• Tidak ada hasil yang ditemukan

5fc39b34f0f859b7060827845d471a0a

N/A
N/A
Nova Magareta

Academic year: 2025

Membagikan "5fc39b34f0f859b7060827845d471a0a"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA KAWASAN STRATEGI PARIWISATA NASIONAL

TAHUN 2016 - 2022

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan

Disusun Oleh:

Pramoedya Eka Anantarani NPM.2010101015

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TIDAR

2024

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(QS. Al-Insyirah : 6-7)

“Terlambat bukan berarti gagal, cepat bukan berarti hebat. Terlambat bukan menjadi alasan untuk menyerah, setiap orang memiliki proses yang berbeda.

Percaya proses itu yang paling penting, karena Allah telah mempersiapkan hal baik dibalik kata proses yang kamu anggap rumit”

(Edwar Satria)

PERSEMBAHAN

Pertama-tama puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya skripsi ini dengan baik, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Cinta pertama dan panutanku, Bapak Haryadi dan Ibu Rahayu Ariningsih.

Terimakasih atas segala pengorbanan dan tulus kasih yang diberikan. Beliau memang tidak sempat merasakan pendidikan bangku perkuliahan, namun mereka mampu memberikan yang terbaik, tak kenal lelah mendoakan serta memberikan perhatian dan dukungan hingga penulis mampu menyelesaikan studinya sampai meraih gelar sarjana.

2. Pradhipta Aga Fahlevi, selaku adik penulis yang selalu memberi dukungan dan semangat.

3. Sahabat dan teman- teman yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016-2022”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratanuntuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. selaku Rektor Universitas Tidar yang telah memberikan kesempatan menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi.

2. Prof. Dr. Hadi Sasana, S.E., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Tidar yang telah memberikan izin penulisan kepada penulis.

3. Jalu Aji Prakoso, S.E., M.Ec.Dev selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Tidar yang telah memberikan izin dan dukungannya hingga penulis lancar dalam menyusun skripsi ini.

4. Jihad Lukis Panjawa, S.E., M.E. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing pertama yang senantiasa meluangkan waktu dan membimbing serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Drs. Lorentino Togar Laut, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa meluangkan waktu dan membimbing serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak/Ibu dosen Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Tidar yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa

(7)

vii

perkuliahan sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Staff Fakultas Ekonomi yang telah membantu banyak hal dalam administrasi selama masa perkuliahan.

8. Kedua Orang Tua, Bapak Haryadi dan Ibu Rahayu Ariningsih. Terimakasih telah memberika perhatian, dukungan, pengorbanan dan tak kenal lelah mendoakan penulis hingga mampu menyelesaikan studinya sampai meraih gelar sarjana.

9. Pradhipta Aga Fahlevi selaku adik penulis, terimakasih atas segala doa dan support yang telah diberikan dalam proses pembuatan skripsi.

10. Sahabat dan teman- teman, terimakasih atas segala bantuan, waktu, support dan kebaikan yang diberikan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

11. Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca yang membutuhkan.

Magelang, 8 Juli 2024

Pramoedya Eka Anantarani

(8)

viii ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh salah satunya dengan adanya pariwisata.

Ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam periode waktu yang panjang. Pengembangan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional diadakan untuk memfokuskan dalam menggali dan pemerataan potensi pariwisata pada masing masing wilayah Indonesia agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional dengan menggunakan variabel pembentukan modal tetap bruto, tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, dan jumlah wisatawan. Penelitian ini menggunakan regresi panel kuantil dengan memakai data time series 2016-2022 dan data cross-section 19 Kabupaten/Kota daerah administratif Kawasan Strategi Pariwisata Nasional.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pembentukan modal tetap bruto, tenaga kerja, indeks pembangunan manusia dan jumlah wisatawan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada level rendah dan sedang. Pembentukan modal tetap bruto, tenaga kerja, indeks pembangunan manusia dan jumlah wisatawan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada level tinggi.

Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi, Pariwisata, PMTB, Tenaga Kerja, IPM

(9)

ix ABSCTRACT

One of the reasons for Indonesia's economic growth is tourism. Instability of economic growth is an economic problem over a long period of time. The development of the National Tourism Strategy Area was held to focus on exploring and equalizing tourism potential in each region of Indonesia in order to increase economic growth. This research aims to determine the influence of the tourism sector on economic growth in the National Tourism Strategy Area using the gross fixed capital formation, labor, human development index and number of tourists variables. This research uses quantile panel regression using 2016-2022 time series data and cross-section data from 19 regencies/cities in the administrative regions of the National Tourism Strategy Area based on the results of research that has been carried out, it can be seen that gross fixed capital formation, labor, human development index and number of tourists have a positive influence on low and medium economic growth. Gross fixed capital formation, labor, human development index and number of tourists have no influence on high economic growth.

Keywords: Economic growth, Tourism, GFCF, Labor, HDI

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSCTRACT ... ix

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...13

1.3 Rumusan Masalah ...15

1.4 Pertanyaan Penelitian ...15

1.5 Tujuan Penelitian ...16

1.6 Manfaat Penelitian ...17

1.6.1 Manfaat Teoritis ...17

1.6.2 Manfaat Praktis ...17

BAB II LANDASAN TEORI ...19

2.1 Kajian Pustaka ...19

2.1.1 Fungsi Produksi ...19

(11)

xi

2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Solow ...20

2.1.1.2 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ...21

2.1.1.3 Dinamika Kapital dan Output ...22

2.1.1.3.1 Kondisi Steady State ...24

2.1.1.3.2 Technological Progress ...26

2.1.1.4 Model Pertumbuhan Solow dengan Technological Progress ...28

2.1.1.5 Human Capital Augmented Labour...29

2.1.1.6 Modal ...30

2.1.1.6.1 Pembentukan Modal Tetap Bruto ...30

2.1.1.7 Tenaga Kerja ...31

2.1.1.8 Kemajuan Teknologi ...31

2.1.1.8.1 Indeks Pembangunan Manusia ...32

2.1.2 Pariwisata ...34

2.1.2.1 Tourism Led Growth Hypothesis ...35

2.1.2.2 Kebijakan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...39

2.2 Penelitian Terdahulu ...42

2.3 Kerangka Teoritis ...49

2.3.1 Hubungan Pembentukan Modal Tetap Bruto Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...51

2.3.2 Hubungan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...51

2.3.3 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...52

2.3.4 Hubungan Jumlah Wisatawan terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....53

2.4 Kerangka Berpikir Penelitian ...54

2.5 Hipotesis Penelitian ...56

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ...57

3.1 Desain Penelitian ...57

3.2 Variabel Penelitian ...58

3.2.1 Variabel Dependen ...58

3.2.2 Variabel Independen ...58

3.3 Definisi Operasional Variabel ...59

3.3.1 Pertumbuhan Ekonomi ...59

3.3.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto ...60

3.3.3 Tenaga Kerja ...60

3.3.4 Indeks Pembangunan Manusia ...61

3.3.5 Jumlah Wisatawan ...61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...61

3.5 Teknis Analisis Data ...62

3.5.1 Regresi Panel Kuantil ...63

3.5.2 Regresi Data Panel ...67

3.5.2.1 Pendekatan Model Regresi Data Panel ...68

3.5.3 Pemilihan Model Terbaik ...70

3.5.4 Pre-estimation Diagnostics ...72

3.5.4.1 Cross Sectional Dependence Test ...72

3.5.4.2 Heteroskedasticity test ...76

3.5.4.3 Unit Root Test ...77

3.5.4.4 Cointergration Test (Uji Kointegrasi) ...78

3.5.5 Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen ...80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...82

