Kasus 2
1. Apakah perjanjian sewa yang disengketakan dapat dikatakan sebagai sewa dan memenuhi unsur esensialianya? Jelaskan!
Perjanjian ini tidak dapat dikatakan sebagai sewa dan tidak memenuhi unsur esensialianya.
Karena salah satu unsur esensialia perjanjian sewa menyewa adalah adanya jangka waktu. Dan dalam kasus ini, jangka waktu dalam perjanjian para pihak adalah seumur hidup. Pasal 1548 KUH Perdata yaitu sewa menyewa didefinisikan sebagai suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu.
Ketika durasi yang ditetapkan adalah seumur hidup, akan muncul ketidakjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan seumur hidup itu sendiri, yang dapat menyebabkan ketidakpastian hukum bagi semua pihak. Menurut para ahli perjanjian, pengertian seumur hidup dapat dianggap sebagai penyelundupan hukum. Dengan kata lain, perjanjian sewa menyewa tanpa batasan waktu yang jelas tidak memiliki dasar hukum dan dapat mengakibatkan ketidakpastian hukum.
2. Dalam putusan tersebut, perjanjian dibatalkan karena tidak memenuhi unsur esensialia atau karena bertentangan dengan kausa yang halal?
Dalam kasus tersebut, perjanjian dibatalkan karena tidak memenuhi unsur esensialia dan bertentangan dengan kausa yang halal.
- Tidak memenuhi unsur esensialia dalam hal ini jangka waktu perjanjian yang tidak jelas karena dilakukan seumur hidup.
- Kemudian bertentangan dengan kausa yang halal karena sejak awal perjanjian pihak tergugat bukanlah sebagai pihak penyewa yang asli. Melainkan tergugat merupakan nomine dari penyewa yang berkewaganegaraan asing. Hal ini tampak dari kesaksian tergugat yang menyampaikan bahwa segala hak dan kewajiban dalam perjanjian diserahkan kepada pihak
HUKUM PERJANJIAN KELAS A
No. Nama NIU
1. Agnes Floramenia Sarumaha 537519
2. Narwasti Primastuti 547927
KODE TUGAS 1/2
ketiga (penyewa), seolah pihak tergugat bukanlah pihak yang ikut serta dalam perjanjian sewa menyewa tersebut.
Hal ini menunjukan adanya pelanggaran hukum terhadap UU No. 5 Tahun 1960 dimana dalam UU tersebut melarang WNA memiliki tanah dengan status hak milik. Jangka waktu sewa menyewa yang dilakukan para pihak seumur hidup dinilai mengakali hukum (karena tidak bisa melakukan perjanjian jual beli, maka mereka menggantikannya dengan sewa menyewa seumur hidup) sehingga perjanjian ini batal demi hukum. Hal ini tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu adanya kausa yang halal.
3. Apakah saudara sependapat dengan pertimbangan hakim dalam memutus perkara?
Jelaskan!
Kami sependapat dengan pertimbangan dan putusan hakim. Karena Perjanjian tersebut bertentangan dengan ketentuan Pasal 1548 KUHPerdata yaitu sewa menyewa didefinisikan sebagai suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Dalam kasus diatas, para pihak tidak memberikan batasan waktu sewa menyewa yang jelas, sehingga terdapat ketidak pastian hukum.
Dan juga bertentangan dengan syarat sahnya perjanjian berupa adanya kausa yang halal yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Karena niat awal pihak tergugat yang memindahkan sewa kepada warga negara asing dan dalam jangka waktu seumur hidup merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku, sehingga dapat dikatakan bukan merupakan kausa yang halal. Sehingga perjanjian ini batal demi hukum.