Investama
Jurnal Ekonomi & Bisnis
Nomor 5 Volume 2 Juli 2021
ISSN : 2549-3779 E-ISSN: 2722774x
ABSTRAK
Pandemi covid-19 telah menyita banyak perhatian dari berbagai pihak. Para akademisi, pakar ekonomi, politik, dan tokoh agama ikut angkat bicara, karena dampak covid-19 terhadap perekonomian masyarakat cukup signi- fikan, terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja harian dan pedagang keliling. Dampaknya adalah banyak diantara mereka yang di PHK karena perusahaan tempat bekerja bangkrut, sehingga mereka kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Hampir seluruh negara terkena pandemi Covid-19 (virus corona) yang meng- infeksi seluruh lapiran masyarakat. Sejak Januari 2020 WHO telah menyatakan bahwa dunia masuk kedalam darurat global.
Dampak corona tersebut juga terjadi bagi perem- puan-perempuan di Kabupaten Situbondo yang biasanya berdagang di area instansi-intansi yang untuk sementara dihentikan aktivitasnya lantaran adanya pandemic covid- 19. Mereka tidak bisa berdagang lagi, atau bagi perempuan yang biasanya hanya bekerja didalam sector domestic atau menjadi ibu rumah tangga, karena suami mereka diber- hentikan dari tempat bekerja, kini mereka harus bekerja lantaran suami mereka tidak bisa bekerja lagi, dan itu bisa memberikan pengaruh terhadap sakinah atau tidaknya sebuah keluarga.
Di Pengadilan Agama di Jawa Timur kasus perceraian tinggi, justru dengan adanya pandemi covid-19 ini angka perceraian semakin menurun, seperti yang terjadi di Pengadilan Agama Surabaya. Panitera Pengadilan Agama
Studi Kasus Perceraian Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Situbondo
Lina Nur Anisa Dosen IAI Ngawi
(PA) Surabaya mengungkapkan menja- barkan, sepanjang Mei 2020, hanya ada 197 gugatan cerai yang masuk di Penga- dilan Agama Surabaya untuk kasus perce- raian.
Kata kunci: covid-19, perceraian,
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang mengatur kehidupan manusia menuju kehidupan yangparipurna. Sebab Islam merupakan suatu system kehidupan yang kompre- hensif dantuntas serta mengatur pondasi yang bijak hingga pada hal-hal yang terkecil. Jadi, Islamsejak awal kedatang- annya (empat belas abad) yang lalu pada hakekatnya telah membawaajaran yang bukan hanya membahas satu dimensi kehidupan saja, akan tetapi Islammem- bawa ajaran yang multi dimensi dari kehi- dupan manusia yaitu dimensi teologi,i- badah, muamalah, moral, filsafat, hukum dan sebagainya.
Islam adalah ajaran yang lengkap, menyeluruh dan sempurna yang meng- atur tatacara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun berin- teraksi denganlingkungannya. Semua ajaran itu terangkum dalam al-Qur’an dan al-Hadis yangberbentuk konsep-konsep baik yang global maupun yang bersifat teknis.1
Islam memberikan arahan dalam kehidupan manusia di semua sektor kehi- dupan, serta tidak mengenyampingkan
1 Salma Mursyid, Konsep toleransi (al-samahah) antar umat beragama perspektif Islam, Jurnal AQLAM: Journal of Islam and Plurality, Volume 2, Nomor 1, Desember 2016, Hlm. 35-36
dunia dalam setiap pribadi muslim.2 Dalam Islam, kehidupan dunia dengan segala dimensinya juga harus dikejar, akan tetapi perlu diarahkan dan dipergu- nakan sesuai dengan aturan agama. Ada batas-batas di mana manusia tidak boleh terikat dengan keduniaan yang bersifat materi.Batas-batas yang demikian itu untuk menempatkan manusia pada posisi yang mulia, jauh di atas kebendaan yang semata-mata bersifat duniawi.3
Islam juga mengatur tentang kelu- arga, sebagai unit sosial terkecil, keluarga memiliki tanggung jawab untuk meng- emban fungsi pendidikan,4 termasuk juga fungsi agama dan fungsi kesejahteraan.
Dalam konteks kesejahteraan, “catera”
adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam hidupnya bebas dari kemis- kinan, kebodohan, ketakutan, atau kekha- watiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin.5Ke- sejahteraan telah dipersepsikan sebagai sebuah pertumbuhan yang tinggi dalam pembangunan ekonomi.6Kemampuan
2 Supandi, Supandi. "Dinamika Sosio-Kultural Keagamaan Masyarakat Madura (Kiprah dan Eksistensi Khodam Dalam Pesantren di Madura)." al Ulum: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman 4.1 (2017): 26
3 Abd. Muqit, Pendidikan Agama, antara kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi, JAU: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, ISSN. 2355-0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549-3833, Februari 2019. Vol.6. No.1, hlm.1
4 Djaelani, Peran Ekonomi Keluarga dan Pendidikan Agama terhadap kesejahteraan anak di kampung pulau derawan kabupaten Berau, 2018, Tesis UMM, Hlm. 1
5 Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012), 8
6 Agung Eko Purwana, Kesejahteraan dalam perspektif Ekonomi Islam, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Ponorogo
ekonomi membantu menjaga kesehatan fisik, faktor olah raga dan makan mutlak yang juga harus diperhatikan. Dan semua ini tergantung pada ekonomi keluarga.7 Kesejahteraan dalam keluarga harus diperhatikan, karena kesejahteraan meru- pakan salah satu kunci sakinah dan kehar- monisan dari sebuah keluarga, terutama pada masa pandemi covid-19 seperti seka- rang ini.