4.1 Gambaran Umum ...82

(13)

xiii

4.1.1 Letak Geografis Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...82

4.2 Gambaran Khusus Penelitian ...87

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...87

4.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...89

4.2.3 Tenaga Kerja kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...91

4.2.4 Indeks Pembangunan Manusia Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...93

4.2.5 Jumlah wisatawan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional ...95

4.3 Hasil Penelitian ...97

4.3.1 Analisis Deskriptif ...97

4.3.2 Regresi Panel Kuantil ...99

4.3.3 Pemilihan Model Panel ...100

4.3.4 Pemeriksaan Sebelum Estimasi (Pre-Estimation Diagnostics) ...103

4.3.5 Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen ...108

4.3.5.1 Pembentukan Modal Tetap Bruto ...108

4.3.5.2 Tenaga Kerja ...109

4.3.5.3 Indeks Pembangunan Manusia ...109

4.3.5.4 Jumlah Wisatawan ...110

4.3.6 Intrepretasi Hasil ...110

4.3.6.1 Pembentukan Modal Tetap Bruto ...110

4.3.6.2 Tenaga Kerja ...111

4.3.6.3 Indeks Pembangunan Manusia ...111

4.3.6.4 Jumlah Wisatawan ...112

4.4 Pembahasan ...112

(14)

xiv

4.4.1 Pengaruh Pembentukan Modal Tetap Bruto Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi ...112

4.4.2 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...115

4.4.3 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...118

4.4.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...124

5.1 Kesimpulan ...124

5.2 Saran ...126

DAFTAR PUSTAKA ...128

LAMPIRAN ...138

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 4. 1 Hasil Analisis Deskriptif 98

Tabel 4. 2 Hasil Regresi Panel Kuantil 99

Tabel 4. 3 Hasil Uji Chow 101

Tabel 4. 4 Hasil Uji Hausman 102

Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Ketergantungan Lintas Sektoral 104

Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas 105

Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Akar Unit 106

Tabel 4. 8 Hasil Uji Kointegrasi 107

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1. 1 Rata Rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kota/Kabupaten Wilayah Naungan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 – 2022

3

Gambar 1. 2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2016 - 2022

6

Gambar 2. 1 Model Pertumbuhan Solow 24

Gambar 2. 2 Kondisi Steady-State pada Model Pertumbuhan Solow 26 Gambar 2. 3

Gambar 2. 4 Gambar 2. 5 Gambar 4. 1

Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Fungsi Solow Kerangka Teoritis

Kerangka Berpikir Penelitian

Peta Kawasan Strategi Pariwisata Nasional

26 50 55 83 Gambar 4. 2 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Naungan Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional Tahun 2016 - 2022

88 Gambar 4. 3 Pembentukan Modal tetap Bruto Wilayah Naungan

Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 - 2022 90 Gambar 4. 4 Tenaga Kerja Wilayah Naungan Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional Tahun 2016 - 2022

92 Gambar 4. 5 Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Naungan Kawasan

Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 - 2022

94 Gambar 4. 6 Jumlah Wisatawan Wilayah Naungan Kawasan Strategi

Pariwisata Nasional Tahun 2016 - 2022

96

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian 139

Lampiran 2. Hasil Analisis Deskriptif 144

Lampiran 3. Hasil Regresi Panel Kuantil 145

Lampiran 4. Hasil Estimates Common Effect Model (CEM) 148 Lampiran 5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) 148 Lampiran 6. Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) 149

Lampiran 7. Hasil Pemilihan Model Panel 149

Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Sebelum Estimasi 150

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan sendiri sebagai dampak kebijakan pemerintah terhadap sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tujuan utama dari kebijakan ekonomi (Kurniawan &

Managi, 2018). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari berkembangnya produksi barang dan jasa, seperti adanya jumlah produk industri yang meningkat, pembangunan infrastruktur, sektor jasa memiliki peningkatan produksi, barang modal yang mempunyai peningkatan produksi (Fatmawati, 2015). Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur evaluasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan pemerintah dalam menggunakan sumber daya yang ada dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menentukan perencanaan dan pembentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang.

Pertumbuhan ekonomi nasional adalah salah satu indikator terpenting dalam ekonomi makro. Hal ini disebabkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara cerminan kemampuan negara tersebut untuk menyediakan berbagai macam barang dan jasa kepada penduduknya serta meningkatkan pendapatan per kapita.

Melemahnya ekonomi suatu negara sayangnya disebabkan oleh ekspansi di berbagai bidang, seperti konstruksi, kehutanan, pertanian, listrik, dan pariwisata.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan output, atau peningkatan total output nasional selama periode waktu tertentu (Kuznets, 1955).

(19)

2

Ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi pada suatu negara merupakan masalah perekonomian dalam periode waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat dan menganalisis tingkat kemajuan perekonomian pada suatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mukaffi &

Haryanto, 2022). Menurut Badan Kebijakan Fiskal (2023), Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang tingkat pertumbuhan ekonominya dinilai masih belum stabil. Dibuktikan pada laporan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) (2023), tahun 2022 rata rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen menempatkannya pada urutan keempat di antara lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand).

Indonesia menghadapi risiko yang rentan terjebak dalam middle income trap, yang merupakan Indonesia rentan terhadap jebakan pendapatan menengah, yang merupakan situasi di mana ekonomi stagnan dan tidak mampu mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi (Pardede & Aziz, 2022). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2022), tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia terakhir adalah 3,39% dalam lima tahun terakhir. Tingkat pertumbuhan ini masih tergolong rendah jika Indonesia berencana untuk menghindari middle income trap dan mencapai status pendapatan yang lebih tinggi sebelum tahun 2030. Middle Income Trap (MIT) menggambarkan situasi dimana negara berpendapatan menengah tidak dapat melakukan transisi menuju negara berpendapatan tinggi. Agar dapat terlepas dari middle income trap sebelum tahun 2030, Indonesia harus mencapai tingkat

(20)

3

pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 7,5 persen yang mensyaratkan adanya strategi untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi (Pardede & Aziz, 2022).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2024)

Gambar 1. 1 Rata Rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kota/Kabupaten Wilayah Naungan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 – 2022

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2023), rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2016 hingga 2022 sebesar 3,46 persen. Dimana ditunjukkan pada Gambar 1.1 rata-rata pertumbuhan ekonomi selama tahun 2016 - 2022 provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara memperlihatkan keunggulan jika dibandingkan dengan rata rata pertumbuhan ekonomi nasional. Pada provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitung menunjukkan selama tahun 2016 - 2022 rata-rata pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Selama tahun 2016 – 2022 rata-rata pertumbuhan

Sumatera Utara Banten

DKI Jakarta

Jawa Timur Jawa Tengah

Sulawesi Tenggara NTT

NTB

Maluku Utara

Bangka Belitung

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

Kab/Kota Provinsi Indonesia

(21)

4

ekonomi provinsi Sumatra Utara, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Tengah tidak berbeda jauh dengan rata rata pertumbuhan ekonomi pada nasional.

