan jasa ini dituangkan guru ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Jobsheet (lembar kerja).

4) Melayani jasa sesuai permintaan konsumen dan prosedur yang ditentukan.

Layanan jasa dikerjakan oleh peserta didik dengan dibimbing dan dipantau guru. Dalam tahap ini guru bertindak sebagai supervisor.

5) Memastikan layanan jasa sudah sesuai dengan permintaan konsumen.

Layanan jasa yang telah dilaksanakan peserta didik, dipastikan telah memenuhi prosedur yang ditentukan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, pemeriksaan atau ujicoba ini adalah pelaksanaan penilaian yang dapat dituangkan guru ke dalam bentuk Lembar Penilaian.

6) Mengakhiri layanan dan menjalin kemitraan dengan konsumen/mitra bisnis. Pada akhir layanan, biasanya diupayakan agar konsumen atau

(7)

mitra bisnis menjadi pelanggan setia, untuk itu dilakukan berbagai upaya seperti mencatat nomor telepon konsumen, memberikan cindera mata, dan sejenisnya.

Penyelenggaraan pembelajaran berbasis proyek di SMK diawali dengan membangun kemitraan dengan dunia kerja (Tautan and match). Kemitraan sekolah dengan dunia kerja dinaungi dengan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk memastikan kerja sama berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama.

Kegiatan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan pembelajaran berbasis proyek adalah:

1) Penyelarasan kurikulum bersama dengan dunia kerja, agar kompetensi yang dikembangkan di sekolah sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

2) Penyelarasan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) antara sekolah dan dunia kerja. Pada kurikulum merdeka dinamakan dengan penyelarasan Capaian Pembelajaran (CP). Melalui penyelarasan KI-KD atau penyelarasan Capaian Pembelajaran diharapkan tidak ada kesenjangan antara kompetensi tamatan dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja. Hasil penyelarasan KI-KD atau CP, pihak industri bisa menambahkan manakala ada kompetensi yang belum ada pada KI-KD atau CP tetapi dibutuhkan oleh industri. Capaian pembelajaran hasil penyelarasan diturunkan ke dalam Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). ATP merupakan rangkaian dari beberapa TP (disebut juga dengan silabus) sebagai bahan untuk menyusun Perangkat Pembelajaran (Modul Ajar atau RPP).

3) Pemenuhan fasilitas sebagai acuan untuk analisis pesanan, apabila fasilitas atau kebutuhan peralatan belum dimiliki oleh SMK, sementara fasilitas peralatan yang dibutuhkan ada di mitra dunia kerja, maka SMK bisa berkolaborasi dengan dunia kerja untuk menggunakan fasilitas yang dimiliki mitra dunia kerja.

4) Perolehan order/pesanan sebagai bentuk kerja sama kemitraan dengan dunia kerja dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan dari masyarakat sebagai pelanggan kepada kegiatan PjBL di sekolah, sehingga menumbuhkan jumlah pesanan atau order.

(8)

22 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan 2. Perencanaan Pembelajaran Model PjBL

Perencanaan pembelajaran dilakukan setelah penerimaan order yang ditindaklanjuti dengan analisis produk baik berupa barang atau layanan jasa. Hasil analisis berupa pemetaan kompetensi dan mata pelajaran yang terlibat serta sumber daya yang dibutuhkan yang akan dipakai dalam merancang produk (barang atau layanan jasa). Merancang produk berdasarkan permintaan/ spesifikasi dari pelanggan dituangkan dalam rencana pembelajaran. Membuat perencanaan pembelajaran disusun oleh guru berupa RPP yang berisi/terlampir lembar kerja (jobsheet). Pada pembelajaran kurikulum merdeka, perangkat pembelajaran disebut dengan Modul Ajar.

Gambar 1.4 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang

Gambar 1.5 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Layanan Jasa.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis proyek adalah:

a. Pemetaan kompetensi.

Guru bisa melibatkan peserta didik memetakan kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk melalui analisis produk atau layanan jasa. Hasil analisis berupa kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk yang diturunkan menjadi tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran dari pembelajaran berbasis proyek. Hasil analisis tidak menutup kemungkinan menghasilkan pembelajaran tematik yang diterapkan dalam pembelajaran berbasis proyek, sehingga pembelajaran merupakan

(9)

kolaborasi dari berapa mata pelajaran. Ilustrasi analisis produk seperti pada gambar 1.6 berikut:

Gambar 1.6. Analisis Kompetensi yang Terkait dengan Proyek.

Sebagai contoh, proyek produk kreatif sekolah berupa kue Donat yang dipasarkan secara online membutuhkan kolaborasi antara mata pelajaran Boga, Desain Komunikasi Visual (DKV), Bahasa Indonesia, dan Teknik Informasi dan Komunikasi. Kegiatan analisis ini dikoordinir oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum.

b. Pemetaan alur pencapaian kompetensi.

Alur pencapaian kompetensi identik sebagai alur tujuan pembelajaran berbasis proyek. Sebagai contoh penetapan Alur Tujuan Pembelajaran kue donat yang dipasarkan secara daring.