Hampir seluruh negara di dunia awal tahun 2020 ini telah dikejutkan oleh adanya pandemi Covid-19 (virus corona) yang menginfeksi. Sejak Januari 2020 WHO telah menyatakan bahwa dunia masuk kedalam darurat global.8Covid-19 yang dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru yang menular ke manusia. Virus ini menular dengan sangat cepat. Badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa kemungkinan hewan menjadi sumber utama dari virus ini, virus ini diketahui pertama kali muncul di pasar hewan dan makanan laut di kota Wuhan. Dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi secara langsung sehingga tingkat penye- baran virus corona sangat pesat. Pada akhir Desember 2019, Sejak mewabah di China Desember 2019 lalu hingga saat ini sudah menyebar di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Virus corona menjadi topik terhangat Januari 2020, virus ini mendadak menjadi teror yang mengerikan bagi masyarakat dunia, setelah merenggut
7 Ibid, hlm. 7
8 Sebayang, R. (2020, Januari 31). Awas! WHO Akhirnya Tetapkan Corona Darurat Global.
CNBC Indonesia. Diunduh dari https://www.
cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4- 134146/awas-whoakhirnya-tetapkan-corona- darurat-global
nyawa ratusan orang hanya dalam waktu yang singkat. Pemerintah mengumumkan jumlah pasien yang positifterinfeksi virus corona (covid-19) di seluruh Indonesia mencapai 2.092 orang. Penyebaran virus corona (covid 19) yang sulit dideteksi membuat pemerintah benar-benar bekerja keras dalam mengatasinya. Sejauh ini pemerintah melakukan kebijakan untuk mengatasi wabah virus corona (covid 19) dengan melakukan rapid test dan pemba- tasan fisik ( physical distancing). Presiden menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar segala macam aktivitas, seperti beribadah, belajar (kuliah,sekolah) dan bekerja dilakukan dirumah, atau yang kita kenal dengan istilah “lockdown”.9
PEMBAHASAN
Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21, yang skalanya mungkin dapat disa- makan dengan Perang Dunia II, karena event-event skala besar, misalnya pertan- dingan-pertandingan olahraga internasi- onal, hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini pernah terjadi hanya pada saat terjadi perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya yang dapat membatalkan acara-acara tersebut.
Terhitung mulai tanggal 19 Maret 2020 sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang meninggal dunia dan pasien yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang.10
9 St. Rahmah Syam Ali, Dampak Covid 19 terhadap social ekonomi masyarakat Indonesia (dalam buku Bunga Rampai Pandemi, Menyingkap dampak-dampak social kemasyarakatan covid-19), 2020, IAIN Parepare Nusantara Press hlm. 50-51
10 N.R. Aida, (2020, Maret 19). Update Virus Corona di Dunia: 214.894 Orang Terinfeksi,
Tetapi banyak masyarakat yang tidak menyikapi hal ini dengan baik, seperti pemerintah sudah meliburkan para siswa dan mahasiswa untuk tidak berkuliah atau bersekolah ataupun memberlakukan bekerja didalam rumah, namun kondisi ini justru dimanfaatkan oleh banyak masya- rakat untuk berlibur. Selain itu, meskipun Indonesia sudah dalam keadaan darurat masih saja akan dilaksanakan tabligh akbar, dimana akan berkumpul ribuan orang di satu tempat, yang dapat menjadi jalan penyebaran virus corona dalam skala yang jauh lebih besar. Selain itu masih banyak juga masyarakat Indo- nesia yang menganggap remeh virus ini, dengan tidak mengindahkan himbauan- himbauan dari pemerintah.11
Covid19- atau virus corona telah memberikan dampak pada tertutupnya semua aktivitas masyarakat. Mulai ditu- tupnya sementara aktivitas di sekolah, kantor, dan pasar yang berdampak pada perekonomianmasyarakat, karena adanya wabah tersebut, Pemerintah mengelu- arkan surat edaran yang berisi segala kegiatan diluar ruangan di “lockdown”, sehingga dari kebijakan tersebut pere- konomian banyak yang merosot.Aspek ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan kesenjangan masyarakat, terpenuhinya kebutuhan ekonomi masyarakat akan
83.313 Sembuh, 8.732 Meninggal Dunia.
Kompas.com. Diunduh dari https://www.
kompas.com/tren/read/2020/03/19/081633265/
update -virus- corona- di- dunia-214894- orangterinfeksi-83313-sembuh-8732
11 Dana Riksa Buana, Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19) dan kiat menjaga kesejahteraan jiwa, 2020, SALAM:
Jurnal Sosial & Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3, hlm.218-219
tercapai jika hasil pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hal ini mengakibatkan sektor pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga pengangguran semakin bertambah karena pariwisata merupakan salah satu wadah yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat wisata maupun masyarakat yang berasal dari luar. Namun dikarenakan adanya kehadiran wabah virus corona sehingga membuat banyak masyarakat yang meng- gantungkan hidupnya dari bekerja di sektor pariwisata hilang, juga banyaknya pekerja-pekerja pabrik yang terkena imbas PHK ( pemutusan hubungan kerja).
Dampak lain melemahnyapereko- nomian di Indonesia yakni hubungan dagang dengan China, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indo- nesia. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) pada bulan januari 2020.
Penurunan yang sangat tajam terjadi pada ekspor migas dan non-migas yang sangat merosot. Hal ini dapat terjadi karena China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar, termasuk dari Indo- nesia. Juga turunnya transaksi komo- ditas buah-buahan dan berbagai macam kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Dika- renakan adanya penerapan sistem lock- downpada bidang ekonomi perdagangan, hal ini telah membuat masyarakat meng- alami penurunan pemasukan ekonomi, termasuk untuk mendapatkan barang- barang dagangan sangat sulit akibat adanya penjagaan ketat yang telah dila- kukan dari kota ke kota lain, dan pasar juga ikut ditutup karena adanya arahan untuk tetap di rumah dan tidak mela- kukan aktivitas di luar rumah termasuk
untuk melakukan transaksi jual beli, hal ini juga banyak membuat pedagang- pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan berdagang, telah mengalami pemerosotan ekonomi karena tidak lagi melakukan kegiatan jual beli untuk mendapatkan penghasilan. Hal ini telah memberikan dampak yang luar biasa pada perekonomian.12
Pandemi covid-19 telah menyita banyak perhatian dari berbagai pihak.