Berdasarkan Gambar 1.1 kawasan strategi pariwisata nasional terdapat beberapa kabupaten/kota yang termasuk dalam wilayah yang dinaungi oleh kawasan strategi pariwisata nasional. Rata-rata pertumbuhan ekonomi pada kota/kabupaten yang dinaungi oleh wilayah KSPN Sumatra Utara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara barat menunjukkan selama tahun 2016 – 2022 rata-rata pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional. Pada kabupaten Magelang rata rata pertumbuhan ekonominya selama 5 tahun memiliki nilai yang beriringan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan Indonesia. Selama tahun 2016 – 2022 rata- rata pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota yang dinaungi oleh wilayah KSPN Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional. Sedangkan untuk Kabupaten manggarai Barat rata rata pertumbuhannya diatas provinsi namun dibawah Nasional begitu juga dengan Kabupaten Belitung.

Berdasarkan penjabaran Gambar 1.1 selama tahun 2016 – 2022 dapat diketahui rata rata pertumbuhan ekonomi pada 10 provinsi Kawasan Strategi Pariwisata Nasional memperlihatkan perkembangan positif terhadap rata-rata pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Namun pada wilayah kabupaten/kota naungan dari wilayah KSPN selama tahun 2016 – 2022 dibandingkan secara provinsi dan nasional rata-rata pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional. Dengan

(22)

5

penjelasan tersebut walaupun secara provinsi memiliki tren yang positif namun pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota kawasan strategi pariwisata nasional memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan kemajuan yang berkelanjutan dan adanya perbaikan dalam hal peningkatan pendapatan devisa negara.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh salah satunya dengan adanya pariwisata.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, minat masyarakat untuk berwisata baik di dalam negeri maupun dari luar negeri telah meningkat, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan meningkat telah menghasilkan kondisi yang mendukung bagi pengembangan industri pariwisata (Yakup, 2019). Kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tercermin dalam penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan sehingga dapat memberikan kontribusi yang terus berkembang terhadap pertumbuhan ekonomi secara tahun ke tahun (Mudrikah, 2014).

(23)

6

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2024 (diolah)

Gambar 1. 2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2016 - 2022

Gambar 1.2 pada periode 2016-2022 sektor pariwisata menunjukkan bahwa bahwa kontribusi pariwisata berperan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kontribusi pariwisata mengalami penurunan pada tahun 2020 menjadi 2,24 persen yang disebabkan adanya pandemi COVID-19. Keadaan ini mendorong pemerintah harus membatasi kegiatan kegiatan yang ada dan akibat implementasi aturan seperti pembatasan perjalanan pariwisata sehingga menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan dan pemasukan terhadap pariwisata menurun. Selama lima tahun kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan peran vitalnya dalam sumber pendapatan negara dan dapat mendorong pembangunan ekonomi (Aliansyah & Hermawan, 2019).

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

(24)

7

Beberapa penelitian juga menganalisis pengaruh maupun dampak sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan wilayah di Indonesia seperti dilakukan oleh Aliansyah & Hermawan (2019), Amnar (2017), Anggarini et al., (2021), dan Wardhana et al., (2019). Selain di Indonesia, di negara lain juga telah dilakukan penelitian terkait sektor pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Habibi et al., (2018) dan Kyara et al., (2021). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mampu didorong oleh sektor pariwisata melalui beberapa komponen pengukuran yang berbeda. Sektor pariwisata mampu menjadi penggerak yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi melalui beberapa komponen dalam pengukuran sektor pariwisata.

Tidak semua negara menggunakan sektor pariwisata dalam mendorong perekonomian. Pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan tidak signifikan terhadap sektor pariwisata yang diukur dengan jumlah wisatawan dan pengeluaran wisata (Mahiroh, 2019). Kontribusi sektor pariwisata mempunyai pengaruh tidak signifikan dikarenakan sektor pariwisata belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi (Bontong et al., 2023).

Indonesia sebagai negara berkembang harus memiliki daya saing dalam sektor pariwisata karena pariwisata termasuk dalam faktor yang penting bagi negara. Pesatnya perkembangan pariwisata di seluruh dunia telah mendorong upaya dari berbagai negara untuk mengelola destinasi mereka agar menjadi yang terdepan dan memiliki jangkauan pasar global. Persaingan antara destinasi wisata antar negara semakin intensif, dengan setiap negara berusaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata mereka. Munculnya pasar dan segmen-segmen pariwisata dapat

(25)

8

mengubah cara destinasi dalam mengembangkan daya tarik mereka dan mempertahankan posisi kompetitif di pasar global. Keberadaan pariwisata Indonesia yang diakui dunia tentunya memiliki potensi dan keragaman pariwisata mulai dari wisata alam, bahari, sosial budaya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke (Bontong et al., 2023). Pariwisata Indonesia juga kaya akan wisata budaya, seperti banyak peninggalan sejarah, seni serta tradisi budaya masyarakat setempat, yang mampu menarik wisatawan dalam ataupun luar negeri untuk menikmati ragam wisata tersebut.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV 2020-2024, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan wilayah strategi pembangunan berbasis kewilayahan dilakukan melalui beberapa hal. Pertama, upaya harus difokuskan pada operasionalisasi dan peningkatan investasi di kawasan strategis yang telah diidentifikasi, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP). Kedua, perlu ada pengembangan di sektor-sektor unggulan seperti sektor konstruksi, manufaktur, dan jasa lain (Kemenparekraf, 2016).

Pertumbuhan pesat dalam sektor pariwisata Indonesia dapat dilihat dari peningkatan daya saing yang tercermin dalam Travel and Tourism Competitiveness Report yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF) (2022), pada tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat ke 40 dari 141 negara dalam indeks daya saing pariwisata. Tahun 2021 peringkat daya saing pariwisata Indonesia menurun menjadi peringkat 44 dari 117 negara. Namun, peringkat Indonesia masih berada di

(26)

9

bawah negara tetangga, yaitu Thailand dengan peringkat 35 dan Malaysia dengan peringkat 25. Walaupun peringkat Indonesia meningkat di tahun 2019, pengembangan pariwisata harus tetap dilakukan guna dapat bersaing dengan negara lain (Kemenparekraf, 2022).

Daerah tujuan wisata yang maju mungkin mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun daerah-daerah sekitarnya mungkin masih tertinggal dalam pembangunan. Hal ini mengakibatkan ketidakadilan pembangunan regional dan meningkatkan kesenjangan sosial di antara daerah-daerah tersebut (Suwena, 2019).

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 memperkenalkan sebuah konsep yang dikenal dengan sebagai 10 Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (KSPN), yang bertujuan untuk mendistribusikan potensi objek wisata secara lebih merata di seluruh Indonesia. Konsep ini, yang juga disebut 10 Bali Baru atau 10 New Bali, merupakan upaya pemerintah untuk menginformasikan kepada para wisatawan bahwa ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di berbagai daerah di Indonesia. Konsep ini selanjutnya mendorong Kementerian Pariwisata untuk melakukan kolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengoptimalkan infrastruktur serta utilitas di sepuluh kawasan yang telah ditetapkan (Kesuma & Ciptafiani, 2021).

