Adat di tangan pemerintah daerah: Pedoman penyiapan produk langsung dalam rangka pengakuan dan perlindungan hak masyarakat adat/ Myrna A. Adat di tangan pemerintah daerah: Pedoman penyiapan produk langsung dalam rangka pengakuan dan perlindungan tentang hak-hak masyarakat adat.
UU No. 41 Tahun 1999 telah bersikap diskriminatif terhadap Masyarakat Hukum Adat sebagai subjek hukum dengan menempatkan hutan adat
Oleh karena itu, masyarakat hukum adat seharusnya mempunyai kedudukan yang sama dengan subyek hukum lainnya dalam penguasaan tanah.
Terjadi pengabaian negara terhadap Masyarakat Hukum Adat
Pengakuan terhadap Masyarakat Hukum Adat dan hutan adat dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
Pengelolaan hutan dibedakan menjadi hutan negara dan hutan hak; Di dalam hutan hak terdapat hutan adat dan hutan perseorangan/badan hukum.
Penguasaan hutan terbagi atas hutan negara dan hutan hak; Di dalam hutan hak terdapat hutan adat dan hutan perorangan/ badan hukum
Hutan adat adalah salah satu fungsi wilayah hak ulayat Masyarakat Hukum Adat; di wilayah tersebut terdapat fungsi-fungsi penggunaan
Masyarakat Hukum Adat berkembang secara evolutif
Hak Masyarakat Hukum Adat untuk menentukan nasib sendiri hanya mungkin dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Peraturan Daerah (Perda) merupakan pendelegasian wewenang mengatur mengenai Masyarakat Hukum Adat dari Pemerintah Pusat
Menurut Mahkamah Konstitusi, peraturan daerah merupakan pelimpahan wewenang untuk mengatur masyarakat adat dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Bagian ini memuat sejumlah pernyataan politik dan kebijakan pemerintah pusat menyikapi putusan MK 35.
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pembukaan International Workshop on Tropical Forest Alliance 2020, 20 Juni 2013
Kemasukan tanah kerajaan dalam kategori tanah ulayat memberi implikasi serius kepada pandangan menteri dalam negeri terhadap masyarakat adat. SE ini secara tidak langsung menyatakan bahawa kesultanan, kerajaan dan sebagainya termasuk dalam kategori masyarakat hukum adat yang berhak ke atas tanah Ulayat.
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
6 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tugas kepada Desa Adat untuk menyelenggarakan Tata Kelola Desa Adat, melaksanakan Pembangunan Desa Adat, membina masyarakat Desa Adat, dan memberdayakan masyarakat Desa Adat. Meski dikatakan ada biaya untuk tugas ini, namun tugas tersebut justru menambah beban Desa Adat.
Program Nasional Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat melalui Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan dan Lahan
Program Nasional Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dengan Mengurangi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan dan Tanah.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Peraturan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P
Senada, ia menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dan keberadaan peraturan daerah untuk mempercepat pengakuan masyarakat hukum adat. Ketujuh tanggapan pemerintah pusat yang dibahas di atas menunjukkan kesamaan bahwa pemerintah daerah dan keberadaan peraturan daerah (Perda) mempunyai peranan penting dalam implementasi keputusan MK 35.
SIAPA MASYARAKAT HUKUM ADAT
Meski istilah yang digunakan berbeda-beda, namun sebenarnya yang disebut Masyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat mengacu pada komunitas yang sama. Definisi masyarakat adat atau masyarakat hukum tradisional di atas berbeda dengan kriteria masyarakat adat terpencil yang dikembangkan oleh Kementerian Sosial.
KERANGKA HUKUM
Pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip, a.l.: mengakui,
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta
Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimana dimaksud pada ayat pertama; dan hutan adat ditetapkan sepanjang masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakui keberadaannya. Pengecualian terhadap larangan ini dilakukan apabila terjadi pengalihan hak atas tanah oleh Masyarakat Adat kepada Pelaku Usaha Perkebunan yang disertai dengan ganti rugi.
Ini yang perlu Anda ketahui tentang Desa Adat
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAERAH
Bisakah Pemerintah Daerah membuat peraturan untuk mengatur dan menetapkan Masyarakat Hukum Adat sebelum ada undang-undang tentang Masyarakat Hukum Adat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap dilontarkan oleh unsur pemerintah daerah ketika menyikapi gagasan pembentukan produk langsung bagi masyarakat hukum adat. Pada bagian ini dibahas tentang landasan hukum kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Daerah untuk mengatur dan membentuk masyarakat hukum adat.
Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang. Dari ketiga hal tersebut kita melihat bahwa pengakuan terhadap Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dan hak-hak tradisional, termasuk wilayah di mana hak-hak tersebut dilaksanakan, merupakan bagian dari tanggung jawab negara dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu, sangat wajar jika kewenangan utama pengaturan dan pendefinisian masyarakat hukum adat berada pada pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Alasan lainnya adalah keunikan masyarakat hukum adat di setiap daerah tidak memungkinkan untuk ditentukan oleh hukum nasional.
Urusan Pemerintahan Absolut
Oleh karena itu, kita juga harus mencermati Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 yang menyatakan: “Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk pelaksanaan tugas otonomi dan bantuan.”
Urusan Pemerintahan Konkuren
Kewenangan mengatur dan mendefinisikan masyarakat hukum adat terdapat pada urusan wajib dibandingkan pelayanan dasar, khususnya di bidang pertanahan, lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat dan desa. Pada Tabel 7 dapat dilihat bagaimana pembagian kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan pada ketiga bidang yang berkaitan dengan Masyarakat Hukum Adat. Sejumlah peraturan perundang-undangan juga memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan produk hukum daerah untuk mengetahui keberadaan Masyarakat Hukum Adat/Desa Adat dan hak ulayatnya.
43 Tahun 2014 menyatakan bahwa penetapan Desa Adat merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kami juga menemukan bahwa Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengukuhkan keberadaan masyarakat hukum adat (lihat Pasal 67 ayat (2) UU). Pedoman pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.
52 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan identifikasi, verifikasi dan sertifikasi serta penetapan masyarakat hukum adat.
PRODUK HUKUM DAERAH UNTUK PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
Peraturan Daerah merupakan contoh produk hukum yang bersifat regulasi, Keputusan Bupati merupakan contoh peraturan yang bersifat gangguan. Peraturan Daerah termasuk dalam kelompok produk hukum daerah yang mempunyai sifat peraturan, jika dicermati isinya kita akan menemukan tiga jenis Peraturan Daerah. Contohnya dapat disebutkan di sini, yaitu penetapan desa dan pembentukan atau kadang disebut pengukuhan masyarakat hukum adat.
Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa meskipun Peraturan Daerah pada umumnya bersifat peraturan, namun ada juga Peraturan Daerah yang bersifat peraturan. Atas dasar itu, penetapan Masyarakat Hukum Adat atau Desa Adat dapat pula dilakukan melalui Peraturan Daerah. Peraturan Daerah yang berbasis ketentuan ini akan memberikan kekuatan hukum yang lebih efektif bagi keberadaan Masyarakat Hukum Adat tertentu sebagai subjek hukum dan pengakuan wilayah adatnya.
Penyusunan peraturan daerah dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu atas inisiatif Pemerintah Daerah atau atas inisiatif DZHRB.
Rencana penyusunan Perda dimasukkan ke dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) usulan Pemerintah Daerah
Kepala Daerah memerintahkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait menyusun Rancangan Perda (Ranperda) beserta naskah
Kepala Daerah membentuk Tim Penyusun Ranperda
Ranperda dan naskah akademik untuk pengakuan Masyarakat Hukum Adat sebaiknya dikonsultasikan dengan Masyarakat Hukum Adat dan
Ranperda harus mendapat paraf/persetujuan dari Kepala Bagian Hukum dan SKPD terkait
Pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk mengajukan Ranperda yang telah mendapat paraf koordinasi kepada kepala daerah melalui sekretaris
Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap Rancangan Perda yang telah diparaf koordinasi
Jika terdapat perubahan dan/atau penyempurnaan maka Sekretaris Daerah mengembalikan Ranperda kepada pimpinan SKPD pemrakarsa
Hasil penyempurnaan Ranperda disampaikan kembali kepada sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala bagian hukum
Sekretaris daerah menyampaikan Ranperda kepada kepala daerah
Kepala Daerah menyampaikan Ranperda kepada pimpinan DPRD
Pembahasan Ranperda bersama DPRD
Ranperda diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Badan Legislasi Daerah (Balegda)
Ranperda disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik
Pimpinan DPRD menyampaikan Ranperda kepada Balegda untuk
Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Perda oleh Balegda dalam rapat paripurna DPRD
Rapat paripurna DPRD memutuskan usul Ranperda (disetujui, disetujui dengan perubahan, atau ditolak)
Jika disetujui, Pimpinan DPRD menugasi komisi, gabungan komisi, Balegda, atau panitia khusus untuk menyempurnakan Ranperda
Penyempurnaan Ranperda disampaikan kepada Pimpinan DPRD
Pimpinan DPRD menyampaikan Ranperda yang telah disempurnakan kepada kepala daerah untuk dilakukan pembahasan
Adakah ketentuan yang menyatakan bahwa masyarakat common law harus ditentukan dengan peraturan daerah atau cukup dengan peraturan kepala daerah? Oleh karena itu, sebagai solusinya kita dapat membuat peraturan daerah yang memuat ketentuan-ketentuan masyarakat hukum adat. Yang pertama adalah peraturan daerah untuk membentuk komunitas common law yang keberadaannya tidak lagi diperdebatkan di daerah.