Para akademisi, pakar ekonomi, politik, dan tokoh agama pun ikut angkat bicara, karena dampak covid-19 terhadap pere- konomian masyarakat cukup signifikan, terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja harian dan pedagang keli- ling. PSBB cukup memberikan dampak terhadap penghasilan mereka. Ada dian- tara mereka yang di PHK karena perusa- haan tempat bekerja bangkrut sehingga mereka kehilangan pekerjaan dan penda- patan.13
Termasuk bagi perempuan-perem- puan di kabupaten Situbondoyang biasanya berdagang di area instansi- intansi yang untuk sementara dihentikan aktivitasnya lantaran adanya pandemic covid-19, jadi mereka tidak bisa berda- gang lagi, atau bagi perempuan yang biasanya hanya bekerja didalam sector domestic atau menjadi ibu rumah tangga,
12St. Rahmah Syam Ali, Dampak Covid 19 terhadap social ekonomi masyarakat Indonesia (dalam buku Bunga Rampai Pandemi, Menyingkap dampak-dampak social kemasyarakatan covid-19), 2020, IAIN Parepare Nusantara Press hlm. 52-54
13 Siti Ngainur Rohmah, Adakah Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan Perekonomian Akibat Pandemi Coronavirus Covid-19?, ‘ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan, ISSN: 2338 4638 Volume 4 Nomor 1 (2020), hlm. 64
karena suami mereka diberhentikan dari tempat bekerja, kini mereka harus bekerja lantaran suami mereka tidak bisa bekerja lagi, dan itu bisa memberikanpengaruh- terhadap sakinah atau tidaknya sebuah keluarga.
Di beberapa Pengadilan Agama di Jawa Timur yang sebelumnya kasus perceraian tinggi, justru dengan adanya pandemi covid-19 ini angka perceraian semakin menurun, seperti yang terjadi di Pengadilan Agama Surabaya, Panitera Pengadilan Agama (PA) Surabaya Abdus Syakur mengungkapkan terjadinya penu- runan di Kota Pahlawan di tengah wabah Covid-19. Abdus Syakur menjabarkan, sepanjang Mei 2020, hanya ada 197 gugatan cerai yang masuk di Pengadilan Agama Surabaya.
Jumlah tersebut Menurun drastis dibanding April 2020 yang mencapai 338 gugatan. Gugatan cerai pada Mei 2020 juga jauh di bawah gugatan yang masuk pada Maret 2020 yang mencapai 532 gugatan. Apalagi jika dibandingkan data pada Februari dan Januari 2020, yang rata-rata mencapai 800 gugatan.
“Penurunannya sekitar 40 persen diban- ding sebelum pandemi (Covid-19)” ujar Abdus Syakur di Surabaya, Senin (1/6).14
Begitu juga dengan di Pengadilan Agama Kabupaten Malang, shnejak pandemi covid-19 mewabah pada bulan Maret 2020, gugatan cerai di Pengadilan Agama Kabupaten Malang menurun, menurut Santoso ketua Pengadilan Agama kabupaten Malang, sebelum pandemi Pengadilan Agama kabupaten Malang bisa menerima 10 hingga 100 perkara, tapi
14 https://republika.co.id/berita/qb8nu0328/
gugatan-cerai-di-surabaya-menurun-drastis
sejak ada wabah covid-19, perkara yang masuk menurun.15
Di Pengadilan Agama Gresik, sejak april lalu hingga saat ini jumlah perce- raian mengalami penurunan diban- dingkan bulan yang sama pada tahun 2019 lalu.Menurut Sofyan Zefri Kepala Bagian Humas PA Kabupaten Gresik, jumlah perceraian di kabupaten Gresik pada Maret lalu masih tercatat seba- nyak 192 kasus. Namun, pada April mulai mengalami penurunan menjadi 110 kasus dan Mei 89 kasus. Jumlah ini turun diban- dingkan kasus pada tahun 2019. Pada tahun lalu, PA setiap bulannya memutus cerai sebanyak 176 kasus.16
Kondisi ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di Kabupaten Probolinggo, misalnya, angka perceraian tergolong tinggi. Sebagaimana tercatat di Pengadilan Agama Kabupaten Probo- linggo pada Desember 2006, terdapat 123 kasus perceraian. Pada Januari 2007 mencapai 120 kasus, dan untuk bulan Februari 2007 angka perceraian tetap tinggi (Radar Bromo, 20/02/2007). Kemu- dian harian Malang Post (11 November 2011) memberitakan bahwa angka perce- raian di Kabupaten Malang tertinggi di Indonesia. Untuk tahun 2011 sampai Oktober, jumlah kasus perceraian yang masuk di Pengadilan Agama (PA) Kepanjen ada 6118 kasus. Rinciannya untuk cerai talak ada 1916 kasus dan cerai gugat ada 3458 kasus. Dan sisanya adalah perkara lainnya. Sementara yang sudah
15 https://madura.tribunnews.com/2020/05/11/
dampak-pandemi-corona-kasus-perceraian- di-kabupaten-malang-turun-drastis
16 h t t p s : //r a d a r s u r a b a y a . j a w a p o s . c o m / read/2020/06/13/199038/angka-perceraian-di- masa-pandemi-covid-19-menurun
diputus, untuk cerai talak ada 1726 kasus dan cerai gugat ada 3167 kasus. Dengan rincian tersebut, jika dikalkulasi setiap bulannya ada sekitar 500 sampai 600 kasus yang masuk serta diputus di PA Kepanjen atau setiap harinya rata-rata ada 30 sampai 50 kasus yang didaftarkan. PA Kepanjen sendiri, setiap harinya ada 90 sampai 100 kasus yang disidangkan serta ada 25 sampai 30 kasus perceraian yang diputus. Demikian juga di Kota Malang, angka perceraian menunjukkan kecende- rungan yang kurang lebih sama. Selama Januari hingga Juni 2007 PA Kota Malang menangani 650 perkara perceraian, dengan rincian 65% kasus cerai talak dan 35% gugat cerai. Di lima kecamatan Kota Malang angka perceraian tertinggi berasal dari Kecamatan Kedungkandang, sebesar 50% (Kompas Jawa Timur, 17 Juli 2007).17