Dalam menentukan kawasan mana yang akan menjadi fokus dari Kawasan Strategi Pariwisata Nasional, beberapa kriteria harus dipenuhi, termasuk kesiapan komponen destinasi untuk pengembangan, efektivitasnya sebagai daya tarik investasi yang strategis, dan posisinya yang strategis dalam mendukung pembangunan pariwisata di tingkat regional maupun nasional. Selain itu, kawasan

(27)

10

tersebut harus memiliki potensi produk pariwisata masa depan, memberikan kontribusi yang berarti, mampu meningkatkan kemampuan untuk menarik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dengan relatif cepat, citra yang dikenal luas, keterlibatan dalam pengembangan produk pariwisata yang beragam di Indonesia, serta keunggulan kompetitif internasional (Kesuma & Ciptafiani, 2021).

Pengembangan 10 Bali baru mempunyai tujuan untuk memberi tekanan agar kemampuan masing-masing wilayah dalam menggali potensi pariwisata dapat menyamai Provinsi Bali, sehingga perekonomian melalui sektor pariwisata dapat meningkat. Maka dari itu, pengembangan Kawasan strategi Pariwisata Nasional di luar Provinsi Bali menjadi amat penting karena diharapkan mampu menciptakan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata (Titing, 2022).

Kunjungan wisatawan memiliki potensi untuk mengubah pola dan tata cara hidup masyarakat lokal, yang disebabkan oleh interaksi sosial antara masyarakat setempat dan para wisatawan yang berkunjung (Safwan, 2022). Pengembangan kegiatan pariwisata yang efektif dapat memberikan dampak positif pada kehidupan sosial serta perekonomian masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung mencakup peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja, sementara dampak tidak langsung dapat meliputi perubahan dalam bidang pendidikan dan kesehatan (Yohanes, 2019).

Pembangunan fasilitas baik fisik maupun non fisik yang dilaksanakan oleh pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke sepuluh destinasi unggulan yang dikenal sebagai 10 Bali Baru, sehingga berpotensi mempercepat pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata di Indonesia. Selain

(28)

11

bertujuan untuk menciptakan pemerataan destinasi liburan bagi wisatawan baik domestik maupun internasional, inisiatif 10 Bali Baru juga dirancang untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang meliputi Danau Toba (Sumatra Utara), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Pulau Morotai (Maluku Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Tanjung Kelayang (Bangka Belitung) (Kemenparekraf, 2016).

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, termasuk investasi dan tenaga kerja sebagai elemen utama pendorongnya (Dumais et al., 2022). Salah satu indikator untuk menilai investasi dan ketersediaan modal di suatu wilayah adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Temuan serupa juga diungkapkan oleh Amri & Aimon, (2017) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi secara signifikan dipengaruhi oleh PMTB. Gwijangga et al.

(2018) dalam studi mereka menyimpulkan terhadap pengaruh signifikan antara PMTB dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang lebih besar terhadap pembentukan modal dibandingkan sebaliknya (Kanu &

Ozurumba, 2014).

Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi bersifat tidak langsung dan cenderung positif serta signifikan, di mana peningkatan tenaga kerja dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi Agus & Sari,

(29)

12

(2021); Fauzi, & Suhaidi, (2022). Namun, jika peningkatan tenaga kerja tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang cukup, hal ini dapat menimbulkan masalah pengangguran. Dalam perspektif jangka panjang, tenaga kerja dapat memiliki efek negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, mengindikasikan bahwa dampak tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi tidak selalu positif dan signifikan (Rusalia, 2018).

Pembangunan manusia merupakan aspek penting dalam pembangunan ekonomi. Sebagaimana diungkapkan oleh Asnidar (2018), dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam aspek pembangunan manusia. Meskipun terdapat peningkatan signifikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dari tahun ke tahun, negara ini masih berada di peringkat 130 dari 199 negara (Murdaningsih & Retnowati, 2024). Pengaruh dari Pembangunan Manusia mampu mendorong produktivitas yang berdampak dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Rahmawati, (2019); Situmorang & Syahbudi, (2022). Dalam jangka pendek, IPM memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan kebijakan yang memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan kualitas hidup sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Mahrany, 2012).

Indonesia sudah mulai mengembangkan sektor pariwisata. Hal ini karena dengan meningkatnya sektor pariwisata yang ada tentunya diharapkan dapat meningkatkan atau mengembangkan dalam pertumbuhan ekonomi pada daerah- daerah tertentu. Selama ini, akademis dan praktisi telah melakukan berbagai studi

(30)

13

empiris untuk menjelaskan pengaruh antara pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi. Perbedaan objek penelitian, periode penelitian serta konsistensi hasil studi empiris yang telah dilakukan memperlihatkan hasil yang berbeda.

Berdasarkan uraian tersebut strategi pariwisata sedang menjadi fokus pemerintah dan adanya program Kawasan strategi Pariwisata Nasional. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 – 2022”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi permasalah- permasalahan sebagai berikut:

1. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2022), tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia terakhir adalah 3,39%. Tingkat pertumbuhan ini masih tergolong rendah jika Indonesia berencana untuk menghindari middle income trap dan mencapai status pendapatan yang lebih tinggi sebelum tahun 2030. Pertumbuhan ekonominya dinilai masih belum stabil. Dibuktikan pada laporan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) (2023), rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen menempatkan pada urutan keempat di antara lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand).

(31)

14

2. Secara bagian besar wilayah kabupaten/kota naungan dari 10 provinsi wilayah KSPN selama tahun 2016 – 2022 dibandingkan secara provinsi dan nasional rata rata pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata rata pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional, walaupun secara provinsi memiliki tren yang positif namun pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota kawasan strategi pariwisata nasional memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat.

3. Dilihat dari rata rata pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten/kota naungan dari 10 provinsi wilayah KSPN selama tahun 2016 – 2022 terdapat wilayah yang maju mengalami pertumbuhan ekonomi pesat dimana mampu memiliki rata rata yang tidak berbeda jauh dengan provinsi dan nasional. Namun masih terdapat daerah-daerah masih tertinggal dengan rata rata pertumbuhan ekonomi jauh di bawah provinsi dan nasional dan dibandingkan dengan wilayah lain juga. Hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial di antara daerah-daerah tersebut.

4. Pengembangan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional dikenal dengan 10 Bali baru ini diadakan untuk memfokuskan dalam menggali dan pemerataan potensi pariwisata pada masing masing wilayah agar dapat menyamai Provinsi Bali, sehingga daya tarik kunjungan wisatawan bisa merata dan perekonomian Indonesia melalui sektor pariwisata dapat meningkat. Maka dari itu, pengembangan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional di luar Provinsi Bali menjadi amat penting karena diharapkan

(32)

15

mampu menciptakan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pembentukan modal tetap bruto terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022 ?

2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 – 2022 ?

3. Bagaimana pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 – 2022 ?

4. Bagaimana pengaruh jumlah wisawatan terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022

?

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu:

(33)

16

1. Apakah terdapat pengaruh pembentukan modal tetap bruto terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022 ?

2. Apakah terdapat pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022 ?

3. Apakah terdapat pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 – 2022?

4. Apakah terdapat pengaruh jumlah wisatawan terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022

?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian diatas, maka dapat diketahui tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh pembentukan modal tetap bruto terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022.

2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 -2022.