Tabel 1.1. Contoh Alur Tujuan Pembelajaran

No

Aktivitas Pembelajaran

Proyek

Tujuan Pembelajaran

Proyek

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu 1 Membuat kue

donat

Peserta didik mampu membuat kue donat

Produk Cake dan Kue

4 JP

2 Membuat kemasan kue donat

Peserta didik mampu membuat kemasan dari kertas karton

Desain Komunikasi Visual

4 JP

3 Mengembangkan Peserta didik mampu Teknik 4 JP

(10)

24 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan No

Aktivitas Pembelajaran

Proyek

Tujuan Pembelajaran

Proyek

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu aplikasi penjualan

secara online

membuat aplikasi penjualan secara online

Informatika dan

Komunikasi 4 Komunikasi efektif

pada penjualan produk secara online

Peserta didik mampu berkomuniasi tulisan dan verbal.

Bahasa Indonesia

4 JP

Total Waktu 16 JP

Urutan mata pelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Di dalam melakukan penjualan bisa dikembangkan aplikasi penjualan online melalui digital platform. Beberapa platform digital yang sudah ada seperti shopee, tokopedia, website sekolah, blog, WhatsApp, instagram, facebook, iklan di radio atau televisi dan lain-lain.

Setelah tersusun tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran yang terkait dengan jadwal sesuai dengan alur tujuan pembelajaran beserta alokasi waktunya, maka dilanjutkan dengan menyusun perangkat pembelajaran (Modul Ajar/RPP) yang dilengkapi dengan lembar kerja. Berikut adalah contoh lembar kerja (jobsheet) yang dapat diunduh pada tautan berikut ini:

Tautan Contoh Lembar Kerja: https://bit.ly/contoh_lembar_kerja

3. Pelaksanaan Pembelajaran Model PjBL

Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek berupa produk atau layanan jasa mengikuti alur seperti pada gambar 1.7 dan gambar 1.8 berikut:

Gambar 1.7 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang.

(11)

Gambar 1.8. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Jasa Layanan.

Peserta didik melaksanakan proyek sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ditetapkan dengan menggunakan lembar kerja. Lembar kerja merupakan bagian atau lampiran dari perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru. Guru melakukan pendampingan, memantau kemajuan setiap kelompok, memberikan bimbingan dan umpan balik yang dibutuhkan untuk membantu kelompok mencapai tujuan mereka. Pada pekerjaan yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi dan peserta didik belum menguasai kompetensi untuk mengerjakan proyek, maka guru harus membekali materi secara khusus sampai mereka dapat melaksanakan pekerjaan tersebut. Apabila berdasarkan hasil pemetaan ternyata pekerjaannya sederhana dan peserta didik sudah menguasai kompetensi yang diperlukan maka peserta didik dapat langsung mengerjakan proyek.

Monitoring dilakukan untuk menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan produk sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan melalui quality control. Presentasi hasil di kelas atau kepada pelanggan untuk memastikan bahwa hasil sudah sesuai dengan spesifikasi.

Produk yang sudah memenuhi standar dan spesifikasi yang diuji melalui uji fungsi dan quality control, dikemas dan dikirim kepada pelanggan. Produk layanan jasa apabila sudah sesuai dengan permintaan pelanggan (quality control), maka layanan jasa bisa diakhiri.

4. Asesmen Pembelajaran Model PjBL

Asesmen pembelajaran berbasis proyek berupa produk atau layanan jasa dilakukan dengan mengisi lembar penilaian pada lembar kerja atau jobsheet yang tersedia. Lebih jelasnya silakan Anda mencermati contoh Jobsheet di atas, demikian pula asesmen dilakukan pada saat presentasi produk atau layanan jasa dilakukan secara komprehensif melibatkan semua guru pendamping yang terlibat. Setelah presentasi, peserta didik merefleksikan pengalaman mereka dalam mengerjakan

(12)

26 | Prinsip Pengajaran dan Asesmen di Sekolah Menengah Kejuruan

proyek dan mengevaluasi kemampuan mereka (refleksi diri) dalam mencapai tujuan proyek. Dengan alur pembelajaran berbasis proyek (PjBL) di SMK, peserta didik dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan menantang.

Selain itu, peserta didik juga dapat mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan masalah, dan kerja sama dalam konteks yang lebih relevan dengan dunia kerja.

Berikut ini adalah beberapa rujukan yang dapat Anda pelajari tentang Pembelajaran Berbasis Produksi dan contoh Modul Ajar. Buatlah catatan bagaimana guru melakukan pembelajaran model PjBL.

##Bacaan Tambahan/Referensi:

Tautan Contoh Perencanaan Pembelajaran Berbasis Produk:

[https://tinyurl.com/ytbzu4v4]

Tautan Contoh Modul Ajar: [https://tinyurl.com/vhzywjcs]

Referensi

Dokumen terkait

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 POGALAN.. TRENGGALEK TAHUN

Manajemen (SMEA); Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. DEPDIKBUD; 1996; Konsep Pendidikan Sistem Ganda Pada SMK di Indonesia ; Direktorat Pendidikan Menengah

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran catu daya pada mata pelajaran elektronika dasar untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Klaten merupakan salah satu sekolah yang memiliki kejuruan akuntansi. Dalam kejuruan akuntansi terdapat mata pelajaran

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dengan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek.. Universitas Pendidikan Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui landasan dan prinsip pengembangan kurikulum 2013 sekolah menengah kejuruan di SMK Negeri 1 dan SMK Al-Huda Kota Kediri; (2)

170 Modul guru pembelajar paket keahlian dental asisten sekolah menengah kejuruan (SMK) Pada kegiatan pendahuluan dimana guru menyampaikan tujuan pembelajaran, sesungguhnya

Tutorial Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan pemahaman tentang metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proyek nyata untuk meningkatkan pemahaman