Akan tetapi berbanding terbalik dengan kasus perceraian di Pengadilan Agama (PA) Situbondo, justru menjadi yang tertinggi nomor dua di Jawa Timur.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Situbondo, Misbakhul Munir pada tanggal 01 Juli 2020, saat memberikan penga- rahan kepada ratusan penyuluh agama di lingkungan Kemenag setempat. Beliau menuturkan bahwa karena angka perce- raian di kabupaten Situbondo tertinggi nomor dua di Jawa Timur, maka beliau akan memberikan pengarahan, pembi- naan dan bimbingan, agar keluarga di Situbondo menjadi keluarga yang Samara
17 Budhy Prianto, Nawang Warsi Wulandari, Agustin Rahmawati, Rendahnya Komitmen Dalam Perkawinan Sebagai Sebab Perceraian, Jurnal Komunitas 5 (2)Research & Learning in Sociology and Anthropology http://journal.
unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas (2013):
208-218
(sakinah mawaddah wa rahmah).18
1. Konsep Sakinah dalam Islam
Menurut Undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perka- winan terdapat dalam satu pasal, yakni bab 1 pasal 1 yang menetapkan bahwa
“perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketu- hanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddahwarahmah.
Sebuah masyarakat di negara manapun merupakan kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka masyarakatakan rapuh. Menikah memang tidak sulit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, harus diawali dengan memiliki sebuah gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian juga memba- ngun keluarga sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah. Al-Qur’an memberikan bangunan sebuah keluarga yang sakinah dan kuat untuk membentuk suatu tatanan masyarakat dengan memelihara aturan- aturan Allah dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam adalah dengan menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandung-
18 https://faktualnews.co/2020/07/01/pandemi- covid-19-angka-perceraian-di-situbondo- tertinggi-kedua-di-jawa-timur/221607/ diakses 10 Agustus 2020
inya, serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia.19
2. Pengertian Keluarga Sakinah
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan.
Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, juga tentram. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga.
Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia.
Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah kelu- arga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan mate- rial. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan.
Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep kelu- arga bahagia atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keridhoan Allah SWT.
Allah SWT ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Allah SWT. Firman
19 Sofyan Basir, Membangun Keluarga Sakinah, Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 6, Nomor 2 Desember 2019, hlm. 99-100
Allah SWT: “Allah ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada- Nya, yang demi- kian itu, bagi orang yang takut kepada- Nya”. (Surah Al-Bayyinah : 8).
Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri. Dengan demikian, kelu- arga sakinah ialah kondisi sebuah kelu- arga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk kelu- arga bahagia sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara Barat.20
Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi kelu- arganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga.
Allah SWT dalam hal ini berfirman: “Laki- laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka” (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting.
Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu
20 Ibid, hlm. 100-101
menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan.
Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga kesela- matan mereka lahir-batin, dunia-akhirat.
Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya berten- tangan dengan hukum syara’, missal:
disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.21
3. Ciri-ciri Keluarga Sakinah
Dalam rangka merintis terwujudnya keluarga sakinah, calon suami istri perlu mempersiapkan diri secara matang dari segi fisik maupun mentalnya. Hal itu dikarenakan bervariasinya problema- tika kehidupan rumah tangga yang harus dihadapi oleh keduanya, yaitu suami dan istri. Adapun secara garis besar keluarga sakinah akan dapat terwujud apabila dian- tara suami dan istri mampu mewujudkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Keseimbangan Hak dan Kewajiban antara Suami dan Istri
Dalam rumah tangga Islam, seorang suami mempunyai hak dan kewajiban terhadap istrinya, dan juga sebaliknya, seorang istri juga mempunyai hak dan kewajiban terhadap suaminya. Adapun tolok ukur keseimbangan hak dan kewa-
21 Ibid, hlm. 105
jiban antara seorang suami dan istri adalah apabila pasangan suami-istri itu tergolong baik dalam pandangan masya- rakat, juga baik dalam pandangan syara’.
Artinya antara suami dengan istri tersebut membina pergaulan dengan baik dan tidak saling merugikan.
Syari’at Islam telah merinci pergaulan suami istri tentang hal-hal yang berke- naan dengan hak dan kewajiban antara suami dan istri, yaitu seperti uraian di bawah ini:
1) Hak-hak Istri dan Kewajiban Suami Hak-hak istri adalah kata lain dari
kewajiban suami. Hal ini dikarenakan di dalam hak istri terkandung hal-hal mana saja yang harus ditunaikan atau dilakukan oleh suami untuk istrinya.