(34)

17

3. Untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016 – 2022.

4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah wisatawan terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional tahun 2016-2022.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teoritis mengenai pengaruh pariwisata, tenaga kerja, indeks pembangunan manusia dan jumlah wisatawan terhadap pertumbuhan ekonomi pada Kawasan Strategi Pariwisata Nasional serta menjadi salah satu referensi bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh mengenai topik tersebut.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman khususnya tentang pariwisata, tenaga kerja, indeks pembangunan manusia, jumlah wisatawan dan pertumbuhan ekonomi.

b. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi atau pembanding serta masukan bagi untuk penelitian - penelitian selanjutnya.

(35)

18

c. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menentukan kebijakan - kebijakan yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mampu memberikan wawasan serta pengetahuan kepada pemerintah terkait dalam penetapan kebijakan yang akan dilakukan dalam penanganan masalah.

(36)

19 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Fungsi Produksi

Produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai guna suatu objek atau menciptakan objek baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Menurut Miller & Meiners (2001), produksi adalah penggunaan sumber daya untuk mengubah suatu komoditas menjadi komoditas yang berbeda dengan perubahan yang signifikan, baik dari segi pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas tersebut didistribusikan, maupun dari segi apa yang dapat dilakukan produsen dengan komoditas tersebut.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara input dan output (Soekartawi, 2003). Fungsi produksi dalam beberapa pembahasan ekonomi produksi sangat diminati dan dianggap krusial, karena dapat menjelaskan hubungan langsung antara faktor produksi dengan hasil produksi. Selain itu, fungsi produksi dapat menjelaskan keterkaitan antara hasil produksi (output) sebagai variabel dependen dengan faktor produksi (input) sebagai variabel independen (Marianti, 1997). Adapun input produksi secara umum dijelaskan oleh Barro& Sala-i-Martin (2004) sebagai berikut:

Y(t) = F [K(t), L(t), t] (2.1)

Y(t) menjelaskan arus output yang dihasilkan pada waktu t, yang dipengaruhi oleh level penggunaan input modal fisik K(t) yang bersifat jangka

(37)

20

panjang, serta penggunaan tenaga kerja L(t). K(t) menggambarkan stok modal dan arus modal Jones (1976), yang bisa berupa bangunan, mesin, tanah, dan lain-lain yang tahan lama. Sementara itu, tenaga kerja L(t) mencakup jumlah orang yang bekerja, waktu kerja, kemampuan fisik, kesehatan, dan keterampilan pekerja.

Modal dan tenaga kerja bersifat kompetitif, artinya keduanya tidak bisa digunakan secara bersamaan oleh lebih dari satu produsen. Waktu t juga mempengaruhi arus output yang dihasilkan, terutama karena perubahan teknologi.

2.1.1.1 Teori Pertumbuhan Solow

Teori Pertumbuhan Model Solow menjelaskan bagaimana interaksi antara persediaan modal, tenaga kerja, dan kemajuan teknologi mempengaruhi output barang dan jasa di suatu negara (Mankiw, 2016). Fatmawati (2015) menyatakan bahwa teori ini mengasumsikan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh perubahan dalam modal fisik (seperti tabungan dan investasi) serta tenaga kerja (seperti pertumbuhan populasi), dan efisiensi teknologi. Menurut Amalia et al. (2016), model ini juga mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang ditentukan oleh faktor-faktor di luar model. Dalam jangka panjang, ekonomi akan mencapai kondisi steady state yang bergantung pada kemajuan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja.

Growth Theory Solow Model menjelaskan bahwa pertumbuhan output selalu bergantung pada tiga faktor utama: kuantitas dan kualitas tenaga kerja, akumulasi modal (investasi dan tabungan), serta kemajuan teknologi (Todaro &

Smith, 2012). Model ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, pendapatan dalam perekonomian akan bergantung pada pasokan faktor produksi dan teknologi

(38)

21

yang digambarkan oleh fungsi produksi agregat (Mankiw, 2011). Hingga kini, model pertumbuhan neo-klasik Solow masih menjadi referensi utama dalam literatur mengenai pertumbuhan dan pembangunan.

2.1.1.2 Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Dalam model pertumbuhan neo-klasik, fungsi produksi agregat digunakan sebagai dasar modelnya, dengan mengabaikan perubahan teknologi. Secara

matematis, fungsi produksi neo-klasik dituliskan sebagai berikut:

𝑌 = 𝑓(𝐾, 𝐿) (2.2) Dimana 𝑌 merupakan output, 𝐾 adalah modal fisik, dan 𝐿 yaitu angkatan kerja.

Barro& Sala-i-Martin (2004) menjelaskan bahwa persamaan (2.2) dapat dikatakan sebagai fungsi produksi apabila telah memenuhi beberapa syarat berikut:

1. Terdapat Constant Return to Scale

Output dihasilkan dari penjumlahan antara konstanta sama dan positif dengan total modal dan tenaga kerjanya. Dimana dan dikenal luas sebagai homogenitas derajat satu. Hal tersebut berarti hanya ada dua input yang sifatnya atau berkompetisi yaitu modal dan tenaga kerja, sedangkan teknologi bersifat nonrival, sehingga dapat digunakan di tempat yang berbeda dengan waktu bersamaan.

2. Diminishing return dan positif terhadap variabel input

Dalam kondisi ini kapital dan labor lebih besar dari nol. Teknologi dan tenaga kerja diasumsikan bernilai konstan, adanya pertambahan unit modal berakibat

(39)

22

pada kenaikan output positif. Akan tetapi, penambahan menurunan apabila terjadi peningkatan pada mesin dan modal maka asumsi yang sama berlaku untuk tenaga kerja.

3. Kondisi Inada

Kondisi ini terjadi ketika produk marjinal dari modal (atau tenaga kerja) mendekati tak terhingga saat modal (atau tenaga kerja) mendekati nol, dan sebaliknya, produk marjinal dari modal (atau tenaga kerja) mendekati nol saat modal (atau tenaga kerja) mendekati tak terhingga.

4. Esensial, Asumsi ini penting untuk mendefinisikan fungsi produksi neo- klasik. Input (𝐾, 𝐿, 𝑇) dianggap esensial jika penambahan positif dalam input menghasilkan output yang positif. Ketika output bergerak menuju tak terhingga, input juga akan bergerak menuju tak terhingga. Sehubungan dengan hal ini, dengan asumsi constant return to scale, maka persamaan (2.2) menjadi:

𝑌 = 𝐹(𝐾, 𝐿) = 𝐿 ⋅ 𝐹 (𝑘𝐿, 1 ) = 𝐿 ⋅ 𝑓(𝑘) (2.3)

Jika 𝑘 adalah capital labour ratio kapita ( 𝐾𝐿 ) dan (𝑦 = 𝑌𝐿 ) merupakan output per kapita maka persamaan (2.3) menjadi,

𝑦 = 𝑓(𝑘) (2.4)

2.1.1.3 Dinamika Kapital dan Output

Asumsi utama model Solow-Swan yaitu modal akan mengalami diminishing return. Marginal product of capital akan cenderung menurun jika

(40)

23

persediaan tenaga kerja diduga tetap, kemudian akumulasi modal akan berdampak pada penambahan output menjadi lebih sedikit dari penambahan sebelumnya.