Kedua, peraturan daerah bagi masyarakat hukum adat yang keberadaan dan wilayahnya masih memerlukan upaya verifikasi tambahan. Pada peraturan daerah model kedua, materi substantifnya akan diatur melalui beberapa tata cara penetapan kesatuan masyarakat hukum adat dan wilayah adatnya. Namun salah satu ketentuannya harus menyatakan bahwa pemerintah daerah mengakui keberadaan masyarakat hukum adat di wilayah tersebut.
Penetapan khusus masyarakat hukum adat dan wilayah adatnya dilakukan melalui keputusan induk daerah.
PENUTUP
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara 3886); Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 29), yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4412); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5214); Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5495); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);
UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5613);
KETENTUAN UMUM
Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 tahun 1999 tentang pedoman penyelesaian permasalahan masyarakat adat; Safeguarding adalah suatu tindakan yang dilakukan pemerintah daerah untuk melindungi wilayah dan hak masyarakat adat dari campur tangan pihak lain. Penetapan wilayah adat merupakan pernyataan penerimaan dan pemberian status hukum oleh suatu pemerintah daerah terhadap wilayah adat suatu masyarakat hukum adat.
Definisi ini hendaknya dibuat sesuai dengan kondisi masyarakat hukum adat di Kabupaten tersebut. Tanah adat adalah sebidang tanah yang terletak dalam wilayah adat yang sifat dan tata ruangnya ditentukan oleh hukum adat. SYARAT BAGI WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT] adalah anggota masyarakat hukum adat yang terikat pada hukum adat yang berlaku pada Masyarakat tersebut [NAMA UMUM MASYARAKAT HUKUM ADAT].
Kriteria ini konsisten dengan kriteria yang ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi untuk Komunitas Hukum Adat yang masih bertahan;
WILAYAH ADAT
LEMBAGA ADAT
Menambahkan tanda tangan pada laporan hasil identifikasi; atau c. (1) Camat mencatat hasil identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dalam Daftar Inventarisasi Wilayah Biasa. Bupati membentuk Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat yang tugasnya antara lain: melakukan inventarisasi dan verifikasi hasil pemetaan wilayah adat; memfasilitasi pemetaan wilayah adat yang akan dilakukan oleh SKPD terkait;. Memfasilitasi penyelesaian perselisihan yang timbul dalam kerangka tersebut. memberikan rekomendasi penetapan wilayah adat kepada Bupati. KETENTUAN PENYIDIKAN DAN PENYIDIKAN Pasal 32 1) Setiap orang luar yang melakukan kegiatan yang mengganggu, merusak, dan memanfaatkan wilayah adat tanpa izin Masyarakat [NAMA UMUM MASYARAKAT HUKUM ADAT] diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun. bulan dan denda paling banyak Rp. lima sepuluh juta rupiah).
Hak milik atas tanah yang termasuk dalam wilayah adat sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap dilindungi berdasarkan hukum adat dan peraturan perundang-undangan. Bupati membentuk Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Kawasan Biasa paling lambat enam bulan setelah ditetapkannya Peraturan Daerah ini.
KETENTUAN PENUTUP
Contoh ketentuan daerah tentang pengaturan dan penetapan kesatuan masyarakat adat yang masih memerlukan verifikasi lebih lanjut dan syaratnya berbeda-beda. Peresmian merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah untuk mengambil keputusan mengakui dan menghormati keberadaan masyarakat adat dan wilayah adatnya. Perlindungan merupakan suatu tindakan yang dilakukan pemerintah daerah untuk melindungi wilayah dan hak masyarakat adat dari campur tangan pihak lain.
Mewujudkan perlindungan terhadap perempuan, anak dan kelompok rentan lainnya dalam masyarakat hukum adat; Penyelenggaraan kebijakan pembangunan daerah yang mengakui, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak tradisional dan hak-hak masyarakat adat lainnya; Dan. KEBERADAAN DAN STATUS MASYARAKAT ADAT Pasal 5 1) Pemerintah daerah mengakui dan menghormati masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya.
HAK MASYARAKAT PASUKAN Pasal 12 1) Pemerintah daerah mengakui, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak tradisional dan hak-hak masyarakat adat lainnya.
HUKUM ADAT
KETIGA: Peta wilayah adat kesatuan masyarakat hukum adat [NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT] terlampir merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEEMPAT: Pengelolaan wilayah adat dan penyelesaian perselisihan antar anggota masyarakat dilaksanakan berdasarkan hukum adat kesatuan Masyarakat Hukum.