Sedangkan hak-hak istri yang menjadi kewajiban suami tersebut secara garis besar ada dua macam, yaitu hak-hak yang besifat kebendaan dan hak-hak yang bukan kebendaan (berbentuk moril). Adapun hak-hak yang berhu- bungan dengan kebendaan antara lain:
2) Membayar mahar
Bahwa mahar adalah pemberian wajib dari suami kepada istri, dan meru- pakan hak penuh bagi istri yang tidak boleh diganggu suami. Sedangkan dalam membayar mahar boleh dila- kukan dengan cara dibayar secara tunai atau bisa dengan cara dibayar belakangan alias hutang. Mahar menjadi beban suami sejak akad nikah dan harus dibayar penuh setelah terjadi persetubuhan.
3) Memberi nafkah
Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Kepada
istri, nafkah yang wajib diberikan terdiri atas dua macam, yaitu nafkah lahiriyah dan nafkah bathiniyah.
Dalam hal nafkah lahiriyah ini, yang wajib diberikan suami adalah nafkah berupa sandang, pangan, dan papan atau tempat tinggal yang kadarnya disesuaikan dengan kemampuan sang suami. Artinya besarnya nafkah yang wajib diberikan oleh suami kepada istrinya adalah dapat mencukupi kebutuhan secara wajar, tidak kurang dan tidak berlebihan. Jadi, tingkat kewajaran masing-masing individu berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya.
Satu hal yang harus lebih diperha- tikan oleh suami adalah bahwa suami yang baik akan selalu melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Ia akan selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang membahagiakan bagi anak dan istrinya. Ia selalu mengutamakan nafkah keluarga dalam membelan- jakan hartanya diatas kepentingan- kepentingan lainnya. Membelanjakan harta untuk shadaqah di jalan Allah adalah hal yang utama, akan tetapi jika tidak mampu jangan dipaksakan, jangan sampai tindakannya justru melupakan nafkah keluarga.22
b. Peran Suami dan Istri dalam Keluarga menurut Undang-Undang
Kompilasi Hukum Islam (KHI) menurut Abdurrahman merupakan rang- kuman dari berbagai pendapat hukum yang diambil dari berbagai kitab yang
22Mahmud Huda, Thoif, Konsep Keluarga Sakinah, Mawadddah, wa rohmahPerspektif Ulama Jombang, Volume 1, Nomor 1, April 2016; ISSN: 2541-1489, hlm. 74-75
ditulis oleh para ulama fiqh yang biasa dipergunakan sebagai referensi pada Pengadilan Agama untuk diolah dan dikembangkan serta dihimpun ke dalam satu himpunan. Materi atau bahan-bahan hukum tersebut telah diolah melalui proses dan metode tertentu, kemudian dirumuskan dalam bentuk yang serupa dengan peraturan perundang-undangan (yaitu dalam pasal-pasal tertentu).
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.
1/1974 perkawinan didefinisikan sebagai:
“Ikatan lahir-batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Rumusan tentang perkawinan ini dalam Kompilasi Hukum Islam, perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaaqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksana- kannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
c. Peran Istri dan Suami dalam Kompilasi Hukum Islam
Tujuan perkawinan yang begitu mulia, yaitu membina keluarga bahagia, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perlu diatur hak dan kewajiban serta kedudukan suami istri masing-masing. Apabila semua itu terpenuhi maka dambaan suami istri dalam bahtera rumah tangganya akan dapat terwujud, didasari rasa cinta dan kasih sayang (Rofiq, 2003). Ditegaskan dalam Nomor 1 tahun 1974 tentang Perka- winan pasal 34: 1. Suami wajib melindungi
istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik- baiknya. Hak dan kewajiban suami-istri diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 77 sampai dengan pasal 84.
Adapun yang mengatur pembagian peran suami istri adalah pasal 79 yang menye- butkan: 1. Suami adalah kepala kelu- arga dan istri ibu rumah tangga. 2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan perga- ulan hidup bersama dalam masyarakat.
3. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Fungsi dan kedudukan suami istri itu adalah satu tujuan, seperti ditentukan juga oleh pasal 30 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Kedudukan suami istri tersebut tidak terbatas dalam rumah tangga saja, tetapi juga dalam hubung- annya dengan masyarakat yang oleh pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Hak dan kedudukan istri seimbang sama halnya dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga, serta dalam pergaulan hidup bersama masyarakat. Kewajiban suami terhadap istrinya diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 80:
1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi tentang hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting dipu- tuskan oleh suami istri bersama.
2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
4) Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, dan bangsa.
5) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung; nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak, biaya pendidikan bagi anak.
d. Upaya-Upaya Ibu Rumah Tangga dalam Membangun Kesejahteraan Keluarga
Sudah menjadi tugas sebagai seorang manusia yang hidup di dunia untuk menjalani qodrat dari Tuhan, dan mema- hami suatu keadaan keluarga itulah yang harus dimengerti dari peran sang suami dan peran istri. Membangun keluarga harus sesuai dengan komitmen berupa janji suci yang diucapkan sang suami kepada sang istri ketika menjalani perni- kahan. Demikian halnya dalam ranah keluarga, peran laki-laki akan bertindak sebagai ayah, ataupun kepala keluarga dengan alasan untuk kepentingannya dan dia harus tunduk kepada jenis kelamin yang lebih unggul. Peran perempuan diba- tasi hanya di wilayah dapur, sumur dan kasur, atau biasa disebut dengan istilah 3M (macak, manak, masak). Pembagian peran tersebut jika diterapkan secara ketat dan kaku, serta mempertahankan tradisi yang berlaku, tidak akansesuai dengan aturan dalam rumah tangga pada zaman
sekarang.23
Peran suami dan istri itu tidak terpaku dengan tradisi yang ada, tetapi justru jauh sekali dari tradisi dan kebudayaan yang ada. Seperti seorang istri juga harus bisa mencari nafkah dan bahkan banyak sekali yang memerankan seperti itu, istri tidak hanya patuh dan menjalankan kodratnya, tetapi juga bisa mencari nafkah dengan menjalankan karir/pekerjaan mereka, seperti dimulai dari hobi, kesukaan, perkumpulan/organisasi, dan lain seba- gainya.