Apabila perkembangan teknologi dan pertumbuhan tenaga kerja diasumsikan tidak terjadi, maka pertumbuhan ekonomi akan berhenti akibat diminishing return dimana modal bertambah melalui tabungan dan investasi hanya mampu menutupi jumlah modal yang susut akibat depresiasi. Marginal product of capital digambarkan miring pada fungsi produksi menjelaskan bahwa adanya penambahan satu unit modal akan berdampak pada kenaikan output yang dihasilkan (Mankiw, 2016).

Dinamika perekonomian didasarkan fungsi produksi neo-klasik, berfokus modal per kapita 𝑘, dari stok modal 𝐾 sebab perekonomian terjadi tiap saat.

𝑘 = 1 − 𝛿𝑘 = 𝑠̇. 𝐹(𝐾, 𝐿,t) – 𝛿𝑘 (2.5)

Notasi titik di atas variabel menunjukkan perubahan variabel antar waktu.

Persamaan 2.5 memperlihatkan dinamika perubahan modal pada kemajuan teknologi (𝐴) dan tenaga kerja (𝐿) yang kemudian dibagi dengan 𝐿 sehingga,

k

𝐿 = 𝑠. 𝑓 (𝑘) − δk (2.6)

Dimana

𝑦 = 𝑓(𝑘) = 𝑓(𝐾𝐿) 𝑦 = Iuran per pekerjan = 𝑌𝐿

δ = depresiasi 𝑠 = tingkat tabungan

𝑘 = kapital per pekerja = 𝐾𝐿

(41)

24

Persamaan sebelah kiri menjelaskan modal perkapita sedangkan persamaan sebelah kanan tidak. dapat ditulis menjadi fungsi berserta chain rule menjadi: ̇

𝑘 = 𝑠 ⋅ 𝑓(𝑘) − (𝛿 + 𝑛)𝑘 (2.7)

Persamaan 2.7 apabila digambarkan menjadi:

Sumber: Mankiw (2016).

Gambar 2. 1 Model Pertumbuhan Solow 2.1.1.3.1 Kondisi Steady State

Keadaan steady state merupakan kondisi mapan dimana kenaikan tingkat tabungan berdampak pada pertumbuhan output menjadi tinggi. Dalam keadaan ini pertumbuhan output per pekerja akan bertumpu pada perkembangan teknologi.

Perkembangan teknologi menjadi faktor satu-satunya yang dapat menjelaskan peningkatan standar hidup yang berkelanjutan.

Ketika perekonomian memiliki persediaan modal per kapita kurang dari , maka modal baru bertambah dari gross investment menjadi lebih besar dari modal yang menyusut sehingga selisih penambahan capital netto positif ( ̇𝑘 > 0 ).

(42)

25

Bertambahnya persediaan modal baru akan mendorong peningkatan output dan ekonomi. Dalam proses yang dinamis, keadaan ini terus dilakukan hingga persediaan modal per kapitanya sama dengan 𝑘 *.

Pada kondisi steady state, ∆𝑘 harus sama dengan nol sehingga dapat ditulis persamaan sebagai berikut.

𝑠𝑓(𝑘) = (𝑛 + 𝛿)𝑘 (2.8)

𝑠𝑓(𝑘) = (𝑛 + 𝛿 + 𝑔)𝑘 (2.9) Kondisi steady state, output dan konsumsi per tenaga kerja masing-masing

yaitu,

Y = f(k) (2.10 )

C = y – 1 (2.11)

C = f(k) – sf(k) (2.12)

C = f(k) – (𝑛 + 𝛿 + 𝑔)k (2.13)

Kondisi steady state dapat digambarkan sebagai berikut

(43)

26

Sumber: Mankiw (2016)

Gambar 2. 2 Kondisi Steady-State pada Model Pertumbuhan Solow 2.1.1.3.2 Technological Progress

Teknologi didefinisikan sebagai pengetahuan sosial yang mencakup seni industri, dengan tingkat kemajuan teknologi merujuk pada peningkatan pengetahuan. Asumsi bahwa kemajuan teknologi mempengaruhi peningkatan kualitas dan kuantitas output adalah faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi (Jones, 1976). Meskipun dianggap sebagai faktor eksogen, kemajuan teknologi dapat menggeser kurva fungsiproduksi, seperti yang digambarkan berikut.

Sumber: Jones (1976)

Gambar 2. 3 Dampak Kemajuan Teknologi Terhadap Fungsi Produksi

(44)

27

Kurva 𝑓(𝑘𝑡𝑜) menggambarkan fungsi produksi dan kemajuan teknologi menggeser kurva ke 𝑓(𝑘𝑡) sehingga fungsi produksi menjadi sebagai berikut. 𝑌(𝑡)

= 𝑓[𝐾(𝑡), 𝐿(𝑡), 𝐴(𝑡)] (2.17) 𝑌 merupakan output, 𝐾 ialah kapital, 𝐿 yaitu tenaga kerja, 𝑡 adalah perubahan teknologi tiap waktu yang disebut faktor penambah (augmenting).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemajuan teknologi memungkinkan produsen untuk menghasilkan output yang sama dengan modal dan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit. Selain itu, kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan output dengan modal dan tenaga kerja yang sama. Harrod (1942);

Hicks (1932); Solow (1969) dalam Barro& Sala-i-Martin (2004) mengemukakan tiga penjelasan terkait kemajuan teknologi, yaitu:

1. Capital-augmenting Technical Progress

Kemajuan teknologi netral menurut Solow dikenal dengan Solow Neutral dimana kemajuan teknologi mendorong kenaikan produktivitas modal fisik (kapital) tanpa memengaruhi tenaga kerja. Persamaan ditulis sebagai berikut.

𝑌 = 𝐹[𝐴(𝑡), 𝐾(𝑡), 𝐿(𝑡)] (2.14)

Model ini bersifat rasio kapital-output yang tidak mampu dipertahankan pada nilai konstan sehingga tidak cocok untuk model pertumbuhan dengan syarat koefisien rasio kapital-output yang bernilai konstan.

(45)

28

2. Labor-augmenting Technical Progress

Kemajuan teknologi netral, yang dikenal sebagai Harrod Neutral menurut Harrod, adalah ketika kemajuan teknologi meningkatkan efisiensi setiap unit tenaga kerja. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

𝑌 = 𝐹[𝐾(𝑡), 𝐿(𝑡) ⋅ 𝐴(𝑡)] (2.15)

Menurut Harrod, kemajuan teknologi yang disebut sebagai kemajuan teknologi netral atau Harrod Neutral memiliki karakteristik di mana kemajuan teknologi hanya mempengaruhi tenaga kerja dan tidak memengaruhi rasio kapital-output.

Karena itu, model ini cocok digunakan dalam model pertumbuhan ekonomi dengan asumsi rasio kapital-output tetap konstan.

3. Capital and Labor-augmenting Technical Progress

Kemajuan teknologi diasumsikan mampu meningkatkan produktivitas modal fisik (kapital) dan tenaga kerja secara seimbang. Model persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = 𝐹(𝐾, 𝐿, 𝐴) = 𝐴(𝑡) ⋅ 𝐹[ 𝐾(𝑡), 𝐿(𝑡)] (2.16)

Kemajuan teknologi diasumsikan menggeser fungsi produksi ke atas sehingga tidak dapat menggunakan rasio kapital-output yang konstan.

2.1.1.4 Model Pertumbuhan Solow dengan Technological Progress

Harrod Neutral menjadi salah satu model pertumbuhan yang sesuai dengan perekonomian dalam kondisi steady state sehingga persamaan ditulis berikut.