Konsep perkawinan tersebut adalah konsep keluarga patriarki, yaitu konsep yang mengedepankan peran laki-laki/
perempuan ikut laki-laki. Meskipun dalam Undang-undang perkawinan meru- muskan bahwa hak kedudukan istri seim- bang dengan hak dan kedudukan suami.
Pembagian peran yang dirumuskan dalam pasal tesebut jika dipegang secara ketat justru dapat menjadi penyebab ketidak- seimbangan (ketidakadilan) kedudukan antara keduanya. Sementara anggapan dimana ketika menjadi suami dan istri itu kedua-duanya harus mencari nafkah.
Seorang istri tidak boleh bergantung pada suami, misalnya dalam hal gaji atau pendapatan suami. Istri juga harus ikut campur dalam pembagian penda- patan, karena kedua belah pihak tersebut ikut dalam mencari nafkah. Suami akan memberikan semua pendapatan secara 100% yang dihasilkannya, dan mengenai pengeluaran rumah tangga, sepenuhnya diatur oleh istri. Peran istri bukan hanya
23 Septi Latifa Hanum, Peran ibu rumah tangga dalam membangun kesejahteraan keluarga, Jurnal Academica IAIN Surakarta,Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017 ISSN: 2579-9703 (P) | ISSN:
2579-9711 (E), hlm. 265-266
mengatur kebutuhan anak dan suami, tetapi juga harus mengatur masa depan dari nafkah tersebut. Apabila seorang wanita tidak bisa mengatur keuangan dalam keluarga, kesejahteraan keluarga akan terganggu.24
Apabila dilihat dari segi positifnya, itu tidak dipermasalahkan apabila berfoya- foya dengan tujuan yang jelas, contohnya pengeluaran untuk les baca anak sendiri, untuk piknik keluarga/time for family, dan lain sebagainya yang dapat menun- jang kesejahteraan keluarga. Tetapi ada pula dilihat sisi negatif yaitu istri meng- hamburkan dengan berbelanja secara berlebihan contohnya, membeli barang- barang yang sekiranya tidak penting/
tidak sesuai kebutuhan dan tidak sesuai waktunya juga, itulah yang sering dialami oleh istri di dalam mengatur keuangan rumah tangganya.
Sementara itu dalam pendapatan suami, istripun akan menggunakan cara tersendiri dalam mengatur keuangan.
Keadaan seperti itulah, sebagai istripun harus mengerti apa yang harus dia lakukan, dan setiap permasalahan yang muncul mengenai keuangan pasti yang akan mengatasi itu berawal dari istri, karena mempunyai niat dan tujuan tersendiri dalam mengatur keuangan.
Setelah itu suami pasti akan mengerti dan memberi masukan dan kritikan untuk perbaikan kedepannya.
Sebenarnya berangkat dari beberapa uraian diatas, yang menyatakan bahwa pendapatan suami yang diserahkan istri
24 Septi Latifa Hanum, Peran ibu rumah tangga dalam membangun kesejahteraan keluarga, Jurnal Academica IAIN Surakarta, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017 ISSN: 2579-9703 (P) | ISSN:
2579-9711 (E), hlm. 267
secara 100% harus bisa dikelola dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan keluarga. Selain itu seorang istri juga harus pandai-pandai dalam memanfa- atkan kesempatan dan peluang untuk menambah penghasilan keluarga. Salah satu kesempatan tersebut, misalnya jualan online, membuka usaha kecil-kecilan, membuka butik atau yang lainnya.
Secara qodrat istri tergantung pada suami, sementara peran suami mencari nafkah lebih memungkinkan laki-laki untuk memiliki akses sumber daya sosial dan politik dan tentunya penguasaan atas sumber daya ekonomi. Akan lebih tragis lagi apabila terjadi musibah, suami di PHK/keluar dari pekerjaannya, akan terjadi ketidakstabilan atau ketimpangan keluarga. Bahkan ada anggapan bahwa dalam kacamata fiqh, Islam tidak mempu- nyai gambaran tentang seorang perem- puan yang bekerja. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Membangun Kesejahteraan Keluarga.
Sementara itu, apa yang disampaikan oleh salah satu pihak dari istri, bahwa- sannya pendapatan dari suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Semua itu akan dianggap cukup, apabila dise- suaikan dengan kebutuhan sebenarnya.
Dalam pembagian pendapatan suami, terkadang juga muncul masalah ketika suami tidak memberikan sepenuhnya kepada istri. Meskipun demikian, istri harus bisa menerima pemberian sekecil apapun itu dari suami, pasti akan dicu- kupkan demi kesejahteraan keluarga.
Mungkin ada sebagian wanita yang tidak bisa menerima hasil dari penda- patan suami yang terlalu kecil, tetapi ada pula yang menerimanya dengan ikhlas.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, seorang istri seharusnya tidak hanya bergantung pada pendapatan suami. Dengan adanya himpitan ekonomi tersebut, ibu rumah tangga harus berjuang untuk mensejah- terakan keluarga dengan berbagai cara.
Misalnya, mulai usaha kecil-kecilan seperti membuka warung makan karena rumahnya dekat kampus.
Pada kasus ini seorang istri tidak mempermasalahkan apakah pendapatan suami itu harus mencapai target penge- luaran kebutuhan keluarga. Karena kewa- jiban suami menafkahi dan istri sebagai pengatur semua kebutuhannya. Seorang istri, harus menerima semua kekuarangan pendapatan. Suami harus didukung oleh istri, artinya jika terdapat kekurangan pendapatan istri harus bisa mengatur pengeluaran untuk mensejahterakan keluarga. Di sisi lain, suami harus selalu berusaha untuk memberikan nafkah sebaik mungkin bagi keluarga. Istri tidak boleh bersifat boros dan harus bijak dalam memanfaatkan pendapatan suami. Dalam menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga, istri bertugas untuk mengelola pendapatan, sehingga sesulit sekecil apapun penghasilan suami, istri harus mengelola sedemikian rupa agar keluarga sejahtera.
Kesejahteraan keluarga tidak harus ditandai dengan besarnya penghasilan suami, tetapi tergantung bagaimana istri mengelola pendapatan tersebut untuk- kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu, istri harus bijak dalam mengatur penge- luaran, dengan membuat skala prioritas kebutuhan. Dengan begitu, ibu rumah tangga harus memprioritaskan pengelu- aran rumah tangga pada kebutuhan yang
paling mendasar, dan tidak boleh boros.
Seperti yang telah disebutkan sebe- lumnya bahwa antara suami dan istri memiliki peran masing-masing dalam rumah tangga. Oleh karena itu, perlu adanya sinergi yang baik antara peran suami dan istri agar keluarga sejahtera.
Jika berperan sebagai ibu rumah tangga, istri harus bisa mengatur keuangan agar keluarga sejahtera.
Di sisi lain, jika memang pendapatan suami tidak mencukupi, sebagai ibu rumah tangga istri harus memiliki daya kreativitas untuk memanfaatkan kesem- patan yang ada. Pada era modern seperti ini, banyak ibu rumah tangga kreatif yang mampu mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja keras layaknya lelaki.
Dengan demikian, penting bagi istri untuk selalu optimis untuk mensejahterakan keluarga, dalam kondisi apapun.25
4. Putusnya Perkawinan
Putusnya Perkawinan adalah istilah hokum yang digunakan dalam UU Perka- winan untuk menjelaskan “perceraian”
atau berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan perem- puan yang selama ini hidup sebagai suami istri. Untuk maksud perceraian fiqih menggunakan istilah furqoh. Penggu- naan istilah “putusnya perkawinan” harus dilakukan secara hati-hati, karena untuk pengertian perkawinan yang putus itu dalam istilah fiqih digunakan kata ba-in, yaitu satu bentuk perceraian yang suami tidak boleh kembali lagi kepada mantan
25 Septi Latifa Hanum, Peran ibu rumah tangga dalam membangun kesejahteraan keluarga, Jurnal Academica IAIN Surakarta, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017 ISSN: 2579-9703 (P) | ISSN:
2579-9711 (E), hlm. 265-268
istrinya kecuali dengan melalui akad nikah yang baru. Ba-in itu merupakan satu bagian atau bentuk dari perceraian, sebagai lawan pengertian dari perceraian dalam bentuk roj’iy, yaitu bercerainya suami dengan istrinya namun belum dalam bentuknya yang tuntas, karena dia masih mungkin kembali kepada mantan istrinya itu tanpa akad nikah baru selama istrinya masih berada dalam iddah atau masa tunggu. Setelah habis masa tunggu itu ternyata dia tidak kembali kepada mantan istrinya, baru perkawinannya dikatakan putus dalam arti sebenarnya, atau yang disebut ba-in.
Istilah paling netral adalah “perce- raian”, namun sulit pula digunakan istilah tersebut sebagai pengganti “Putusnya Perkawinan”, karena perceraian itu adalah salah satu bentuk dari putusnya perkawinan. Untuk tidak terjebak dalam istilah tersebut, kita dapat menggunakan
“putusnya perkawinan”, namun dalam arti yang tidak sama dengan istilah ba-in yang digunakan dalam fiqh, atau ia dipan- dang sebagai sinonim dari istilah furqoh yang terdapat dalam kitab fiqih.26
Dalam Undang-undang Indonesia mengenai perceraian bagi keluarga muslim ini diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, pada pasal 38-41. Pasal 38 undang- undang Nomor 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa:
“perkawinan dapat putus karena: a. Kema- tian: b. Perceraian: c. Atas putusan peng- adilan”. Hal ini sejalan dengan KHI pasal 113. Di dalamnya juga dibedakan antara perceraian atas kehendak suami atau
26 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, 2006, Jakarta:
Prenada Media, Hlm. 189-190
istri. Hal ini karena karakteristik hukum Islam dalam perceraian memang meng- hendaki demikian, namun proses penye- lesainnya pun berbeda.27 Maksud dari hal ini, perceraian dapat terjadi akibat talak yang dilakukan oleh suami kepada istri seperti halnya talak yang dijelaskan dalam hukum Islam. Dan perceraian dapat terjadi akibat gugatan perceraian yang dilakukan oleh istri terhadap suami. Kesamaan dari keduanya Namun hal ini harus dila- kukan didepan pengadilan seperti dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: “Perceraian hanya dapat dila- kukan didepan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut beru- saha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.28
a. Jenis dan Alasan Perceraian
Karena aturan perceraian yang kuat, maka bentuknya pun harus jelas. Alas- anpun yang diakui penyebab perceraian pun tidak sembarang. Semua perlu dipe- rinci secara detil. 1) Jenis Perceraian
Cerai Talak
Cerai talak adalah ikrar suami di hadapan sidang PA yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Cara demikian sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131 KHI. 7 b) Cerai gugat Gugat cerai juga biasa disebut khulu’. Asal dari kata khala’a yang berarti menang- galkan atau membuka pakaian. Secara Fikih, Khulu diartikan talak yang berlaku dengan keinginan istri dan kesung-
27 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 2003, (Jakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 206
28Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Perindo, 1992
guhanya untuk bercerai. Caranya, istri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan mengemba- likan mas kawin yang telah mereka sepa- kati sebelumnya.29 Definisi lain menyebut talak yang diucapkan oleh istri dengan mengembalikan mahar yang pernah diba- yarkan suami.30
KESIMPULAN
Alasan Perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau istri memper- gunakanya sebagai alasan untuk meng- akhiri atau memutuskantali perkawinan mereka. Di dalam menjalankan kehi- dupan perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Namun terka- dang dalam menjalankannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan tersebut, maka terjadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perce- raian. Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi terjadinya perceraian ini. Satu pendapat menyebut empat kemungkinan yang bisa terjadi dalam kehidupan rumah tangga pemicu keinginan untuk memutus perka- winan.