𝑌 = 𝐹(𝐾, 𝐴𝐿) (2.17)

(46)

29

Waktu (𝑡) diasumsikan ada namun tidak tertulis. 𝐴𝐿 yaitu efisiensi tenaga kerja. Jika menggunakan asumsi constant return to scale ditulis persamaan berikut.

𝜆𝑌 = 𝐹(𝜆𝐾, 𝜆𝐴𝐿) (2.18) Kemudian kedua sisi dibagi dengan 𝐴𝐿 maka fungsi produksi insentif menjadi

𝑌

𝐴𝐿= 𝑓( 𝐴𝐿𝐾 , 1) (2.19)

𝑦 = 𝑓(𝑘 ) (2.20) Model kemajuan teknologi Harrod Neutral masuk ke dalam fungsi Cobb-Douglass.

𝐹(𝐾, 𝐴𝐿) = 𝐾𝛼(𝐴𝐿)1−𝛼 (2.21) 2.1.1.5 Human Capital Augmented Labour

Berdasarkan persamaan (2.21) Jones (2002) menjelaskan Y ialah output gabungan dari modal fisik dan modal manusia, pada keadaan constant return to scale dalam Romer (1986) dan Jones (1998) persamaan menjadi:

𝑌(𝑡) = 𝐾(𝑡)𝛼[𝐴(𝑡)𝐻(𝑡)]1−𝛼 (2.22) 𝐴 ialah labor-augmenting technology yang pertumbuhannya eksogen di tingkat 𝑔.

Persamaan (2.22) merujuk pada model pertumbuhan neo-klasik Solow dimana technological progress diletakkan sebagai faktor eksogen dalam model pertumbuhan. Berbeda dengan model Mankiw et al. (1992) dimana pada tingkat konsumsi sebelumnya, penambahan modal manusia dan penambahan modal fisik memiliki alur yang sama mengikuti asumsi oleh Lucas (1988) bahwa waktu yang

(47)

30

dihabiskan individu untuk memperoleh keterampilan sama dengan siswa yang sedang bersekolah (Hall & Jones, 1998; Romer, 2012).

2.1.1.6 Modal

Modal adalah segala jenis kekayaan yang dapat digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses produksi, dengan tujuan meningkatkan jumlah output yang dihasilkan (Prawirosentono, 2022). Modal memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi karena merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan produksi yang menggerakkan roda perekonomian untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena pentingnya modal dalam perekonomian, modal memiliki bentuk berbagai macam.

2.1.1.6.1 Pembentukan Modal Tetap Bruto

Pembentukan modal merupakan suatu proses pengumpulan aset atau peningkatan kekayaan dimasa mendatang baik itu berupa tabungan yang berupa peningkatan investasi riil dalam perekonomian (Ugochukwu & Chinyere, 2013).

Rajni (2013) menyebutkan bahwa PMTB digunakan sebagai indikator investasi dalam perekonomian. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) salah satu komponen penting dalam analisis pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam kerangka teori pertumbuhan Solow.

Dalam teori pertumbuhan Solow, peningkatan modal fisik akan mendorong produktivitas dan output. Di Indonesia, persediaan modal fisik salah satunya ditunjukkan oleh nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang menggambarkan proses penambahan dan pengurangan barang modal dalam jangka

(48)

31

waktu tertentu. Pembentukan Modal Tetap Bruto tetap memiliki dampak positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Hikmah & Sugiharti, 2022) 2.1.1.7 Tenaga Kerja

Menurut Bachtiar (2019), konsep tenaga kerja melibatkan evaluasi terhadap mereka yang saat ini bekerja, mencari peluang baru, atau terlibat dalam kegiatan lain yang berkaitan dengan pekerjaan. Tenaga kerja melibatkan pengakuan atas segala upaya dan usaha yang dilakukan oleh individu, baik secara fisik maupun mental, untuk mencapai imbalan yang setimpal. Definisi ini mencakup semua jenis pekerjaan yang melibatkan kerja fisik dan intelektual. Tenaga kerja, yang juga dikenal sebagai pekerja, mengacu pada setiap individu yang terlibat dalam pekerjaan, baik dalam konteks hubungan kerja formal maupun hubungan kerja informal seperti pekerjaan informal yang dilakukan oleh dokter yang berpraktek pribadi, pengacara, pedagang yang menjual buku atau barang lain di jalan, atau asisten pribadi yang menggunakan sumber daya mereka sendiri (Ghofur, 2020).

Tenaga kerja memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi melalui kerangka teori Solow. Peningkatan jumlah tenaga kerja dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dalam jangka pendek, dengan meningkatkan kapasitas produksi. Namun, dalam jangka panjang, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memerlukan kemajuan teknologi yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal (Rajni, 2013).

2.1.1.8 Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menjadi hal yang tak terhindarkan karena seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi juga mengalami kemajuan

(49)

32

(Agit et al., 2006). Inovasi yang dihasilkan oleh teknologi memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dengan mempermudah berbagai aktivitas, yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang ekonomi, kemajuan teknologi dianggap memudahkan tenaga kerja (Palvia et al., 2018). Dengan penggunaan teknologi, pekerjaan menjadi lebih cepat selesai, sehingga mengurangi beban kerja karyawan (Todaro & Smith, 2006). Oleh karena itu, kemajuan teknologi diakui berperan dalam pertumbuhan ekonomi karena inovasinya dapat meningkatkan hasil produksi secara signifikan sekaligus mengurangi biaya tenaga kerja dan modal.

Namun, teknologi tidak hanya melibatkan peralatan mesin atau alat produksi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi hasil produksi (Dietz &

Rosa, 1997). Teknologi juga dapat dipahami sebagai ciri-ciri sosio-ekonomi suatu perekonomian, termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam model penelitian ini (Anfasa, 2021; Bakar & Palindangan, 2021; Situmorang & Syahbudi, 2022; Thaddeus., 2021; Vedia-Jerez & Chasco, 2016). Hal ini karena IPM dapat mencerminkan kondisi sosio-ekonomi di kawasan strategi pariwisata nasional di Indonesia.

2.1.1.8.1 Indeks Pembangunan Manusia

United Nations Development Programme (UNDP) menggunakan tiga indikator komposit untuk menilai rata-rata pencapaian pembangunan manusia suatu negara, yang mencakup angka harapan hidup saat lahir, indikator pendidikan berupa rata-rata lama sekolah dan tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas, serta standar hidup yang diukur melalui pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan

(50)

33

dengan daya beli. Skala indeks ini berkisar antara 0 hingga 100. United Nations Development Programme mendefinisikan pembangunan manusia sebagai proses yang bertujuan untuk memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi manusia, dengan dimensi pembangunan yang sangat luas yang harus dianalisis dari perspektif kesejahteraan manusia, bukan hanya dari pertumbuhan ekonomi (Mahrany, Y., 2012).