a. Terjadi nusyuz, Nusyuz bermakna kedurhakaan atau pelanggaran perintah, serta semua perbuatan yang bisa mengganggu keharmo- nisan rumah tangga. Perbuatan tidak menyenangkan pasangan itu bisa saja
= Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, Kitab Fiqh Mazhab Syafie (Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005), IV: 253
30Syaikh Hasan Ayub, Fikih Keluarga, penerjemah M. Abd. Ghofar (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2006) cet ke-5. h. 305
dilakukan oleh suami ataupun istri.
b. Terjadinya perselisihan atau perce- cokan Alasan lainnya karena kedua- duanya terlibat dalam syiqāq (percek- cokan), misal disebabkan kesulitan ekonomi. keduanya menjadi sering bertengkar.
c. Terjadi zina dari salah satu pihak Keja- dian demikian juga dikenal dengan fākhisyah sehingga timbul saling menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah membuk- tikan tuduhan yang didakwakan melalui li’an. Li’an sesungguhnya telah emmasuki tahapan kritis karena telah memasuki pintu gerbang putus perkawinan, bahkan untuk selama- lamnya karena akibatnya adalah talak ba’in kubra”.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Perindo, 1992 Ali, St. Rahmah Syam, Dampak Covid 19
terhadap social ekonomi masyarakat Indonesia (dalam buku Bunga Rampai Pandemi, Menyingkap dampak- dampak social kemasyarakatan covid- 19), 2020, IAIN Parepare Nusantara Press
Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, 2003, (Jakarta: Pustaka Pelajar)
Buana, Dana Riksa,Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam mengha- dapi pandemi virus corona (Covid-19) dan kiat menjaga kesejahteraan jiwa, 2020, SALAM: Jurnal Sosial & Budaya
Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 7 No. 3
Basir, Sofyan,Membangun Keluarga Sakinah, Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 6, Nomor 2 Desember 2019
Djaelani, Peran Ekonomi Keluarga dan Pendidikan Agama terhadap kese- jahteraan anak di kampung pulau derawan kabupaten Berau, 2018, Tesis UMM
Fahrudin, Adi, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2012)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Penelitian I, Fakultas Psikologi (Yogyakarta:
Menara Kudus 1981)
Hanum, Septi Latifa, Peran ibu rumah tangga dalam membangun kesejahte- raan keluarga, Jurnal Academica IAIN Surakarta, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017 ISSN: 2579-9703 (P) | ISSN: 2579- 9711 (E)
Huda, Mahmud, Thoif, Konsep Keluarga Sakinah, Mawadddah, wa rohmah Perspektif Ulama Jombang, Volume 1, Nomor 1, April 2016; ISSN: 2541-1489 Muqit, Abd., Pendidikan Agama, antara
kesejahteraan duniawi dan kebaha- giaan ukhrawi, JAU: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, ISSN. 2355- 0104 journal.uim.ac.id E-ISSN. 2549- 3833, Februari 2019. Vol.6. No.1
Mursyid, Salma, Konsep toleransi (al-samahah) antar umat beragama perspektif Islam, Jurnal AQLAM:
Journal of Islam and Plurality, Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, Kitab Fiqh Mazhab Syafie (Kuala Lumpur: Prospecta Prin-
ters SDN BHD, 2005), IV
Rohmah, Siti Ngainur, Adakah Peluang Bisnis di Tengah Kelesuan Perekono- mian Akibat Pandemi Coronavirus Covid-19?, ‘ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan, ISSN: 2338 4638 Volume 4 Nomor 1 (2020)
Rofiq, Ahmad, Hukum Islam Di Indo- nesia (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1997)
Supandi, Supandi. “Dinamika Sosio- Kultural Keagamaan Masya- rakat Madura (Kiprah dan Eksis- tensi Khodam Dalam Pesantren di Madura).” al Ulum: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman 4.1 (2017):
26
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Muna- kahat dan Undang-undang Perka- winan, 2006, Jakarta: Prenada Media Syaikh Hasan Ayub, Fikih Keluarga,
penerjemah M. Abd. Ghofar (Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar, 2006) cet ke-5 Thaha, Abdurrahman Firdaus, Dampak
covid-19 terhadap UMKM di Indo- nesia, JURNAL BRAND, Volume 2 No.
1, Juni 2020 https://ejournals.umma.
ac.id/index.php/brand e-ISSN : 2715- 4920
N.R. Aida, (2020, Maret 19). Update Virus Corona di Dunia: 214.894 Orang Terin- feksi, 83.313 Sembuh, 8.732 Meninggal Dunia. Kompas.com. Diunduh dari http s://www.kompas.com/tren/
read/2020/03/19/081633265/update- virus-corona-di-dunia-214894-orang- terinfeksi-83313-sembuh-8732
Purwana, Agung Eko, Kesejahteraan dalam perspektif Ekonomi Islam, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
STAIN Ponorogo
Sebayang, R. (2020, Januari 31). Awas!
WHO Akhirnya Tetapkan Corona Darurat Global. CNBC Indonesia.
Diunduh dari https://www.cnbcindo- nesia.com/news/20200131060856-4- 134146/awas-whoakhirnya-tetapkan- corona-darurat-global