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) adalah sebuah indeks yang digunakan untuk menilai kinerja sosial-ekonomi suatu wilayah atau negara dengan menyesuaikan kemajuan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita yang telah ditetapkan secara tepat (Asnidar, 2018). Menurut Bakar (2021), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berfungsi sebagai instrumen untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia berdasarkan berbagai komponen masyarakat yang berpotensi memberikan dampak negatif terhadap tingkat produktivitas individu. Salah satu indikator penting yang perlu dipertimbangkan ketika memeriksa aspek-aspek pembangunan lainnya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Untuk itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi karena peningkatan kualitas sumber daya manusia mempengaruhi produktivitas output yang berkualitas, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Tampubolon et al., 2022). Tiga dimensi pembangunan manusia kesehatan, pendidikan, dan standar hidup yang baik—

menciptakan kondisi ekonomi yang menguntungkan dengan menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi (Asnidar,

(51)

34

2018). Hal serupa diungkapkan oleh (Mustain et al., 2023), yang menyatakan bahwa IPM yang tinggi berperan dalam menghasilkan tenaga kerja yang optimal karena mendukung pengembangan kreativitas dan inovasi, sehingga meningkatkan produktivitas.

2.1.2 Pariwisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata mencakup berbagai aktivitas wisata yang didukung oleh beragam fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Peran pemerintah sangat signifikan dalam mengembangkan pariwisata karena pemerintah memiliki kewenangan dalam mengatur, menyediakan, dan mengalokasikan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan oleh sektor pariwisata. Melalui efek berganda, pengembangan pariwisata juga dapat merangsang sektor lain seperti pertanian, transportasi, makanan, dan akomodasi, yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan produksi, konsumsi, pendapatan, dan pajak yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi (Nunkoo et al., 2020).

Menurut UU No. 10 tahun 2009, tujuan pariwisata adalah untuk memenuhi kebutuhan intelektual, praktis, dan spiritual wisatawan melalui kegiatan kreatif dan kegiatan yang bersifat eksploratif. Selain itu, pariwisata juga dipandang sebagai sumber pendapatan nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Aliansyah & Hermawan, 2019). Tujuan dari pariwisata, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang tersebut, adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

(52)

35

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat 3. Mengatasi pengangguran

4. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

5. Melestarikan dan memajukan kebudayaan serta perlindungan terhadap nilai-nilai keagamaan

6. Mengangkat citra bangsa 7. Memupuk rasa cinta tanah air

8. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa 9. Mempererat persahabatan antar bangsa.

2.1.2.1 Tourism Led Growth Hypothesis

Tourism Led Growth Hypothesis dikenal sebagai hubungan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi. Tourism Led Growth Hypothesis merupakan perkembangan dari Export-led Growth Hypothesis oleh Balassa, (1998). Kajian Balassa, (1998) mengemukakan bahwa kebijakan yang berorientasi ekspor memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kebijakan yang berorientasi impor. Tourism Led Growth Hypothesis berhipotesis bahwa pariwisata dapat menjadi faktor penentu pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun pendek. Hipotesis ini mengasumsikan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi melalui berbagai saluran dan menciptakan efek berganda (multiplier).

(53)

36

Awal mula Tourism Led Growth Hypothesis berasal dari banyak literatur yang membahas tentang Export-led Growth Hypothesis dan model teoritis terbaru yang memperhitungkan barang-barang yang tidak diperdagangkan seperti pariwisata. Hipotesis ini menunjukkan bahwa ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, di mana peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dicapai dengan mengembangkan sumber daya manusia, menambah modal, atau teknologi dalam perekonomian, tetapi juga dengan meningkatkan pendapatan devisa. Oleh karena itu, Tourism Led Growth Hypothesis (TLGH) ini merupakan pengembangan langsung dari model Export-led Growth Hypothesis (ELGH), di mana pariwisata dalam TLGH menjadi perluasan dari pendapatan devisa dalam ELGH.

Tourism Led Growth Hypothesis merupakan pengembangan dari teori pertumbuhan neo klasik yang mana ingin menunjukkan bahwa pariwisata dapat dijadikan elemen dalam perhitungan pendapatan per kapita tidak hanya faktor dari tenaga kerja, modal, dan teknologi (Du & Lew, 2014). Hingga saat ini terdapat empat pandangan antara hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi antara lain, the tourism led growth hypothesis (pariwisata berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi), the growth led tourism hypothesis (pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pariwisata), the feedback hypothesis (pertumbuhan ekonomi pariwisata saling mempengaruhi), the neutrality hypothesis (tidak satupun variabel, baik pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang saling berpengaruh) (Gwenhure &

Odhiambo, 2017).

(54)

37

Adapun fungsi produksi Cobb-Douglas yang didasarkan literatur dari Solow (1966) dapat ditulis pada persamaan berikut ini (Du & Lew, 2014)

GDPi = Aiɛi (CAPi) a (POPi)1-a evi (2.23)

yang mana GDPi merupakan PDB (Produk Domestik Bruto) riil negara i, selanjutnya CAPi merupakan modal, POPi adalah jumlah penduduk, Ai merupakan penjelas produktivitas, dan vii merupakan penjelas bagi gangguan acak.

Berdasarkan persamaan (2.27) PDB (Produk Domestik Bruto) riil per kapita dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut (Du & Lew, 2014),

(GDPi / POPi) = Ai (CAPi / POPi)𝑎𝑒𝑣𝑖 (2.24) Persamaan (2.28) dapat menyatakan PDB merupakan gambaran dari modal per orang dan produktivitas, yang mana ini merupakan konsep inti dari pertumbuhan ekonomi modern. Dengan itu untuk ketepatan estimasi, persamaan tersebut dapat menggunakan transformasi logaritma pada kedua sisi persamaan yaitu menjadi (Du

& Lew, 2014),

𝑙𝑛(GDPi / POPi) = 𝐼𝑛(Ai) + 𝑎 𝑙𝑛(CAPi / POPi) + vi (2.25) Selepas itu riset dan pengembangan (RND) dan juga pendidikan (EDU) dikenal memiliki pengaruh yang sangat penting bagi produktivitas (Du & Lew, 2014) sehingga dapat ditulis persamaan

𝐼𝑛 (Ai) = λ + δ𝐼𝑛(EDUi) + 𝑌𝐼𝑛(RNDi) + ɛi (2.26) Dengan persamaan tersebut, diketahui pendekatan yang digunakan dalam perumusan Tourism Led Growth Hypothesis (TLGH) ialah menggunakan teori

Gambar

Gambar  Judul   Halaman
Gambar 1. 1 Rata Rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kota/Kabupaten  Wilayah Naungan Kawasan Strategi Pariwisata Nasional Tahun 2016 – 2022
Gambar 1. 2 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi  Indonesia Tahun 2016 - 2022
Gambar 2. 1 Model Pertumbuhan Solow  2.1.1.3.1 Kondisi Steady State
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB) terhadap tenaga kerja di Jawa Tengah tahun 2014.. Untuk menganalisis pengaruh indeks pembangunan manusia

H0 : Variabel independen, yaitu laju pertumbuhan produk domestik regional bruto, indeks pembangunan manusia, tingkat pengangguran, jumlah penduduk, pendidikan dan

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto a5. Mesin dan Perlengkapan Dalam

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto a.. Mesin dan Perlengkapan

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto.. Mesin dan Perlengkapan Dalam

Dalam regresi pengaruh pengaruh Jumlah Penduduk, Produk Domestik Regional Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran, dan Dummy Tahun Terhadap

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto, tingkat pengangguran terbuka, Indeks Pembangunan Manusia, jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk, Indeks Pembangunan Manusia dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Minahasa,